Categories
Istanbul

2020 Semakin Sedikit Antibiotika

Hasil gambar untuk antibiotika adalah

SEMAKIN  SEDIKIT  ANTIBIOTIKA

fx. wikan indrarto*)

Jumlah korban wabah koronavirus baru (nCoV) yang melanda Cina mencapai 132 orang, dengan lebih dari 6.000 orang terinfeksi, The New York Times dan CNN melaporkan Rabu, 29 Januari 2020 waktu setempat. Ancaman yang mematikan sebenarnya tidak hanya wabah nCoV, tetapi juga berkurangnya investasi dan inovasi dalam pengembangan obat antibiotik baru. Hal ini mengancam upaya kita untuk memerangi infeksi bakteri yang kebal atau resisten terhadap obat. Apa yang perlu dilakukan?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/17/2020-corona-virus-baru/

.

Saat ini terdapat 60 produk bakal obat yang sedang dalam pengembangan, yaitu 50 antibiotik dan 10 biologik, tetapi diprediksi hanya membawa sedikit manfaat dibandingkan pengobatan yang sudah ada. Selain itu, juga sangat sedikit penelitian yang menargetkan bakteri resisten yang paling kritis, yaitu bakteri gram-negatif.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/11/13/2019-pekan-kewaspadaan-antibiotika-2/

.

Saat ini ancaman resistensi antimikroba atau kekebalan kuman terhadap obat lebih besar dan kebutuhan akan solusi juga lebih mendesak. Oleh sebab itu, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO menekankan perlunya sejumlah inisiatif baru untuk mengurangi resistensi bakteri, yaitu negara dan industri farmasi harus meningkatkan dan berkontribusi dalam pendanaan berkelanjutan, untuk penelitian obat antibiotika baru yang inovatif. Penelitian dan pengembangan untuk calon obat antibiotik terutama didorong oleh perusahaan farmasi kecil atau menengah, tetapi perusahaan farmasi besar justru terus keluar dari cakupan penelitian ini.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/05/22/2018-tanpa-antibiotika/

.

Pada tahun 2017 WHO menerbitkan daftar patogen prioritas, yaitu 12 kelas bakteri ditambah bakteri tuberkulosis, yang meningkatkan risiko terhadap kesehatan manusia secara global, karena bateri tersebut telah resisten terhadap sebagian besar obat antibiotika yang ada. Daftar tersebut disusun untuk mendorong komunitas riset medis, dalam mengembangkan pengobatan inovatif untuk bakteri yang telah resisten. Antibiotik yang sedang dikembangkan untuk melawan patogen prioritas WHO meliputi β-Laktam, Tetrasiklin, Aminoglikosida, Topoisomerase inhibitor, Penghambat FabI, FtsZ inhibitor, Oksazolidinon, Macrolides dan ketolides, Hibrida, Polimiksin, infeksi TB, DprE1 inhibitor, dan infeksi C. difficile.

Selain itu, ada penelitian untuk menemukan agen biologis dalam melawan bakteri S. aureus, bakteri P. aeruginosa, dan bakteri C. difficile. Namun demikian, jalur penelitian klinis (the clinical pipeline) masih tidak cukup untuk mengatasi tantangan peningkatan kemunculan dan penyebaran resistensi antimikroba. Hal ini terutama karena penelitian tersebut hanya dilakukan oleh perusahaan kecil atau menengah saja, sedangkan industri farmasi besar justru telah angkat kaki (continuing to exit the field).

.

Memang telah ada 8 agen antibakteri baru yang telah disetujui sejak 1 Juli 2017, tetapi secara keseluruhan, semua obat tersebut hanya memiliki manfaat klinis terbatas. Selain itu, sebuah calon obat atau agen anti-TB baru, yaitu pretomanid, telah disetujui untuk digunakan dalam pengobatan kombinasi untuk TB MDR.

.

Jalur penelitian klinis (the clinical pipeline) saat ini memiliki 50 jenis antibiotik dan 10 jenis agen biologis, dimana 32 jenis antibiotik ditujukan terhadap bakteri patogen prioritas WHO. Enam agen ini memenuhi setidaknya satu kriteria inovasi, tetapi hanya dua di antaranya yang aktif terhadap bakteri patogen kritis, yaitu MDR Gram-negatif. Lebih dari 40% calon obat antibiotika yang menargetkan patogen prioritas WHO, terdiri dari β-laktam dan kombinasi β-laktamase inhibitor (BLI), dengan kesenjangan besar dalam aktivitas terhadap produsen metallo-β lactamase (MBL). Untunglah calon obat anti bakteri TB dan C. difficile lebih inovatif, dengan lebih dari setengah calon antibiotik memenuhi semua kriteria inovasi.

.

Dari 50 calon antibiotik dalam penelitian intensif, 32 menargetkan patogen prioritas, tetapi mayoritas hanya memiliki manfaat terbatas, jika dibandingkan dengan obat antibiotik yang sudah ada. Dua di antaranya aktif terhadap bakteri Gram-negatif yang resistan terhadap berbagai obat, yang menyebar dengan cepat dan membutuhkan solusi segera. Bakteri Gram-negatif, seperti Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli, dapat menyebabkan infeksi parah dan seringkali mematikan, yang menimbulkan ancaman khusus bagi pasien dengan sistem kekebalan yang lemah atau belum berkembang sepenuhnya, termasuk bayi baru lahir, lansia, orang yang menjalani operasi dan perawatan kanker.

.

Kesenjangan yang mengkhawatirkan justru terjadi di dalam aktivitas terhadap NDM-1 (New Delhi metallo-beta-lactamase 1) yang sangat resisten, dengan hanya tiga antibiotik dalam penelitian. NDM-1 membuat bakteri resisten terhadap berbagai antibiotik, termasuk golongan carbapenem, yang saat ini adalah obat dalam garis pertahanan terakhir terhadap infeksi bakteri yang kebal antibiotik. Untuk itu, penting sekali memfokuskan investasi publik dan swasta pada pengembangan perawatan yang efektif melawan bakteri yang sangat resisten, karena kita telah kehabisan pilihan jenis antibiotika. Selain itu, kita perlu memastikan bahwa setelah antibiotika baru ini teruji, obat tersebut seharusnya tersedia untuk semua pasien yang membutuhkannya.

.

Untunglah agen antibakteri untuk mengobati bakteri TBC dan Clostridium difficile (yang menyebabkan diare) terbukti lebih menjanjikan, dengan lebih dari setengah calon obat memenuhi semua kriteria inovasi yang ditentukan oleh WHO. Selain itu, penelitian dan pengembangan tahap praklinis menunjukkan lebih banyak inovasi dan keanekaragaman yang terjadi, dengan 252 buah calon obat antibiotika yang sedang dikembangkan, untuk mengobati patogen prioritas. Namun demikian, produk ini masih dalam tahap awal pengembangan dan masih perlu dibuktikan aspek keefektifan dan keamanannya. Dengan skenario optimis, dua hingga lima produk pertama akan tersedia sebagai obat antibiotika baru dalam waktu sekitar 10 tahun lagi.

.

Momentum wabah nCoV di Wuhan China yang mematikan, juga mengingatkan kita akan ancaman resistensi bakteri terhadap antibiotik, yang juga mematikan. Prioritas kita adalah meningkatkan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi bakteri, serta untuk mendorong penggunaan yang lebih tepat obat antibiotik yang ada maupun yang akan datang.

.

Bagaimana sikap kita?

Candi Siwa di Chenaei, Tamil Nadu, India Selatan

Yogyakarta, 29 Januari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.WA :  081227280161

Categories
Istanbul

2020 Corona Virus Baru

Hasil gambar untuk novel coronavirus definition

CORONAVIRUS  BARU

fx. wikan indrarto*)

Serangan infkesi Coronavirus Baru (novel Corona Virus, nCoV) di kota Wuhan, sekitar 1.035 kilometer ke selatan dari Beijing di China, pada awal tahun 2020 sangat mengejutkan. Kota Wuhan adalah pusat transportasi domestik dan internasional utama, di daratan China bagian selatan. Apa yang perlu diwaspadai?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/01/04/mers-cov/

.

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit, mulai dari selesma atau flu biasa, hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah atau ‘Middle East Respiratory Syndrome’ (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah atau ‘Severe Acute Respiratory Syndrome’ (SARS-CoV), keduanya berupa pneumonia yang sangat mematikan. Virus corona adalah zoonosis, artinya ditularkan dari hewan ke manusia. SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak ke manusia dan MERS-CoV dari unta dromedaris ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan, ada yang belum menginfeksi manusia. Coronavirus Baru (nCoV) adalah jenis virus baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/02/23/pandemi-influenza/

.

Serangan wabah awalnya dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019. Pihak berwenang China mengidentifikasi jenis baru coronavirus (nCoV), yang berhasil diisolasi pada 7 Januari 2020. Pengujian laboratorium dilakukan pada semua kasus yang dicurigai melalui penemuan kasus secara aktif dan tinjauan retrospektif. Patogen pernapasan lainnya seperti virus influenza, flu burung, adenovirus, SARS-CoV, dan MERS-CoV telah dikesampingkan sebagai penyebabnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/22/2018-menghadang-influenza/

.

Pada hari Sabtu dan Minggu, 11 dan 12 Januari 2020, Komisi Kesehatan Nasional China secara resmi melaporkan tentang wabah nCoV di Wuhan, China. Wabah ini dikaitkan dengan paparan virus di suatu pasar makanan laut di pelabuhan Wuhan, yang telah ditutup pada 1 Januari 2020. Untunglah sampai saat ini, tidak ada bukti infeksi di antara petugas layanan kesehatan, dan tidak ada bukti jelas penularan dari manusia ke manusia.

.

Di antara 41 kasus yang dikonfirmasi nCoV di China, ada satu kasus kematian. Kematian ini terjadi pada pasien dengan kondisi medis serius yang mendasarinya. Onset gejala dari 41 kasus nCoV yang dikonfirmasi, berkisar antara 8 Desember 2019 hingga 2 Januari 2020. Tidak ada kasus tambahan yang terdeteksi sejak 3 Januari 2020. Otoritas kesehatan di China telah berbagi urutan genetik nCoV baru pada 12 Januari 2020, yang akan sangat penting bagi negara lain, untuk digunakan dalam mengembangkan kit diagnostik khusus.

.

Tanda klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah demam, kesulitan bernafas, dan rontgen dada menunjukkan infiltrat pneumonik invasif di kedua paru-paru. Otoritas nasional China melaporkan bahwa pasien telah diisolasi dan menerima perawatan di sebuah RS rujukan tertinggi di Wuhan. Menurut penyelidikan epidemiologis awal, sebagian besar kasus mengenai orang yang bekerja di atau pengunjung Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, di areal pelabuhan Wuhan.

.

Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan langkah-langkah respons berikut. Pertama, sebanyak 763 orang kontak dekat termasuk petugas kesehatan, telah diidentifikasi dan ditindaklanjuti, tetapi tidak ada kasus tambahan infeksi dengan virus nCoV yang telah diidentifikasi. Kedua, Komisi Kesehatan Kota Wuhan terus melakukan penemuan kasus secara aktif dan investigasi retrospektif atas kelompok pasien, dan saat ini dinyatakan telah selesai. Ketiga, Pasar Grosir Makanan Laut Huanan telah ditutup sementara, untuk dilakukan sanitasi dan desinfeksi lingkungan. Keempat, kegiatan komunikasi risiko wabah untuk publik telah dilakukan, dalam meningkatkan kesadaran publik dan penerapan tindakan perlindungan diri. Kelima, sampai saat ini investigasi lengkap masih dilakukan untuk menilai dan mengendalikan sepenuhnya wabah nCoV tersebut.

.

Masyarakat perlu diedukasi untuk mengenali tanda umum infeksi, termasuk gejala gangguan pernapasan, demam, batuk, sesak napas dan kesulitan bernafas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi nCoV dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi termasuk mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, juga memasak daging dan telur dengan matang, harus terus diulang. Selain itu, juga menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.

.

Selanjutnya para pejabat kesehatan di Thailand dan China berkoordinasi, menyusul laporan konfirmasi virus nCoV pada seseorang di Thailand, pada hari Senin, 13 Januari 2020. Orang itu adalah seorang pelancong dari Wuhan, Cina, dan diidentifikasi oleh pejabat Thailand pada 8 Januari 2020 saat dirawat inap di rumah sakit hari itu. Orang tersebut pulih dari penyakit dan diperbolehkan pulang ke Cina menurut pejabat Thailand.

.

WHO telah mengeluarkan panduan tentang cara mendeteksi dan mengobati orang yang sakit dengan virus nCoV. Namun demikian, sampai saat ini WHO tidak merekomendasikan langkah kesehatan khusus untuk perjalanan para pelancong. Setiap ada gejala yang menunjukkan penyakit pernapasan, baik selama atau setelah perjalanan ke Wuhan dan daratan China, pelancong didorong untuk mencari pertolongan medis dan berbagi informasi riwayat perjalanan, dengan dokter dan petugas layanan kesehatan profesional lainnya.

.

Bagaimana sikap kita?

Bukan di Wuhan, Tiongkok, tetapi di Hanoi, Vietnam

Yogyakarta, 16 Januari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.WA :  081227280161

Categories
Istanbul

2020 Bulan Kewaspadaan Tiroid

BULAN  KEWASPADAAN  TIROID

fx. wikan indrarto*)

Pada bulan Januari 2020, dipersembahkan sebagai bulan kewaspadaan tiroid atau kelenjar gondok (Thyroid Awareness Month). Acara ini dirancang oleh American Thyroid Association (ATA) yang didirikan pada tahun 1923, didedikasikan untuk kemajuan, pemahaman, pencegahan, diagnosis, dan pengobatan gangguan tiroid dan kanker tiroid. Apa yang menarik?

.

Publikasi ilmiah pertama yang melaporkan perlunya yodium dalam memperbaiki fungsi tiroid, dikeluarkan pada tahun 1907. David Marine, seorang ahli patologi Amerika, menerbitkan sebuah makalah yang menyatakan bahwa yodium diperlukan untuk fungsi tiroid. Sejarah mencatat bahwa kimiawan Perancis Bernard Courtois adalah penemu pertama yodium pada tahun 1811, dengan mengoksidasi rumput laut yang terbakar dengan asam sulfat. Yodium berperan penting dalam pengobatan berbagai jenis disfungsi tiroid. Penelitian ini diinspirasi oleh resep Kaisar China Shen Nung, yaitu rumput laut untuk pengobatan gondok pada 2.700 SM

.

Ganggua tiroid pada bayi baru lahir yang paling penting adalah kekurangan hormon torpid atau hipotiroid kongenital (HK). Pada bayi dengan HK terjadi kadar hormon tiroid atau gondok berkurang beberapa hari setelah bayi lahir, sehingga menyebabkan terlambat didiagnosis, terlambat atau tidak diobati, mengganggu perkembangan bayi, dan berpotensi mengalami gangguan kecerdasan atau defisit neurokognitif yang menetap sampai dewasa.

.

Penyebab HK pada bayi baru lahir antara lain karena kelainan primer pada pembentukan kelenjar gondok, yaitu kelenjar tidak dibentuk, kelenjar kecil atau posisi kelenjar tidak pada tempatnya (ektopik). Selain itu, juga dapat terjadi karena gangguan pada pembuatan hormon tiroid atau kekurangan iodium pada ibu hamil. Bila kelenjar gondok tidak berfungsi normal, hormon yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan tubuh, akibatnya kelenjar hipofisis di otak memproduksi lebih banyak hormon Thyroid-Stimulating Hormone (TSH). Dengan demikian bayi HK mempunyai kadar TSH tinggi, dan sebaliknya kadar TSH tinggi dapat dipakai sebagai petanda bayi menderita hipotiroid. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), HK didefinisikan sebagai kadar TSH pada serum darah 20 mIU / L atau lebih tinggi dan harus didiagnosis paling lambat hari ke-14 kehidupan bayi, dan dengan pengobatan yang benar pada usia 6 minggu, bayi harus menjadi normal atau eutiroid, dengan kadar TSH serum di bawah 5 mIU / L.

