Categories
Istanbul

2020 Kekerasan pada Anak

Ibas Prihatin Maraknya Kasus Kekerasan Terhadap Anak - BeritaSatu.com

KEKERASAN  TERHADAP  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Setengah dari semua anak di dunia, atau sekitar 1 miliar anak, setiap tahun mengalami kekerasan fisik, seksual atau psikologis, menderita luka-luka, cacat dan kematian, karena banyak negara tidak mengikuti strategi yang telah ditetapkan untuk melindungi anak. Hal itu termuat pada ‘Global Status Report on Preventing Violence Against Children 2020’. Apa yang mencemaskan?

.

baca juga : 2019 Kekerasan pada Kelahiran Bayi

.

Kamis, 18 Juni 2020 WHO, UNICEF, dan UNESCO menyerukan lebih banyak tindakan yang harus diambil semua negara dan memperingatkan ‘dampak dramatis’ pandemi COVID-19, terhadap anak. WHO telah memiliki perangkat berbasis bukti, yang disebut ‘INSPIRE’, untuk mencegah kekerasan dan mendesak semua negara untuk menerapkannya.

.

baca juga : 2019 Pencegahan Kekerasan di Sekolah

.

Kekerasan terhadap anak dapat dicegah, dengan usaha yang secara sistematis menangani faktor risiko dengan INSPIRE yang diluncurkan pada 2016. ‘INSPIRE : Seven strategies for ending violence against children’,  bertujuan untuk membantu semua negara sesuai Agenda 2030 untuk Pembangunan yang Berkelanjutan (SDGs) Target 16.2, yaitu mengakhiri kekerasan terhadap anak. Setiap huruf dari kata ‘INSPIRE’ merupakan salah satu strategi pencegahan pada beberapa jenis kekerasan yang berbeda. Selain itu, juga bermanfaat pada kesehatan mental, pendidikan dan pengurangan kejahatan pada anak.

.

‘Implementation and enforcement of laws’, misalnya membentuk undang-undang yang melarang adanya hukuman kekerasan terhadap anak oleh orang tua, pengasuh, guru, dan orang dewasa lainnya, bersama dengan undang-undang yang mengkriminalisasi pelaku pelecehan seksual dan eksploitasi anak. ‘Norms and values change’, misalnya mengubah norma yang memaafkan pelecehan seksual terhadap anak perempuan atau perilaku agresif pada anak laki-laki, dan ‘Safe environments’, misalnya mengidentifikasi lingkungan untuk kekerasan dan kemudian menangani penyebab lokal melalui penanganan masalah dan intervensi lainnya.

.

Selanjutnya ‘Parental and caregiver support’, yaitu pelatihan kepada pasangan orang tua muda, ‘Income and economic strengthening’, misalnya memberikan pelatihan keuangan mikro dan kesetaraan gender , ‘Response services provision’, misalnya memastikan anak yang terpapar kekerasan, dapat mengakses layanan medis darurat yang efektif dan mendapat dukungan psikososial yang tepat, serta ‘Education and life skills’, yaitu memastikan anak bersekolah atau memberikan pelatihan keterampilan hidup dan sosial.

.

Kemajuan di 155 negara terhadap kerangka kerja ‘INSPIRE’ belum cukup baik. Pada hal hampir semua negara (88%) sudah memiliki undang-undang utama untuk melindungi anak dari kekerasan, dan kurang dari setengah negara (47%) melaporkan bahwa aturan ini sedang ditegakkan. Laporan tersebut memberikan perkiraan tentang pembunuhan global pada anak di bawah 18 tahun, bahwa pada 2017 sekitar 40.000 anak menjadi korban pembunuhan.

.

Dari strategi INSPIRE, hanya E atau ‘Education and life skills’, yaitu memastikan anak bersekolah yang menunjukkan kemajuan paling besar dengan 54% negara melaporkan bahwa jumlah anak yang mampu bersekolah telah mencukupi. Sekitar 37% negara melaporkan bahwa korban kekerasan dapat mengakses layanan dukungan, sementara 26% negara memberikan program dukungan orang tua dan pengasuh; 21% negara memiliki program untuk mengubah norma berbahaya; dan 15% negara memiliki modifikasi untuk menyediakan lingkungan fisik yang aman untuk anak.

.

Meskipun mayoritas negara (83%) memiliki data nasional tentang kekerasan terhadap anak, hanya 21% yang menggunakannya untuk menetapkan garis dasar dan target nasional untuk mencegah dan menangani kekerasan terhadap anak. Sekitar 80% negara memiliki rencana aksi dan kebijakan nasional tetapi hanya seperlima memiliki rencana yang sepenuhnya didanai atau memiliki target yang terukur. Kurangnya dana yang dikombinasikan dengan kapasitas petugas profesional yang tidak memadai, kemungkinan merupakan faktor penyebab dan alasan mengapa implementasinya lambat.

.

Kebijakan anak untuk tetap tinggal di rumah dan penutupan sekolah selama pandemi COVID-19 ini, telah membatasi dukungan yang biasa diterima  anak seperti dari teman, keluarga besar atau petugas profesional. Kondisi ini semakin mengikis kemampuan anak korban kekerasan, untuk berhasil mengatasi krisis dan rutinitas baru dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini komunitas online telah menjadi pusat aktivitas anak dalam belajar, beribadah dan bermain, tetapi terjadi peningkatan perilaku online yang berbahaya termasuk cyber bullying, perilaku online yang berisiko dan eksploitasi seksual yang telah diidentifikasi.

.

Sasaran 16.2 SDGs, yaitu menghentikan penyalahgunaan, eksploitasi, perdagangan, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak, harus kita wujudkan. Kekerasan terhadap anak dapat dicegah dengan menerapkan ‘INSPIRE’. Apakah kita sudah bertindak?


Bergaya sejenak, setelah turun dari naik Tram 55 di depan The Royal Melbourne Hospital, Australia, yang menyediakan layanan pemulihan kesehatan, bagi anak korban tindak kekerasan jenis apapun. Kami mengunjunginya pada hari Selasa siang, 27 Agustus 2013

Sekian

Yogyakarta, 26 Juni 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Dexamethason untuk COVID-19

Dexamethasone Obat Murah untuk Pasien Kritis Covid-19 ...

DEXAMETHASON  UNTUK  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Hari Selasa, 16 Juni 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik hasil uji klinis awal dari Inggris yang menunjukkan obat dexamethason dapat menyelamatkan nyawa pasien yang sakit kritis dengan COVID-19. Apa yang menarik?

.

baca juga : 2020 Langkah Sehat Paska Pandemi COVID-19

.

“Dexamethasone adalah pengobatan pertama yang menunjukkan manfaat untuk mengurangi angka kematian pada pasien dengan COVID-19 yang membutuhkan dukungan oksigen atau ventilator,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Dexamethasone pertama kali dibuat pada 1957 dan telah digunakan di Inggris pada awal 1960an. Karena obat ini sudah lama ada, maka tidak ada lagi hak patennya. Dexamethasone adalah salah satu jenis steroid, yaitu obat untuk mengurangi peradangan dengan meniru hormon anti-inflamasi yang diproduksi oleh tubuh.

.

baca juga : 2020 Rokok, COVID-19 dan Remaja

.

Dexamethasone ini bekerja untuk meredam sistem imun tubuh. Infeksi virus corona memicu inflamasi saat tubuh mencoba melawan virus. Inflamasi adalah peradangan efek dari mekanisme tubuh dalam melindungi diri dari infeksi mikroorganisme asing, seperti virus, bakteri, dan jamur. Namun, terkadang sistem imun bekerja berlebihan dan reaksi dapat berbahaya, karena reaksi yang semestinya dirancang untuk menyerang infeksi, pada berakhirnya juga menyerang sel-sel tubuh, sebagaimana diduga terjadi pada pasien COVID-19.

.

Penelitian yang berjudul ‘Dexamethasone reduces death in hospitalised patients with severe respiratory complications of COVID-19’ sangat menarik dicermati. Pada awal bulan Maret 2020 mulai dilakukan RECOVERY (Randomised Evaluation of COVid-19 thERapY) sebagai uji klinis acak dalam menguji berbagai modalitas terapi potensial untuk COVID-19, termasuk dexamethason dosis rendah. Lebih dari 11.500 pasien telah terdaftar di lebih dari 175 rumah sakit dalam jaringan National Health Service (NHS), yaitu program layanan kesehatan masyarakat di Inggris Raya.

.

Pada hari Senin, 8 Juni 2020 mulai dilakukan analisis dari sebanyak 2.104 pasien, yang telah diacak untuk menerima dexamethason 6 mg sekali sehari (baik ditelan melalui mulut atau injeksi intravena) selama sepuluh hari, dibandingkan dengan 4.321 pasien yang diacak untuk pengobatan biasa. Dexamethasone adalah obat murah dengan biaya obat ini senilai £ 5.40 (setara Rp. 93.000) untuk satu pasien per hari. Pengobatan dilakukan setidaknya selama 10 hari. Di antara pasien yang menerima pengobatan biasa, mortalitas hari ke 28 tertinggi pada pasien yang membutuhkan ventilasi (41%), mortalitas sedang pada pasien yang hanya membutuhkan oksigen (25%), dan mortalitas terendah pada pasen yang tidak memerlukan intervensi pada jalan napas ( 13%).

.

Dexamethason mengurangi kematian sepertiga pada pasien yang menggunakan ventilator (rasio rerata 0,65 [IK 95% 0,48-0,88]; p = 0,0003) dan seperlima pada pasien lain yang hanya menerima oksigen (0,80 [0,67 hingga 0,96]; p = 0,0021). Namun demikian, tidak ada manfaat pada pasien yang tidak memerlukan dukungan pernapasan (1,22 [0,86-1,75; p = 0,14). Berdasarkan hasil uji klinis ini, 1 kematian akan dapat dicegah dengan pengobatan pada sekitar 8 pasien yang menggunakan ventilator atau sekitar 25 pasien yang hanya membutuhkan oksigen saja.

.

Peter Horby, Professor of Emerging Infectious Diseases in the Nuffield Department of Medicine, University of Oxford yang terletak sekitar 90 km dari London, dan salah satu peneliti mengatakan, ‘dexamethasone adalah obat pertama yang terbukti meningkatkan ketahanan hidup pasien  COVID-19, sehingga dexamethason sekarang harus masuk dalam standar pengobatan pada pasien COVID-19 derajad berat. Martin Landray, Professor of Medicine and Epidemiology at the Nuffield Department of Population Health, University of Oxford dan salah satu penelitia utama lainnya mengatakan, ‘hasil pendahuluan dari uji RECOVERY ini sangat jelas, bahwa dexamethason mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 dengan komplikasi pernapasan yang parah. Sangat luar biasa bahwa pengobatan pertama yang terbukti mampu mengurangi angka kematian pasien adalah salah satu obat yang tersedia secara luas dan terjangkau di seluruh dunia.’ Bahkan Sir Patrick Vallance, The UK Government’s Chief Scientific Adviser, telah menegasakan bahwa ‘ini adalah berita luar biasa karena dexamethason ini adalah obat murah yang tersedia secara luas berdasarkan uji klinis berkualitas tinggi.’

.

Badan POM RI pada hari Jumat, 19 Juni 2020 menegaskan bahwa sampai saat ini belum terdapat obat yang spesifik untuk COVID-19, walaupun beberapa obat telah dipergunakan untuk penanganan COVID-19 sebagai obat uji. Hasil penelitian di Universitas Oxford Inggris telah menunjukkan penurunan kematian, tetapi hanya pada kasus pasien COVID-19 yang berat yang menggunakan ventilator (alat bantu pernapasan), atau memerlukan bantuan oksigen. Obat ini tidak bermanfaat untuk kasus COVID-19 ringan dan sedang yang tidak dirawat di rumah sakit.

.

Dexamethason adalah obat keras, yang pembeliannya harus dengan resep dokter dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter. Dexamethason tidak dapat digunakan untuk pencegahan COVID-19 dan dexamethason yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter, apalagi yang digunakan dalam jangka waktu panjang, dapat mengakibatkan efek samping menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan tekanan darah, diabetes, ‘moon face’ dan ‘masking effect’, serta efek samping lainnya yang berbahaya. Oleh sebab itu, masyarakat agar tidak membeli obat dexamethason dan steroid lainnya secara bebas tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform online. Untuk penjualan obat dexamethason dan steroid lainnya, termasuk melalui online tanpa ada resep dokter, dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

.

Sudahkah kita bijak menggunakan dexamethason pada saat pandemi COVID-19 ini?

Red Box dan Big Ben, ciri khas London Inggris yang ikonik, kami kunjungi pada hari Senin 23 November 2015 dalam pagi yang dingin menggigit tulang. Big Ben atau Elizabeth Tower rancangan Edmund Beckett Denison dan George Airy terletak 90 km dari University of Oxford, tempat penelitian dexamethason pada COVID-19

Sekian

Yogyakarta, 20 Juni 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Hari Donor Darah Sedunia

poster promosi hari donor darah dunia bahasa inggris murni gambar ...

HARI DONOR DARAH DUNIA 2020

fx. wikan indrarto*)

Pada hari Minggu, 14 Juni 2020, dirayakan Hari Donor Darah Sedunia (World Blood Donor Day). Kampanye ini mengingatkan akan kebutuhan darah yang aman dan bersifat universal, apalagi pada masa pandemi COVID-19 ini. Apa yang harus dilakukan?

.

baca juga : 2019 Hari Donor Darah Sedunia

.

Darah yang aman sangat penting untuk perawatan dan intervensi medis darurat yang mendesak. Darah ini dapat membantu pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa, mampu hidup lebih lama dan dengan kualitas hidup yang lebih tinggi. Namun demikian, akses ke persediaan darah yang aman masih merupakan hak istimewa hanya untuk beberapa orang. Sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan menengah, masih harus berjuang untuk menyediakan darah yang aman karena tingkat donasinya rendah dan peralatan untuk memeriksa keamanan darah juga langka. Transfusi darah juga dapat menjadi media penularan penyakit seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis. Secara global, 42% darah dikumpulkan di negara-negara berpenghasilan tinggi, yang merupakan rumah bagi hanya 16% dari populasi dunia.

.

baca juga : AKHIRI EPIDEMI HIV

.

Tema kampanye untuk Hari Donor Darah Sedunia tahun 2020 ini adalah “darah aman menyelamatkan nyawa” (safe blood saves lives) dengan slogan “berikan darah dan jadikan dunia tempat yang lebih sehat” (give blood and make the world a healthier place). Donasi darah diperlukan di seluruh dunia, untuk memastikan individu dan masyarakat memiliki akses ke persediaan darah yang aman dan berkualitas, baik dalam situasi normal maupun darurat, termasuk pada era pandemi COVID-19 ini. Kampanye tersebut juga merupakan seruan untuk bertindak bagi pemerintah, otoritas kesehatan nasional, dan layanan transfusi darah nasional, agar menyediakan sumber daya yang memadai.

.

baca juga : 2020 COVID-19 untuk semua

.

Terkait dengan COVID-19 ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan donor darah. Pada dasarnya tidak ada persyaratan untuk wajib dilakukan tes COVID-19 sebelum melakukan donor darah. Akan tetapi, skrining tetap diperlukan untuk mengetahui apakah pendonor dalam kondisi sehat dan apakah pernah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19.

.

Semua orang yang profesinya berurusan dengan pengumpulan darah, harus selalu melakukan monitor suhu setiap harinya. Selain itu, juga perlu diperhatikan bahwa jarak antara donor dan petugas harus melebihi 1,8 meter, dengan menggunakan masker dan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai. Hanya orang sehat yang diperbolehkan mendonorkan darah. Jika sedang mengalami demam, batuk yang berdahak, atau sedang merasa tidak enak badan, sebaiknya donor darah ditunda.

.

Batasan usia untuk melakukan donor darah adalah 17 tahun ke atas. Meskipun memang sebenarnya siapapun bisa melakukan donor darah selama orang tersebut sehat dan pada anak harus dengan persetujuan orang tua. Pendonor darah dapat melakukannya setiap 56 hari sekali, sedangkan donor trombosit dapat dilakukan setiap 7 hari, tetapi tidak boleh lebih dari 24 kali dalam setahun.

.

Darah aman merupakan darah yang berasal dari donor dengan risiko rendah. Sesuai amanat UU Kesehatan No 36 tahun 2009, PP No 7 tahun 2011 tentang Pelayanan Darah di Indonesia, dan rekomendasi WHO, bahwa darah transfusi yang aman dan berkualitas adalah yang berasal dari pendonor darah sukarela. Pelayanan medis menggunakan darah yang aman dan berkualitas, dapat juga menurunkan Angka Kematian Ibu Hamil (AKI) yang disebabkan karena pendarahan. Di Indonesia Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKI yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Dr. Bambang Wibowo, pada hari Selasa 24 April 2018 mengatakan sembilan persen kematian ibu yang baru melahirkan terjadi karena kebutuhan darah yang tak terpenuhi.

.

Untuk memudahkan pencarian kantong darah di Indonesia, telah dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi. Transblood adalah aplikasi berbasis mobile untuk membantu masyarakat mencari pendonor darah sukarela dengan cepat dan tepat. Ade Guntur Ramadhan di Malang, Jawa Timur telah menciptakan aplikasi Transblood, yang didorong alasan bahwa setiap 1 menit, ada 5-10 orang di Indonesia yang membutuhkan donor darah. Pada saat ini, kebutuhan darah di Indonesia per tahun mencapai 5,1 juta kantong, sementara yang terpenuhi hanya sekitar 4,2 juta kantong darah.

.

Pada era pandemi COVID-19 ini Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, Sp.An, KIC, MSi menjadi inisiator penerapan Terapi Plasma Konvalesen (TPK), yaitu sebuah cara terapi yang sudah lama ditemukan dan bermanfaat dalam penanggulangan berbagai penyakit virus, tetapi tidak begitu terdengar gaungnya karena tertutup oleh obat dan vaksin. Terapi Plasma Konvalesen dilakukan dengan mengambil plasma darah pasien COVID-19 yang sudah sembuh dan memiliki antibodi. Bila diterapkan secara baik dan benar, maka TPK, yang merupakan vaksinasi pasif, dapat berperan sebagai cara pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi berat. Penerapan TPK yang tepat dapat menurunkan angka mortalitas COVID-19 secara bermakna, bahkan dapat digunakan sebagai sarana proteksi sampai vaksinasi aktif ada dan dapat digunakan.

.

Momentum Hari Donor Darah Sedunia Minggu, 14 Juni 2020 medorong kita semua untuk menjadi pendonor darah sukarela. Begitu juga PDP COVID-19 yang sudah sembuh, untuk penerapan Terapi Plasma Konvalesen (TPK). Sudahkah kita bersedia?

.

Donor darah rutin di Panti Paroki Gereja Kristus Raja Paroki Baciro, oleh PMI Cabang Kota Yogyakarta

Sekian

Yogyakarta, 12 Juni 2020

*) Pendonor darah sukarela di PMI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Langkah Sehat Paska Pandemi COVID-19

Kondisi Bumi Membaik Selama Pandemi COVID-19, Bolehkah Kita Tenang ...

LANGKAH  SEHAT  PASKA  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Pandemi COVID-19 adalah kejutan global terbesar dalam beberapa dekade. Ratusan ribu nyawa telah hilang, dan ekonomi dunia kemungkinan menghadapi resesi terburuk sejak 1930-an. Kehilangan pekerjaan dan pendapatan yang diakibatkannya akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada mata pencaharian, kesehatan, dan pembangunan berkelanjutan. Apa yang sebaiknya dilakukan pada periode paska pandemi COVID-19?

.

baca juga : 2020 COVID-19 untuk semua

.

Selain adanya kesulitan, pandemi COVID-19 juga telah menciptakan beberapa hal baik di masyarakat, dari solidaritas di antara tetangga, hingga keberanian dokter, petugas kesehatan dan pekerja sosial lainnya, dalam menghadapi risiko terhadap kesehatan mereka sendiri untuk melayani pasien di dalam komunitas mereka sendiri, bahkan ke negara atau wilayah lain. Selain itu, juga telah terbentuk kerja sama di berbagai tingkat untuk menyediakan bantuan darurat, dan untuk penelitian tentang tatalaksana medis, perawatan, obat dan vaksin.

.

baca juga : 2020 Layanan Medis Non COVID-19

.

Paling tidak terdapat 6 langkah penting untuk pemulihan kehidupan dan lingkungan paska pandemi COVID-19, agar secara ekologi menjadi lebih hijau dan secara medis lebih sehat. Pertama, melindungi dan melestarikan sumber daya alam. Ekonomi adalah produk dari manusia yang sehat, yang  bergantung pada lingkungan ekologi, yaitu udara bersih, air, dan makanan. Kegiatan manusia, dari deforestasi, pertanian intensif yang mencemari, hingga konsumsi satwa liar yang tidak aman, telah merusak keseimbangan alam ini. Hal ini juga meningkatkan risiko munculnya penyakit menular pada manusia, karena lebih dari 60% di antaranya berasal dari hewan, terutama dari satwa liar. Langkah pemulihan pasca-COVID-19 tentunya perlu menyentuh ke tahap hulu, yaitu mengkoreksi lingkungan bukan sekedar deteksi dini dan pengendalian wabah penyakit.

.

Kedua, investasikan tambahan dana dalam layanan esensial di fasilitas  kesehatan. Di seluruh dunia, miliaran orang tidak memiliki akses ke layanan paling dasar yang diperlukan untuk melindungi kesehatan mereka, termasuk dari bahaya COVID-19 atau risiko lainnya. Fasilitas cuci tangan sangat penting untuk pencegahan penularan infeksi, tetapi saat ini hanya tersedia pada kurang dari 40% rumah tangga. Patogen yang resisten terhadapobat antimikroba tersebar luas pada air dan limbah, sehingga diperlukan manajemen yang baik untuk mencegah penyebarannya ke manusia. Selain itu, fasilitas kesehatan sangat perlu dilengkapi dengan layanan air bersih dan sanitasi, yang merupakan intervensi paling dasar untuk memotong rantai penularan COVID-19 dan infeksi lainnya.

.

Secara keseluruhan, faktor risiko lingkungan dan pekerjaan berbahaya yang dapat dihindari, terbukti menyebabkan penurunan sekitar seperempat dari semua kematian di dunia. Investasi pada perbaikan lingkungan yang lebih sehat dengan regulasi dan aturan hukum, mampu memastikan sistem kesehatan menjadi lebih tangguh terhadap perubahan iklim, yang merupakan faktor penting menghadapi bencana non alam di masa depan, dan menjanjikan beberapa hasil terbaik bagi masyarakat. Sebagai contoh, setiap dolar yang diinvestasikan untuk memperkuat Undang-undang Udara Bersih di AS telah membayar kembali 30 US dolar dalam manfaat bagi warga AS, melalui peningkatan kualitas udara dan kesehatan yang lebih baik.

.

Ketiga, penggunaan sumber energi yang sehat. Saat ini, lebih dari 7 juta orang per tahun meninggal akibat paparan polusi udara, jadi sekitar 1 dari 8 kematian. Lebih dari 90% orang menghirup udara luar dengan tingkat polusi melebihi nilai standar kualitas udara bersih. Dua pertiga dari paparan polusi luar ruangan ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, bahkan pembakaran tersebut juga mendorong terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global.

.

Pada saat yang sama, kehandalan sumber energi terbarukan semakin meningkat dan menyediakan lebih banyak lowongan pekerjaan, lebih aman dan lebih tinggi keuntungan. Keputusan politik tentang infrastruktur energi yang diambil pemerintah, seharusnya mendukung sumber energi terbarukan, yang mengarah ke lingkungan yang lebih bersih, dan warga masyarakat yang lebih sehat.

.

Beberapa negara yang paling awal dan paling terpukul oleh pandemi COVID-19, seperti Italia dan Spanyol, dan negara-negara yang paling berhasil mengendalikan penyakit, seperti Korea Selatan dan Selandia Baru, telah menempatkan pembangunan ekologi yang hijau di samping bidang kesehatan, sebagai jantung strategi pemulihan paska COVID-19 mereka. Transisi global yang cepat ke arah penggunaan energi bersih, tidak hanya akan memenuhi tujuan kesepakatan iklim yang diputuskan di Paris dan menjaga pemanasan global di bawah 2 derajad C, tetapi juga akan meningkatkan kualitas udara luar sedemikian rupa, sehingga keuntungan kesehatan yang dihasilkan akan mengganti biaya investasi, bahkan sampai dua kali lipat.

.

Keempat, mempromosikan sistem pangan yang sehat dan berkelanjutan. Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya akses ke makanan, atau konsumsi makanan berkalori tinggi dan tidak sehat, sekarang menjadi penyebab terbesar masalah kesehatan global. Faktor tersebut juga meningkatkan kerentanan terhadap risiko lain, misalnya obesitas dan diabetes, yang merupakan faktor risiko terbesar untuk terjadinya penyakit lain atau komorbid dan kematian akibat pandemi COVID-19.

.

Model pertanian dengan cara pembukaan lahan baru yang juga untuk memelihara ternak, berkontribusi terhadap ¼ emisi gas rumah kaca global, dan faktor lingkungan terbesar munculnya wabah penyakit baru. Diharapkan terjadi transisi global secara cepat ke diet sehat, dominasi nabati bukan hewani, bergizi dan berkelanjutan, yang akan menyelamatkan jutaan nyawa, mengurangi risiko penyakit, dan membawa pengurangan besar dalam emisi gas rumah kaca global.

.

Kelima, membangun kota yang sehat dan layak ditinggali. Lebih dari setengah populasi dunia sekarang tinggal di kota dan mereka bertanggung jawab atas lebih dari 60% aktivitas ekonomi dan emisi gas rumah kaca. Karena banyak kota memiliki kepadatan populasi yang relatif tinggi dan padat lalu lintas, maka banyak perjalanan sebenarnya dapat ditempuh dengan lebih efisien mengunakan transportasi umum, berjalan kaki dan bersepeda, daripada dengan mobil pribadi. Hal ini juga membawa manfaat besar bagi kesehatan melalui pengurangan polusi udara, cedera lalu lintas di jalan, dan lebih dari tiga juta kematian tahunan akibat kurangnya aktivitas fisik. Banyak kota terbesar dan paling dinamis di dunia, seperti Milan, Paris, dan London, telah bereaksi terhadap krisis karena pandemi COVID-19 dengan banyaknya pejalan kaki dan perluasan jalur transportasi, dan meningkatkan aktivitas ekonomi dan kualitas hidup sesudah pandemi.

.

Keenam, tidak lagi menggunakan pajak untuk mendanai polusi udara. Pelemahan ekonomi saat pandemi COVID-19 dan berbagai langkah pengendalian yang diperlukan, akan memberi tekanan besar pada neraca keuangan pemerintah. Reformasi keuangan tidak akan dapat dihindari dalam proses pemulihan paska COVID-19, dan sektor yang baik untuk mulai dikoreksi adalah pos subsidi bahan bakar fosil. Secara global, sekitar US $ 400 miliar setiap tahun dana dari para pembayar pajak dihabiskan secara langsung untuk mensubsidi bahan bakar fosil, yang mendorong perubahan iklim dan menyebabkan polusi udara. Selain itu, biaya kesehatan dan sosial yang ditimbulkan dari polusi itu, umumnya tidak dimasukkan ke dalam penentuan harga bahan bakar dan energi. Apabila dampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya dihitung, maka nilai riil subsidi negara menjadi lebih dari US $ 5 triliun per tahun, atau lebih banyak dari pengeluaran negara untuk perawatan kesehatan di seluruh dunia.

.

Sudahkah kita siap melakukan 6 langkah penting untuk kehidupan paska pandemi COVID-19, yang secara ekologi menjadi lebih hijau dan secara medis lebih sehat?

Mengantar donasi IDI Wilayah DIY ke posko Peduli Gempa Bumi di Pulau Lombok, NTB, pada hari Kamis, 2 Agustus 2018

Sekian

Yogyakarta, 3 Juni 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com