Categories
Istanbul

2020 Semakin Sedikit Antibiotika

Hasil gambar untuk antibiotika adalah

SEMAKIN  SEDIKIT  ANTIBIOTIKA

fx. wikan indrarto*)

Jumlah korban wabah koronavirus baru (nCoV) yang melanda Cina mencapai 132 orang, dengan lebih dari 6.000 orang terinfeksi, The New York Times dan CNN melaporkan Rabu, 29 Januari 2020 waktu setempat. Ancaman yang mematikan sebenarnya tidak hanya wabah nCoV, tetapi juga berkurangnya investasi dan inovasi dalam pengembangan obat antibiotik baru. Hal ini mengancam upaya kita untuk memerangi infeksi bakteri yang kebal atau resisten terhadap obat. Apa yang perlu dilakukan?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/17/2020-corona-virus-baru/

.

Saat ini terdapat 60 produk bakal obat yang sedang dalam pengembangan, yaitu 50 antibiotik dan 10 biologik, tetapi diprediksi hanya membawa sedikit manfaat dibandingkan pengobatan yang sudah ada. Selain itu, juga sangat sedikit penelitian yang menargetkan bakteri resisten yang paling kritis, yaitu bakteri gram-negatif.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/11/13/2019-pekan-kewaspadaan-antibiotika-2/

.

Saat ini ancaman resistensi antimikroba atau kekebalan kuman terhadap obat lebih besar dan kebutuhan akan solusi juga lebih mendesak. Oleh sebab itu, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO menekankan perlunya sejumlah inisiatif baru untuk mengurangi resistensi bakteri, yaitu negara dan industri farmasi harus meningkatkan dan berkontribusi dalam pendanaan berkelanjutan, untuk penelitian obat antibiotika baru yang inovatif. Penelitian dan pengembangan untuk calon obat antibiotik terutama didorong oleh perusahaan farmasi kecil atau menengah, tetapi perusahaan farmasi besar justru terus keluar dari cakupan penelitian ini.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/05/22/2018-tanpa-antibiotika/

.

Pada tahun 2017 WHO menerbitkan daftar patogen prioritas, yaitu 12 kelas bakteri ditambah bakteri tuberkulosis, yang meningkatkan risiko terhadap kesehatan manusia secara global, karena bateri tersebut telah resisten terhadap sebagian besar obat antibiotika yang ada. Daftar tersebut disusun untuk mendorong komunitas riset medis, dalam mengembangkan pengobatan inovatif untuk bakteri yang telah resisten. Antibiotik yang sedang dikembangkan untuk melawan patogen prioritas WHO meliputi β-Laktam, Tetrasiklin, Aminoglikosida, Topoisomerase inhibitor, Penghambat FabI, FtsZ inhibitor, Oksazolidinon, Macrolides dan ketolides, Hibrida, Polimiksin, infeksi TB, DprE1 inhibitor, dan infeksi C. difficile.

Selain itu, ada penelitian untuk menemukan agen biologis dalam melawan bakteri S. aureus, bakteri P. aeruginosa, dan bakteri C. difficile. Namun demikian, jalur penelitian klinis (the clinical pipeline) masih tidak cukup untuk mengatasi tantangan peningkatan kemunculan dan penyebaran resistensi antimikroba. Hal ini terutama karena penelitian tersebut hanya dilakukan oleh perusahaan kecil atau menengah saja, sedangkan industri farmasi besar justru telah angkat kaki (continuing to exit the field).

.

Memang telah ada 8 agen antibakteri baru yang telah disetujui sejak 1 Juli 2017, tetapi secara keseluruhan, semua obat tersebut hanya memiliki manfaat klinis terbatas. Selain itu, sebuah calon obat atau agen anti-TB baru, yaitu pretomanid, telah disetujui untuk digunakan dalam pengobatan kombinasi untuk TB MDR.

.