.

Tanpa pengobatan, gejala HK lambat laun mulai tampak, yaitu  bayi kurang aktif, malas menetek, mengalami kulit kuning (ikterus) yang lama, tangan dan kaki kurang bergerak, lidah makin besar sehingga minum sering tersedak, perut buncit sering dengan pusar ‘bodong’,  kulit kering dan burik, dan bayi mudah kedinginan. Tanpa pengobatan lebih lanjut gejala akan semakin tampak dengan bertambahnya usia anak, berupa hambatan tumbuh kembang. Gambaran klinis akan semakin nyata, yaitu tubuh pendek (cebol), wajah hipotiroid yang khas (muka sembab, bibir tebal, dan hidung pesek), mental terbelakang dan bodoh (IQ dan EQ rendah) atau idiot, dan kesulitan bicara atau tidak dapat diajari bicara.

.

Hampir setengah dari bayi HK merupakan HK tertunda atau onset lambat yang sering terlambat didiagnosis dan jumlah yang sama menjalani pengobatan tidak memadai, dalam beberapa minggu pertama kehidupan. Oleh sebab itu, skrining hipotiroid untuk memastikan bayi baru lahir apakah akan berisiko mengalami gangguan neurokognitif terkait hipotiroid, sangat diperlukan.

.

Skrining HK telah merupakan prosedur rutin di negara maju sejak tahun 1970, tetapi di Indonesia baru dilaksanakan sejak tahun 2000. Namun demikian, sampai tahun 2014 skrining baru mencapai kurang dari 1% dari jumlah seluruh bayi baru lahir. Rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) tahun 2017 adalah bahwa deteksi dini HK melalui skrining pada bayi baru lahir dengan memeriksa TSH, yang pada bayi cukup bulan dilakukan pada usia 2- 4 hari atau saat akan keluar dari Rumah Sakit. Skrining HK dinyatakan positif jika kadar TSH ≥ 20 mU/L. Bayi dengan hasil skrining positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan ulang serum TSH dan FT4. Diagnosis HK ditegakkan bila kadar TSH tinggi dan FT4 rendah.

.

Pemberian terapi awal dengan sulih hormon menggunakan obat levotiroksin dalam 2 minggu pertama kehidupan bayi, menunjukkan hasil yang sangat bermakna terhadap perkembangan syaraf, dan dalam mencapai ‘outcome’ intelektual pada anak dengan HK. Berat ringannya HK ditentukan dari kadar T4 (apabila kadar T4<5 pmol/L=berat, 5-<10 pmol/L=sedang, dan 10-15 pmol/L=ringan) dan dengan berat ringannya usia tulang (regio genu), yang merupakan faktor prediktif terhadap perkembangan syaraf.

.

Terapi dini dengan dosis obat yang memadai selama masa anak dan remaja, dapat mencegah hambatan pertumbuhan dan kematangan tulang. HK  juga dapat menyebabkan gangguan pubertas dan fertilitas. Beberapa anak menunjukkan pubertas dini, dengan terjadinya macro-orchidism pada laki-laki dan pembesaran ovarium disertai kista multipel pada anak perempuan.

.

Momentum bulan kewaspadaan gondok (Thyroid Awareness Month) pada bulan Januari 2020 oleh American Thyroid Association (ATA), mengingatkan kita akan pentingnya skrining hipotiroid kongenital (HK) untuk semua bayi baru lahir. Tindakan ini bermanfaat untuk mencegah agar bayi tidak gagal mencapai potensi kognitif mereka atau idiot, dengan pemberian pengganti hormon tiroid sejak awal kehidupannya. 

Apakah kita sudah bertindak bijak?

Indian Gate di tengah kota New Delhi, India

Yogyakarta, 3 Januari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.WA :  081227280161

Categories
Istanbul

2020 Banjir dan Leptopsirosis

Hasil gambar untuk banjir jakarta hari ini 2020

BANJIR  DAN  LEPTOSPIROSIS

fx. wikan indrarto*)

Banjir Jakarta dan daerah sekitarnya menyebabkan setidaknya 16 orang meninggal dan lebih dari 31.000 orang mengungsi, sementara puncak hujan diperkirakan oleh BMKG baru akan terjadi pada pertengahan Januari hingga Maret 2020 kelak. Banjir di Jakarta dan seluruh Indonesia yang memasuki musim hujan, akan meningkatkan kejadian leptospirosis. Apa yang sebaiknya kita lakukan?

.

Leptospirosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith 1887 disebut sebagai Weil’s Disease. Pada tahun 1915  Inada berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae.

.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (DP2P) Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono, Kamis, 21 Februari 2019 menyebutkan adanya 31 kasus leptospirosis di Jakarta paska banjir. Selain di Jakarta, kasus leptospirosis juga terjadi di tujuh provinsi lainnya di Indonesia dalam periode 2018 hingga Januari 2019. Di Banten, 104 kasus terjadi dengan korban meninggal 26 orang. Sementara di Jawa Barat ditemukan 2 kasus tanpa korban meninggal, 186 kasus leptospirosis terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah korban meninggal 16 orang. Kemudian, 427 kasus ditemukan di Jawa Tengah dengan korban meninggal 89 orang. 128 kasus serupa ditemukan di Jawa Timur dengan 10 korban meninggal. 

.

Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan, karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira. Leptospirosis dapat juga mengenai anak, yang tinggal di lingkungan padat perkotaan dengan banyak tikus rumah yang berkeliaran.

.

Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2-26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis, apalagi pada infeksi subklinis yang ditandai dengan flu ringan sampai berat. Hampir 40% penderita terpapar infeksi tidak bergejala tetapi pemeriksaan serologis positif. Sekitar 90% penderita akan mengalami kuning ringan, sedangkan 5% kuning berat yang dikenal sebagai penyakit Weil. Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita mungkin terlihat membaik.

.

Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik karena bakteri dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan tubuh. Pada stadium ini, penderita akan mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot. Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takut cahaya, gangguan mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa dan hati. Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.

.

Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan hati didapatkan kulit kuning, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda koagulopati. Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit bernapas. Gangguan hematologi berupa peradarahan dan pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis aseptik merupakan manifestasi klinis paling penting pada fase imun.

.

Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai kulit dan mata kuning atau jaundis, disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan. Kondisi ini terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu. Manifestasi paru meliputi batuk, kesulitan bernapas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas. Penderita dengan kuning berat lebih mudah terkena gagal ginjal, perdarahan, dan kolaps kardiovaskular. Kasus berat dengan gangguan hati dan ginjal mengakibatkan kematian sebesar 20-40%.

.

Diagnosa Leptospirosis biasanya dilakukan dengan pemeriksaan serologis. Antibodi dapat ditemukan di dalam darah pada hari ke-5-7 sesudah adanya gejala klinis. Selain pemeriksaan serologis, untuk mengkonfirmasi infeksi Leptospirosis adalah Microscopic agglutination test (MAT). Kultur atau pengamatan bakteri Leptospira di bawah mikroskop berlatar gelap umumnya tidak sensitif. Selain itu, diagnosa juga dapat dilakukan melalui pengamatan bakteri Leptospira pada spesimen organ yang terinfeksi, dengan menggunakan imunofloresen.

.

Leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, amoksisillin, eritromisin dan antibiotika yang lebih baru. Namun demikian, keterlambatan pengobatan, kesalahan diagnosis, ataupun terjadinya Sindrom Weil, dapat meningkatkan angka kematian atau CFR (Case Fatality Rate).

.

Penelitian eksperimental semu yang dilakukan di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta oleh Ristiyanto (2011) untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus leptospirosis, layak ditiru. Kegiatan intervensi untuk pencegahan penularan leptospirosis pada masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster, baliho dan penyuluhan. Pada tempat penampungan air dan genangan air diberi sodium hipoklorit, pengendalian tikus di dalam rumah menggunakan perangkap kawat, dan luar rumah, terutama di sawah meggunakan LTBS (Linier Trap Barrier System). Penyuluhan tentang upaya pencegahan leptospirosis merupakan upaya yang efektif untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan leptospirosis. Hal serupa juga diperoleh pada penelitian Ike Irmawati Purbo Astuti (2017) di daerah Cempaka Putih Jakarta Pusat. Pemberian sodium hipoklorin di tempat penampungan air akan meningkatkan kadar chlorin rata-rata 2,5 mg/l dan penggunaan LTBS dapat mengurangi populasi tikus.

.

Sudahkah kita waspada akan leptospirosis saat musim hujan dan banjir ini?

Sekian

Katedral Ho Chi Min di Vietnam

Yogyakarta, 2 Januari 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Menurunkan Angka Kematian Anak

Hasil gambar untuk kematian anak

MENURUNKAN  ANGKA  KEMATIAN  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Pada tahun 2018 diperkirakan 6,2 juta anak dan remaja di bawah usia 15 tahun meninggal, sebagian besar dari penyebab yang dapat dicegah. Dari jumlah kematian ini, sekitar 5,3 juta terjadi dalam 5 tahun pertama, dengan hampir setengahnya terjadi pada bulan pertama kehidupan. Apa yang harus dilakukan?

.

baca juga ; https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Penyebab utama kematian anak balita adalah komplikasi kelahiran prematur, radang paru-paru, asfiksia lahir, kelainan bawaan, diare dan malaria. Hampir setengah dari kematian ini terjadi pada bayi baru lahir. Anak di Afrika sub-Sahara lebih dari 15 kali lebih mungkin meninggal sebelum usia 5 tahun, daripada anak di negara berpenghasilan tinggi.  

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

.

Meskipun dunia secara keseluruhan telah mempercepat kemajuan dalam mengurangi angka kematian anak balita, disparitas ada pada angka kematian anak balita di seluruh wilayah dan negara. Afrika Sub-Sahara tetap menjadi wilayah dengan angka kematian balita di dunia tertinggi, dengan 1 dari 13  anak meninggal sebelum ulang tahunnya yang kelima, 15 kali lebih tinggi daripada di negara maju. Dua wilayah, Afrika Sub-Sahara dengan Asia Tengah dan Selatan, menyumbang lebih dari 80 persen dari 5,3 juta kematian balita di tahun 2018. Pada hal di wilayah tersebut hanya memiliki 52 persen dari populasi global balita. Setengah dari semua kematian balita di tahun 2018 terjadi hanya di lima negara, yaitu India, Nigeria, Pakistan, Ethiopia, dan Republik Demokratik Kongo. Di India dan Nigeria saja terhitung sekitar sepertiga dari seluruh kematian balita global.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/24/2018-kematian-di-jalan-raya/

.

Paling tidak ada 2 penyebab kematian pada anak balita yang utama, yaitu diare dan pneumonia. Diare yang menyebabkan kematian anak balita, faktor risikonya adalah tidak disusui, penggunaan air minum dan makanan yang tidak aman, praktik kebersihan yang buruk, dan malnutrisi. Oleh sebab itu, tindakan pencegahannya meliputi menyusui secara eksklusif, pemberian air dan makanan yang aman, sanitasi dan kebersihan lingkungan yang memadai, pemberian nutrisi yang cukup, dan vaksinasi. Sedangkan tindakan medisnya meliputi pemberian larutan rehidrasi oral rendah osmolaritas (ORS) tidak terlambat dan suplemen seng selama 10 hari tanpa terputus.

.

Pneumonia atau infeksi pernapasan akut lainnya yang dapat meyebabkan kematian anak, faktor risikonya adalah berat badan lahir bayi yang rendah, malnutrisi, tidak disusui secara eksklusif, dan kondisi rumah yang penuh sesak. Oleh sebab itu, tindakan pencegahannya berupa kunjungan pemeriksaan kehamilan (ANC) untuk ibu hamil secara teratur, nutrisi yang cukup, menyusui secara eksklusif, pengurangan polusi udara rumah tangga, dan vaksinasi. Sedangkan tindakan medisnya berupa pemberian obat antibiotik dan kadang tambahan oksigen untuk penyakit parah.

.

Kelainan bawaan, cedera, dan penyakit tidak menular, khususnya pada jalan napas, jantung, kanker, diabetes, dan obesitas adalah prioritas pada agenda kesehatan anak global. Kelainan bawaan terjadi pada sekitar 1 dari 33 bayi, sehingga menghasilkan 3,2 juta anak berkebutuhan khusus setiap tahun. Beban penyakit global akibat penyakit tidak menular yang memengaruhi anak semakin meningkat dengan cepat, meskipun banyak faktor risiko dapat dicegah. Selain itu, jumlah anak yang kelebihan berat badan di seluruh dunia meningkat dari yang diperkirakan semula, yaitu 31 juta pada tahun 2000 menjadi 42 juta pada tahun 2015, termasuk di negara dengan prevalensi kurang gizi pada anak yang rendah.

.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diadopsi oleh PBB pada tahun 2015, bertujuan untuk mempromosikan kehidupan yang sehat dan kesejahteraan bagi semua anak. Sasaran 3 SDG adalah untuk mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita di tahun 2030. Sasaran SGD 3.2 ini memiliki dua target di setiap negara. Pertama, mengurangi angka kematian bayi baru lahir hingga setidaknya 12 per 1.000 kelahiran hidup dan kedua, mengurangi angka kematian balita hingga paling sedikit 25 per 1.000 kelahiran hidup.

.

Target SGD 3.2 ini terkait erat dengan target SGD 3.1 untuk mengurangi angka kematian ibu bersalin global, menjadi kurang dari 70 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Selain itu, dan target SGD 2.2 untuk mengakhiri semua bentuk kekurangan gizi, karena kekurangan gizi merupakan penyebab kematian yang sering terjadi pada anak balita. Kemajuan yang dipercepat dibutuhkan di lebih dari seperempat negara, untuk mencapai target SDG 1 tentang kematian balita pada tahun 2030. Memenuhi target SDG akan mengurangi jumlah kematian balita di bawah 10 juta antara 2017 dan 2030. Upaya terfokus masih diperlukan di Afrika Sub-Sahara dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk mencegah 80 persen dari kematian bayi ini.

.

Saat ini ada vaksin yang telah tersedia untuk beberapa penyakit anak yang paling mematikan, seperti campak, polio, difteri, tetanus, pertusis, radang paru-paru akibat infeksi bakteri Haemophilius influenzae tipe B dan Streptococcus pneumonia, bahkan untuk diare karena infeksi rotavirus. Vaksin sudah terbukti dapat melindungi semua anak dari penyakit dan mampu menurunkan angka kematian anak.

.

Sudahkah kita memberikannya pada anak di sekitar kita?

Sekian

di dalam kabin bis CEPAT Eka jurusan Surabaya yang mewah, anggun dan laju

Yogyakarta, 31 Desember 2019

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Prakualifikasi Obat Kanker Payudara

Hasil gambar untuk obat kanker payudara

PRAKUALIFIKASI OBAT KANKER PAYUDARA

fx. wikan indrarto*)

Bapak Edy Haryadi, suami Ny. Yuniarti Tanjung, yang merupakan pasien kanker payudara HER2 positif, menggugat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yang menghentikan penjaminan obat kanker trastuzumab. Keputusan BPJS Kesehatan tersebut berlaku sejak 1 April 2018. Apa yang menarik?

.

Kanker payudara HER2-positif adalah kanker payudara dengan ‘Human Epidermal Growth Factor Receptor’ 2 (HER2), yang mempromosikan pertumbuhan sel kanker. Sekitar 1 dari 5 pengidap kanker payudara, memiliki sel kanker dengan mutasi gen yang membuat kelebihan protein HER2-nya. Kanker payudara HER2-positif cenderung lebih agresif daripada jenis kanker payudara lainnya. Penghentian penjaminan oleh BPJS Kesehatan tersebut salah satu penyebabnya adalah harga obat trastuzumab yang sangat mahal, yaitu mencapai Rp 25 juta. Selain itu, sesuai dengan Keputusan Dewan Pertimbangan Klinis (DPM), yang menyatakan bahwa obat trastuzumab tidak memiliki dasar indikasi medis untuk digunakan bagi pasien kanker payudara metastatik, walaupun dengan restriksi.

