Categories
Istanbul

2020 Iklim Buruk bagi Anak

Hasil gambar untuk dampak buruk iklim yang tidak menentu

IKLIM BURUK BAGI ANAK

fx. wikan indrarto*)

Kerjasama Lancet-WHO-UNICEF pada hari Rabu, 19 Februari 2020 mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa dunia telah gagal memberi anak, kehidupan yang sehat dan iklim yang sesuai untuk masa depan mereka. Mengapa demikian?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/09/24/2019-iklim-yang-tidak-sehat/

.

Laporan yang berjudul ‘A Future for the World Children?’ menuliskan bahwa kesehatan dan masa depan setiap anak dan remaja di seluruh dunia, berada di bawah ancaman langsung dari degradasi ekologis dan perubahan iklim. Selain itu, juga terdampak dari praktik pemasaran eksploitatif yang mendorong makanan cepat saji, minuman manis, alkohol dan tembakau, yang semuanya berbahaya terhadap kesehatan anak.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/07/13/2019-cuaca-panas-dan-kesehatan/

.

“Meskipun pernah ada perbaikan dalam derajad kesehatan anak dan remaja selama 20 tahun terakhir, tetapi kemajuan tersebut telah terhenti, dan bahkan akan berbalik,” kata mantan Perdana Menteri Selandia Baru dan Ketua Komisi Kerjasama Lancet-WHO-UNICEF, Helen Clark. “Diperkirakan sekitar 250 juta anak balita di negara berpenghasilan rendah dan menengah, berisiko tidak mencapai potensi perkembangan mereka, karena mengalami ‘stunting’ dan kemiskinan. Namun demikian, yang lebih memprihatinkan adalah bahwa setiap anak di seluruh dunia, sekarang menghadapi ancaman nyata dari perubahan iklim dan tekanan perdagangan makanan komersial.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/06/06/2019-kota-sehat/

.

Semua negara perlu merombak pendekatan mereka terhadap pembangunan bidang kesehatan anak dan remaja, untuk memastikan bahwa kita tidak hanya menjaga anak kita pada hari ini, tetapi juga melindungi dunia yang akan mereka warisi di masa depan. Laporan ‘A Future for the World Children?’ tersebut mencakup indeks global baru dari 180 negara, yang membandingkan pertumbuhan anak antar negara. Dalam hal ini meliputi ukuran kelangsungan hidup dan kesejahteraan anak, seperti derajad kesehatan, tingkat pendidikan, dan asupan nutrisi. Selain itu, juga keberlanjutan pengendalian emisi gas rumah kaca dan ekuitas atau kesenjangan pendapatan keluarga.

.

Menurut laporan itu, semua negara miskin perlu berbuat lebih banyak untuk mendukung kemampuan anak di negera tersebut, agar hidup lebih sehat dan mengendalikan emisi karbon (CO2) yang berlebihan, karena mengancam masa depan semua anak. Tahun 2018 sebanyak 55,3 gigaton CO2 global dipompa ke atmosfer, meningkat dibanding pada 2017 sebanyak 53,5 gigaton. Jika pemanasan global melebihi 4 °C terus terjadi sampai pada tahun 2100 sejalan dengan proyeksi saat ini, kondisi ini akan menyebabkan konsekuensi kesehatan yang menghancurkan bagi semua anak. Hal ini disebabkan karena akan terjadi naiknya permukaan air laut, gelombang panas, peningkatan kejadian penyakit seperti malaria, demam berdarah Dengue, dan kekurangan gizi.

.

Indeks dalam laporan ‘A Future for the World Children?’ ini menunjukkan bahwa anak di Norwegia, Republik Korea, dan Belanda memiliki peluang terbaik untuk bertahan hidup dan sejahtera, sementara anak di Republik Afrika Tengah, Chad, Somalia, Niger, dan Mali menghadapi peluang terburuk. Namun demikian, ketika emisi CO2 per kapita diperhitungkan, Norwegia berada di peringkat 156, Republik Korea 166, dan Belanda 160. Masing-masing dari ketiga negara tersebut mengeluarkan emisi 210% lebih banyak CO2 per kapita, daripada target tahun 2030 mereka. Amerika Serikat, Australia, dan Arab Saudi adalah di antara sepuluh penghasil emisi terburuk. Beberapa negara yang berada di jalur yang ideal untuk mengatasi target emisi per kapita CO2 pada tahun 2030, ternyata juga melakukan dengan adil, beberapa program untuk mendukung pertumbuhan anak. Kita dapat meniru negara tersebut, yaitu Albania, Armenia, Grenada, Yordania, Moldova, Sri Lanka, Tunisia, Uruguay dan Vietnam.

.

Laporan ‘A Future for the World Children?’ ini juga menyoroti ancaman berbeda, yang ditimbulkan dari program pemasaran masif yang berbahaya pada anak. Pemasaran berbahaya untuk menu makanan cepat saji, telah memangsa anak secara global dan kejadian obesitas meningkat 11 kali lipat. Bukti menunjukkan bahwa anak di beberapa negara melihat sebanyak 30.000 iklan makanan cepat saji dalam satu tahun, hanya di televisi saja. Selain itu, paparan terhadap kaum muda akan iklan vaping (rokok elektronik) meningkat lebih dari 250% di AS selama dua tahun, mencapai lebih dari 24 juta anak muda.

.

Paparan terhadap anak tentang pemasaran ‘junk food’ dan minuman manis, dikaitkan dengan peningkatan pembelian makanan yang tidak sehat dan kelebihan berat badan atau obesitas pada anak. Hal ini menunjukkan hubungkan pemasaran barang konsumtif sebagai predator dengan peningkatan yang mengkhawatirkan, atas obesitas pada anak. Jumlah anak dan remaja gemuk meningkat dari 11 juta pada tahun 1975 menjadi 124 juta pada tahun 2016, atau peningkatan 11 kali lipat, dengan biaya layanan kesehatan bagi individu dan masyarakat, yang tentu saja meningkat secara mengerikan.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/01/10/stigma-sosial-obesitas/

.

Untuk melindungi anak, laporan tersebut menyerukan gerakan global baru untuk kesehatan anak dan remaja. Rekomendasi spesifik meliputi beberapa hal penting. Pertama, hentikan peningkatan emisi CO2 dengan sangat mendesak, untuk memastikan semua anak memiliki masa depan yang baik di planet ini. Kunci utama menghentikan emisi CO2 yang menjadi penentu masa depan adalah, investasi setidaknya Rp. 22,4 triliun per tahun untuk energi terbarukan dan penggunaan energi yang lebih efisien. Selain itu, penghapusan batubara secara bertahap, dekarbonisasi alat transportasi, dekarbonisasi industri, dan peningkatan akses listrik untuk 3,5 miliar orang. Kedua, tempatkan anak dan remaja di pusat semua upaya untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan. Ketiga, kebijakan dan investasi baru di semua sektor untuk menuju pemenuhan hak anak dalam bidang kesehatan. Keempat, memasukkan suara dan harapan anak ke dalam keputusan kebijakan. Dan kelima, perketat peraturan nasional tentang pemasaran menu makanan yang berbahaya, sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hak Anak (UN Convention on the Rights of the Child).

.

Momentum terbitnya laporan Lancet-WHO-UNICEF pada hari Rabu, 19 Februari 2020 yang berjudul ‘A Future for the World Children?,’ mengingatkan kita bahwa kesehatan dan masa depan setiap anak dan remaja di seluruh dunia, berada di bawah ancaman langsung dari degradasi ekologis, perubahan iklim, dan pemasaran masif menu konsumtif. Para pembuat kebijakan di dunia, terbukti terlalu sering gagal melindungi hak kesehatan anak dan remaja, bahkan juga gagal melindungi planet mereka.

.

Apakah kita sudah bijak?

Sekian

Yogyakarta, 27 Februari 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Aborsi Aman

Hasil gambar untuk aborsi di jakarta

ABORSI  AMAN

fx. wikan indrarto*)

 

Penyidik Sub Direktorat 3 Sumber Daya Lingkungan, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, menutup klinik aborsi ilegal di Jalan Paseban, Senen, Jakarta Pusat pada hari Rabu, 19 Februari 2020. Aborsi ilegal dan tidak aman tersebut bertentangan dengan pedoman ‘Health Worker Roles In Providing Safe Abortion Care,’ yang diterbitkan pada 3 Juli 2015. Apa yang sebaiknya kita sadari?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/07/08/2019-perawatan-diri/

.

 

Lebih dari 3 juta ibu mengalami komplikasi karena aborsi yang tidak aman, tetapi tidak menerima perawatan yang memadai. Hampir setiap kematian dan kecacatan karena aborsi, sebenarnya dapat dicegah melalui pendidikan seksualitas, penggunaan kontrasepsi yang efektif, penyediaan sarana aborsi yang aman, hukum yang tegas, dan perawatan tepat waktu, untuk komplikasi tindakan aborsi. 

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/02/2020-menurunkan-angka-kematian-anak/

.

Aborsi yang tidak aman terjadi ketika kehamilan diakhiri, baik oleh orang yang tidak memiliki keterampilan yang diperlukan, atau di lingkungan yang tidak sesuai dengan standar medis minimal, atau keduanya. Orang-orang, keterampilan dan standar medis dianggap aman dalam penyediaan aborsi yang berbeda untuk aborsi medis (yang dilakukan dengan obat saja), dan aborsi bedah (yang dilakukan dengan aspirator manual atau listrik). Keterampilan dan standar medis diperlukan untuk aborsi yang aman, juga bervariasi tergantung pada usia  kehamilan dan perkembangan kemajuan ilmiah dan teknis.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/02/07/2020-ketimpangan-dalam-kesehatan/

.

Berdasarkan perkiraan WHO tahun 2008, ada sekitar 22 juta aborsi tidak aman setiap tahun yang mengakibatkan 47.000 kematian, dan lebih dari 5 juta komplikasi. Di negara maju, diperkirakan bahwa 30 ibu meninggal setiap 100.000 aborsi tidak aman. Angka itu naik menjadi 220 kematian per 100.000 aborsi tidak aman di negara berkembang dan 520 di sub-Sahara Afrika. Kematian dari aborsi yang tidak aman terjadi pada ibu di Afrika, menyumbang 29% dari semua aborsi yang tidak aman dan 62% kematian yang berhubungan dengan aborsi.

.

Komplikasi aborsi yang tidak aman meliputi aborsi tidak lengkap (kegagalan untuk mengeluarkan semua jaringan terkait kehamilan dari rahim), perdarahan (perdarahan berat), infeksi, perforasi uterus (rahim) karena tertusuk oleh benda tajam, dan kerusakan pada saluran kelamin dan organ internal dengan memasukkan benda-benda berbahaya seperti tongkat, jarum rajut, atau pecahan kaca ke dalam vagina atau anus. Komplikasi yang mengancam jiwa karena aborsi yang tidak aman adalah perdarahan, infeksi, cedera pada saluran kelamin dan organ internal. Penilaian awal yang akurat sangat penting untuk memastikan perawatan yang tepat dan rujukan cepat, atas komplikasi aborsi yang tidak aman. Tanda kritis dan gejala komplikasi yang membutuhkan perhatian segera meliputi perdarahan vagina abnormal, sakit perut, infeksi dan syok.

.

Pengobatan dan perawatan untuk komplikasi abortus tidak aman sesuai dengan tanda klinis, misalnya pada perdarahan perlu penanganan tepat waktu, karena kehilangan darah yang banyak dan penundaan penanganan dapat berakibat fatal. Pada infeksi perlu pengobatan dengan antibiotik memadai, bersamaan dengan evakuasi jaringan sisa kehamilan dari rahim sesegera mungkin. Pada kasus cedera saluran genital dan atau organ internal, perlu rujukan awal ke RS yang lebih mampu. Penyedia layanan kesehatan wajib memberikan penanganan medis untuk menyelamatkan nyawa setiap ibu yang mengalami komplikasi aborsi, terlepas dari alasan hukum tentang aborsi.

.

Namun dalam beberapa kasus, penanganan komplikasi aborsi hanya diberikan, apabila ibu telah bersedia tersebut memberikan informasi tentang orang yang melakukan aborsi. Tindakan awal untuk penggalian pengakuan dari ibu dalam keadaan darurat medis akibat aborsi ilegal, sebenarnya meningkatkan risiko kematian ibu. Persyaratan hukum tentang dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaporkan kasus ibu yang telah menjalani aborsi dan penundaan perawatan, akan meningkatkan risiko kematian ibu. PBB (UN Human Rights Standards) meminta semua negara untuk memberikan pengobatan segera dan tanpa syarat, kepada siapa saja yang mencari pertolongan medis darurat, termasuk ibu dengan komplikasi aborsi.

.

Aborsi yang tidak aman dapat dicegah melalui pendidikan seksual yang baik, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan melalui penggunaan kontrasepsi yang efektif, termasuk kontrasepsi darurat, dan penyediaan aborsi yang aman dan legal. Selain itu, kematian dan kecacatan akibat aborsi yang tidak aman dapat dikurangi melalui penyediaan tepat waktu, pengobatan darurat atas  komplikasi yang timbul. Selain kematian dan cacat yang disebabkan oleh aborsi tidak aman, ada biaya sosial dan keuangan utama untuk ibu, keluarga, masyarakat, dan sistem kesehatan. Pada tahun 2006, diperkirakan bahwa US$ 680 juta telah dihabiskan untuk menangani komplikasi serius karena aborsi yang tidak aman. Tambahan US$ 370 juta  diperlukan untuk memenuhi sepenuhnya kebutuhan pengobatan komplikasi dari aborsi yang tidak aman.

.

Aborsi tidak aman berisiko menyebabkan kematian dan berlangsung dalam sepanjang proses. Risiko tertinggi akan terjadi apabila menggunakan metode berbahaya, seperti penggunaan obat telan ataupun vaginal, juga penyisipan obat batangan ke dalam mulut rahim yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Masih ada risiko lainnya, misalnya ibu yang berbohong tentang penggunaan obat misoprostol atau petugas kesehatan yang tidak mengakui telah melakukan prosedur tindakan usang, seperti kuretase secara tajam.

.

Momentum ditutupnya klinik aborsi ilegal di Jl. Paseban, Senen, Jakarta Pusat, pada hari Rabu, 19 Februari 2020, mengingatkan pentingnya pedoman ‘Health Worker Roles In Providing Safe Abortion Care,’ dalam menekan terjadinya aborsi yang tidak aman, dan menurunkan angka kematian ibu.

.

Sudahkah pedoman tersebut digunakan di sini?

Sekian

Candi Angkor Wat di Siem Riep, Kerajaan Kamboja

Yogyakarta, 24 Februari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Tenggelam saat susur sungai

Hasil gambar untuk susur sungai jogja

TENGGELAM  SAAT  SUSUR  SUNGAI

fx. wikan indrarto*)


Kegiatan susur sungai siswa SMPN 1 Turi di Sungai Sempor, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berujung duka mendalam. Para peserta hanyut dan tenggelam saat susur sungai tersebut, enam orang siswa dilaporkan tewas dan empat siswa hilang pada hari Jumat, 22 Februari 2020. Pada 7 Mei 2017, telah terbit ‘Preventing drowning: an implementation guide‘ (Mencegah tenggelam: sebuah panduan implementasi). Publikasi ini disusun untuk memberikan panduan praktis tentang bagaimana menerapkan intervensi pencegahan tenggelam. Apa yang sebaiknya kita ketahui?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/02/2020-menurunkan-angka-kematian-anak/

.


Tenggelam adalah sebuah proses gangguan pernafasan karena perendaman atau pencelupan dalam cairan, yang dapat menyebabkan luka atau cidera dan kematian. Laporan global tentang tenggelam (Global Report On Drowning: Preventing A Leading Killer) pada tahun 2015, diperkirakan 360.000 orang meninggal karena tenggelam, sehingga tenggelam merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia, karena menjadi penyebab utama ke-3 kematian akibat kecelakaan yang tidak disengaja. Pada tahun 2015,  tenggelam menyumbang lebih dari 9% dari total angka kematian global, penyebab utama kematian akibat cedera yang tidak disengaja, dan mencapai 7% dari semua kematian terkait cedera.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/24/2018-kematian-di-jalan-raya/


.

Beban global dan kematian akibat tenggelam ditemukan di semua kelompok ekonomi dan wilayah. Namun demikian, tenggelam mencapai lebih dari 90% kematian yang tidak disengaja di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih dari separuh kasus tenggelam terjadi di Pasifik Barat dan Asia Tenggara. Selain itu, tingkat kematian tertinggi karena tenggelam terjadi di Afrika, mencapai 15-20 kali lebih tinggi daripada di Jerman atau Inggris Raya. Memang masih ada berbagai ketidakpastian tentang perkiraan kematian global karena tenggelam. Hal ini mencakup metode kategorisasi data resmi tenggelam yang tidak seragam dan tidak semua memasukkan kasus kematian tenggelam yang disengaja, baik bunuh diri ataupun pembunuhan. Selain itu, juga kasus tenggelam akibat bencana banjir dan kecelakaan transportasi air, sering tidak didata. Data kematian karena tenggelam dari sebuah negara dapat dipertimbangkan jika memenuhi kriteria berikut: perkiraan cakupan kematian nasional sebesar 70% atau lebih, penyebab kematian kurang jelas kurang dari 20%, terdapat 10 atau lebih penyebab kematian pada kelompok usia 1-14 tahun, dan data tersedia dari tahun 2007. 

.

Meski data terbatas, beberapa penelitian mengungkapkan informasi mengenai dampak biaya tenggelam. Di Amerika Serikat, 45% kematian karena tenggelam mengenai salah satu segmen populasi yang paling aktif secara ekonomi. Kasus tenggelam di pesisir Amerika Serikat saja menyumbang US $ 273 juta setiap tahun, untuk biaya langsung dan tidak langsung. Di Australia dan Kanada, total biaya tahunan untuk tenggelam adalah US $ 85,5 juta dan US $ 173 juta.

.


Laporan ‘the global report on drowning’  tahun 2014 menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko utama untuk tenggelam. Hubungan ini sering dikaitkan dengan kelengahan pengawasan pengasuh anak. Secara global, tingkat tenggelam tertinggi adalah di antara anak usia 1-4 tahun, diikuti oleh anak usia 5-9 tahun. Di wilayah Pasifik Barat, anak yang berusia 5-14 tahun meninggal lebih sering karena tenggelam daripada penyebab lainnya. Tenggelam adalah salah satu dari 5 penyebab kematian tertinggi bagi anak yang berusia 1-14 tahun pada 48 dari 85 negara. Di Australia, tenggelam adalah penyebab utama kematian akibat cedera yang tidak disengaja, pada anak usia 1-3 tahun. Di Bangladesh, tenggelam menyumbang 43% dari semua kematian pada anak-anak berusia 1-4 tahun, di China tenggelam adalah penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada anak usia 1-14 tahun, dan di Amerika Serikat: tenggelam adalah penyebab utama kedua kematian akibat cedera yang tidak disengaja pada anak usia 1-14 tahun. Di Indonesia, data seperti itu rasanya belum tersedia.

.

Anak laki-laki lebih berisiko tenggelam, tetapi tingkat kematian atau mortalitas anak perempuan secara keseluruhan dua kali lipat. Laki-laki juga lebih cenderung dirawat di rumah sakit daripada perempuan, karena tenggelamnya secara tidak fatal. Data menunjukkan bahwa tingkat tenggelam yang lebih tinggi di antara laki-laki disebabkan oleh peningkatan paparan terhadap air dan perilaku berisiko seperti berenang sendiri, beraktivitas di sekitar genangan air, minum alkohol sebelum berenang, dan berperahu sendirian.

.


Pencegahan yang perlu dilakukan adalah menghindari kegiatan susur sungai di musim hujan. Tunjuk petugas sebagai pemantau arus sungai (watcher) yang berada 1 sampai 2 dam di atas area venue susur sungai. Pemantau akan memberikan informasi tanda awal banjir, secara lokal di Sleman DIY ada istilah lidah ular (ilat ula), yaitu awal pertanda arus sungai naik terancam banjir, ular lari (ula playon) kalau permukaan sungai semakin tinggi, dan yang terakhir ekor ular (buntut ulo), yang berarti arus sungai sudah tidak mungkin diseberangi lagi. Kegiatan susur sungai di bagian hilir harus segera dihentikan (clean up), sebelum tanda tersebut muncul.

.

Pencegahan tenggelam lainnya adalah jangan meninggalkan anak tanpa pengawasan, di lokasi dekat genangan air, kolam renang tanpa pagar, tidak ada petugas penjaga (lifeguards) atau perenang terlatih. Anak harus diawasi setiap saat ketika mereka berada di sekitar air, termasuk bak mandi, toilet, atau ember penuh air. Tutup toilet harus dibiarkan tertutup, atau sabuk pengikat anak harus digunakan. Ember dan ‘bathtub’ harus segera dikosongkan setelah digunakan, dan dibiarkan kosong jika tidak digunakan. Semua kolam harus dipagari dengan tepat menggunakan pagar 4-4, yaitu di semua 4 sisi  kolam renang dan tinggi 4 ft atau 120 cm, telah terbukti menyebabkan penurunan jumlah kasus anak tenggelam yang signifikan. Mainan dan benda-benda lainnya yang menarik untuk anak, tidak boleh dibiarkan di area kolam. Orang tua yang memiliki kolam atau yang membawa anak mereka selama liburan ke kolam renang, didorong untuk belajar resusitasi. Setidaknya satu orang tua atau pengasuh harus tetap fokus pada anak setiap saat, menghindari kegiatan lain yang mungkin mengganggu konsentrasi, seperti menggunakan telepon dan bercakap dengan orang lain.

.

 
Peristiwa hanyut dan tenggelamnya siswa SMPN 1 Turi, Sleman DIY saat kegiatan susur sungai, mengingatkan kita semua akan bahaya tenggelam, khususnya pada anak. Pencegahan tenggelam pada anak bersifat multisektoral, yang memerlukan koordinasi dan kolaborasi yang lebih besar antara pemerintah, LSM, institusi sekolah dan juga petugas kesehatan.

Sudahkah kita berperan?

.

 

Sungai Yamuna di New Delhi, yang dianggap suci di anak benua India

Sekian

Yogyakarta, 22 Februari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Keamanan di Jalan Raya

Hasil gambar untuk keamanan di jalan raya

KEAMANAN DI JALAN RAYA

fx. wikan indrarto*)

Konferensi Global tentang Keamanan di Jalan Raya (The 3rd Global Ministerial Conference on Road Safety) dengan tema “Mencapai Tujuan Global 2030” berlangsung pada 19-20 Februari 2020 di Stockholm, Swedia. Dipandu oleh Pemerintah Swedia, Konferensi Tingkat Menteri akan menjadi kesempatan bagi para delegasi, temasuk dari Indonesia, untuk berbagi keberhasilan dan pelajaran, dari implementasi Rencana Aksi Global untuk Keselamatan di Jalan Raya 2011-2020. Apa yang menarik?

