Categories
Istanbul

2017 LEPTOSPIROSIS PASKA BANJIR

Hasil gambar untuk leptospirosis

LEPTOSPIROSIS PASKA BANJIR

fx. wikan indrarto*)

Bencana banjir karena siklon tropis Cempaka di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Selasa, 28 November 2017 sangat memprihatinkan. Bahaya ikutan setelah banjir surut adalah leptospirosis yang mematikan. Leptospirosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Apa yang perlu kita waspadai?

Hasil gambar untuk leptospirosis

Leptospirosis pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Dr. Adolf Weil dengan gejala demam tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith 1887 disebut sebagai Weil’s Disease. Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa “Weil’s Disease” disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae.

Pada tahun 2016 yang lalu kasus leptospirosis di Indonesia mencapai 343 orang, meninggal 47 orang dan CFR 13,70%, sedangkan di DIY dengan jumlah kasus 17 orang, meninggal 6 orang, maka CFR sangat tinggi, yaitu 35,29%. Pada usia lebih dari 50 tahun kematian mencapai 56%. Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 3-54% tergantung sistem organ yang terinfeksi.

Hasil gambar untuk leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan, karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira. Leptospirosis dapat juga mengenai anak, yang tinggal di lingkungan padat perkotaan dengan banyak tikus rumah yang berkeliaran.

Gambar terkait

Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2-26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis, apalagi pada infeksi subklinis yang ditandai dengan flu ringan sampai berat. Hampir 40% penderita terpapar infeksi tidak bergejala tetapi pemeriksaan serologis positif. Sekitar 90% penderita akan mengalami kuning ringan, sedangkan 5% kuning berat yang dikenal sebagai penyakit Weil. Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita mungkin terlihat membaik.

Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik karena bakteri dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan tubuh. Pada stadium ini, penderita akan mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot. Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takut cahaya, gangguan mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa dan hati. Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.

Hasil gambar untuk leptospirosis

Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan, dan sakit kepala. Pada pemeriksaan hati didapatkan kulit kuning, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda koagulopati. Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit bernapas. Gangguan hematologi berupa peradarahan dan pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis aseptik merupakan manifestasi klinis paling penting pada fase imun.

Hasil gambar untuk leptospirosis

Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai kulit dan mata kuning atau jaundis, disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan. Kondisi ini terjadi pada akhir fase awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu. Manifestasi paru meliputi batuk, kesulitan bernapas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas. Penderita dengan kuning berat lebih mudah terkena ghagal ginjal, perdarahan, dan kolaps kardiovaskular. Kasus berat dengan gangguan hati dan ginjal mengakibatkan kematian sebesar 20-40%.

Diagnosa Leptospirosis biasanya dilakukan dengan pemeriksaan serologis. Antibodi dapat ditemukan di dalam darah pada hari ke-5-7 sesudah adanya gejala klinis. Selain pemeriksaan serologis, untuk mengkonfirmasi infeksi Leptospirosis adalah Microscopic agglutination test (MAT). Kultur atau pengamatan bakteri Leptospira di bawah mikroskop berlatar gelap umumnya tidak sensitif. Selain itu, diagnosa juga dapat dilakukan melalui pengamatan bakteri Leptospira pada spesimen organ yang terinfeksi, dengan menggunakan imunofloresen.

Hasil gambar untuk leptospirosis

Leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, amoksisillin, eritromisin dan antibiotika yang lebih baru. Namun demikian, keterlambatan pengobatan, kesalahan diagnosis, ataupun terjadinya Sindrom Weil, dapat meningkatkan angka kematian atau CFR (Case Fatality Rate).

Bencana banjir karena siklon tropis Cempaka di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) harus diantisipasi sebaik mungkin. Tidak hanya dengan rekonstruksi bangunan paska banjir, tetapi juga peningkatan kewaspadaan akan bahaya leptospirosis. Sudahkah kita bijak?

 dr Wikan 5

Sekian

Yogyakarta, 29 November 2017

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak di RS Siloam @ LippoPlaza dan RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor di FK UKDW, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

 

Categories
Istanbul

2018 LAYANAN TBC

Hasil gambar untuk layanan tbc

LAYANAN TBC

fx. wikan indrarto*)

Layanan tuberkulosis (TBC) di Moskow, Rusia yang disiarkan oleh WHO Regional Eropa pada Selasa, 3 April 2018, dapat menjadi contoh dalam pencapaian kesehatan untuk semua (Health for All) di Indonesia. TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Apa yang dapat dipelajari?

Hasil gambar untuk layanan tbc

Alkisah tentang Karam, lelaki berusia 23 tahun dari wilayah Khatlon di Tajikistan, Asia Tengah. Khatlon merupakan sebuah provinsi di Tajikistan yang terletak di bagian selatan di negara itu. Ibu kotanya ialah Qurghonteppa. Provinsi ini memiliki luas wilayah 24.600 km² dengan jumlah penduduk 2.150.000 jiwa. Dia merantau ke Moskow, Rusia pada 2015 untuk bekerja di sektor konstruksi. Sekitar 2 tahun kemudian jatuh sakit demam tinggi dan nyeri kepala. Dia merasa seolah-olah tidak memiliki kekuatan dan ketika kondisinya menjadi sangat parah sampai hampir tidak sadar, sebuah keadaan yang digambarkan oleh dokternya sebagai ujung kehidupan dan kematian, maka paman Karam, dengan siapa dia tinggal, memanggil ambulans RS.

Hasil gambar untuk layanan tbc

Di rumah sakit, Karam didiagnosis menderita meningitis TB atau radang selaput otak karena bakteri TBC. Sampai saat itu, dia tidak tahu apa-apa tentang TBC, bahkan dia merasa takut tentang bagaimana dia akan membayar biaya untuk perawatan di RS sampai sembuh. Untunglah bahwa biaya perawatannya gratis, yang disediakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengendalian TBC (Research and Clinical Center for Tuberculosis Control) di Moskow, Rusia. Ini adalah bagian dari inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah kota Moskow, untuk memastikan bahwa semua orang, termasuk para migran seperti Karam, memiliki akses ke layanan TBC yang mereka butuhkan.

Hasil gambar untuk layanan tbc

Pemerintah Kota Moskow meluncurkan inisiatif TBC pada tahun 2012, meskipun pada saat itu tingkat TBC di Moskow sudah menurun. Menurut Gobal Tuberculosis Report 2016, jumlah kasus TBC di Indonesia sebanyak 351.893 kasus, meningkat dari tahun 2015 yang sebesar 330.729 kasus. Jumlah kasus tertinggi di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah, mencapai sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. Sebaliknya di Moskow, oleh karena terjadi peningkatan jumlah migran, yang sering lebih rentan terhadap penyakit TBC ini, menjadikannya perlu untuk mengubah pendekatan tradisional terhadap upaya pengendalian TBC. Pemerintah Kota Moskow menciptakan model organisasi baru dalam semangat memberikan layanan kesehatan untuk semua orang (Health for All), tanpa menyebabkan kesulitan keuangan. Program ini didasarkan pada model dengan komponen kunci yang meliputi memberikan perawatan yang berpusat pada pasien, memperkuat kapasitas sumber daya manusia untuk pembasmian TBC, dan memantau data epidemiologi serial.

Dalam 5 tahun terakhir ini, model baru ini telah menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap luaran layanan TBC di Moskow. Yang paling penting, program ini memungkinkan pemerintah kota untuk menyediakan layanan berkualitas bagi semua populasi rentan, termasuk migran dan tunawisma. Kerja intensif untuk mengatasi infeksi TBC laten dan kontak TBC telah membantu mengurangi tingkat pelaporan atau notifikasi TBC di antara penduduk tetap di Moskow sebesar 11,7%, yaitu menjadi 12,8 per 100.000 penduduk, dan pada anak sebesar 23,8%. Angka notifikasi kasus (CNR) adalah jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu. Di Indonesia, provinsi dengan CNR semua kasus TBC tertinggi yaitu DKI Jakarta (269), Papua (260), Maluku (209), dan Papua (223). Sedangkan CNR semua kasus tuberkulosis terendah yaitu Provinsi Bali (73), DI Yogyakarta (83) dan Riau (95).