.

Untunglah pada hari Rabu, 18 Desember 2019 sudah diadakan prakualifikasi obat biosimilar trastuzumab pertama, yaitu agar pengobatan mahal dan menyelamatkan jiwa ini lebih terjangkau dan tersedia, bagi wanita dengan kanker payudada secara global. Kanker payudara adalah bentuk kanker paling umum pada wanita. Sekitar 2,1 juta wanita terkena kanker payudara pada tahun 2018. Sekitar 630.000 di antaranya meninggal karena penyakit ini, banyak karena keterlambatan diagnosis dan kurangnya akses ke pengobatan yang terjangkau.

.

Trastuzumab, sebuah obat antibodi monoklonal, dimasukkan dalam Daftar Obat Esensial WHO pada tahun 2015, sebagai pengobatan penting untuk sekitar 20% kanker payudara. Ini telah menunjukkan kemanjuran tinggi dalam menyembuhkan kanker payudara tahap awal dan dalam beberapa kasus, juga dapat dipergunakan pada bentuk penyakit yang lebih lanjut.

.

“Prakualifikasi WHO untuk biosimilar trastuzumab adalah berita baik bagi wanita di mana-mana,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Perempuan di banyak budaya menderita kesenjangan gender ketika mengakses layanan kesehatan. Di negara-negara miskin, ada beban tambahan karena kurangnya akses ke pengobatan bagi banyak orang, dan tingginya biaya obat-obatan. Perawatan kanker payudara yang efektif dan terjangkau harus menjadi hak bagi semua wanita, bukan hak istimewa beberapa orang saja.

.

Biaya rata-rata global dari trastuzumab dari perusahaan farmasi pembuatnya adalah $ 20.000, harga yang membuatnya jauh dari jangkauan banyak wanita dan sistem perawatan kesehatan di sebagian besar negara. Versi biosimilar dari trastuzumab umumnya 65% lebih murah daripada obat asli. Dengan daftar obat esensial WHO ini maka lebih banyak produk obat diharapkan masuk ke dalam jalur prakualifikasi, sehingga harga akan turun lebih jauh.

.

Obat biosimilar yang diproduksi oleh Samsung Bioepis NL B.V. (Belanda), dinilai oleh WHO sebanding dengan trastuzumab dalam hal kemanjuran, keamanan dan kualitas. Obat biosimilar itu berarti memenuhi syarat untuk proses pengadaan oleh badan-badan PBB secara global dan untuk tender nasional. Obat bioterapi atau biosimilar yang dihasilkan dari sumber biologis seperti sel manusia, bukan seperti trastuzumab dari bahan kimia yang disintesis, adalah bagian pengobatan yang penting untuk beberapa kanker dan penyakit tidak menular lainnya. Seperti obat generik, obat biosimilar dapat menjadi versi yang lebih murah dibandingkan bioterapeutik inovator, tetapi sekaligus memiliki efektivitas yang sama. Obat biosimilar biasanya diproduksi oleh perusahaan farmasi lain, begitu hak paten produk asli telah kedaluwarsa.

.

Beberapa obat biosimilar dari trastuzumab telah dipasarkan dalam lima tahun terakhir, tetapi belum ada yang memenuhi syarat. Prakualifikasi oleh WHO pada obat biosimilar dari trastuzumab yang terakhir, memberi jaminan bagi banyak negara untuk dapat membeli obat dan produk kesehatan yang berkualitas.

.

Sebuah studi terbaru tentang kanker payudara di sub-Sahara Afrika menemukan bahwa dari 1.325 wanita yang disurvei di tiga negara, pengobatan kanker belum dimulai dalam satu tahun sejak didiagnosis untuk 227 (17%) wanita dan untuk 185 (14%) wanita dengan stadium I-III penyakit tersebut. Hambatan pengobatan yang dilaporkan sendiri oleh responden, mengkonfirmasi data bahwa biaya pengobatan sebagai kontributor utama untuk para wanita tersebut tidak menerima pengobatan.

.

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2040 jumlah wanita dengan kanker payudara yang didiagnosis akan mencapai 3,1 juta, dengan peningkatan terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Ketersediaan obat biosimilar telah menurunkan harga, membuat biaya perawatan lebih inovatif bahkan lebih terjangkau, dan akan tersedia untuk lebih banyak orang.

.

Momentum prakualifikasi obat biosimilar untuk menggantikan trastuzumab yang berharga sangat mahal, sangat menjanjikan. Obat baru ini sebentar lagi akan lebih terjangkau dan tersedia, bagi para wanita dengan kanker payudada secara global, termasuk yang mendapatkan penjaminan biaya dari BPJS Kesehatan, di seluruh Indonesia.

Sudahkah kita menyadari?

Sekian

Gereja Katolik Probolinggo, Jawa Timur

Yogyakarta, 30 Desember 2019

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Tahun Perawat dan Bidan

Artikel Kesehatan: Hari Kesehatan Dunia 2019 | SESAWI.NET

TAHUN  PERAWAT  DAN  BIDAN

fx. wikan indrarto*)

 Hari Kesehatan Dunia (World Health Day) dirayakan pada tanggal 7 April setiap tahunnya. Peringatan ini diadakan untuk menandai berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada 7 April 1948. Pada Hari Kesehatan Dunia Selasa, 7 April 2020 ini, kita diingatkan bahwa sepanjang tahun 2020, yaitu 1 Januari – 31 Desember 2020, telah ditetapkan sebagai Tahun Perawat dan Bidan atau ‘The Year of the Nurse and the Midwife’ (YONM).

.

Perawat dan bidan memainkan peran penting dalam menyediakan layanan kesehatan bagi masyakarat. Mereka adalah orang-orang yang mengabdikan hidup mereka, untuk merawat ibu dan anak, memberikan imunisasi dan nasihat kesehatan yang menyelamatkan jiwa, merawat orang tua dan pada umumnya memenuhi kebutuhan kesehatan esensial sehari-hari. Mereka sering kali menjadi titik perawatan pertama dan bahkan mungkin satu-satunya di komunitas mereka. Oleh sebab itu, dunia hanya akan mencapai cakupan kesehatan semesta atau ‘Universal Health Couverage’ (UHC), dengan mengakui peran penting yang mereka mainkan, dan dengan berinvestasi lebih banyak dalam menciptakan tenaga perawat dan bidan yang profesional.

.

WHO menetapkan bahwa tahun 2020 sebagai Tahun Perawat dan Bidan, sesuai dengan peringatan dua abad kelahiran pendiri aspek perawat modern, yaitu Florence Nightingale. Kita tahu bahwa Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan para korban perang saat berkecamuk Perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia. Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep kebersihan rumah sakit dan ketrampilan juru rawat. Selain itu, ia juga memberikan penekanan kepada ketelitian terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik, sebagai bahan argumentasi untuk mendukung perubahan ke arah yang lebih baik, pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

.

Peringatan dua abad kelahiran Florence Nightingale tersebut berupa penghargaan terhadap jasa dan kontribusi petugas kesehatan, khususnya  perawat dan bidan, dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat global. Selain itu, juga merumuskan, menghargai dan mengatasi tantangan yang dihadapi perawat dan bidan, terlebih yang memberikan perawatan kesehatan di tempat yang paling dibutuhkan. Fokus global selama setahun ini juga meningkatkan investasi dalam menciptakan tenaga perawat dan bidan yang profesional.

·

Pada tahun 2018, perawat dan bidan merupakan hampir 50% dari total tenaga kesehatan global. Namun demikian, masih terdapat kekurangan global tenaga kesehatan, khususnya perawat dan bidan, dengan kebutuhan terbesar adalah di wilayah Asia Tenggara dan Afrika. Untuk semua negara dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan poin 3 terkait kesehatan dan kesejahteraan, WHO memperkirakan bahwa dunia membutuhkan tambahan 9 juta orang perawat dan bidan pada tahun 2030.

Perawat dan bidan memainkan peran penting dalam promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan memberikan perawatan kesehatan primer pada masyarakat. Bahkan mereka juga terlatih memberikan perawatan dalam keadaan darurat, sehingga akan mampu menjadi kunci dalam pencapaian cakupan kesehatan semesta atau ‘Universal Health Couverage’ (UHC).

.

Berinvestasi pada penciptaan tenaga perawat dan bidan adalah nilai terbaik secara finansial (good value for money). Laporan Komisi Tingkat Tinggi PBB tentang Ketenagakerjaan Kesehatan dan Pertumbuhan Ekonomi menyimpulkan bahwa, investasi dalam pendidikan dan penciptaan lapangan kerja di sektor kesehatan dan sosial, akan menghasilkan pengembalian dan peningkatan hasil tiga kali lipat dalam derajad kesehatan, keamanan global, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

.

Secara global, 70% tenaga kesehatan dan sosial adalah wanita dibandingkan dengan hanya 41% di semua sektor pekerjaan. Dengan demikian profesi perawat dan bidan merupakan bagian yang signifikan dari tenaga kerja wanita. Perawat memiliki banyak peran, misalnya menyediakan dan mengelola perawatan kesehatan, bekerja dengan keluarga dan masyarakat, memainkan peran sentral dalam kesehatan masyarakat, dan mengendalikan penyakit tidak menular maupun infeksi.

.

Perawat seringkali merupakan tenaga profesional kesehatan pertama dan bahkan terkadang satu-satunya yang ditemui pasien, sehingga penilaian awal, kualitas perawat, dan kinerja keperawatannya sangat penting. Perawat juga merupakan bagian dari komunitas lokal mereka, yang dapat berbagi budaya, kekuatan dan kerentanan dengan masyarakat sekitar. Dengan demikian perawat dan bidan akan lebih mampu untuk membentuk dan memberikan intervensi kesehatan yang efektif, dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, keluarga, dan masyarakat.

.

Momentum sepanjang tahun 2020 yang ditetapkan sebagai Tahun Perawat dan Bidan atau ‘The Year of the Nurse and the Midwife’ (YONM), dan mengenang Florence Nightingale, pelopor keperawatan modern, mengingatkan kita akan peran penting para perawat dan bidan, dalam mencapai cakupan kesehatan semesta atau ‘Universal Health Couverage’ (UHC). Semua dokter hendaknya berkolaborasi dengan para perawat dan bidan, dalam memberikan layanan kesehatan, untuk perbaikan derajad kesehatan individu dan masyarakat, bahkan pada era pageblug COVID-19 yang melelahkan ini.

.


Sudahkah kita menyadari?

Taj Mahal di Agra, India utara

Sekian

Yogyakarta, 21 Desember 2019

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161