.

Keselamatan di jalan raya adalah masalah kesehatan dan pembangunan yang mendesak. Jumlah kematian di jalan raya secara global tetap sangat tinggi, dengan perkiraan 1,35 juta orang terbunuh setiap tahun. Selain itu, sebanyak 50 juta orang terluka. Kecelakaan lalu lintas di jalan adalah penyebab kematian nomor delapan secara global untuk orang-orang dari segala usia, dan penyebab kematian utama untuk anak dan dewasa muda berusia 5-29 tahun. Kematian dan cedera lalu lintas di jalan raya, terbukti menghancurkan kehidupan dan membuat keluarga menjadi miskin. Rata-rata, kejadian ini merugikan negara sampai 3% dari PDB masing-masing negara.

.

Laporan “Global status report on road safety 2015” menyebutkan bahwa sekitar 1,25 juta orang secara global meninggal setiap tahun, akibat kecelakaan lalu lintas, terutama pada remaja yang berusia 15-29 tahun. Sekitar 90% kematian di jalan raya tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, meskipun negara tersebut sebenarnya hanya memiliki sekitar setengah dari total kendaraan di seluruh dunia. Tanpa tindakan yang berarti, kecelakaan lalu lintas diperkirakan akan meningkat menjadi penyebab utama atas 7 kematian global pada tahun 2030. ‘Agenda for Sustainable Development’s’ 2030 yang baru diadopsi, telah menetapkan target ambisius, yaitu mengurangi setengah jumlah kematian global dan cedera karena kecelakaan lalu lintas pada tahun 2020.

.


Kecelakaan lalu lintas sangat disesalkan, karena telah diabaikan dari agenda kesehatan global selama bertahun-tahun, meskipun sebenarnya dapat diprediksi dan dicegah. Bukti dari berbagai negara menunjukkan bahwa keberhasilan dramatis dalam mencegah kecelakaan lalu lintas, dapat dicapai melalui upaya bersama yang melibatkan sektor kesehatan. Pemerintah perlu mengambil tindakan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan secara holistik, yang memerlukan keterlibatan dari berbagai sektor seperti perhubungan, kepolisian, kesehatan, dan pendidikan. Faktor risiko utama kecelakaan lalu lintas adalah kecepatan. Peningkatan kecepatan laju kendaraan di atas rata-rata, secara langsung berkaitan, baik dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan, maupun dengan tingkat keparahan korban kecelakaan itu. Risiko seorang dewasa pejalan kaki akan meninggal hanya kurang dari 20% jika tertabrak mobil dengan kecepatan 50 km/jam, tetapi akan meningkat menjadi hampir 60% jika mobil melaju dalam kecepatan 80 km/jam. Pemberlakuan zona kecepatan 30 km/jam terbukti dapat mengurangi risiko kecelakaan dan direkomendasikan berlaku kawasan dengan banyak pejalan kaki, misalnya di daerah pemukiman dan sekolah.

.

Mengenakan helm secara benar oleh pengendara sepeda motor dapat mengurangi risiko kematian hampir 40% dan risiko cedera parah lebih dari 70%. Ketika aturan wajib helm sepeda motor ditegakkan secara efektif, tingkat penggunaan helm dapat meningkat menjadi lebih dari 90%. Mengenakan sabuk pengaman di dalam mobil, terbukti dapat mengurangi risiko kematian penumpang di kursi depan sampai 50% dan penumpang di kursi belakang sampai 75%. Jika dipasang dan digunakan secara benar, kursi dan sabuk pengaman khusus anak dapat mengurangi kematian bayi sekitar 70% dan kematian anak 80%. Selain itu, penggunaan telephon genggam atau HP dapat mengganggu penampilan atau performance pengemudi, yaitu waktu reaksi lebih lambat, terutama saat pengereman atau reaksi terhadap sinyal lalu lintas, gangguan kemampuan untuk selalu berada di jalur yang benar, dan menjaga jarak antar kendaraan yang layak. Penggunaan fitur pada HP berupa pesan teks seperti sms atau WA, menyebabkan kinerja pengemudi juga berkurang. Pengemudi yang menggunakan HP sekitar 4 kali lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan, dibandingkan pengemudi yang tidak menggunakannnya, dan penggunaan fasilitas ‘hands-free HP’ tidak terbukti jauh lebih aman.

.

Bloomberg Initiative Global Road Safety (BIGRS) 2015-2019 berusaha untuk mengurangi korban jiwa dan luka karena kecelakaan lalu lintas, khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yaitu di China, Filipina, Thailand dan Tanzania, dengan menyediakan dukungan teknis di bidang legislasi dan media pelatihan. Selain itu, juga mendukung keselamatan di jalan dengan cara meningkatkan keamanan di sekitar sekolah di Malawi dan Mozambik, dan dalam membantu meningkatkan layanan darurat di Kenya dan India, juga peningkatan penggunaan helm pada pengemudi sepeda motor dan mengurangi kadar alkohol saat mengemudi di sejumlah negara ASEAN.

.

Dalam tiga tahun terakhir, 17 negara telah menetapkan hukum terbaik tentang sabuk pengaman, mengemudi dalam pengaruh alkohol, kecepatan maksimal, helm sepeda motor atau perlindungan anak. Michael R. Bloomberg, pendiri Bloomberg Philanthropies melaporkan bahwa secara global terdapat 105 negara memiliki aturan tentang sabuk pengaman yang berlaku untuk semua penumpang, 47 negara memiliki undang-undang yang menentukan batas kecepatan nasional perkotaan maksimum 50 Km/jam dan menghimbau pemerintah daerah untuk mengurangi batas kecepatan di daerahnya masing-masing, 44 negara memiliki ketentuan tentang helm yang berlaku untuk semua pengendara dan penumpang sepeda motor, dan 53 negara memiliki aturan berdasarkan usia, tinggi atau berat badan, dan menerapkan pembatasan usia anak, sebagai penumpang mobil yang duduk di kursi depan. Laporan ini juga menemukan bahwa 80% kendaraan yang dijual di seluruh dunia, tidak memenuhi standar keselamatan dasar, khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk hampir 50% dari 67 juta mobil penumpang baru yang diproduksi pada tahun 2014.

.

Momentum Konferensi Global tentang Keamanan di Jalan Raya pada 19-20 Februari 2020 di Stockholm, Swedia, mengingatkan kita akan tingginya risiko kecelakaan lalu lintas dan kematian di jalan raya. Selain itu, diharapkan akan dapat dirumuskan serangkaian solusi inovatif, untuk meningkatkan keamanan dan menyelamatkan lebih banyak nyawa di jalan raya, di seluruh dunia.

Sudahkah kita aman di jalan raya?

Sekian

Yogyakarta, 10 Februari 2020

Siap2 menikmati perjalanan dengan bis dari Yogyakarta ke Surabaya

*) pengguna jalan raya jarak dekat, dokter spesialis anak, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161.

Categories
Istanbul

2020 Hari Kanker pada Anak Internasional

Image result for kanker pada anak

HARI  KANKER  ANAK  INTERNASIONAL

fx. wikan indrarto*)

Hari Kanker Anak Internasional (International Childhood Cancer Day) diselenggarakan setiap tanggal 15 Februari. Pada hari tersebut diadakan  kampanye kolaboratif global untuk meningkatkan kesadaran tentang kanker pada anak, dan untuk mewujudkan dukungan bagi anak dan remaja penderita kanker dan keluarga mereka. 

Apa yang perlu dicermati?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/02/05/2020-melawan-kanker/

.

Setiap tahun, lebih dari 300.000 anak dari bayi baru lahir hingga 19 tahun, didiagnosis menderita kanker di seluruh dunia. Sekitar 8 dari 10 anak tersebut tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana tingkat kelangsungan hidup mereka sering kali hanya mendekati 20%.

Sasaran kampanye Hari Kanker Anak Internasional yang diselenggarakan oleh Inisiatif Kanker Anak Global WHO, adalah untuk menghilangkan semua rasa sakit dan penderitaan anak, saat proses terapi melawan kanker. Selain itu, juga akan mencapai setidaknya 60% kelangsungan hidup, untuk semua anak yang didiagnosis kanker di seluruh dunia pada tahun 2030. Target tersebut mewakili sekitar dua kali lipat dari angka kesembuhan saat ini, sehingga akan menyelamatkan satu juta nyawa anak selama dekade berikutnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/02/2020-prakualifikasi-obat-kanker-payudara/

.

Menurut ‘The Health Site’ (2016), terdapat 4 jenis kanker paling umum pada anak, yaitu leukemia, tumor otak, neuroblastoma dan limfoma. Leukemia merupakan kanker pada anak yang paling umum, kejadiannya sekitar 29 persen kasus. Kanker ini berasal dari sumsum tulang dan sel darah. Leukemia yang paling banyak terjadi pada anak adalah leukemia limfositik akut (ALL) dan leukemia myeloid akut (AML). Tumor otak dan sumsum tulang belakang yang juga disebut sebagai tumor sistem saraf pusat (SSP), menempati urutan kedua, yaitu setidaknya ada 26 persen. Sebagian besar tumor otak pada anak dimulai di bagian bawah otak, seperti otak kecil atau batang otak. Sedangkan kasus tumor sumsum tulang belakang lebih jarang daripada tumor otak.

.

Neuroblastoma di urutan ketiga yang terjadi sekitar 6 persen dari total kanker anak. Ini adalah tumor sel saraf yang belum matang dan berkembang pada masa bayi dan anak kecil. Jenis kanker ini jarang terjadi pada anak di atas 10 tahun. Seringnya, kanker jenis ini dimulai pada kelenjar adrenal atau anak ginjal, yang terletak persis di atas ginjal dan merupakan bagian dari sistem endokrin (hormon) tubuh. Limfoma adalah kanker yang dimulai dari sel sistem kekebalan tubuh yang disebut limfosit. Kanker ini paling sering memengaruhi kelenjar getah bening, seperti amandel atau timus. Namun demikian, kanker ini dapat memengaruhi sumsum tulang dan organ lainnya. Dua jenis utama limfoma pada anak adalah limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/02/23/2019-mencegah-kanker-serviks/

.

‘Childhood Cancer International’ (CCI) adalah organisasi terbesar yang menghimpun keluarga anak penderita kanker. CCI ingin melibatkan semua orang di seluruh dunia, tentang masalah yang dihadapi oleh anak dengan kanker dan keluarga mereka, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu, juga menyatukan harapan keluarga kepada para petugas profesional perawatan kesehatan dan masyarakat luas, untuk memastikan bahwa anak dengan kanker menerima perawatan terbaik di mana pun mereka berada, di seluruh dunia, pada saat didiagnosis sampai pada pengelolaan medis seterusnya. Visi CCI adalah untuk memajukan penyembuhan, mengubah perawatan, dan menanamkan harapan bagi anak dan keluarga yang terkena kanker, di mana pun mereka tinggal.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/02/20/2019-kanker-darah-pada-anak/

.

Sekitar 300.000 anak secara global didiagnosis menderita kanker setiap tahun. Setiap 3 menit ada seorang anak di seluruh dunia yang meninggal karena kanker. Untuk itu, pada Hari Kanker Anak Internasional, kita semua bersatu untuk menjadikan kanker anak sebagai salah satu prioritas kesehatan anak nasional dan global. Tujuan utama adalah terbentuknya akses yang lebih baik ke layanan medis dan perawatan, untuk semua anak dan remaja dengan kanker di manapun.

.

Infodatin Departemen Kesehatan RI tahun 2018 menyebutkan prevalensi kanker terendah ada pada kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun, yaitu hanya sebesar 0,1 permil. Meski terlihat sedikit, pada 2017 lalu terdapat 4.100 pengidap kanker anak di seluruh Indonesia. Bahkan penyakit kanker ini menjadi penyebab kematian urutan kedua pada anak, dalam rentang umur 5-14 tahun.

.

Pada awalnya sekumpulan anak muda tergabung dalam ‘Community for Children with Cancer’ (C3), yang prihatin karena biaya medis pengobatan kanker anak kebanyakan ditanggung oleh perkumpulan ibu-ibu arisan ekspat di Jakarta, dari berbagai negara seperti Inggris, Belanda, Amerika, dll. Pada tahun 2007 komunitas ini berubah nama menjadi Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI) dan sejak itu semua anak dengan jenis kanker apa pun, berhak didampingi dan mendapat bantuan operasional dari Pita Kuning. Syaratnya cukup surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, KTP orangtua, dan rekam medis pasien. Selain itu, penjaminan biaya oleh BPJS Kesehatan kelas 3, kalau tidak punya, akan dibantu mengurusnya. Bantuan serupa juga akan diberikan oleh Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI), Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), dan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).

.

Momentum Hari Kanker Anak Internasional (International Childhood Cancer Day) Sabtu, 15 Februari 2020, mengajak kita semua untuk lebih peduli kepada anak penderita kanker, di manapun mereka tinggal.

Sudahkah kita bertindak bijak?

Mbonceng pit pakde Jokowi

Yogyakarta, 6 Februari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.WA :  081227280161

Categories
Istanbul

2020 Melawan Coronavirus Baru

Hasil gambar untuk melawan coronavirus

MELAWAN CORONAVUIRUS BARU

fx. wikan indrarto*)

Untuk memerangi penyebaran lebih lanjut dari coronavirus baru (2019-nCoV) dari Wuhan, Cina yang dapat menyebar secara global, dan melindungi banyak negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah, komunitas internasional telah meluncurkan rencana kesiapsiagaan dan tanggapan senilai US $ 675 juta, untuk pembiayaan bulan Februari hingga April 2020. Apa yang perlu diketahui?

.

“Kekhawatiran terbesar adalah bahwa ada negara yang saat ini tidak memiliki sistem, untuk mendeteksi orang yang telah terjangkit 2019-nCoV,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. “Dukungan mendesak diperlukan untuk mendukung sistem kesehatan yang lemah untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan merawat orang dengan infeksi virus. Selain itu, juga untuk mencegah penularan lebih lanjut dari manusia ke manusia, dan melindungi petugas kesehatan.”

.

‘The Strategic Preparedness and Response Plan’ (SPRP) atau Rencana Kesiapsiagaan Strategis untuk melawan virus korona baru menjabarkan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan, dalam menerapkan langkah kesehatan masyarakat prioritas, untuk mendukung setiap negara dalam mempersiapkan dan menanggapi nCoV-2019, selama periode Februari sampai April 2020. Tujuan rencana ini adalah membatasi penularan virus dari manusia ke manusia, terutama di banyak negara yang paling rentan jika mereka menghadapi wabah. Metodenya adalah dengan mengidentifikasi, mengisolasi dan merawat pasien sejak dini; mengomunikasikan risiko penting, meminimalkan dampak sosial dan ekonomi; mengurangi penyebaran virus dari sumber hewani, dan mengatasi hal-hal yang tidak penting tetapi membuat heboh.

.

WHO menilai bahwa wabah 2019-nCoV tersebut memiliki risiko yang sangat tinggi di Cina, dan risiko tinggi secara regional dan global. Penilaian risiko didasarkan pada berbagai faktor termasuk kemungkinan penyebaran lebih lanjut, dampak potensial pada kesehatan manusia, dan berbagai tingkat efektivitas dalam kesiapsiagaan nasional yang tidak merata.

.

Pada hari Rabu, 5 Februari 2020, sudah ada 25 negara yang telah melaporkan kasus-kasus virus corona baru yang dikonfirmasi, termasuk Cina, di mana 24.363 orang telah tertular virus tersebut, atau lebih dari 99% dari semua kasus. Di semua negara lain, 191 kasus telah tertular virus.

.

Pada analisis epidemiologis ada dua pertanyaan mendesak. Pertama, sejauh mana wabah 2019-nCoV itu terjadi di Wuhan, Cina, dan bagaimana jalur penyebarannya yang paling mungkin di seluruh daratan Cina. Kedua, apa risiko dan bagaimana jalur penularan di luar Tiongkok.

.

Investigasi epidemiologi awal sangat penting untuk dilakukan di awal berjangkitnya virus baru untuk mengatasi beberapa hal yang tidak diketahui. Data yang dikumpulkan digunakan untuk merumuskan rekomendasi pengawasan dan definisi kasus. Juga untuk mengkarakterisasi transmisi epidemiologis utama wabah 2019-nCoV, membantu memahami penyebaran, keparahan, spektrum penyakit, dan dampak pada masyarakat.

.

Analisis dan peramalan yang baik bergantung pada data yang akurat dan tepat waktu. Sistem pengawasan global yang mengumpulkan data, terstandarisasi pada tingkat kasus individual dan pada tingkat negara dengan transmisi berkelanjutan. Data mencakup volume perjalanan dan perdagangan, pola migrasi, survei pengetahuan dan sikap masyarakat di tingkat nasional dan global, dan memastikan bahwa kesiapsiagaan global dan rencana tanggapan diinformasikan secara baik.

.

Wabah dan respons 2019-nCoV telah terjadi secara global dan disertai dengan “infodemik” yang berlebihan. Yang mengalami epidemik justru lebih pada informasinya (infodemik), bukan virusnya, yaitu informasi – beberapa akurat dan beberapa tidak – yang membuatnya sulit bagi banyak orang, untuk menemukan sumber yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Karena tingginya permintaan informasi tepat waktu dan dapat dipercaya tentang 2019-nCoV, tim media sosial harus bekerja keras untuk menanggapi mitos dan rumor. Setiap hari selama 24 jam tim bekerja untuk mengidentifikasi rumor yang paling umum, yang justru berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat, seperti tindakan pencegahan atau penyembuhan palsu (false prevention or cures). Mitos-mitos ini kemudian disangkal dengan berbasis bukti informasi.

.

Informasi kesehatan masyarakat dan saran tentang 2019-nCoV, tersedia di saluran media sosial resmi (Weibo, Twitter, Facebook, Instagram, LinkedIn, Pinterest) dan situs web organisasi global seperti WHO, Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC). Informasi resmi ini untuk memastikan bahwa rekomendasi biomedis dapat diterapkan di tingkat masyarakat dan membantu banyak negara dengan lebih baik, dalam mengendalikan wabah 2019-nCoV.

.

Semua negara harus bekerja bersama, dalam memperkuat kapasitas diagnostik global untuk mendeteksi 2019-nCoV, meningkatkan pengawasan dan melacak penyebaran penyakit. Upaya kesehatan masyarakat untuk membatasi penyebaran dan memperkuat pengendalian penyakit, harus ditingkatkan di negara dengan kasus impor, karena sangat bergantung pada kemampuannya untuk mendeteksi patogen. Jaringan laboratorium rujukan harus diaktifkan, khususnya dengan keahlian dalam deteksi molekuler dari virus corona. Laboratorium internasional ini dapat mendukung laboratorium nasional untuk mengkonfirmasi kasus baru. Selain itu, juga memastikan ketersediaan parasat untuk tes laboratorium, termasuk melalui validasi hasil uji skrining, juga memproduksi dan mendistribusikan regensia yang baru dikembangkan, untuk keperluan tes molekul 2019-nCoV. Target utama pembuatan tes ini harus tersedia mulai minggu pertama Februari 2020.

.

Untuk melawan penyebaran lebih lanjut dari coronavirus baru (2019-nCoV) dari Wuhan, Cina, diperlukan juga upaya tegas meredam “infodemik” yang berlebihan, karena yang mengalami epidemik justru lebih pada informasinya, bukan virusnya.

Apakah kita sudah bertindak bijak?

Sekian

Saat mendarat di Hanoi, Viet Nam

Yogyakarta, 7 Februari 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Ketimpangan dalam Kesehatan

Image result for ketimpangan kesehatan

KETIMPANGAN  DALAM  KESEHATAN

fx. wikan indrarto*)

Mahkamah Konstitusi (MK) pada hari Selasa, 26 Maret 2019 menolak uji materi yang menentang adanya kewajiban sebagai peserta BPJS Kesehatan, karena aturan kepesertaan wajib adalah bentuk perlindungan negara bagi tiap warga, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Apa yang menarik?

.

Tanpa penjaminan biaya layanan kesehatan, maka warga berpotensi mengalami ketimpangan dalam bidang kesehatan. Ada banyak bukti ilmiah bahwa beberapa faktor sosial, misalnya tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, jenis kelamin dan etnis, memiliki pengaruh yang nyata pada seberapa sehat seseorang. Di semua negara, baik berpenghasilan rendah, menengah atau tinggi, terdapat perbedaan besar dalam status kesehatan pada kelompok sosial yang berbeda. Semakin rendah derajad sosial ekonomi seseorang, semakin tinggi risiko kesehatannya menjadi buruk, termasuk pada bayi dan anak. 

.

Ketimpangan kesehatan (health inequities) adalah perbedaan sistematis dalam status kesehatan berbagai kelompok populasi. Ketidakadilan ini memiliki biaya sosial dan ekonomi yang signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat. Ketimpangan yang menetap atau persisten memperlambat pembangunan, karena hampir 1 miliar orang, sekitar seperempat dari populasi perkotaan di dunia, hidup dalam kondisi kumuh. Oleh karena itu, kemungkinan tidak akan memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik, pada semua kota dan masyarakat.

.

Setiap hari secara global 16.000 anak meninggal sebelum ulang tahun kelima mereka. Anak balita umumnya meninggal karena pneumonia, malaria, diare dan penyakit infeksi lainnya. Anak balita di Afrika sub-Sahara 14 kali lebih mungkin meninggal daripada di wilayah lain di seluruh dunia. Selain itu, anak dari rumah tangga pedesaan dan miskin tetap terpengaruh secara tidak proporsional. Anak dari 20% keluarga termiskin hampir dua kali lebih mungkin meninggal sebelum ulang tahun kelima mereka, dibandingkan anak di 20% keluarga terkaya.

.

Kematian ibu merupakan indikator utama ketimpangan kesehatan, karena menunjukkan kesenjangan yang lebar antara kaya dan miskin, baik antar maupun di dalam negara. Hampir 99% dari kematian ibu tahunan di seluruh dunia, terjadi di negara berkembang. Ibu di Chad, Afrika memiliki risiko kematian 1 banding 16 seumur hidup, sedangkan ibu di Swedia, Eropa memiliki risiko kurang dari 1 banding 10.000. TBC adalah penyakit infeksi yang identik dengan kemiskinan. Sekitar 95% kematian akibat TB terjadi di negara berkembang. Kematian ini terutama mempengaruhi orang dewasa muda, justru di tahun-tahun yang paling produktif untuk mereka. Menderita penyakit TBC ini membuat orang dewasa pada puncak kariernya, menjadi lebih sulit untuk memperbaiki kondisi ekonomi pribadi dan keluarga mereka.

.

Selain itu, 87% kematian dini karena penyakit tidak menular, juga terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dalam lingkungan dengan sumber daya rendah, biaya perawatan kesehatan untuk penyakit tidak menular, dapat dengan cepat menghabiskan sumber daya rumah tangga, sehingga mendorong keluarga menuju kemiskinan. Biaya pengobatan penyakit tidak menular yang terlalu tinggi, memaksa jutaan orang jatuh miskin setiap tahun, sehingga menghambat pembangunan. Dalam kondisi seperti inilah, penjaminan biaya oleh pihak asuransi kesehatan sangat bermanfaat. Harapan hidup bervariasi, bahkan mencapai 34 tahun antar negara. Di negara berpenghasilan rendah, harapan hidup rata-rata hanyalah 62 tahun, sedangkan di negara berpenghasilan tinggi dapat mencapai 81 tahun. Seorang anak yang lahir di Sierra Leone, Afrika hanya mampu berharap untuk hidup selama 50 tahun, sementara anak sebayanya yang lahir di Jepang dapat berharap untuk hidup sampai 84 tahun.

.

Ternyata ada juga ketimpangan kesehatan yang mengkhawatirkan, di dalam sebuah negara. Misalnya di Amerika Serikat, orang keturunan Afrika-Amerika hanya sekitar 13% dari populasi, tetapi merupakan hampir setengah dari semua orang dengan infeksi HIV baru. Pada hal, tidak ada alasan biologis atau genetik untuk perbedaan derajad kesehatan yang mengkhawatirkan ini. Kesenjangan kesehatan juga sangat besar antar wilayah di sebuah kota. Di Glasgow, Skotlandia usia harapan hidup pria di Ruchill dan Possilpark 66,2 tahun, tetapi di Cathcart dan Simshill mencapai 81,7 tahun, dengan perbedaan mencapai 15,5 tahun. Di London, semakin ke timur yang dimulai dari Westminster, setiap stasiun MRT mewakili hampir satu tahun harapan hidup yang hilang, berdasarkan temuan dari ‘London Health Observatory’.

.

Ketimpangan kesehatan juga memiliki biaya keuangan yang signifikan bagi masyarakat. Parlemen Eropa memperkirakan bahwa kerugian yang terkait dengan ketimpangan kesehatan menghabiskan sekitar 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di dalam Uni Eropa (UE), angka yang hampir setinggi pengeluaran bidang pertahanan UE (1,6% dari PDB). Angka ini muncul dari hilangnya produktivitas dan potensi pemasukan pajak, ditambah dengan pembayaran sektor kesejahteraan sosial yang lebih tinggi dan biaya perawatan kesehatan.

Ketimpangan kesehatan adalah perbedaan nyata dalam derajad kesehatan atau dalam distribusi sumber daya kesehatan, pada kelompok populasi yang berbeda, yang timbul dari kondisi sosial di mana orang dilahirkan, tumbuh, hidup, bekerja dan tinggal. Ketimpangan kesehatan adalah tidak adil dan hanya dapat dikurangi dengan campur tangan yang tepat dari kebijakan pemerintah (government policies), termasuk di Indonesia.

.

Menteri Kesehatan RI Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, SpRad(K) pada hari Senin, 30 Desember 2019 menyatakan, ke depan warga akan dibebaskan memilih dan menentukan asuransi kesehatan yang akan diikuti, sesuai kemampuan membayarnya. Menurutnya, dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) bukan berarti semua masyarakat harus menjadi peserta BPJS Kesehatan, tetapi harus dapat mengakses layanan kesehatan, dalam penjaminan biaya, untuk menekan terjadinya ketimpangan dalam status kesehatan (health inequities), untuk berbagai kelompok populasi di seluruh Indonesia.

Bagaimana sikap kita?

Yogyakarta, 6 Januari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.WA :  081227280161

Categories
Istanbul

2020 Melawan Kanker

Hasil gambar untuk melawan kanker

MELAWAN KANKER

fx. wikan indrarto*)

Dalam rangka Hari Kanker Dunia  (World Cancer Day) pada hari Selasa, 4 Februari 2020 yang lalu, WHO menjabarkan langkah-langkah untuk menyelamatkan 7 juta jiwa dari kanker di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hal ini disebabkan karena jika tren yang ada saat ini tetap berlanjut, dunia akan mengalami peningkatan 60% kasus kanker selama dua dekade ke depan. Peningkatan terbesar, diperkirakan mencapai 81% kasus kanker baru akan terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana tingkat kelangsungan hidup saat ini justru yang terendah. Apa yang perlu dicermati?

.

Kejadian ini sebagian besar disebabkan karena banyak negara tersebut masih harus memfokuskan sumber daya kesehatan yang terbatas, untuk memerangi penyakit menular, juga meningkatkan derajad kesehatan ibu dan anak. Sementara itu, layanan kesehatan di sana tidak dilengkapi dengan program untuk mencegah, mendiagnosis, dan mengobati kanker. Pada tahun 2019, lebih dari 90% negara berpendapatan tinggi melaporkan bahwa, layanan pengobatan komprehensif untuk kanker telah tersedia dalam sistem kesehatan masyarakat mereka, dibandingkan dengan kurang dari 15% negara berpenghasilan rendah.

.

Kondisi ini adalah tantangan untuk kita semua dalam mengatasi ketidaksetaraan yang tidak dapat diterima, antara layanan kanker di negara-negara kaya dan miskin. Jika setiap orang memiliki akses ke fasilitas layanan kesehatan tingkat primer dan masuk dalam sistem rujukan, maka kanker dapat dideteksi sejak dini, diobati secara efektif dan disembuhkan. Kanker seharusnya tidak menjadi semacam hukuman mati bagi siapa pun dan di mana pun.

.

Kemajuan di negara-negara miskin sebenarnya dapat dicapai, sesuai temuan Badan Penelitian Kanker atau ‘the International Agency for Research on Cancer’ (IARC). Hasil penelitian IARC sebaiknya ditindaklanjuti ke dalam ruang lingkup kebijakan dan program pemerintah, untuk meningkatkan pengendalian kanker. “Setidaknya 7 juta jiwa akan dapat diselamatkan selama dekade berikutnya, dengan menerapkan rekomendasi IARC yang paling tepat untuk setiap situasi negara. Setiap negara harus merumuskan layanan kanker yang kuat, dalam cakupan kesehatan semesta atau ‘Universal Health Couverage’ (UHC), dan dengan memobilisasi pemangku kepentingan yang berbeda untuk bekerja bersama,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus , Direktur Jenderal, WHO.

.

Dalam 50 tahun terakhir IARC telah mencatat kemajuan luar biasa dalam penelitian tentang pencegahan dan pengobatan kanker. Kematian akibat kanker memang telah berkurang, terutama karena negara-negara berpenghasilan tinggi telah mengadopsi program pencegahan, diagnosis dini dan skrining, yang bersama-sama dengan pengobatan menggunakan kemoterapi yang lebih baik, telah berkontribusi pada pengurangan sekitar 20% dalam kemungkinan kematian dini, antara tahun 2000 dan 2015. Namun demikian, di negara-negara berpenghasilan rendah hanya terjadi penurunan sebesar 5%.

.

Penelitian dunia untuk pencegahan kanker (world research for cancer prevention) oleh IARC telah berfokus pada intervensi pencegahan dan menawarkan ikhtisar paling komprehensif, mulai dari aspek etiologi secara deskriptif, biologi seluler dan molekuler, toksikologi dan patologi hingga dilandasi oleh ilmu perilaku dan sosial. Selain itu, juga mencakup diskusi tentang dampak ketidaksetaraan layanan medis dalam kanker, vaksinasi dan skrining, kerentanan genom individu terhadap kanker dan identifikasi yang lebih baik dari mereka yang berisiko, yang memungkinkan ‘pencegahan kanker secara lebih presisi’.

.

Kanker di Indonesia merupakan salah penyakit katastropik dengan penyerapan biaya terbesar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Berdasarkan data BPJS Kesehatan, biaya pengobatan penyakit kanker menempati posisi ketiga terbesar setelah penyakit jantung dan gagal ginjal atau 17% dari total biaya katastropik sejak 2014 sampai 2018. “Khusus untuk kanker, dari 2014-2018, penyakit tersebut sudah menghabiskan biaya Rp. 13,3 triliun dari total biaya penyakit katastropik sebesar Rp. 78,3 triliun,” kata Kepala Humas BPJS Kesehatan M Iqbal Anas Ma’ruf di Jakarta, Kamis, 5 September 2019.

.

Sejumlah upaya telah dilakukan Kementrian Kesehatan RI dan juga BPJS Kesehatan untuk menekan defisit. Salah satunya adalah lebih fokus pada program pencegahan penyakit agar jumlah orang yang sakit dan menggunakan JKN bisa ditekan. Untuk mendukung upaya tersebut, Kemenkes RI kembali melanjutkan program Pencerah Nusantara, yaitu mengirimkan tim tenaga kesehatan ke sejumlah daerah pelosok. Tim ini terdiri dari dokter, sarjana kesehatan masyarakat, ahli gizi, analis kesehatan, hingga ahli sanitasi lingkungan. Target dari tim Pencerah Nusantara bukan hanya menyediakan layanan kesehatan dasar bagi masyarakat di daerah terpencil, tapi mengutamakan upaya promotif dan preventif, melibatkan masyarakat, dan menguatkan sumber daya manusia lokal.

.

Dalam program melawan kanker, berbagai intervensi medis telah terbukti mampu mencegah kasus kanker baru. Rangkaian kegiatan ini termasuk mengendalikan penggunaan tembakau, yang bertanggung jawab atas 25% kematian akibat kanker. Selain itu, juga vaksinasi terhadap hepatitis B untuk mencegah kanker hati, dan menghilangkan kanker serviks dengan vaksinasi HPV. Tindakan skrining dan perawatan kanker pada stadium awal, dilakukan dengan menerapkan intervensi manajemen kanker, yang berdampak penghematan besar secara finansial. Bahkan juga memastikan akses ke perawatan paliatif, termasuk penghilang rasa sakit, untuk kasus kanker stadium lanjut.

.

Momentum Hari Kanker Dunia (World Cancer Day) pada Selasa, 4 Februari 2020 dengan tema ‘I Am and I Will’ mengingatkan bahwa sekecil apa pun hal yang dilakukan, setiap orang punya kapasitas dan peran untuk mencegah kanker. Selain itu, juga merupakan ajakan berulang untuk meningkatkan upaya dan program baru, dalam melawan kanker.

.

Apakah kita sudah bertindak?

Sekian

Yogyakarta, 5 Februari 2020

Taj Mahal di Agra, India kami kunjungi pada hari Minggu, 29 Oktober 2017

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Hari Orang Sakit Sedunia

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2020

HARI  ORANG SAKIT  SEDUNIA   2018

fx. wikan indrarto*)

Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema peringatan tahun 2020 ini adalah ‘Datanglah kepadaKu, kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberikan kelegaan kepadamu’ (Mat 11:28). Puncak acara akan diselenggarakan pada Pesta Santa Perawan Maria di Lourdes, Perancis pada hari Selasa, 11 Februari 2020. Apa yang sebaiknya dilakukan?

.

Ketiga subtema yang terus-menerus didengungkan pada Hari Orang Sakit Sedunia adalah pertama, mengingatkan semua orang beriman, untuk berdoa secara khusuk bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia, dan ketiga, penghargaan bagi semua petugas kesehatan.

.

Melayani saudara kita yang sedang sakit, seharusnya diawali dengan kemurnian hati sampai kita mampu bersikap seperti Ayub “Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” (Ayub 29:15), kepada sesama yang sakit. Kita semua diajak untuk mampu menjadi “mata untuk orang buta” dan “kaki bagi orang lumpuh”. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekedar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini, terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan.

.

Meskipun tidak ada yang menginginkannya, namun setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan dan bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun, sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan, menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat, untuk datang pada Tuhan. Dalam pertemuannya dengan Tuhan melalui caranya masing-masing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian.

.

Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit, sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat, kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain, sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal yang sama dari semua orang di sekitar kita, sebagaimana pergerakan dan putaran roda kehidupan.

.

Pada era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang berlaku di Indonesia, kendali mutu dan kendali biaya untuk pasien yang sakit akan terus diwujudkan. Hal ini karena kebebasan profesi dokter semakin direduksi, kompleksitas masalah medis pasien semakin diabaikan, dan mutu layanan medik yang dilakukan semakin disetarakan.

.

Untuk itu, terhadap pasien dengan sakit berat dan berbiaya mahal, para dokter wajib membedakan sifat tindakan medis yang akan diambilnya, menjadi ‘ordinary’ atau ‘extraordinary’. Disebut ‘ordinary’ kalau memenuhi 6 syarat, yaitu 3 aspek medis dan 3 aspek moral. Syarat aspek medis adalah teruji secara imiah, terbukti berhasil secara statistik, dan tersedia secara rasional. Sedangkan aspek moral adalah menguntungkan, bermanfaat, dan tidak menjadi beban finansial bagi pasien, keluarga maupun RS.

.


Penilaian sifat tindakan medis tersebut adalah ‘hic et nunc’, yaitu sekarang dan di RS tersebut. Apabila salah satu saja dari 6 syarat tersebut tidak tepenuhi, maka tindakan medis tersebut termasuk ‘extraordinary’, sehingga secara etika tidak wajib dilakukan oleh dokter. Ketentuan etika tersebut diperlukan untuk menghindari 3 hal, yaitu ‘agresive medicine’ (tindakan berlebihan), ‘futile medicine’ (intervensi sia-sia), dan rasa bersalah yang tidak perlu, baik bagi dokter, para petugas RS lain, pasien maupun keluarganya. Selain itu, kematian pasien tidak boleh dianggap sebagai kegagalan dokter, asalkan kewajiban dokter sudah dilaksanakan.

.

Dalam melayani orang sakit, dokter dan petugas kesehatan profesional lain agar memprioritaskan kata benda ‘orang’, dibandingkan kata sifat ‘sakit’. Oleh sebab itu, para petugas kesehatan profesional hendaknya selalu berusaha meningkatkan martabat dan kehidupan setiap orang. Selain itu, juga menolak kompromi ke arah euthanasia, bunuh diri yang dibantu atau penindasan hidup, bahkan dalam kasus penyakit terminal.

.

Hidup itu suci dan hanya milik Allah, sehingga kehidupan tidak dapat diganggu gugat dan tidak ada orang yang dapat mengklaim memiliki hak, untuk membuang kehidupan dengan bebas. Hidup haruslah disambut, dilindungi, dihormati, dan dilayani dari awal hingga akhir. Namun demikian, kalau tidak dapat lagi memberikan obat atau tindakan medik pada orang sakit berat, kita masih tetap dapat memberikan perawatan dan penyembuhan, melalui gerakan, tindakan, dan prosedur medik, yang memberikan hiburan atau bantuan bagi orang sakit.

.

Momentum Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) Selasa, 11 Februari 2020, mengingatkan kita agar memiliki kebijaksanaan hati dan memberikan kelegaan bagi para orang sakit yang berbeban berat. Selain itu, saat terjadi sakit juga tidak perlu putus asa, karena adanya kemuliaan dan kasih Tuhan sampai pada akhir kehidupan.

.

Sudahkah kita menemani orang sakit di sekitar kita?

Sekian

Yogyakarta, 20 Januari 2020

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,

Bersama seorang Sikh, sebagai sesama pengguna ikat kepala tradisional dari kain, di Bandara Internasional Chenai, Tamil Nadu, India