Jalur penelitian klinis (the clinical pipeline) saat ini memiliki 50 jenis antibiotik dan 10 jenis agen biologis, dimana 32 jenis antibiotik ditujukan terhadap bakteri patogen prioritas WHO. Enam agen ini memenuhi setidaknya satu kriteria inovasi, tetapi hanya dua di antaranya yang aktif terhadap bakteri patogen kritis, yaitu MDR Gram-negatif. Lebih dari 40% calon obat antibiotika yang menargetkan patogen prioritas WHO, terdiri dari β-laktam dan kombinasi β-laktamase inhibitor (BLI), dengan kesenjangan besar dalam aktivitas terhadap produsen metallo-β lactamase (MBL). Untunglah calon obat anti bakteri TB dan C. difficile lebih inovatif, dengan lebih dari setengah calon antibiotik memenuhi semua kriteria inovasi.

.

Dari 50 calon antibiotik dalam penelitian intensif, 32 menargetkan patogen prioritas, tetapi mayoritas hanya memiliki manfaat terbatas, jika dibandingkan dengan obat antibiotik yang sudah ada. Dua di antaranya aktif terhadap bakteri Gram-negatif yang resistan terhadap berbagai obat, yang menyebar dengan cepat dan membutuhkan solusi segera. Bakteri Gram-negatif, seperti Klebsiella pneumoniae dan Escherichia coli, dapat menyebabkan infeksi parah dan seringkali mematikan, yang menimbulkan ancaman khusus bagi pasien dengan sistem kekebalan yang lemah atau belum berkembang sepenuhnya, termasuk bayi baru lahir, lansia, orang yang menjalani operasi dan perawatan kanker.

.

Kesenjangan yang mengkhawatirkan justru terjadi di dalam aktivitas terhadap NDM-1 (New Delhi metallo-beta-lactamase 1) yang sangat resisten, dengan hanya tiga antibiotik dalam penelitian. NDM-1 membuat bakteri resisten terhadap berbagai antibiotik, termasuk golongan carbapenem, yang saat ini adalah obat dalam garis pertahanan terakhir terhadap infeksi bakteri yang kebal antibiotik. Untuk itu, penting sekali memfokuskan investasi publik dan swasta pada pengembangan perawatan yang efektif melawan bakteri yang sangat resisten, karena kita telah kehabisan pilihan jenis antibiotika. Selain itu, kita perlu memastikan bahwa setelah antibiotika baru ini teruji, obat tersebut seharusnya tersedia untuk semua pasien yang membutuhkannya.

.

Untunglah agen antibakteri untuk mengobati bakteri TBC dan Clostridium difficile (yang menyebabkan diare) terbukti lebih menjanjikan, dengan lebih dari setengah calon obat memenuhi semua kriteria inovasi yang ditentukan oleh WHO. Selain itu, penelitian dan pengembangan tahap praklinis menunjukkan lebih banyak inovasi dan keanekaragaman yang terjadi, dengan 252 buah calon obat antibiotika yang sedang dikembangkan, untuk mengobati patogen prioritas. Namun demikian, produk ini masih dalam tahap awal pengembangan dan masih perlu dibuktikan aspek keefektifan dan keamanannya. Dengan skenario optimis, dua hingga lima produk pertama akan tersedia sebagai obat antibiotika baru dalam waktu sekitar 10 tahun lagi.

.

Momentum wabah nCoV di Wuhan China yang mematikan, juga mengingatkan kita akan ancaman resistensi bakteri terhadap antibiotik, yang juga mematikan. Prioritas kita adalah meningkatkan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi bakteri, serta untuk mendorong penggunaan yang lebih tepat obat antibiotik yang ada maupun yang akan datang.

.

Bagaimana sikap kita?

Candi Siwa di Chenaei, Tamil Nadu, India Selatan

Yogyakarta, 29 Januari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.WA :  081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

2 replies on “2020 Semakin Sedikit Antibiotika”

Saya mendukung untuk pemakaian antibiotik yang lebih tepat. Perlunya sosialisasi pada masyarakat bahwa penggunaan antibiotika yang berlebihan akan membuat resistensi bakteri semakin kuat dan semakin susah dikendalikan. Hidup sehat, menjaga kebugaran tubuh sangat penting dicanangkan untuk daya tahan tubuh lebih kuat terhadap bakteri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *