Categories
Istanbul

2020 Menurunkan Angka Kematian Anak

Hasil gambar untuk kematian anak

MENURUNKAN  ANGKA  KEMATIAN  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Pada tahun 2018 diperkirakan 6,2 juta anak dan remaja di bawah usia 15 tahun meninggal, sebagian besar dari penyebab yang dapat dicegah. Dari jumlah kematian ini, sekitar 5,3 juta terjadi dalam 5 tahun pertama, dengan hampir setengahnya terjadi pada bulan pertama kehidupan. Apa yang harus dilakukan?

.

baca juga ; https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Penyebab utama kematian anak balita adalah komplikasi kelahiran prematur, radang paru-paru, asfiksia lahir, kelainan bawaan, diare dan malaria. Hampir setengah dari kematian ini terjadi pada bayi baru lahir. Anak di Afrika sub-Sahara lebih dari 15 kali lebih mungkin meninggal sebelum usia 5 tahun, daripada anak di negara berpenghasilan tinggi.  

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

.

Meskipun dunia secara keseluruhan telah mempercepat kemajuan dalam mengurangi angka kematian anak balita, disparitas ada pada angka kematian anak balita di seluruh wilayah dan negara. Afrika Sub-Sahara tetap menjadi wilayah dengan angka kematian balita di dunia tertinggi, dengan 1 dari 13  anak meninggal sebelum ulang tahunnya yang kelima, 15 kali lebih tinggi daripada di negara maju. Dua wilayah, Afrika Sub-Sahara dengan Asia Tengah dan Selatan, menyumbang lebih dari 80 persen dari 5,3 juta kematian balita di tahun 2018. Pada hal di wilayah tersebut hanya memiliki 52 persen dari populasi global balita. Setengah dari semua kematian balita di tahun 2018 terjadi hanya di lima negara, yaitu India, Nigeria, Pakistan, Ethiopia, dan Republik Demokratik Kongo. Di India dan Nigeria saja terhitung sekitar sepertiga dari seluruh kematian balita global.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/24/2018-kematian-di-jalan-raya/

.

Paling tidak ada 2 penyebab kematian pada anak balita yang utama, yaitu diare dan pneumonia. Diare yang menyebabkan kematian anak balita, faktor risikonya adalah tidak disusui, penggunaan air minum dan makanan yang tidak aman, praktik kebersihan yang buruk, dan malnutrisi. Oleh sebab itu, tindakan pencegahannya meliputi menyusui secara eksklusif, pemberian air dan makanan yang aman, sanitasi dan kebersihan lingkungan yang memadai, pemberian nutrisi yang cukup, dan vaksinasi. Sedangkan tindakan medisnya meliputi pemberian larutan rehidrasi oral rendah osmolaritas (ORS) tidak terlambat dan suplemen seng selama 10 hari tanpa terputus.

.

Pneumonia atau infeksi pernapasan akut lainnya yang dapat meyebabkan kematian anak, faktor risikonya adalah berat badan lahir bayi yang rendah, malnutrisi, tidak disusui secara eksklusif, dan kondisi rumah yang penuh sesak. Oleh sebab itu, tindakan pencegahannya berupa kunjungan pemeriksaan kehamilan (ANC) untuk ibu hamil secara teratur, nutrisi yang cukup, menyusui secara eksklusif, pengurangan polusi udara rumah tangga, dan vaksinasi. Sedangkan tindakan medisnya berupa pemberian obat antibiotik dan kadang tambahan oksigen untuk penyakit parah.

.

Kelainan bawaan, cedera, dan penyakit tidak menular, khususnya pada jalan napas, jantung, kanker, diabetes, dan obesitas adalah prioritas pada agenda kesehatan anak global. Kelainan bawaan terjadi pada sekitar 1 dari 33 bayi, sehingga menghasilkan 3,2 juta anak berkebutuhan khusus setiap tahun. Beban penyakit global akibat penyakit tidak menular yang memengaruhi anak semakin meningkat dengan cepat, meskipun banyak faktor risiko dapat dicegah. Selain itu, jumlah anak yang kelebihan berat badan di seluruh dunia meningkat dari yang diperkirakan semula, yaitu 31 juta pada tahun 2000 menjadi 42 juta pada tahun 2015, termasuk di negara dengan prevalensi kurang gizi pada anak yang rendah.

.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diadopsi oleh PBB pada tahun 2015, bertujuan untuk mempromosikan kehidupan yang sehat dan kesejahteraan bagi semua anak. Sasaran 3 SDG adalah untuk mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita di tahun 2030. Sasaran SGD 3.2 ini memiliki dua target di setiap negara. Pertama, mengurangi angka kematian bayi baru lahir hingga setidaknya 12 per 1.000 kelahiran hidup dan kedua, mengurangi angka kematian balita hingga paling sedikit 25 per 1.000 kelahiran hidup.

.

Target SGD 3.2 ini terkait erat dengan target SGD 3.1 untuk mengurangi angka kematian ibu bersalin global, menjadi kurang dari 70 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Selain itu, dan target SGD 2.2 untuk mengakhiri semua bentuk kekurangan gizi, karena kekurangan gizi merupakan penyebab kematian yang sering terjadi pada anak balita. Kemajuan yang dipercepat dibutuhkan di lebih dari seperempat negara, untuk mencapai target SDG 1 tentang kematian balita pada tahun 2030. Memenuhi target SDG akan mengurangi jumlah kematian balita di bawah 10 juta antara 2017 dan 2030. Upaya terfokus masih diperlukan di Afrika Sub-Sahara dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk mencegah 80 persen dari kematian bayi ini.

.

Saat ini ada vaksin yang telah tersedia untuk beberapa penyakit anak yang paling mematikan, seperti campak, polio, difteri, tetanus, pertusis, radang paru-paru akibat infeksi bakteri Haemophilius influenzae tipe B dan Streptococcus pneumonia, bahkan untuk diare karena infeksi rotavirus. Vaksin sudah terbukti dapat melindungi semua anak dari penyakit dan mampu menurunkan angka kematian anak.

.

Sudahkah kita memberikannya pada anak di sekitar kita?

Sekian

di dalam kabin bis CEPAT Eka jurusan Surabaya yang mewah, anggun dan laju

Yogyakarta, 31 Desember 2019

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *