Categories
Istanbul

2020 Pencegahan TBC

Pencegahan Tuberkulosis Tuberkulosis... - Yayasan KNCV Indonesia ...

PENCEGAHAN  TBC

fx. wikan indrarto*)

Pada Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia Selasa, 24 Maret 2020 yang lalu, WHO mengeluarkan pedoman baru untuk membantu semua negara, dalam mempercepat upaya untuk menghentikan orang dengan infeksi tuberkulosis (TB), menjadi sakit TB. Dalam hal ini dilakukan dengan memberi mereka pengobatan pencegahan, yang bertujuan untuk menyelamatkan jutaan nyawa. Apa yang menarik?

.

baca juga https://dokterwikan.wordpress.com/2020/03/24/2020-hari-tuberkulosis-sedunia/

.

Seperempat populasi dunia diperkirakan terinfeksi bakteri TB. Orang-orang seperti ini sebenarnya tidak sakit dan juga tidak berisiko menularkan. Namun demikian, mereka berisiko lebih besar menjadi sakit TB, terutama mereka yang kekebalan tubuhnya melemah. Dengan demikian, menawarkan mereka untuk menjalani pengobatan pencegahan TB, tidak hanya akan melindungi mereka dari sakit TB yang mematikan, tetapi juga mengurangi risiko penularan TB di masyarakat sekitarnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/03/22/2019-lawan-tuberkulosis/

.

Pada awal tahun 2020 TB ini tetap menjadi pembunuh yang bersifat penyakit menular paling banyak di dunia. Pada tahun 2018, 10 juta orang jatuh sakit TB di seluruh dunia dan 1,5 juta orang kehilangan nyawa karena penyakit ini. “Pandemi COVID-19 menunjukkan seberapa rentan orang dengan penyakit paru-paru dan sistem kekebalan tubuh yang melemah, akan menjadi korban,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Oleh sebab itu, para pemimpin dunia telah berkomitmen untuk mengakhiri TB pada tahun 2030, salah satunya adalah dengan usaha meningkatkan tindakan pencegahan, sebagai kunci untuk mewujudkannya. Jutaan orang harus dapat mengikuti program pengobatan pencegahan TB, untuk menghentikan timbulnya penyakit, mencegah penderitaan lebih lanjut, dan menyelamatkan hidup mereka.

.

Kini kita diingatkan untuk melanjutkan upaya mengatasi masalah kesehatan yang sudah lama ada, termasuk TB, selama wabah global seperti pandemi COVID-19. Pada saat yang sama, program yang sudah ada untuk memerangi TB dan penyakit menular utama lainnya, dapat juga dimanfaatkan untuk melawan COVID-19 secara lebih efektif dan cepat.

.

Meskipun beberapa kemajuan telah dicapai, yaitu target yang ditetapkan pada Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang TB pada tahun 2018, namun pengobatan pencegahan TB sebagian besar telah diabaikan. Para pemimpin global telah berkomitmen untuk memastikan akses ke pengobatan pencegahan TB, untuk setidaknya 24 juta orang yang kontak dengan TB aktif, dan 6 juta orang yang hidup dengan HIV (ODHA) pada tahun 2022, termasuk di Indonesia. Sampai saat ini hanya sebagian kecil dari target ODHA yang telah tercapai, yaitu baru sekitar 430.000 anggota rumah tangga kontak dan 1,8 juta ODHA, pada program pengobatan pencegahan TB sepanjang tahun 2018 secara global.

.

TB tetap menjadi penyebab utama kematian di antara ODHA. Pada hal, pengobatan pencegahan TB bekerja secara sinergis dengan terapi antiretroviral (ARV) untuk HIV, sekaligus mencegah sakit TB dan menyelamatkan nyawa. Pedoman WHO yang baru merekomendasikan serangkaian pendekatan inovatif, untuk meningkatkan akses ke pengobatan pencegahan TB. Peningkatan pengobatan pencegahan TB diprioritaskan untuk populasi dengan risiko tertinggi termasuk kontak rumah tangga pasien TB, ODHA, dan orang lain yang berisiko karena kekebalan “rendah” atau hidup dalam lingkungan yang padat penghuni.

.

Selain itu, WHO merekomendasikan integrasi layanan perawatan pencegahan TB, ke dalam upaya penemuan kasus yang sedang berlangsung untuk TB aktif. Semua kontak rumah tangga pasien TB dan ODHA dianjurkan skrining untuk TB aktif, yang memerlukan pengobatan terapi TB, bukan pengobatan yang bersifat pencegahan. Jika TB aktif telah dapat disingkirkan, mereka tidak boleh dibiarkan saja, tetapi harus memulai pengobatan pencegahan TB.

.

WHO merekomendasikan agar tes kulit tuberkulin (Mantoux Test) atau pemeriksaan interferon-gamma dalam darah (IGRA), digunakan sebagai standar untuk memeriksa adanya infeksi TB. Kedua jenis tes ini membantu untuk menemukan orang yang sudah terinfeksi TB tetapi belum sakit, agar lebih mungkin untuk mendapatkan manfaat dari pengobatan pencegahan TB.

Selain itu, WHO merekomendasikan opsi baru dengan masa pengobatan yang lebih pendek untuk pengobatan pencegahan TB, selain menggunakan obat isoniazid (INH) harian selama 6 bulan, yang selama ini banyak digunakan. Pilihan yang lebih pendek yang sekarang direkomendasikan adalah rejimen rifapentine atau rifamycin plus isoniazid harian 1 bulan setiap hari, rifapentine mingguan 3 bulan plus isoniazid, rifampisin harian 3 bulan plus isoniazid, atau 4 bulan rifampisin harian saja.

.

Momentum Hari TB Sedunia Selasa, 24 Maret 2019 mengingatkan agar kita berada di jalur yang benar, untuk mencapai target TB global dalam SDG 2016-2030 dengan semboyan “Find. Treat. All. #EndTB.” Pengobatan pencegahan TB adalah intervensi yang lebih terjangkau, yang dapat mencegah keluarga, agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan, menjaga derajad kesehatan, dan kemampuan ekonomi seluruh masyarakat, dengan memastikan tidak ada seorangpun yang tertinggal (to ensure no one is left behind).

.

Sudahkah Anda terlibat membantu?

Menuju Wisata Alam Gua Kristal di Kabupaten Kupang, Pulau Timor, NTT, dengan prevalensi TB cukup tinggi

Sekian

Yogyakarta, 28 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, WA: 081227280161,

Categories
Istanbul

2020 Tendangan COVID-19

Ini Dia Tips Gampang Golin Lewat Corner Kick di PES 2018, Dijamin ...

TENDANGAN COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Senin, 23 Maret 2020 yang lalu WHO dan FIFA meluncurkan kampanye bersama untuk komunitas sepak bola global, agar melakukan tendangan jitu untuk mengatasi COVID-19. Apa yang sebaiknya kita tendang?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/03/23/2020-solid-lawan-covid-19/

.

FIFA, badan sepak bola internasional, dan WHO, Organisasi Kesehatan Dunia, telah bekerja sama untuk memerangi coronavirus (COVID-19), dengan meluncurkan kampanye kesadaran baru, yang akan dipimpin oleh pemain sepak bola terkenal di dunia. Kampanye ini akan menyerukan semua orang di seluruh dunia, untuk mengikuti lima tendangan dan langkah kunci, dalam menghentikan penyebaran penyakit mematikan ini.

.

baca juga https://dokterwikan.wordpress.com/2019/10/16/2019-sepak-bola-sehat/

.

Kampanye dengan judul “Pass the message to kick out coronavirus” mempromosikan lima langkah kunci bagi semua orang untuk melindungi kesehatan mereka sesuai dengan pedoman WHO. Kelima langkah tendangan jitu ini adalah mencuci tangan, etiket batuk, tidak menyentuh wajah, jaga jarak fisik dan tetap tinggal di rumah, jika merasa tidak enak badan .

.

Dua puluh delapan pemain sepak bola terkenal terlibat dalam kampanye dalam video, yang diterbitkan dalam 13 bahasa. Mereka adalah Sami Al Jaber (KSA), Alisson Becker (BRA), Emre Belözoğlu (TUR), Jared Borgetti (MEX), Buffon Gianluigi (ITA), Iker Casillas (ESP), Sunil Chhetri (IND), Youri Djorkaeff (FRA), Han Duan (CHN), Samuel Eto’o (CMR), Radamel Falcao (COL), Laura Georges (FRA), Valeri Karpin (RUS), Miroslav Klose (GER), Philipp Lahm (GER), Gary Lineker (ENG), Carli Lloyd (AS), Lionel Messi (ARG), Mido (EGY), Michael Owen (ENG), Park Ji-sung (KOR), Carles Puyol (ESP), Célia Šašić (GER), Asako Takakura (JPN), Yaya Touré (CIV), Juan Sebastián Verón (ARG), Sun Wen (CHN) dan Xavi Hernández (ESP).

.

Kampanye melalui video tersebut akan dipublikasikan di saluran digital para pemain dan FIFA. Selain itu, juga akan diberikan sebagai file yang diberikan kepada 211 asosiasi sepak bola profesional anggota FIFA dan media massa, untuk meneruskan kelima tendangan pesan tersebut.

.

Pesan atau tendangan pertama, “Langkah besar kita dimulai dengan tangan,” kata Alisson Becker, duta besar WHO untuk promosi kesehatan, kiper Liverpool FC dan tim nasional Brasil, dan Kiper Pria Terbaik FIFA 2019. Harap sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air atau larutan berbasis alkohol. Sering mencuci tangan dengan sabun dan air, atau lebih disukai dengan larutan tangan berbasis alkohol, akan mampu membunuh virus yang mungkin ada di tangan kita. Hal ini sederhana, tetapi sangat penting.

.

Tendangan kedua “Tutupi hidung dan mulut dengan siku saat bersin atau batuk,” kata Carli Lloyd pemenang Piala Dunia Wanita FIFA dua kali dari Amerika Serikat. Buang tisu segera dan cuci tanganmu sebersih mungkin. Tetesan liur mampu menyebarkan coronavirus. Dengan mengikuti etika batuk dan menjaga kebersihan saluran pernafasan, kita melindungi orang-orang di sekitar kita, dari tertular virus, seperti flu dan corona.

.

Tendangan ketiga “Hindari menyentuh wajah, terutama mata, hidung, atau mulut untuk mencegah virus memasuki tubuh,” tambah pemain depan FC Barcelona dan tim nasional Argentina Lionel Messi, Pemain Pria FIFA Terbaik pada tahun 2019, dan beberapa kali menjadi pemenang FIFA Ballon d’Or. Tangan kita pasti menyentuh terlalu banyak permukaan dan dapat dengan cepat ditempeli virus. Setelah terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke wajah, dan dari situ virus dapat bergerak bebas di dalam tubuh, sehingga membuat tidak sehat.

.

Tendangan keempat “Dalam hal berinteraksi sosial, mundurlah,” kata Han Duan, yang mewakili tim nasional RRT 188 kali dalam karir internasional, yang berlangsung selama 11 tahun. Jaga jarak tetap (sosial and physical distancing) setidaknya satu meter jaraknya dari orang yang lain. Dengan menjaga jarak sosial dan fisik seperti itu, kita mampu menghindari menghirup tetesan liur yang mengandung virus, dari seseorang yang bersin atau batuk dalam jarak dekat.

.

Tendangan kelima adalah rasakan dan ketahui gejalanya. “Jika kita merasa tidak enak badan, tetaplah tinggal di rumah,” kata Samuel Eto’o, mantan striker FC Barcelona dan timnasional Kamerun, yang mewakili negaranya 114 kali. Silakan ikuti semua instruksi yang diberikan oleh dinas kesehatan setempat. Jika kita mengalami demam, batuk dan kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis dan hubungi RS terlebih dahulu. Kita harus selalu terinformasi karena setiap otoritas kesehatan setempat, akan memberikan informasi terbaru tentang situasi di daerah kita masing-masing. Kita harus mengikuti instruksi dan telepon terlebih dahulu, untuk memungkinkan mereka mengarahkan kita, agar datang ke fasilitas kesehatan terdekat yang sesuai. Aturan ini berfungsi untuk melindungi kita dan membantu mencegah penyebaran virus Corona dan infeksi lainnya.

.

FIFA juga telah menjanjikan bantuan $ 10 juta untuk mendukung Solidaritas COVID-19 yang digagas WHO. Oleh sebab itu, marilah kita solid bersatu melawan COVID-19, dengan melakukan 5 jenis tendangan jitu tersebut, yang akan mampu meredam bahaya dan mengirim COVID-19 keluar dari lapangan bola.

Sudahkah kita siap?

Menggunakan kaos tim nasional sepak bola Brasil no 10 milik Neymar
sepulang dari tour di Stadion Maracana, Rio de Janeiro Brasil, 15 November 2015

Sekian

Yogyakarta, 26 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, penonton sepakbola yang setia

Categories
Istanbul

2020 Hari Tuberkulosis Sedunia

Hasil gambar untuk hari tuberkulosis sedunia 2020

HARI  TUBERKULOSIS  DUNIA  2020

fx. wikan indrarto*)

Setiap tanggal 24 Maret didedikasikan sebagai Hari Tuberkulosis (TB) Dunia (World TB Day) pada untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak TB yang menghancurkan pada bidang kesehatan, sosial dan ekonomi. Dr. Robert Koch mengumumkan penemuan bakteri penyebab TB, pada 24 Maret 1882 yang membuka jalan menuju diagnosa dan penyembuhan penyakit ini. Pada saat Dr. Koch mengumumkan penemuannya di Berlin, Jerman waktu itu TB mewabah di seluruh Eropa dan Amerika, bahkan menyebabkan kematian 1 dari setiap 7 orang penderitanya. Apa yang terjadi?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/03/22/2019-lawan-tuberkulosis/

.

Sampai sekarang TB tetap menjadi penyakit infeksi yang paling mematikan di dunia. Setiap hari, hampir 4.500 orang meninggal karena TB dan hampir 30.000 orang jatuh sakit TB, yang sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Namun demikian, upaya global untuk memerangi TB sebenarnya telah menyelamatkan sekitar 54 juta jiwa sejak tahun 2000 dan mengurangi angka kematian TB sebesar 42%.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/29/2020-semakin-sedikit-antibiotika/

.

Tema Hari TB Sedunia 2019 : ‘Saatnya’ (It’s time), yang menunjukkan komitmen global untuk 5 hal penting. Pertama, meningkatkan akses kepada pencegahan dan perawatan, kedua membangun akuntabilitas, ketiga memastikan pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan termasuk untuk penelitian, keempat mempromosikan diakhirinya stigma dan diskriminasi, dan kelima mempromosikan tanggapan TB yang adil, berbasis hak dan berpusat pada orang.

.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan inisiatif bersama ‘Temukan TB dan obati semua sampai tuntas’ (Find. Treat. All. #EndTB), dengan pendanaan dari Global Fund dan Stop TB Partnership. Gerakan ini bertujuan untuk mempercepat penghapusan TB dan memastikan akses ke perawatan, sejalan dengan dorongan WHO secara keseluruhan menuju Universal Health Coverage (UHC). Saatnya untuk bertindak! Sudah waktunya untuk Mengakhiri TB.

.

TB adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia dan juga di Indonesia pada tahun 2017. Penyakit ini juga pembunuh utama orang dengan HIV dan penyebab utama kematian pasien terkait dengan resistensi obat antimikroba. Pada 2017, diperkirakan ada 10 juta penderita baru (insiden) TB di seluruh dunia, di mana 5,8 juta adalah laki-laki, 3,2 juta adalah perempuan dan 1 juta adalah anak-anak. Orang yang hidup dengan HIV menyumbang 9% dari total penderita TB. Delapan negara menyumbang 66% dari kasus baru, yaitu India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

.

Pada 2017, 1,6 juta orang meninggal karena TB, termasuk 0,3 juta di antara orang dengan HIV. Namun demikian, secara global angka kematian TB turun 42% antara tahun 2000 dan 2017. Tingkat keparahan epidemi nasional sangat bervariasi antar negara, ada yang kurang dari 10 kasus baru per 100.000 penduduk di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi, tetapi ada 150‒400 di sebagian besar dari 30 negara dengan beban TB yang tinggi, dan di atas 500 di beberapa negara termasuk Mozambik, Filipina, dan Afrika Selatan.

.

Pada tahun yang sama, terjadi 6,4 juta kasus TB baru dengan 3,6 juta kesenjangan antara insiden dan kasus yang dilaporkan, yang berarti lebih dari separo kasus TB tidak terdata. Sepuluh negara menyumbang 80% dari kesenjangan ini, dengan tiga teratas di antaranya adalah India, Indonesia, dan Nigeria, terhitung hampir setengah (46%). Pengobatan TB menyelamatkan 54 juta jiwa di seluruh dunia pada rentang tahun 2000 dan 2017. Secara global, tingkat keberhasilan pengobatan bagi pasien yang baru didiagnosis TB adalah 82% pada tahun 2016.

.

Tantangan yang ada pada tahun 2017, terdapat 558.000 orang menderita TB resisten atau kebal terhadap rifampisin (RR-TB), yaitu obat lini pertama untuk mengatasi TB yang paling efektif, dan dari jumlah ini, 82% akhirnya menjadi TB kebal beberapa obat atau multi-resistan (MDR-TB). Sekitar 160.000 kasus MDR / RR-TB terdeteksi dan dilaporkan pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut, total 140.000 orang tersebut kemudian mendapatkan pengobatan dengan rejimen lini kedua. Tingkat keberhasilan pengobatan dengan obat lini kedua hanya 55% dan tetap rendah secara global. Bahkan di antara kasus TB-MDR pada tahun 2017, sekitar 8,5% adalah TB yang resisten terhadap obat secara luas (TB-XDR).

.

WHO merekomendasikan perawatan pencegahan TB untuk orang yang hidup dengan HIV dan semua kontak yang tinggal di rumah tangga dengan penderita TB. Sebanyak 960.000 orang yang baru menjalani perawatan HIV, disertai dengan pengobatan pencegahan TB di Indonesia pada tahun 2017 atau 36% dari orang dalam perawatan HIV. Selain itu, jumlah anak balita yang mendapatkan terapi pencegahan TB mencapai 280.000 anak pada 2017, atau mengalami peningkatan tiga kali lipat dari tahun 2015, tetapi masih hanya sekitar satu dari lima anak saja, dari 1,3 juta anak yang diperkirakan memenuhi syarat untuk mendapatkannya.

.

Tes diagnostik cepat untuk deteksi resistensi TB dan rifampisin saat ini telah tersedia, yaitu pemeriksaan Xpert MTB / RIF®. Dari 48 negara dengan beban TB tinggi, 32 telah menggunakan algoritma nasional yang menerapkan Xpert MTB / RIF® sebagai tes diagnostik awal untuk semua orang yang diduga menderita TB paru. Pada akhir 2017, 68 negara melaporkan telah mulai menggunakan bedaquiline, dan 42 negara telah menggunakan delamanid, keduanya adalah obat untuk mengatasi MDR-TB.

.

Sejumlah kecil teknologi muncul pada 2017-2018 dan beberapa belum menunjukkan kinerja yang memadai dalam penelitian awal. Tes diagnostik TB cepat, akurat dan kuat yang tunggal, ternyata masih belum cocok untuk digunakan secara global. Selain itu, dua belas kandidat vaksin anti TB sedang dalam uji klinis, empat buah di Fase I, enam buah di Fase II dan dua buah di Fase III. Semuanya termasuk kandidat vaksin untuk mencegah perkembangan infeksi dan penyakit TB, dan kandidat untuk membantu meningkatkan hasil pengobatan untuk penyakit TB. Selain itu, ada 20 obat, beberapa rejimen pengobatan, dan 12 kandidat vaksin dalam uji klinis. Pendanaan untuk penelitian dan pengembangan TB telah meningkat dan mencapai puncaknya US $ 724 juta pada tahun 2008 sampai 2016. Namun demikian, dana ini hanya 36% dari perkiraan keperluan dana yang mencapai US $ 2 miliar per tahun.

.

Momentum Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia Selasa, 24 Maret 2019 mengingatkan agar kita tetap berada di jalur yang benar, untuk mencapai target TB global dalam SDG 2016-2030 dengan semboyan “Find. Treat. All. #EndTB.” Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat pembasmian TB dalam cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC), dengan memastikan tidak ada seorangpun warga dunia yang tertinggal (to ensure no one is left behind).

.

 Sudahkah Anda terlibat membantu?

Mendarat dengan selamat di Jakarta

Sekian

Yogyakarta, 14 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, WA: 081227280161,

Categories
Istanbul

2020 Solid Lawan COVID-19

Image result for covid 19 jawa timur

SOLID  LAWAN  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Gelombang pandemi COVID-19 yang dimulai dari Wuhan, Cina akhirnya masuk juga ke Indonesia tercinta. Pelajaran penting yang kita peroleh dari strategi penanganan di Wuhan, Cina, layak kita tiru. Kuncinya adalah tetap solid melawan COVID-19. Bagaimana sebaiknya?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/02/07/2020-melawan-coronavirus-baru/

.

Solid artinya bersatu dalam sebuah kebersamaan, dalam pemikiran, sikap dan tindakan. Bersatu menggambarkan kepatuhan akan sistem komando dari atasan atau pimpinan. Usulan perbaikan atas sebuah kebijakan tetap diterima, tetapi kepatuhan melaksanakan kebijakan tetap yang utama. Kebersamaan adalah mewujudkan persaudaraan sebagai sesama manusia, dengan saling membantu, menguatkan dan mendampingi. Semuanya harus sudah terwujud dalam benak, nyata dalam pendapat dan terlihat dalam aksi.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/17/2020-corona-virus-baru/

.

Kepatuhan akan sistem komando seharunya mengakui bahwa Pemerintah RS telah menunjuk Letnan Jenderal TNI Doni Monardo sebagai Ketua Pelaksana Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019. Perwira tinggi TNI-AD dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini, dengan tegas meminta agar semua pihak menghentikan perdebatan terkait teori, apalagi aspek politik dan SARA, dalam menyelesaikan wabah COVID-19 di Indonesia. Justru solusi saat ini dalam penanganan COVID-19 adalah kita bersatu, bukan berdebat, dan yang paling penting adalah membuat masyarakat paham, apa ancaman yang sedang dihadapi bersama.

.

Demikian juga terkait keputusan Presiden Joko Widodo, yang pada akhirnya memutuskan metode tes acak dan massal sebagai metode untuk mengendalikan penyebaran COVID-19. Keputusan itu disampaikan Presiden pada Kamis, 19 Maret 2020. Keputusan ini sekaligus menjawab desakan dari publik tentang perlunya pemerintah mengambil kebijakan yang ‘clear,’ terkait upaya menghentikan penyebaran COVID-19. Opsi tes secara massal yang akhirnya diambil, bersama opsi lain seperti ‘lockdown’, menjadi bahan perbincangan dan perdebatan publik yang melelahkan, tetapi kurang bermanfaat, selama beberapa hari terakhir.

.

Kebersamaan yang harus kita wujudkan berarti mengikuti juga arahan ‘Social Distancing,’ yang menjadi kunci penghentian penyebaran COVID-19. Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Prof. Drh. Wiku Adisasmito, MSc, PhD menjelaskan bahwa cara penularan virus corona adalah dengan kontak langsung antar manusia. Tak cukup hanya ‘Social Distancing’ itu, masyarakat juga dianjurkan menjalani Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Mencuci tangan dengan baik dan benar harus sering dilakukan, misalnya menggunakan hand sanitizer harus yang mengandung alkohol, agar dapat membunuh virus. Selain itu, masyarakat yang harus tetap melakukan aktivitas sosial disarankan menghindari tempat ramai dan menggunakan masker. Terapkan juga etika batuk menggunakan lengan, sehingga virus tidak menyebar. Juga mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, istirahat cukup, dan lakukan olahraga yang tidak berkumpul atau berbagi alat olahraga.

.

Hal yang lebih penting adalah agar pemerintah dan warga masyarakat, sebaiknya lebih fokus terhadap orang-orang yang tidak terinfeksi COVID-19, karena, jumlah orang sehat di Indonesia saat ini jauh lebih banyak daripada yang sudah positif COVID-19. Kita pastikan orang sehat tidak jatuh sakit.  Kalau terjadi gangguan kesehatan diharapkan segera datang ke fasilitas kesehatan.

.

Kebersamaan antar kita adalah mewujudkan persaudaraan sebagai sesama manusia. Harus diingat bahwa dengan berebut, pasti akan kurang, tetapi dengan berbagi, pasti akan cukup. Sembako, obat dan alat kesehatan, seperti masker, Alat Pelindung Diri (APD) dan hand sanitizer, tentu menjadi komponen yang paling dicari banyak orang secara serentak. Selain itu, tagar para dokter dan petugas RS yang berjanji bahwa ‘kami tetap di RS untuk melayani Anda dan mohon Anda tetap tinggal di rumah saja untuk membantu kami’, adalah niat baik yang direspon juga dengan sangat baik oleh masyarakat luas.

.

Pemberian dukungan bagi para dokter dan petugas RS, yang tentu saja menjadi sangat kelelahan dalam merawat pasien COVID-19, dapat diberikan oleh semua warga masyarakat. Selain dengan tetap tinggal di rumah, juga dengan kebijakan insentif anggaran. Untuk membantu sesama warga masyarakat, kita semua dapat meniru warga Wuhan, Cina, yang mengumpulkan dan mengirimkan bahan makanan, pakaian dan dana, untuk membantu para petugas kesehatan, keamanan, dan warga masyarakat yang kurang mampu. Dompet amal untuk bencana non alam COVID-19 dari semua lapisan masyarakat, rasanya harus segera dibuka, untuk menampung donasi dari berbagai pihak, sebagaimana telah sering dilakukan saat ada bencana alam di tanah air.

.

Apalagi kalau PDP (Pasien Dalam Pengawasan) atau bahkan positif COVID-19 adalah pencari nafkah utama dalam keluarga, tentu saja sangat memberatkan, karena harus diisolasi dan tidak mungkin mencari nafkah dan tidak digaji. Dompet amal bencana non alam tentu dapat bergerak membantu, sebagaimana telah dilakukan oleh Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (GRAISENA), yang akan menanggung semua biaya kebutuhan dasar keluarganya untuk sementara waktu.

.

Mari kita solid bersatu melawan COVID-19, dalam persaudaraan sebagai sesama manusia, dengan saling membantu, menguatkan dan mendampingi.

Sudahkah kita siap?

Sekian

Wajah anak-anak di pinggir jalan utama menuju Chennai, Tamil Nadu, India selatan

Yogyakarta, 19 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Categories
Istanbul

2020 Pajak Gemuk

Hasil gambar untuk obesitas pada anak

PAJAK GEMUK

fx. wikan indrarto*)

Pada Hari Obesitas Sedunia Rabu, 4 Maret 2020 yang lalu, kita perlu belajar tentang keberhasilan Portugal dalam menanggulangi obesitas pada masa anak. Obesitas merupakan salah satu tantangan kesehatan utama di Eropa dan dunia, dengan pemerintah Portugal mengambil kebijakan berani, yaitu menerapkan pajak atas minuman manis. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/03/05/2020-hari-obesitas-sedunia/

.

Obesitas pada anak adalah masalah kesehatan masyarakat yang kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor, dan bersinggungan secara signifikan dengan status sosial ekonomi. Oleh karena obesitas meruapakan faktor risiko penyakit tidak menular pada kelompok usia dewasa, maka negara memiliki kewajiban untuk melindungi semua anak, dari fenomena yang dapat menjadi beban biaya kesehatan selama sisa hidup mereka. Di Portugal, kombinasi dari diet yang tidak sehat dan peningkatan gaya hidup yang menetap atau kurang bergerak, telah memicu obesitas. Konsekuensi dari obesitas pada anak di Portugal, akan menyulitkan untuk mencapai target yang lebih luas, yaitu menekan kejadian penyakit tidak menular pada tahun 2030.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/01/10/stigma-sosial-obesitas/

.

Tren obesitas anak selama 12 tahun di Portugal terlihat perlahan tapi pasti, telah berbalik. Antara tahun 2008 dan 2016 terjadi penurunan persentase anak yang kelebihan berat badan di Portugal, dari 37,9% menjadi 30,7% dan pada anak obesitas dari 15,3% menjadi 11,7%. Namun demikian, persentase itu tetap merupakan salah satu tingkat tertinggi di daratan Eropa. Bukan hanya prevalensi di Portugal yang dinilai belum baik, tetapi juga aspek perilaku dari gaya hidup sehat, termasuk diet, kebiasaan aktivitas fisik, dan suasana lingkungan, seperti sekolah dan keluarga. Meskipun secara keseluruhan tingkat obesitas di Portugal menurun, tetapi pola makan pada anak tampaknya tertahan tidak ada perubahan bermakna (dietary patterns seemed resistant to change).

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/07/26/2019-kelaparan-masih-ada/

.

Data nasional Portugal menunjukkan adanya salah satu penyebab utama obesitas. Jumlah anak yang secara teratur minum minuman ringan, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kenaikan berat badan, telah meningkat dari waktu ke waktu dan mencapai lebih dari 80,1% anak yang berusia 6-8 tahun pada 2016. Data ini memberikan bukti ilmiah yang penting untuk mendukung implementasi pajak atas minuman manis dalam kemasan.

.

Perpajakan seringkali merupakan cara yang efektif untuk mendorong perubahan perilaku dan jauh lebih berhasil daripada edukasi atau mempermalukan individu. Namun demikian, membangun momentum politik untuk perubahan secara legislatif seperti itu, seringkali terbukti menantang, terutama ketika berhadapan dengan industri yang mengutamakan keuntungan diri sendiri, melebihi prioritas kesehatan kaum muda. Meskipun demikian, lembaga kesehatan masyarakat terkemuka di Portugal telah berhasil dalam mendorong diterapkannya pajak minuman manis mulai Januari 2017 di Portugal.

.

Hasilnya mengesankan. Banyak perusahaan minuman kemasan di Portugal secara radikal mengurangi jumlah gula dalam produk mereka, dan penjualan minuman manis telah turun secara keseluruhan. Penelitian berikutnya tetap berlangsung dan akan melacak dampak penuh pada pola konsumsi makanan dan minuman pada anak. Namun demikian, penurunan awal dalam penjualan minuman kemasan yang mengandung kadar gula tinggi dan reformulasi produk yang signifikan, adalah hal yang sangat mengesankan.

.

Dr. Francisco Goiana Silva adalah motor kebijakan di Kementerian Kesehatan Portugal, ketika pajak minuman manis diberlakukan. Intervensi kebijakan ini diperkirakan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada perubahan pola makan penduduk Portugal, dibandingkan semua pendekatan dalam aspek edukasi, promosi, dan perubahan gaya hidup, meskipun semuanya digabungkan. Pajak terbukti juga berfungsi sebagai langkah untuk mengatasi kesenjangan kesehatan. Pola makan yang tidak sehat dan obesitas sangat terkait dengan faktor sosial dan kesehatan di Portugal. Misalnya orang yang berpenghasilan dan tingkat pendidikan lebih rendah, adalah yang paling rentan terhadap terjadinya penyakit tidak menular. Dengan mempromosikan perubahan pola konsumsi ke pilihan yang lebih sehat, seperti air mineral yang tidak lebih mahal, kebijakan ini akan mengurangi risiko pengembangan penyakit tidak menular, di antara kelompok populasi yang paling rentan.

.

Investasi dari pajak minuman manis harus ditujukan untuk program promosi kesehatan. Hal ini memungkinkan terciptanya efek ganda, yaitu dampak positif peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak. Namun demikian, yang lebih penting adalah untuk menjawab kritik dari industri minuman kemasan yang seringkali menuduh, bahwa pajak hanya berfungsi untuk menghasilkan pendapatan negara.

.

Portugal telah melakukan sebuah program penting untuk mengatasi obesitas pada anak dan faktor risiko penyakit tidak menular. Langkah fiskal menerapkan pajak atas minuman kemasan manis yang telah dilakukan pemerintah Portugal, sebenarnya langsung mengatasi akar masalah dan memperioritaskan hak untuk hidup sehat bagi semua orang, termasuk anak. Meskipun ada lebih banyak program yang harus dilakukan untuk perubahan perilaku sehat, namun langkah fiskal ini merupakan contoh praktik terbaik, dalam membalikkan gelombang epidemi obesitas pada anak.

.

Sudahkah kita berencana membuat sebuah kebijakan fiskal untuk kesehatan anak kita?

Sekian

Yogyakarta, 18 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, WA: 081227280161,

Categories
Istanbul

2020 Awal Belajar

Image result for belajar usia dini

AWAL  BELAJAR

fx. wikan indrarto*)

Pada Kamis, 5 Maret 2020 Pedoman WHO baru yang berjudul ‘helping children learn, be happy and thrive’ menyoroti pentingnya pembelajaran dini dan perawatan responsif di tahun-tahun pertama kehidupan bayi yang kritis. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/07/15/2019-hari-anak-nasional-indonesia/

.

Pedoman untuk orang tua dalam membantu anak belajar, bahagia dan berkembang (helping children learn, be happy and thrive) didasari pemikiran bahwa tahun-tahun pertama kehidupan bayi adalah periode yang paling penting bagi perkembangan mental dan fisik anak. Pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 250 juta anak atau 43% dari populasi anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang tidak dapat mewujudkan potensi pengembangan penuh mereka. Pada hal, dalam tahun-tahun awal kehidupan, terjadi koneksi baru sistem serabut saraf pada otak bayi dalam tingkat yang tidak akan pernah terulang lagi, yaitu dengan lebih dari 80% perkembangan saraf pusat terjadi sejak bayi lahir, sampai anak mencapai usia tiga tahun.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/03/13/2019-kepemimpinan-sehat-oleh-perempuan/

.

Dalam proses membangun otak ini, bukan hanya kebutuhan fisik yang harus dipenuhi. Bayi dan anak kecil juga membutuhkan tantangan dan stimulasi mental, berupa interaksi yang akrab dan penuh kasih, dengan semua orang-orang di sekitarnya, dimulai sejak kelahiran. Pada momen berharga ini, yang paling sering terjadi adalah interaksi dengan anggota keluarga, yang merupakan hubungan pertama dan paling berharga bagi bayi.

.

Menurut pedoman baru dari WHO tersebut, petugas kesehatan dapat memainkan peran penting dalam mendukung keluarga untuk memberikan perawatan dini. Selain itu, juga membantu memastikan setiap anak mendapatkan awal terbaik untuk kehidupan mereka di masa depan. Setiap anak harus mengalami pendampingan yang peka (responsive care). Pendampingan tersebut berarti asuhan yang diberikan menyesuaikan dengan sinyal dari anak, sesuai dengan apa yang diungkapkan, diminta, atau dikatakan anak kepada orangtua. Ungkapan permintaan anak biasanya disertai ekspresi wajah, menangis, atau membuat suara dan gerakan tertentu, sehingga orangtua diharapkan segera merespons sesuai dengan kebutuhan anak.

.

Proses interaksi ini membangun hubungan yang aman dan penuh kasih, serta pembelajaran awal (early learning). Awal belajar ini akan membantu bayi dan anak kecil merasa aman, mengetahui bahwa mereka dilindungi oleh orang yang mereka cintai, dan bahwa mereka dapat secara efektif mengkomunikasikan kebutuhan mereka. Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan orang tua dan pengasuh untuk memperkuat ikatan ini, dijelaskan secara rinci pada pedoman tersebut. Pertama, kontak fisik yang sering, seperti memegang atau memeluk. Kedua, kontak mata rutin dari jarak dekat. Dan ketiga, berbicara dan bernyanyi dalam menanggapi suara-suara celotehan (noises) yang dihasilkan dari mulut bayi.

.

Proses belajar terjadi secara konstan untuk semua anak kecil, justru pada saat mereka melakukan aktivitas yang sederhana. Dalam hal ini termasuk saat mereka menggerakkan tubuh, mendengar dan berceloteh, mengalami hal atau tempat baru, atau berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian, setiap momen yang dialami orangtua bersama seorang anak adalah kesempatan bagi anak untuk belajar dan berkembang. Awal belajar bagi anak adalah selama anak bermain, makan, dan berkegiatan rutin sehari-hari di dalam rumah tangga. Pada prinsipnya anak belajar ketika orangtua berbicara dan terlibat dengan mereka (children learn when we talk and engage with them).

.

Bermain dengan anak dapat berwujud dalam berbagai bentuk, sesuai dengan penambahan usia anak. Misalnya membantu anak memecahkan masalah, mengekspresikan diri, membuat keputusan, melatih keterampilan, dan mencoba hal-hal baru. Semua komponen ini penting untuk perkembangan anak. Untuk itu, bermain dengan anak harus dibangun di dalam rutinitas sehari-hari, sebagai awal pembelajaran pada masa kecil. Selain itu, anak harus memiliki ruang yang aman untuk mengeksplorasi, terlibat dalam permainan, dan menjadi kreatif.

.

Pembelajaran dan perkembangan anak bukanlah sesuatu yang spontan terjadi. Hal itu membutuhkan perhatian yang konstan dari orang tua dan lebih banyak investasi yang harus ditanam. Juga membutuhkan perhatian pada kebutuhan asuhan, termasuk kesehatan fisik dan mental mereka. Di tingkat kebijakan pemerintah, keberhasilan ini perlu didukung dengan kebijakan yang ramah keluarga, misalnya cuti melahirkan bagi kedua orang tua yang tetap digaji, juga tunjangan untuk anak dan biaya perawatan anak yang terjangkau. Kebijakan ini akan membantu semua orang tua untuk memberikan perawatan yang aman, stabil dan penuh kasih sayang, untuk anak-anak mereka.

.

Sistem kesehatan nasional juga harus membantu keluarga memberikan perawatan yang responsif dan pendampingan yang peka. Petugas kesehatan, seperti bidan, perawat, dokter, dan petugas kesehatan masyarakat, dapat mendukung orang tua untuk mengenali dan menanggapi kebutuhan bayi, sambil memberi konseling tentang pentingnya bermain bersama dan komunikasi awal. Semua petugas kesehatan perlu memastikan bahwa keluarga mengetahui layanan yang relevan dan dukungan tambahan, termasuk perawatan kesehatan mental bagi ibu. 

.

Pedoman WHO baru (2020) yang berjudul ‘helping children learn, be happy and thrive,’ menekankan bahwa awal belajar untuk anak usia dini adalah salah satu investasi terbaik yang dapat dilakukan oleh pemerintah, untuk masa depan masyarakat. Intervensi ini tidak hanya membantu agar anak dan keluarga dapat berkembang, tetapi juga memutus siklus kemiskinan dan ketidakadilan layanan kesehatan. Selain itu, dapat berkontribusi pada terbentuknya masyarakat yang lebih bahagia, lebih sejahtera, dan lebih sehat.

.

Sudahkah kita mendampingi anak di sekitar kita untuk belajar, berbahagia dan berkembang ?

Sekian

Bermain dengan bayi di barak pengungsi korban gempa bumi di Kabupaten Lombok Timur, NTB 26 Agustus 2018

Yogyakarta, 13 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Categories
Istanbul

2020 Hari Ginjal Sedunia

Hasil gambar untuk hari ginjal sedunia 2020

HARI GINJAL SEDUNIA

fx. wikan indrarto*)

Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day) diperingati pada hari Kamis, 12 Maret 2020. Tema peringatan tahun 2020 adalah Kesehatan Ginjal untuk Semua Orang Di Mana Saja (Kidney Health for Everyone Everywhere). Apa yang perlu disadari?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/05/11/2018-isk-aplikasi/

.

Penyakit ginjal adalah penyakit tidak menular dan saat ini menyerang sekitar 850 juta orang di seluruh dunia. Satu dari sepuluh orang dewasa memiliki penyakit ginjal kronis (CKD). Beban global CKD meningkat, dan diproyeksikan menjadi penyebab paling umum ke-5 dari tahun yang hilang (years of life lost) secara global pada tahun 2040. Penyakit ginjal kronis merupakan penyebab utama pengeluaran kesehatan yang sangat besar. Biaya cuci darah dan transplantasi menghabiskan 2-3% dari anggaran perawatan kesehatan tahunan di negara-negara berpenghasilan tinggi. Pada hal, hanya dihabiskan untuk kurang dari 0,03% dari total populasi negara-negara ini. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kebanyakan orang dengan gagal ginjal tidak memiliki akses yang cukup untuk layanan cuci darah atau dialisis yang menyelamatkan hidup, apalagi transplantasi ginjal.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2017/12/06/prognostik-katastropik/

.

Penyakit ginjal adalah pembunuh bisu, yang sebagian besar dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Ada beberapa cara untuk mengurangi risiko menderita CKD. Pertama : ‘Tetap bugar, Tetap aktif,’ karena dapat membantu mempertahankan berat badan ideal, mengurangi tekanan darah dan risiko CKD. Kedua : Makan makanan yang sehat, karena dapat membantu menjaga berat badan ideal, mengurangi tekanan darah, mencegah diabetes, penyakit jantung, dan kondisi lain yang terkait dengan Penyakit Ginjal Kronis.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/06/2018-etika-biomedis-jkn/

.

Ketiga : kurangi asupan garam atau natrium, menjadi seperti yang disarankan, yaitu 5-6 gram garam per hari atau sekitar satu sendok teh. Untuk mengurangi asupan garam, cobalah dan batasi jumlah makanan olahan, menu restoran, dan jangan tambahkan garam ke dalam makanan yang sudah tersaji. Keempat : Periksa dan kendalikan gula darah. Sekitar setengah dari orang yang menderita penyakit kencing manis atau diabetes, tidak tahu bahwa mereka menderita diabetes. Karena itu, setiap orang perlu memeriksa kadar gula darah, sebagai bagian dari pemeriksaan tubuh secara umum dan sangat penting bagi mereka yang mendekati usia paruh baya atau lebih tua. Sekitar setengah dari orang yang menderita diabetes mengalami kerusakan ginjal, tetapi hal ini dapat dicegah jika diabetes terkontrol dengan baik.

.

Kelima : Periksa dan kendalikan tekanan darah. Sekitar setengah dari orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi, tidak tahu mereka memiliki tekanan darah tinggi. Karena itu, setiap orang perlu memeriksa tekanan darah sebagai bagian dari pemeriksaan tubuh secara umum dan ini sangat penting bagi usia paruh baya atau lebih tua. Tekanan darah tinggi dapat merusak ginjal apalagi yang disertai dengan faktor-faktor lain seperti diabetes, kolesterol tinggi dan penyakit kardiovaskular. Risiko dapat dikurangi dengan kontrol tekanan darah yang baik.

.

Tingkat tekanan darah orang dewasa normal adalah 120/80. Hipertensi didiagnosis jika, ketika diukur pada dua hari yang berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah ≥140 mmHg dan atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah ≥90 mmHg (WHO, 2014). American Heart Association (AHA) dan American College of Cardiology (ACC) pada tahun 2017 telah merevisi pedoman untuk pengelolaan tekanan darah tinggi, dan menyarankan bahwa tekanan darah tinggi harus ditangani lebih awal, dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan pada tekanan darah 130/80 mm Hg, bukan lagi pada 140/90 mm Hg. Namun demikian, sampai saat ini tidak semua organisasi kesehatan di seluruh dunia telah mengadopsi rekomendasi ini.

.

Keenam : asupan cairan yang tepat. Tingkat asupan cairan yang tepat untuk setiap individu tergantung pada banyak faktor termasuk aktivitas harian, olahraga, iklim, kondisi kesehatan, kehamilan dan menyusui. Orang dewasa biasanya memerlukan 8 gelas atau sekitar 2 liter per hari untuk orang sehat dalam kondisi iklim yang nyaman. Posri ini perlu disesuaikan ketika dalam kondisi iklim yang parah, memiliki penyakit ginjal, jantung, atau hati. Ketujuh : Jangan merokok, karena merokok akan memperlambat aliran darah ke ginjal. Ketika lebih sedikit darah mencapai ginjal, kondisi itu dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk berfungsi secara normal. Bahkan, merokok juga meningkatkan risiko kanker ginjal sekitar 50 persen.

.

Kedelapan : Jangan minum jamu atau obat yang mengandung anti inflamasi atau pereda nyeri secara teratur. Obat bebas seperti anti-inflamasi non-steroid (NSAID) adalah pembunuh rasa sakit, misalnya ibuprofen, dapat membahayakan ginjal, jika dikonsumsi secara rutin dan teratur. Dan terakhir atau kesembilan : Periksa fungsi ginjal, jika memiliki satu atau lebih faktor risiko tinggi, khususnya diabetes, hipertensi, gemuk, dan riwayat keluarga dengan penyakit ginjal

.

Momentum Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day) pada hari Kamis, 12 Maret 2020, mengingatkan kita akan pentingnya ‘Kesehatan Ginjal untuk Semua Orang Di Mana Saja.’ Caranya adalah dengan mengurangi beberapa faktor risiko penyakit ginjal kronis (CKD), yang dilakukan sejak usia anak dan remaja.

.

Sudahkah kita bertindak bijak?

Bersama Bapak Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Muhtamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Samarinda, kalimantan Timur, tahun 2018

Sekian

Yogyakarta, 3 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Hari Obesitas Sedunia

Image result for obesitas

HARI  OBESITAS  DUNIA

fx. wikan indrarto*)

Pada hari Rabu, 4 Maret 2020 dirayakan sebagai Hari Obesitas Sedunia (World Obesity Day), untuk  mendorong solusi praktis dalam membantu orang mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat, melakukan perawatan yang tepat, dan membalikkan krisis obesitas. Tema peringatan tahun 2020 adalah Obesitas dan akar akarnya (Obesity and its root causes). Apa yang perlu disadari?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/01/10/stigma-sosial-obesitas/

.

Tingkat obesitas hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975 dan bahkan telah meningkat hampir lima kali pada anak dan remaja. Obesitas mempengaruhi semua orang, dari segala usia, dari semua kelompok sosial, baik di negara maju maupun berkembang. Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk berbagai penyakit tidak menular atau ‘Non Communicable Diseases’ (NCD), seperti diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan stroke, dan berbagai bentuk kanker.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2020/01/02/2020-menurunkan-angka-kematian-anak/

.

Anak, remaja dan orang dengan obesitas terus menerus distigmatisasi, dipermalukan dan disalahkan. Hal ini karena banyak orang, termasuk para dokter, pembuat kebijakan, dan lainnya, tidak sepenuhnya memahami akar penyebab obesitas. Pada umumnya obesitas merupakan campuran kompleks dari faktor makanan, gaya hidup, genetik, psikologis, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan. Sudah saatnya kita memutus siklus stigma, rasa malu, dan menyalahkan, juga mengevaluasi kembali pendekatan kita untuk mengatasi obesitas, masalah kesehatan publik global yang kompleks ini.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/07/26/2019-kelaparan-masih-ada/

.

Secara bersama kita akan mampu membuat perbedaan (together we can make a difference). Ada banyak hal yang dapat kita lakukan, termasuk membatasi pemasaran untuk anak-anak, menu makanan dan minuman yang tinggi lemak, gula dan garam. Juga mengenakan pajak yang lebih tinggi atas minuman manis, dan menyediakan akses yang lebih baik ke menu makanan yang terjangkau dan sehat. Di berbagai kota besar perlu disediakan ruang untuk berjalan kaki, bersepeda, dan rekreasi. Selain itu, orang tua harus mengajari anak tentang kebiasaan sehat sejak dini, agar anak tumbuh lebih sehat, dengan lebih sedikit duduk, tetapi bermain lebih banyak. Saran tersebut dimuat dalam Pedoman WHO tentang aktivitas fisik, perilaku menetap dan tidur untuk anak balita, yang dikeluarkan pada hari Rabu, 24 April 2019 (WHO guidelines on physical activity, sedentary behaviour and sleep for children under 5 years of age).

.

Pola keseluruhan aktivitas anak selama 24 jam kuncinya adalah, mengganti waktu memandangi layar gawai (screen time) yang lama atau tubuh yang diam, menjadi bermain yang lebih aktif, sambil memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas. Waktu tubuh kurang aktif tetapi berkualitas, adalah waktu yang dihabiskan dalam kegiatan interaktif langsung (non-screen-based) dengan pengasuh, seperti membaca, bercerita, bernyanyi dan mengisi teka-teki, juga terbukti sangat penting untuk perkembangan anak.

.

Rekomendasi WHO untuk bayi (kurang dari 1 tahun) adalah pertama, aktif secara fisik beberapa kali sehari dalam berbagai cara, terutama melalui permainan di lantai yang interaktif, dengan lebih banyak dan lebih sering adalah lebih baik. Bagi bayi yang belum dapat bergerak mandiri, setidaknya 30 menit dibantu dalam posisi tengkurap yang dilakukan sepanjang hari saat bayi terjaga. Kedua, tidak boleh lebih dari 1 jam setiap kali saat berada di kereta bayi, kursi tinggi, atau digendong di punggung pengasuh. Ketiga, waktu layar (sedentary screen time) tidak disarankan. Keempat, saat bayi tidak banyak bergerak, sangat dianjurkan dibacakan cerita oleh pengasuh. Kelima, tidur secara berkualitas selama 14-17 jam (usia 0–3 bulan) atau 12–16 jam (usia 4–11 bulan) sehari, termasuk tidur siang.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/03/2018-screen-time/

.

Rekomendasi WHO untuk anak usia 1-2 tahun adalah pertama, meluangkan setidaknya 3 jam atau 180 menit untuk melakukan berbagai jenis aktivitas fisik pada intensitas apa pun, termasuk aktivitas fisik intensitas sedang hingga kuat, merata waktunya sepanjang hari, dan lebih banyak tentu lebih baik. Kedua, tidak boleh lebih dari 1 jam pada suatu waktu duduk dalam kereta bayi, kursi tinggi, atau digendong di punggung pengasuh. Untuk anak berusia 1 tahun, waktu layar yang membuat badannya tidak aktif bergerak, seperti menonton TV atau video dan bermain ‘game’ di komputer, tidak dianjurkan. Bagi mereka yang berusia 2 tahun, waktu tayang (sedentary screen time) tidak boleh lebih dari 1 jam, dan lebih sebentar terbukti justru lebih baik. Ketika anak tidak banyak bergerak, sebaiknya dilibatkan dalam aktivitas membaca dan bercerita dengan pengasuh. Selain itu, sebaiknya tidur berkualitas baik selama 11-14 jam, termasuk tidur siang, dengan waktu tidur dan bangun dilatih agar teratur.

.

Rekomendasi WHO untuk anak usia 3-4 tahun seharusnya pertama, menghabiskan setidaknya 180 menit dalam berbagai jenis aktivitas fisik pada intensitas apa pun, di mana setidaknya 60 menit merupakan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat, menyebar sepanjang hari dan lebih banyak lebih baik. Kedua, tidak dianjurkan diam selama lebih dari 1 jam pada suatu waktu, misalnya di dalam kereta bayi atau duduk untuk waktu yang lama. Waktu tayang tidak lebih dari 1 jam, dan lebih sebentar, tentu lebih baik. Ketika anak tidak banyak bergerak, sebaiknya juga dilibatkan dalam aktivitas membaca dan bercerita dengan pengasuh. Selain itu, sebaiknya tidur berkualitas secara baik selama 10-13 jam sehari, termasuk tidur siang, dengan waktu tidur dan bangun dilatih agar lebih  teratur.

.

Momentum Hari Obesitas Dunia (World Obesity Day) pada Rabu, 4 Maret 2020, mengingatkan kita untuk mencegah obesitas sejak usia dini, termasuk mengkoreksi akarnya (obesity and its root causes). Orangtua wajib mendorong anak agar aktif bermain, sekaligus menjamin tidur yang cukup.

Sudahkah anak di sekitar kita aktif bermain?

Makan Bakso sapi Khas Singkawang, Kalimantan Barat, tidak membuat obesitas
 Sekian
Yogyakarta, 5 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor di FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com