Pendekatan baru untuk mengobati pasien TBC yang resistan terhadap berbagai obat (MDR-TB) dan TBC yang resistan terhadap obat secara ekstensif (XDR-TB) juga telah diterapkan di Moskow, dengan hasil yang positif. Data di Indonesia, angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis semua tipe per provinsi tertinggi adalah Kalimantan Selatan (94,2%) dan terendah Papua Barat (56,9%). Ada 7 provinsi yang sudah mencapai angka keberhasilan pengobatan semua jenis TBC diatas 90% yaitu Provinsi Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggaran Barat, Nusa Tenggara Timur dan Banten.

Gambar terkait

Pada tahun 2016, peningkatan fokus pada pencegahan di antara populasi migran di Moskow berkontribusi pada deteksi tambahan 1.605 kasus TBC. Sejak 2012, jumlah kematian TB di ibukota Rusia telah menurun 22%, dan jumlah pasien MDR-TB telah menurun 44%, menjadi 3,4 per 100.000 penduduk, menjadikannya kota yang terendah di Rusia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 tidak mencantumkan laporan tentang jumlah pasien MDR-TB, apalagi XDR-TB di Indonesia.

Gambar terkait

Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang PMK menegaskan bahwa Indonesia bangga dan berkomitmen penuh untuk memperkuat kemandirian dan keberlanjutan eliminasi TBC. Layanan TBC di Indonesia ada 6 langkah menurut Menko PMK, saat menjadi Panelis Diskusi Panel dalam ‘First Global Ministerial Conference Ending TB’ yang diselenggarakan di Moskow, Rusia pada 16-17 November 2017. Pertama adalah strategi bantuan eksternal untuk pengendalian TBC, kedua adalah melaksanakan skema Jaminan Kesehatan Nasional dan perlindungan sosial, sedangkan ketiga adalah melakukan pendekatan kesehatan keluarga dan masyarakat. Selain itu, keempat adalah membangun strategi gabungan layanan publik dan swasta berbasis kabupaten, kelima adalah mempraktekkan penemuan dan kemitraan aktif, dan keenam adalah melibatkan kebijakan inovatif dalam pengendalian TBC.

Hasil gambar untuk layanan tbc

Manfaat pendekatan baru layanan TB oleh pemerintah kota Moskow mungkin sangat terasa pada tingkat individu. Bagi Karam, informasi bahwa perawatannya dalam 2 bulan terapi intensif adalah gratis terdengar sebagai bantuan besar. Dia dirawat dan ditangani oleh beberapa dokter spesialis selama 11 bulan. Bagaimana di Indonesia?

 dr Wikan 6

Sekian

Yogyakarta, 6 April 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, Alumnus S3 UGM, pengajar di FK UKDW, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2018 Hari Kesehatan Sedunia

 

Hasil gambar untuk HARI KESEHATAN  SEDUNIA 2018

HARI KESEHATAN DUNIA 2018

fx. wikan indrarto*)

Pada Hari Kesehatan Sedunia (World Health Day 2018) Sabtu, 7 April 2018, setiap orang diharapkan mengambil peran untuk berkontribusi mencapai dan mempertahankan UHC (Universal Health Couverage) atau cakupan layanan kesehatan semesta. Apa yang sebaiknya dilakukan?

Hari Kesehatan Sedunia (World Health Day 2018) diselenggarakan untuk memperingati lahirnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang didirikan pada tanggal 7 April 1948, sebagai badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa. WHO bermarkas di Jenewa, Swiss dengan anggota hampir mencapai dua ratus negara, badan tersebut melaksanakan program berskala dunia untuk mencegah dan melenyapkan penyakit. Tujuannya adalah “pencapaian tingkat kesehatan yang tertinggi untuk seluruh umat manusia di dunia”, dimana kesehatan didefinisikan sebagai “kesejahteraan yang seutuhnya baik fisik, mental maupun sosial”.

Hasil gambar untuk HARI KESEHATAN  SEDUNIA 2018

Dengan UHC, maka WHO akan memastikan semua orang mendapatkan layanan kesehatan berkualitas, di manapun dan kapanpun mereka membutuhkannya, tanpa menderita kesulitan keuangan. UHC adalah kunci terciptanya derajad kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan bangsa, sehingga UHC layak dilakukan. Semua negara akan mencapai UHC dengan cara yang berbeda.

Sedikitnya separoh penduduk dunia saat ini tidak dapat memperoleh layanan kesehatan esensial. Hampir 100 juta orang didorong ke dalam kemiskinan ekstrim, dipaksa bertahan hidup hanya dengan $ 1,90 atau kurang sehari, karena mereka harus membayar layanan kesehatan dari kantong mereka sendiri. Lebih dari 800 juta orang (hampir 12 persen dari populasi dunia) menghabiskan setidaknya 10 persen dari anggaran rumah tangga mereka, untuk biaya kesehatan untuk diri mereka sendiri, anak yang sakit atau anggota keluarga lainnya. Mereka menanggung apa yang disebut pengeluaran bencana atau ‘catastrophic expenditures’.

Hasil gambar untuk HARI KESEHATAN  SEDUNIA 2018

UHC seharusnya tidak berarti cakupan gratis (does not mean free coverage) untuk semua layanan kesehatan, karena rasanya tidak ada negara yang dapat memberikan semua layanan tanpa biaya secara berkelanjutan. UHC tidak hanya menjamin paket layanan kesehatan minimum, namun juga memastikan perluasan cakupan layanan kesehatan dan perlindungan finansial secara progresif, karena tersedia lebih banyak sumber daya. UHC bukan hanya tentang perawatan medis untuk individu tertentu, tetapi juga mencakup layanan untuk keseluruhan populasi, seperti layanan kesehatan masyarakat, misalnya menambahkan fluorida ke air di KM atau mengendalikan tempat berkembang biak nyamuk, yang membawa virus yang dapat menyebabkan penyakit Dengue.

Hasil gambar untuk bendera merah putih

Semua pemerintah, termasuk di Indonesia, diharapkan membawa perubahan kebijakan mencapai UHC, untuk memperbaiki derajad kesehatan, memacu pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan sosial. Komisi kesehatan parlemen, termasuk Komisi IX DPR RI, dan kelompok pemerhati kesehatan seharusnya berperan menengahi antara pemerintah yang menyusun kebijakan dan yang menjalankannya. Ruang lingkup Komisi IX DPR RI meliputi tenaga kerja dan transmigrasi, kependudukan dan kesehatan.

Sekain itu, partai politik seharusnya juga terlibat dalam menyusun program untuk memenuhi kebutuhan kesehatan para pendukung partai dan konstituen, bukan sekedar memenangkan pemilihan umum saja. Asosiasi profesional kesehatan, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), berperan untuk melindungi kesejahteraan anggotanya sebagai tenaga kerja profesional. Organisasi masyarakat sipil seperti LSM yang bekerja di lapangan, dapat berperan untuk mewakili keprihatinan dari kelompok populasi yang berbeda, juga berperan mencapai UHC.

Hasil gambar untuk HARI KESEHATAN  SEDUNIA 2018

Media massa termasuk para pengguna media sosial dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat, tidak hanya tentang UHC, tetapi juga aspek transparansi dan akuntabilitas dalam pembuatan kebijakan. Awak media seharusnya kita dorong untuk menyoroti adanya inisiatif dan intervensi kebijakan publik, yang telah membantu memperbaiki akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, dan terlindung dari dampak buruk finansial bagi masyarakat. Caranya dengan menunjukkan apa yang terjadi, bila warga masyarakat tidak mampu memerlukan dan mendapatkan layanan kesehatan yang mereka butuhkan.

Para pejabat pemerintahan disarankan untuk berdialog terstruktur dengan berbagai pemangku kepentingan, untuk memastikan terbentuknya UHC. Diharapkan dapat menangkap tuntutan, opini, dan harapan warga masyarakat mengenai hal-hal terkait UHC untuk perbaikan kebijakan. Pendapat warga dapat diperoleh melalui dialog tatap muka, survei atau bahkan referendum, untuk mengeksplorasi solusi UHC yang layak.

Hasil gambar untuk sistem pelayanan kesehatan di indonesia

Warga masyarakat sebagai individu dapat menggunakan suaranya sendiri, untuk menuntut terciptanya sistem layanan kesehatan yang baik. Semua warga masyarakat sebagai individu, juga kelompok masyarakat sipil dan petugas kesehatan, diharapkan dapat mengkomunikasikan kebutuhan, pendapat dan harapannya kepada pembuat kebijakan, politisi, menteri, dan bahkan presiden. Diperlukan kebulatan suara untuk memastikan kebutuhan kesehatan masyarakat, diperhitungkan dan diprioritaskan di tingkat lokal, regional, atau bahkan nasional.

Hasil gambar untuk jkn adalah

Hari Kesehatan Sedunia (World Health Day 2018) pada Sabtu, 7 April 2018, mengingatkan kita bahwa di Indonesia UHC akan diwujudkan melalui program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dengan BPJS Kesehatan sebagai penjanim biayanya. Apakah kita telah ikut mewujudkan?

 Komdik RSPR 1

Sekian

Yogyakarta, 7 April 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,

e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Categories
Istanbul

2018 Hari Orang Sakit Sedunia

Gambar terkait

HARI ORANG SAKIT SEDUNIA 2018

fx. wikan indrarto*)

Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema Hari Orang Sakit Sedunia tahun 2018 ini adalah kata yang diucapkan Yesus dari atas salib kepada Maria, IbuNya, dan Yohanes; “Ibu, inilah anakmu. Inilah ibumu. Dan sejak saat itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yoh 19;26-27). Kata-kata Yesus itu dengan terang benderang menerangi misteri Salib, yang tidak menghadirkan keputusasaan, namun justru menunjukkan kemuliaan dan kasihNya sampai akhir.

Ketiga subtema yang terus-menerus didengungkan pada Hari Orang Sakit Sedunia adalah pertama, mengingatkan semua orang beriman, untuk berdoa secara khusuk bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia, dan ketiga, penghargaan bagi semua petugas kesehatan.

Hasil gambar untuk HARI ORANG SAKIT SEDUNIA 2018

Melayani saudara kita yang sedang sakit, seharusnya diawali dengan kemurnian hati sampai kita mampu bersikap seperti Ayub “Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” (Ayub 29:15), kepada sesama yang sakit. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekedar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini, terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan.

Meskipun tidak ada yang menginginkannya, namun setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan dan bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun, sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan, menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat, untuk datang pada Tuhan. Dalam pertemuannya dengan Tuhan melalui caranya masing-masing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian.

Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit, sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat, kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain, sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal yang sama dari semua orang di sekitar kita, sebagaimana pergerakan dan putaran roda kehidupan.

Hasil gambar untuk HARI ORANG SAKIT SEDUNIA 2018

Pada era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang sekarang berlaku di Indonesia, kendali mutu dan kendali biaya untuk pasien yang sakit akan terus diwujudkan. Hal ini karena kebebasan profesi dokter semakin direduksi, kompleksitas masalah medis pasien semakin diabaikan, dan mutu layanan medik yang dilakukan semakin disetarakan. Untuk itu, terhadap pasien dengan sakit berat dan berbiaya mahal, para dokter pasti akan sampai pada sebuah titik terjadinya dilema medis. Pada titik itulah diperlukan perubahan dari pengobatan menjadi perawatan (Advance Cures and Transform Care).

Para dokter wajib membedakan sifat tindakan medis yang akan diambilnya, menjadi ‘Ordinary’ atau ‘Extraordinary’. Disebut ordinary kalau memenuhi 6 syarat, yaitu 3 aspek medis dan 3 aspek moral. Syarat aspek medis adalah teruji secara imiah, terbukti berhasil secara statistik, dan tersedia secara rasional. Sedangkan aspek moral adalah menguntungkan, bermanfaat, dan tidak menjadi beban finansial bagi pasien, keluarga maupun RS.

Hasil gambar untuk HARI ORANG SAKIT SEDUNIA 2018


Penilaian sifat tindakan medis tersebut adalah ‘hic et nunc’, yaitu sekarang dan di RS ini. Apabila salah satu saja dari 6 syarat tersebut tidak tepenuhi, maka tindakan medis tersebut termasuk ‘Extraordinary’, sehingga secara etika tidak wajib dilakukan oleh dokter. Ketentuan etika tersebut diperlukan untuk menghindari 3 hal, yaitu ‘agresive medicine’ (tindakan berlebihan), ‘futile medicine’ (intervensi sia-sia), dan rasa bersalah yang tidak perlu, baik bagi dokter, para petugas RS lainnya, pasien maupun keluarganya. Selain itu, perburukan kondisi medis, bahkan kematian pasien tidak boleh dianggap sebagai kegagalan dokter, asalkan kewajiban dokter sudah dilaksanakan.

Hasil gambar untuk HARI ORANG SAKIT SEDUNIA 2018
M
omentum Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) Minggu, 11 Februari 2018, mengingatkan kita agar memiliki kebijaksanaan hati bagi para orang sakit. Selain itu, saat terjadi sakit juga tidak perlu putus asa, karena adanya kemuliaan dan kasih Tuhan sampai pada akhir kehidupan. Sudahkah kita menemani orang sakit di sekitar kita?

 Dr. Wikan 2 Sekian

Yogyakarta, 6 Februari 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,

Categories
Istanbul

2018 Pelanggaran Etika Kedokteran

Hasil gambar untuk etika kedokteran adalah

PELANGGARAN ETIKA KEDOKTERAN

fx. wikan indrarto*)

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) sudah menyimpulkan bahwa Mayjen TNI Dr. dr. TAP, SpRad, penemu dan penerap metode cuci otak (brain flushing) melakukan pelanggaran etik. Pelanggaran etik kedokteran berat (serious ethical misconduct) ini diberikan sanksi berupa pemecatan sementara sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Apa yang sebaiknya dicermati?

Sebenarnya publik tidak etis malakukan eksaminasi atau ‘legal annotation’ yaitu membuat ulasan terhadap putusan pengadilan MKEK tersebut. Eksaminasi publik hanya dilakukan terhadap kinerja hakim pengadilan dengan diterbitkannya SEMA (Surat Edaran Mahkam Agung) No 1 Tahun 1967, yang dikenal dengan eksaminasi internal lembaga peradilan. Dalam hal ini untuk mengkaji putusan yang telah dijatuhkan oleh hakim yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, yang bersifat eksaminasi internal, dan bukan dimaksudkan sebagai kontrol lembaga peradilan oleh publik.

Hasil gambar untuk etika kedokteran adalah

Sebuah intervensi kedokteran yang diterapkan kepada pasien, termasuk cuci otak secara etik seharusnya hanya dilakukan setelah melewati tahap penelitian lengkap. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan subyek manusia harus etik dan hormat atas martabat manusia, sesuai PP 39/1995 tentang penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan prinsip ‘Respect for person, Beneficience & non maleficience, and Justice’.

Dengan demikian, testimoni yang menyebutkan bahwa metode tersebut telah mengatasi masalah stroke sejak tahun 2005 pada sekitar 40.000 pasien, bahkan tidak banyak muncul komplain dari masyarakat, sebenarnya bukanlah bukti kevalidan secara etika kedokteran. Demikian juga testimoni para tokoh nasional yang pernah menjalani metode tersebut dan ujian pada proses pendidikan tingkat doktoral di sebuah FK PTN (Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri), tentu saja bukan merupakan bukti yang etik, selain uji klinik lengkap. Temuan metode baru yang sudah terbukti ilmiah secara akademik di lingkup PT, bukan berarti otomatis etik diterapkan secara luas pada pasien di dunia medis, tanpa melalui tambahan uji klinik lengkapUji klinik adalah pengujian sebuah intervensi kedokteran baru pada manusia, yang pada dasarnya memastikan efektivitas, keamanan dan efek samping yang timbul, akibat pemberian suatu intervensi dokter. Uji klinik ini terdiri dari uji fase I sampai fase IV.

 Hasil gambar untuk etika kedokteran adalah

Uji Klinik Fase I merupakan pengujian suatu intervensi kedokteran baru untuk pertama kalinya, pada manusia. Yang diteliti disini ialah keamanan dan penerimaan atau tolerabilitas intervensi, bukan keampuhan atau efikasinya, maka dilakukan pada sukarelawan sehat. Uji Klinik Fase II dilakukan pada orang yang sakit atau pasien dengan tujuan adalah melihat apakah intervensi ini memiliki efek terapi.

Uji Klinik Fase III dilakukan pada manusia sakit atau pasien, ada kelompok pembanding, cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun keragaman, misalnya jenis kelamin atau ras. Penelitian tahap ini sekaligus akan menjawab pertanyaan tentang manfaat dan efek intervensi dokter tersebut, apabila digunakan secara luas dan diberikan oleh para dokter yang ‘kurang ahli’. Apabila hasil uji klinik fase III menunjukan bahwa intervensi dokter yang baru ini cukup aman dan efektif, maka intervensi dokter dapat diizinkan untuk diterapkan oleh banyak, bukan hanya oleh seorang atau sedikit dokter, kepada pasien di manapun.

Uji Klinik Fase IV dilakukan pengujian atas intervensi dokter dengan syarat bahwa intervensi dokter telah dipasarkan dan dilakukan oleh banyak dokter (post marketing surveilance). Selain itu, juga memamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji sebelumnya, dan dampak terhadap kematian pasien. 

Hasil gambar untuk etika kedokteran adalah

Tidaklah ada manusia yang sempurna, sehingga masukan dari pihak siapapun, termasuk keputusan MKEK dan pembelaan para pasien Dr. TAP, sewajarnya menjadi pembelajaran bagi kita semua. Dr. TAP dan tim sebaiknya menjelaskan (dan kalau belum seharusnya menjalankan) tahapan penelitian lengkap untuk metode cuci otak sebagai intervensi baru yang diterapkan pada pasien. Selain itu, faktor Dr. TAP sebagai terlapor yang dianggap mengiklankan dan memuji diri, serta tidak koperatif dan menolak hadir di persidangan MKEK sebagai lembaga penegak etika kedokteran, juga perlu diperbaiki. Setinggi apapun pangkat dan jabatan seorang dokter, adalah sejajar di depan MKEK, yang merupakan badan otonom IDI, yang bertanggung jawab dalam kegiatan internal organisasi dalam pengembangan kebijakan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan etika kedokteran.

Secara etika, dokter tidak boleh memuji diri sendiri, mengiklankan diri, dan menjanjikan kesembuhan. Selain itu, dokter harus jujur dan secara berhati-hati menyampaikan kepada masyarakat bahwa metode intervensi yang dilakukannya masih dalam taraf uji klinik, sehingga tidak boleh menarik imbal jasa kepada pasien. 

Sebaliknya, MKEK yang bertindak cukup terlambat membahas etika metode ini, maladministrasi terkait kop surat yang tidak tepat, tembusan yang tercecer, dan keterbukaan yang berlebihan sehingga menjadi viral untuk masalah internal organisasi, juga tidaklah merupakan hal yang baik. Semoga keputusan MKEK ini dapat menjadi yurispudensi, yaitu sebuah keputusan majelis hakim yang kemudian dijadikan pedoman dalam memutuskan suatu perkara yang sama di kemudian hari, dan pembelajaran bagi kita semua.

Apakah kita sudah bijak?

Hasil gambar untuk etika kedokteran adalah

 Bapak Wikan

Sekian

Yogyakarta, 4 April 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, Alumnus S3 UGM, pengajar di FK UKDW, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2013 Tidak aus di Australia

TIDAK  AUS  DI  ASUTRALIA  2013

fx. wikan indrarto*)

Pada hari Jum’at, 23 Agustus 2013, kami berdua berangkat dari Yogyakarta pk. 14.30, dengan GA252 Boeing 737-800 menuju ke Denpasar. Setelah jalan-jalan ke Kuta dan berdoa sebentar di Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Kuta dengan ditemani adik tercinta, Wahyu Prasetyaningtyas, kami melanjutkan penerbangan dengan GA 718 Air Bus A330-200. Selama 5 jam 10 menit di langit malam, kami sepesawat dengan Dr. Mei Neni Sitoresmi, PhD, SpA(K) dan Dr. Edy Supriyadi, PhD, SpA(K), keduanya dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, mendarat di Tulamarin International Airport Melbourne, Australia.

DSC03180 DSC03183

Saat mendarat di Tulamarin International Airport Melbourne, Australia

Dalam Sky Bus dari Tulamarin International Airport ke kota Melbourne

MELBOURNE

Melbourne adalah ibu kota negara bagian Victoria di Australia. Melbourne merupakan kota terpenting kedua dari segi bisnis, kedua terbesar di Australia, serta kota terbesar di Negara Bagian Victoria. Pada bulan Juni 2011, Melbourne memiliki populasi 4.1 juta jiwa. Melbourne terletak di dekat teluk alami yang besar, yaitu ‘Port Philip Bay’. Pusatnya berada di muara sungai Yarra, dengan kawasan pinggiran di sekitar teluk ke arah timur dan barat. Melbourne dirikan pada tahun 1835, setelah 47 tahun kolonisasi Inggris di Australia, dan merupakan ibu kota Australia dalam rentang tahun 1901-1927. Melbourne dinyatakan sebagai kota oleh Ratu Inggris Victoria pada tahun 1847. Pada masa ‘Victorian gold rush’ tahun 1850-an, Melbourne menjadi kota paling besar dan kaya di seluruh dunia. Melbourne sudah empat kali mendapatkan predikat “The World’s Most Liveable Cities” (kota paling nyaman untuk ditinggali) dari majalah The Economist, yaitu pada 2002, 2004, 2011, 2012 dan 2013.

DSC03188 DSC03190

Dengan menggunakan myki card (pre paid card) seharga $8, saat kami naik tram

Jalur tram di dalam kota Melbourne yang rapi, moder, dan teratur

Pada pk. 7.25 kami keluar dari gerbang bandara international yang artistik tersebut, untuk menuju pusat kota dengan naik SkyBus, sebuah bis gandheng, warna merah menyala, bertarif  $AUD 17, yang melaju kencang ke Southern Cross Train Station hanya dalam waktu 20 menit. Di stasiun KA yang besar itu, kami membeli myki card (pre paid card) seharga $8, yang akan kami gunakan untuk naik tram. Kami menuju Victoria Hotel di Litlle Collins Street untuk early check in dan menitipkan tas di lockerlock seharga $ 5 untuk 6 jam. Oleh karena kamar belum bisa kami masuki, kami lanjutkan perjalanan menuju Melbourne Convention and Exhibition Centre (MCEC), tempat International Conggres of Pediatric (IPC) 2013 yang akan kami ikuti. Kami menggunakan tram jalur 96 dari Bourke Street, melewati Southern Cross Train Station dan menyeberang Yarra River, untuk terus menuju ke St. Kilda Beach. Setelah selesai proses registrasi, kami sempatkan mengagumi arsitektur bangunan MCEC yang megah, futuristik, bertiang miring dan hemat energi. MCEC mentereng gagah di tepian Yarra River, yang membelah kota Melbourne, di seberang Crown Casino yang padat penjudi.

DSC03191 DSC03194
 Di sekitar Victoria Hotel di Litlle Collins Street, di kawasan padat Melbourne International Conggres of Pediatric 2013 di Melbourne Convention and Exhibition Centre (MCEC)

Transportasi umum di Melbourne dilayani kereta api, tram, dan bus. Layanan ini sudah terintegrasi dalam jaringan bernama PTV sehingga satu karcis myki dapat digunakan untuk ketiga layanan tersebut. Stasiun utama kereta api Melbourne adalah Flinders Street Train Station, dan kerata api antarnegara bagian berangkat dari Southern Cross Train Station. Jalur kereta api pertama dibangun antara kota Melbourne dan Sandhurst pada tahun 1853. Sekarang, daerah metropolis memiliki 200 stasiun dan 16 jalur yang berpusat di ‘City Loop’, bagian jalur bawah tanah yang mengelilingi pusat kota. Dari stasiun Southern Cross, ada jalur langsung ke kota Sydney dan Adelaide, serta Geelong, Ballarat, Bendigo, Bairnsdale dan Seymour dengan kerata api yang dikelola V/Line.

Setelah menikmati keelokan Yarra River dan panoramanya, kami pulang kembali ke hotel, untuk makan siang menu bekal dari Yogyakarta (mie gelas), lalu tidur nyenyak karena sepanjang malam tidak dapat tidur di pesawat. Sorenya kami jalan kaki memikmati Melbourne City Center (MCC) yang tertata rapi, kompleksnya berbentuk persegi, lansekapnya relatif mendatar dan mudah diingat. Yang sejajar Yarra River adalah Flinders, Collins, Bourke, Loundale dan Latrobe Streets. Sedangkan yang memotongnya adalah Spencer, King, William, Queen, Elizabeth, Swanston, Russell, Exhibition dan Spring Streets. Jalan raya di MCC sungguh lebar, begitu juga trotoar untuk pedestrian. Di tengah jalan digunakan untuk jalur tram 2 arah, di tepinya untuk halte penumpang, dan yang lebih luar lagi digunakan untuk jalur mobil, sepeda dan parkir mobil sejajar. Pejalan kaki dan penyeberang jalan, diberi jalur khusus dan sangat dihormati oleh pengemudi. Kami menyusuri Bourke untuk melihat Victoria Parliament House, Hotel Windsor yang artistik, St. Patrick Cathedral, Chinese Museum, dan menjelajah Chinatown, sekalian makan malam dengan menu spicy chicken wing $6, pickled cabbage and vermicellu soup $11.8, rice $1.5 di Hot Pot Restourant, yang sisanya kami bungkus untuk makan di kereta.

DSC03203 DSC03205
 Jalan raya di Melbourne City Center (MCC) sungguh lebar, begitu juga trotoar untuk pedestrian. Patung di Bourke dekat Victoria Parliament House, Hotel Windsor, St. Patrick Cathedral, dan Chinese Museum

Kami melanjutkan perjalanan dengan tram no 96 ke Southern Cross Train Station, membeli tiket XPT (Express Passenger Train) seharga $ 91.20/seat untuk penjelajahan ke Sydney pada kelas ekonomi (gambar 15). Keretaapi yang dioperasionalkan oleh NSW CountryLink Sydney, berangkat pk. 19.55 dan diperkirakan akan sampai di Sydney Central Station pk. 6.55, dini hari berikutnya. Lokomotif streamline dengan warna dominan biru tua dan garis angin kuning, biru muda dan putih, dilengkapi lambang CountryLink yang terkesan dinamis. Kami menyusuri rel double track melewati 2 stasiun ‘pick up only’, 2 stasiun ‘stops only if required’, 1 stasiun tidak berhenti, 2 stasiun ‘set down only’ dan 11 stasiun berhenti penuh. Gerbong kelas ekonomi keempat berkapasitas 50 kursi, malam itu hanya berisi 4 orang penumpang, dilengkapi pintu geser berpemindai, toilet berkompresi, air minum ‘self service’, penghangat ruangan, dan ruang bagasi ala pesawat terbang. Para awak kabin adalah karyawan yang sudah berusia lanjut, bekerja mandiri, dan umumnya seorang wanita.

SYDNEY

Tahun 1770, Letnan James Cook pimpinan armada kapal dari Inggris, mendarat pertama kali di Botany Bay di Semenanjung Kurnell. Sebuah permukiman para tahanan didirikan oleh Arthur Phillip, yang tiba di Botany Bay dengan armada 11 kapal pada tanggal 18 Januari 1788. Phillip kemudian memindahkan koloni di sepanjang pantai, di Sydney Cove di Port Jackson pada tanggal 26 Januari 1788. Ia menamainya sama dengan Menteri Dalam Negeri Inggris, Lord Thomas Townshend Sydney, atas peran Sydney dalam mengeluarkan perjanjian yang membolehkan Phillip mendirikan koloni tersebut. Saat ini Sydney dianggap sebagai sebuah kota dunia A+, menurut Universitas Loughborough tahun 2008 dan menempati peringkat ke-16 berdasarkan Global Cities Indextahun 2008 oleh Foreign Policy. Sydney juga menempati peringkat ke-10 kota yang pantas dihuni di dunia menurut Mercer Human Resource Consulting dan The Economist.

Setelah turun di Sydney Central Train Station, kami tidak membeli opal (pre paid card) untuk tiket elektronik kereta api, karena kami hanya akan tinggal sesaat, sehingga kami menggunakan uang tunai untuk membeli tiket Sub Urban Train paket PP, menuju ke Circular Quay Station seharga $4.8/orang. Kami berdua berangkat dari platfrom 17, naik keretaapi dengan gerbong bertingkat 2, yang melayani rute City Circle, melewati Town Hall dan Wynyard Station, sebelum kami turun di Circualar Quay.

DSC03208 DSC03221
 Bangunan megah di sekitar Sydney Central Train Station  Lokomotif streamline dilengkapi lambang Country Link di Sydney Central Station

Kami menikmati Sydney Opera House (SOH) yang artistik, monumental, dan mengingatkan kita kepada arsitek Jorn Utzon (1918-2008) yang merancang dan membangunnya pada tahun 1999. Tersedia paket wisata gedung monumental tersebut selama 1 jam petualangan. Pengunjung akan diajak mengenang kreasi dan cerita pembangungan gedung yang ikonik dan telah menjadi World Heritage. Dengan tiket VIP, pengunjung dapat merasakan sendiri, bermain drama di panggung, disorot lampu dan menjadi pusat perhatian penonton. Bahkan dapat napak tilas tangga legendaris yang telah pernah dilalui Ella Fitzgerald, Pavarotti, Mikhail Barysnikov, Cate Blanchett, dan memasuki Concert-Hall yang paling bagus sedunia, berdiri di panggung conductor, bahkan sampai di ruang ganti pemain. Kami berdua tidak mampu menjangkau semuanya, apalagi ikut menonton pertunjukan yang sedang digelar.

DSC03239 DSC03234
 Sydney Opera House (SOH) karya arsitek Jorn Utzon yang artistik dan  monumental  Sydney Bridge yang tidak kalah artistik dan diresmikan pada 19 Maret 1932

Selain SOH, kami juga mengunjungi the Royal Botanical Garden, di sisi timur SOH. Dari puncak bukit kebun konservasi tersebut, tampak sebuah kapal pesiar besar yang sedang berlabuh di Campbells Cove, di seberang SOH. Kebun alami yang terawat baik ini, tidak hanya dilengkapi berbagai tanaman, kursi santai dan jalur olah raga lari, tetapi juga banyak sekali karya seni instalasi luar ruang. Kami sempatkan bergaya dengan ‘The Satir’, patung manusia kuda dari perunggu, karya pematung terkenal Frank Lynch.

DSC03246 DSC03248
 ‘The Satir’, patung manusia kuda dari perunggu, karya Frank Lynch.  Di dalam Sydney Opera House (SOH) karya arsitek Jorn Utzon.

Setelah itu, kami berjalan kaki menyusuri pelabuhan, yang setiap hari dipenuhi oleh ribuan pelancong. Wisatawan dari berbagai belahan kota dan dunia, ada yang kecil dalam kereta bayi dan yang lanjut dalam kursi roda atau tongkat penyangga, yang duduk dan yang narsis berfoto, yang makan dan yang minum di kafe deret, yang naik sepeda dan yang jogging, yang naik otopet dan yang digendong, semuanya menikmati pelabuhan Sydney yang bersih dan rapi. Kami segera menuju ke The Rocks Market (weekend only) di Goerge Street, dekat Metcalfe Arcade. Pasar kaget ini hanya buka pada hari Sabtu dan Minggu, di bawah lapak kaki lima, menjual aneka souvenir, di atas jalan raya beraspal lembut yang mendaki, dengan dikelilingi cafe kuno di teras rumah. Dinamakan The Rock, karena daerah tersebut berdiri di atas bukit padas yang keras dan besar. Letaknya persis di bawah Sydney Harbour Bridge. Jembatan Pelabuhan Sydney tersebut dibuka secara resmi pada tanggal 19 Maret 1932. Jembatan ini merupakan jalur utama untuk menyeberangi Pelabuhan Sydney yang menghubungkan distrik bisnis sentral Sydney (Sydney CBD) dengan wilayah utara (North Sydney) (gambar 20).

DSC03233 DSC03253
The Coathanger (Gantungan Baju), karena melengkung di bagian atas  Kapal pesiar yang berlabuh dan bersandar di Sydney Harbour

Di atas jembatan itu terdapat jalur kereta api, kendaraan bermotor, sepeda dan trotoar. Bersamaan dengan SOH, jembatan ini menjadi ‘ikon’ bagi kota Sydney, sekaligus Australia. Warga setempat menamai jembatan tersebut sebagai The Coathanger (Gantungan Baju), karena desainnya yang melengkung di bagian atas, meskipun sebutan tersebut semakin lama semakin jarang digunakan. Jembatan tersebut adalah bangunan tertinggi di Kota Sydney pada tahun 1967. Menurut Guinness World Records, jembatan itu merupakan yang terlebar di dunia, sekaligus sebagai jembatan lengkung berkerangka besi tertinggi di dunia, dengan puncaknya setinggi 134 m di atas permukaan pelabuhan.

Jembatan itu juga tercatat sebagai jembatan lengkung besi terpanjang nomor empat di dunia. Jembatan Sydney Harbour selesai dibangun pada 19 Januari 1932 dan 2 bulan kemudian, digunakan untuk pertama kalinya. Pengunjung dapat membeli tiket Bridge Climb, untuk memanjat jembatan tersebut, seperti yang pernah dilakukan Oprah Winfrey, Nicole Kidman, Justin Timberlaki, Cameron Diaz, Robert de Niro dan pemanjat ke 3 juta orang, Caitlin Mc Williams pada bulan April 2013 lalu. Diperlukan waktu 3,5 jam, termasuk persiapan dan penjelasan di ‘Climb Base’ di Cumberland Street dalam kawasan The Rock. Kami berdua juga hanya mampu melihatnya dan membayangkan pendakian tersebut dengan penuh kekaguman.

Di bawah jembatan besi tersebut, kami terkagum-kagum dengan Sydney Harbour Foreshore Authority. Kantor pergudangan tersebut tetap terawat baik, meskipun sudah hampir 150 tahun berdiri. Di halaman kantor tersebut, dibangun Dawes Point Park, sebuah  dermaga kayu sekaligus menempel ke lobi sebuah hotel. Itu merupakan lokasi terbaik, untuk mengambil gambar SOH secara utuh dalam format lansekap, diselingi Sydney Cove yang ramai dengan lalu lalang kapal.

Kami membeli spring roll (sejenis lumpia) $3.5, donuts $4, banana mufin $3, dan teh panas $3 di dekat loket Captain Cook Cruises, sebagai menu makan siang. Di dermaga teluk Sydney tersedia banyak kapal pesiar, yang melayani paket wisata ke Taronga Zoo, Watsan Bay, Darling Harbour, Fort Denison, Shark Island, Luna Park, ataupun sekedar sightseeing, tergantung dari lama waktu dan dana yang tersedia. Pelabuhan Sydney adalahsebuah areal yang banyak teluk dan semenanjung, yang dibangun menjadi sebuah areal publik. Keindahannya dapat disaksikan menggunakan Sydney Explorer Bus Services, sebuah bis tingkat tanpa atap, berwarna merah menyala, bertarif $40. Bis yang dilengkapi pemandu wisata berbahsa Mandarin, Korea, Jepang, Perancis, Jerman, Spanyol dan Inggirs, akan menyinggahi 34 buah tempat wisata, selain Circular Quay (gambar 22). Kami berdua memilih menikmati keindahan areal Pelabuhan Sydney hanya dengan berjalan kaki, melawan hembusan angin dingin di akhir winter (musim dingin).

DSC03257 DSC03265
Spring roll, donuts, banana mufin, dan teh panas di dekat loket Captain Cook Cruises  Dermaga kapal di Sydney Harbour, yang dipenuhi kapal pesiar yang bersandar

Dermaga kapal di Sydney Harbour langsung menghadap Museum of Contemporary Art. Kami sempatkan menikmati keindahan karya sastra 3 dimensi di museum 4 lantai tersebut, lalu melanjutkan perjalanan melewati The Argyl Store, sebuah rumah makan tempo dulu yang masih terawat baik, di kompleks The Rock. Oleh karena hari itu adalah hari Minggu, tujuan kami adalah mencari sebuah gereja, seperti yang terlihat pada peta dan penunjuk arah untuk wisatawan di setiap perempatan. Ternyata kami menemukan The Garrison Church, sebuah gereja Anglikan Australia yang dibangun pada tahun 1840. Sebenarnya kami mencari gereja Katolik. Setelah berdoa sebentar dan mengamati gaya artistiknya gedung gereja tersebut, kami berjalan kaki lagi menyusuri Nurses Walk, sebuah jalan kecil menuju sebuah bangunan bekas klinik, yang dibangun untuk mengenang Lucy Osburn (1835-1891), seorang perawat baik hati bagi kalangan para budak belian waktu itu.

Selanjutnya kami berbelanja Australia the Gift, sebuah toko souvenir, T shirts dan cindera mata, yang tegak berdiri di depan stasiun Circular Quay. Meskipun di toko megah, ternyata harga barangnya lebih rendah karena ‘Made in China’, dibandingkan cindera mata serupa ‘Hand Made by Australian’, yang dijual di kaki lima di areal pelabuhan ataupun The Rock Market. Di situlah kami mendapatkan informasi tentang gereja Katolik dari seorang pembeli lain. Setelah puas berbelanja, termasuk membeli bendera Australia untuk di meja, kami melewati patung Mr. Thomas Sutcliffe Mort, yang meninggal tahun 1879, dan merupakan pioner industri wool Australia yang telah mendunia. Setelah menyusuri George Street, kami berbelok ke Grosvenor Street, untuk menuju gereja Katolik di puncak bukit. Suster Dominikan dari Irlandia yang datang pada 4 September 1867, mendirikan St. Patrick’s Catholic Church Hill di Grosvenor Street. Kami mengukuti misa kudus hari Minggu di situ, yang hanya berlangsung 40 menit, dipimpin pastor yang sudah lanjut, dibantu seorang ibu sebagai prodiakon, dan tanpa ada misdinar seorangpun. Umatnyapun juga sudah tua-tua, sehingga seperti ada kekosongan panggilan pada kaum muda jaman ultra modern di situ.

DSC03274 DSC03276
 Sydney Opera House (SOH) karya arsitek Jorn Utzon dari seberang Sydney Harbour  Bangunan kolonial di Sydney Harbour yang tetap terawat baik

Saat ini Sydney merupakan aglomerasi urban terbesar ke-3 di dunia (dengan populasi 3 juta jiwa) setelah Brasília (14.400 km²) dan Tokyo (13.500 km²). Pada sensus tahun 2006, dari 4.119.190 penduduk, 3.641.422 diantaranya menetap di wilayah urban Sydney. Inner Sydney adalah daerah yang paling padat di Australia dengan 4.023 jiwa per kilometer persegi. Nenek moyang penduduk Sydney yang paling umum adalah Australia, Inggris, Irlandia, Skotlandia dan Cina. Tiga negara sumber utama imigran di Sydney adalah Inggris, Cina dan Selandia Baru, diikuti oleh Vietnam, Lebanon, India, Italia dan Filipina.

Menjelang sore hari, kami pulang dengan naik keretaapi sub urban ke Sydney Central Station, melewati stasiun St. James dan Museum. Di Central Train Station yang dibangun Sir John See dan diresmikan pada tanggal 26 September 1903, kami mencari platform 10, untuk berjalan menyeberang ke ‘all paltform’, dan menuju loket intercity train. Kami membeli tiket di konter NSW Trainlink, dengan tujuan pulang ke Melbourne,dan berangkat pk. 20.40.

Perjalanan selepas gelap berlalu, melewati padang rumput yang sangat luas. Bahkan sepanjang mata memandanag, hanya terlihat rumput, domba dan sapi, yang seolah tanpa manusia seorangpun, di antara stasiun kota Benalla dan Seymour. Setelah melewati stasiun kota Broadmeadows, kami menikmati pemandangan daerah sub urban kota metropolitan Melbourne yang tertata, bersih, rapi, modern, dan mencerminkan kehidupan sebuah negara maju. Kami turun di Southern Cross Train Station platform 1 pada hari Senin pagi, 26 Agustus 2013, pk. 7.35 yang masih sepi penumpang.

DSC03284 DSC03298
 Bis wisata di sekitar Sydney Harbour yang selalu padat pelancong  St. Patrick’s Catholic Church Hill di Grosvenor Street di Sydney

MELBOURNE

Kami menggunakan Tram no 96 dari East Brunswick ke St. Kilde Beach, naik di halte tram Bourke Street, untuk turun di Melbourne Convention and Exhibition Centre (MCEC). Tram no 96 ini termasuk generasi tram yang relatif baru, full electric dan informatif. Topik International Conggres of Pediatric (IPC) 2013 hari Senin, 26 Agustus 2013 yang menarik adalah ‘Adolescent Health’ dibawakan oleh Patton dari Australia, Vine dari Inggris dan Sawyer dari Australia dalam Plenary Session. Setelah itu, diteruskan dengan ‘Advance Immunisation in the Developing World’ oleh Grimwood dari Australia, Adlide dari USA, dan Thacker dari Nigeria pada sesi simposium di ruang 210.

Pada jam makan siang, kami pulang naik tram 108 via Collin Street, untuk turun di Old Treasury Museum. Setelah menyusuri Spring Street dan melewati Hotel Windsor, kami berbelok ke kiri untuk makan siang di Shuji Sushi, Japanese Cafe di Bourke Street. Menu Yakitori yang berisi daging tusuk dengan saus teriyaki seharga $3.5, Yasai Udon yang berisi berbagai sayuran dan mie seharga $12.9 dan minu teh hangat. Luar biasa uenak. Kami melanjutkan jalan kaki di sekitar MCC (Melbourne City Circle) ke St. Patrick’s Cathedral yang sekarang ini dipimpin Uskup Mgr. Denis Hart dan berlokasi di McArthrur Street. Katedral ini digunakan sejak tahun 1858. Bangunan indah ini lengkung jendela barat digagas Mgr. Patrick Bonaventura Geoghegan, OFM pada tahun 1867. Menara tengah yang menjulang digunakan untuk menganang Mgr. Thomas Joseph, CARR, sedangkan 2 buah menara kembar di bagian tengah untuk mengenang Mgr. James Alipius Goold, OSA. Pintu masuk yang sangat besar dirancang Mgr. Mannix pada tahun 1839, organ akustik oleh Mgr. Simonds tahun 1964, renovasi sakristi oleh Mgr. Knox tahun 1972, dan altar utama oleh Kardinal John O’Connor 1997. Ornament di dalam katedral yang indah ini pernah dikunjungi Santo Sri Paus Johanes Paulus II pada tanggal 28 November 1986.

DSC03311 DSC03319
  Southern Cross Train Station platform 1 di Melbourne, sepulang dari Sydney  St. Patrick’s Cathedral di McArthrur Street, Melbourne

Transportasi umum di dalam kota Melbourne dilayani kereta api, tram, dan bus. Layanan ini sudah terintegrasi dalam jaringan bernama PTV (Public Transport of Victoria) sehingga satu karcis myki dapat digunakan untuk ketiga layanan tersebut. Stasiun utama kereta api Melbourne adalah Flinders Street Train Station, dan kerata api antarnegara bagian berangkat dari Southern Cross Train Station. Jalur kereta api pertama dibangun antara kota Melbourne dan Sandhurst pada tahun 1853. Sekarang, daerah metropolis memiliki 200 stasiun dan 16 jalur yang berpusat di ‘City Loop’, bagian jalur bawah tanah yang mengelilingi pusat kota. Dari stasiun Southern Cross, ada jalur langsung ke kota Sydney dan Adelaide, serta Geelong, Ballarat, Bendigo, Bairnsdale dan Seymour dengan kerata api yang dikelola V/Line.

Melbourne juga memiliki jaringan trem listrik terbesar di dunia, dan satu-satunya di Australia yang terdiri dari beberapa jalur. Pada tahun 2010, ada 182,7 juta penumpang trem, pada jalur sepanjang 250 km, sebanyak 28 jalur dan melewati halte trem. Kebanyakan jaringan terletak di median atau tengah jalan, tapi ada bagian kecil yang memiliki jalur khusus. Trem Melbourne dianggap artefak budaya dan daya tarik yang ikonis. Selanjutnya kami menikmati Melbourne City Circle Tram, jalur 35, yang merupakan tram gratis karena ditujukan untuk para pelancong, dan lewat setiap 12 menit. Tram ini merupakan generasi tram pertama di Melbourne, dengan ornamen kayu dan kaca aseli yang masih terawat dengan baik. Kami melewati Spring Street dan menyusuri Yarra River, untuk turun Flinders Street. Kami berfoto di Flinders Street Train Station yang artistik, ikonik dan berfungsi baik, di seberang St Paul’s Cathedral, sebuah katedral ‘the Anglican Church of Australia’. Katedral ini bergaya High Gothic Revival dan dibangun pada tahun 1880-1891 dengan arsitek William Butterfield. Nama jalan ini mengingatkan kita akan penindasan Captain Matthew Flinders (1774-1814) seorang navigator kapal, yang gagah dan ganas. Selanjutnya kami berjalan-jalan di The Federation Square, River Terrace, Federation Wharf, dan Yarra Building yang terletak saling berdekatan dalam sebuah kompleks. Sore itu area publik tersebut dipenuhi oleh para wisatawan dan warga Melbourne yang menikmati keindahan. Setelah kedinginan di Federation Square karena angin musim dingin yang berhembus kencang, kami terpaksa pulang ke hotal, untuk mencari pehangat ruangan.

DSC03322 DSC03326
 Sisi dalam St. Patrick’s Cathedral di McArthrur Street, Melbourne  Melbourne City Circle Tram jalur 35, yang kuno, legendaris, tetapi masih hidup

Salah satu acara IPC 2013 di MCEC hari Selasa, 27 Agustus 2013 yang menarik adalah ‘Meet the Expert : Kangaroo Mothercare’ oleh Jeffery dari Australia di ruang 212, diteruskan dengan satu plenary session tentang ‘Global Action Plan for Diarrhea and Pneumonia’ oleh Mulholland dari Inggris di ruang plenary 3, dan seminar tentang ‘Every Newborn Action Plan Needs Every Paediatrician, What Can You Do?’ oleh Chopra dari WHO dan UNICEF. Acara selanjutnya kami isi dengan naik tram no 96 ke Royal Exhibition Building and Carlton Garden World Heritage Site di Nicholson Street Carlton. Royal Building tersebut dibangun pada tahun 1880, untuk ajang sebuah pameran internasional pertama di Australia. Bangunan bergaya Gothic dan Klasik yang berkembang saat itu, telah menginspirasi Joseph Reed sebagai arsiteknya. Gedung tersebut pernah digunakan sebagai gedung Parlemen Federal Australia pertama. Selanjutnya kami mengunjungi Melbourne Museum di sebelahnya yang menyimpan sejarah Melbourne, budaya lokal, jejak ilmu pengetahuan setempat dan pameran Aborigin.

DSC03337 DSC03343
 Stasiun utama kereta api Melbourne adalah Flinders Street Train Station  Building Graduate Centre, yang dirancang oleh Henry Bastow dan John Marsden

Kami berdua melanjutkan perjalanan dengan naik sebuah Tram 96 yang terbaru, berwarna kuning gading, bersifat Stop Requested Tram, untuk menuju ke Swantson Street. Kami berganti Tram 72 ke University of Melbourne, melalui Lincoln Square dan turun Grattan Street, yang merupakan terminal terakhir tram tersebut, di areal kampus. Kami mampir di The Royal Dental Hospital of Melbourne, gerbang kampus, mengagumi 1888 Building Graduate Centre, yang dirancang oleh Henry Bastow dan John Marsden. Gedung indah tersebut dahulu merupakan asrama para dosen muda di University of Melbourne. Setelah menjelajah areal kampus, termasuk Fakultas Kedokteran dan RS Pendidikannya, kami naik Tram 55 di depan The Royal Melbourne Hospital ke Royal Childrens Hospital. Selanjutnya kami naik tram 57 ke Victoria Market, sebuah pasar yang dibangun tahun 1878. Queen Victoria Market merupakan pasar terbuka (open air) terbesar di belahan dunia selatan. Lokasinya di persimpangan Elizabeth and Victoria Street yang buka hanya pada Selasa, Kamis, Jumat dan Sabtu. Di pasar ini dijual segala macam barang dagangan, dari makanan segar, produk impor dan lokal, kosmetik, pakaian dan souvenir. Kami makan di Canton Malay Cuisine beef brisket noodle soup $9.8

DSC03345 DSC03348
 Melbourne Museum berisi sejarah Melbourne dan pameran Aborigin.  Turun dari tram 72 di dekat gerbang University of Melbourne

Selanjutnya kami berdua kembali naik tram 19 menuju ke La Trobe Station, di seberang gedung pencakar langit Melbourne Central yang sangat tinggi sekali. Di situ kami berganti tram 35 ke Harbaour Esplenade and Central Pier. Setelah puas memandang dermaga dengan berbagai kapal dan jembatan, kami naik tram 70, melewati Harbour Side Dockland, Flinder Street, dan Federation Square, untuk menuju ke Melbourne Park, tempat Rod Laver Arena, stadion tenis lapangan yang terkenal dan berdiri begah di dekat stadion criket. Kami sempatkan keliling areal yang sedang direnovasi, mengagumi patung perunggu para juara Australia Terbuka tahun-tahun sebelumnya, dan bahkan bergaya seperti juara Australia Open 2013, salah satu grand slam tenis lapangan, yaitu Novak Djokovic (Serbia) dan Victoria Azarenka (Rusia).

DSC03374 DSC03377
 Rod Laver Arena, stadion tenis lapangan yang sedang direnovasi  Meniru teriakan Novak Djokovic (Serbia) juara Australia Open 2013

Kembali kami naik tram 70 ke Federation Square, untuk berganti tram  5 menuju ke The Shrine of Remembrance, yang berlokasi di St. Kilda Road and Birdwood Avenue. Makam pahlawan ini dibangun pada tanggal 11 November 1927 oleh Letkol Arthrur Herbert Tennyson Baron Somers. Bangunan megah bergaya Yunani abad pertengahan ini, telah menjadi landmark yang ikonik bagi Melbourne. Para pahlawan Australia, banyak yang disemayamkan di situ, karena yang gugur dalam Perang Dunia II di sekitar tahun 1939-1945. Bangunan World War II Forecourt, didirikan untuk mengenang para prajurit RAAF, AMF dan ANF, yang berperang di Yunani, Kreta, Siria, Mesir, Libia, Malaya, New Guenea, Pasifik dan Kalimantan. Kami hadir di situ saat upacara penurunan bendera nasional Australia pada pk. 17, oleh tentara angkatan darat, laut dan udara, sebagai tanda monumen tersebut tutup, dengan diiringi lagu kebangsaan Australia yang keras terdengar. Suasana hening di dalam kompleks makam monumental tersebut, yang berada dalam ketinggian lansekap bangunannya, mengingatkan tentang sejarah tentara Australia, keterlibatannya dalam perang, dan usahanya menciptakan perdamaian dunia. Dari balkon makam tersebut, kita dapat mengalihkan pandangan ke seluruh areal kompleks yang hujau, bahkan panorama pusat kota Melbourne. Dari situ kami kembali menikmati sore yang padat manusia pulang bekerja di Federal Square dan kembali ke hotel untuk bersitirahat.

DSC03378 DSC03383
 World War II Forecourt bergaya Yunani abad pertengahan untuk makam para pahlawan Australia Melbourne dari balkon makam para pahlawan Australia di World War II Forecourt

Hari selanjutnya, pada IPC 2013 di MCEC Rabu, 28 Agustus 2013, kami mengikuti ‘Meet the expert : Non-communicable diseases, a global perspective’ oleh Proimos dari Australia di ruang 210, kemudian ‘plenary session : Environmental impacts on Child Health’ oleh Sly Australia, Soder Swedia dan Wigg Australia di plenary 3, dan simposium ‘Global Infection: what’s new in HIV, TB, Dengue, Malaria?’ oleh Konstantopoulos dari Yunani dan Marais dari Australia.

Tawaran wisata ke Eureka Tower Skydeck 88 di Riverside Quay Southbank, untuk melihat lansekap kota Melbourne (an experience above all else), Phillip Island Nature Park untuk melihat pinguin, Great Ocean Road untuk melihat batu karang indah, Sovereign Hill untuk merasakan nuansa penambangan emas (goldrush) di Australia sekitar tahun 1882, dan Mount Buller untuk melihat salju, semuanya hanya dapat kami bayangkan saja. Selain harga tiketnya paling tidak $100/orang tidak terjangkau, juga syarat dan ketentuan yang diperlukan tidak memungkinkan bagi kami berdua.

DSC03366 DSC03353
Menu makan siang yang hangat dan berkuah lezat di kantin Gerbang sederhana di depan The Royal Children Hospital di Melbourne

Oleh sebab itu, segera kami naik tram 112 untuk pergi ke Gereja St Michel’s yang dibangun tahun 1867 dan merupakan bangunan gereja pertama di seluruh Melbourne. Rancangan interiornya dipengaruhi oleh gaya teatrikel galeri Florentine. Desain eksteriornya menggambarkan gaya Tuscan dengan perseptif Romawi, yang tidak ditemukan di seantero Inggris maupun Australia. Jendela kaca patri kembar, yang menggambarkan teologi visual, merupakan yang terbaik di belahan dunia selatan. Kapel ‘The Quiet Place’, pada sisi barat gereja, merupakan ruang penyimpanan abu jenazah dan doa oleh keluarga, yang setiap hari dikunjungi banyak peziarah. Letaknya di persimpangan Russel dan Collins Street. Nama jalan ini ditujukan untuk mengenang jasa Letkol David Collins, yang memimpin areal pelabuhan besar Port Phillip pada tahun 1803 dan membangun kota Hobart di Pulau Tasmania pada tahun 1804.

Sekedar mengingatkan, Melbourne terletak di bagian tenggara benua Australia dan terletak di sekitar Port Phillip. Daerah pinggiran Melbourne berkembang mengikuti aliran Yarra River ke arah Yarra dan Dandenong Ranges sedangkan di bagian selatan, perkembangannya terbagi ke dua arah disebabkan lokasi Melbourne sendiri. Ke arah barat terdapat Geelong yang terletak di Bellarine Peninsula sedangkan ke arah timur terdapat Frankston, dan berbagai kota yang terletak di pinggir pantai seperti Rye dan Sorrento. Ujung Bellarine dan Mornington Peninsula hanya dipisahkan sebuah selat kecil dan di antara kedua tanjung ini tersedia layanan penyeberangan. Kami putuskan untuk melihat-lihat keindahan daerah pinggiran (suburb) yang terjangkau dari Melbourne.

DSC03386 DSC03388
Istirahat sejenak di taman umum yang nyaman dan bersih  Gereja St Michel’s (1867) gereja pertama di seluruh Melbourne.

Untuk itu, selanjutnya kami melakukan penambahan dana (top up) myki card di Collins Pharmacy, sebuah apotek berbendera myki yang melayani jasa tersebut dengan bantuan petugas. Kami belum berani melakukan hal tersebut secara mandiri di mesin myki yang banyak terdapat di halte tram. ‘Top up’ kami lakukan untuk persiapan jalan-jalan ke sub urb dengan keretaapi Melbourne Metro, karena tarifnya $ 5,8 untuk zone 1. Akhirnya kami naik tram 72 bertiket 2c atau $ 1/5, menuju ke Flinders Street Train Station. Dari Flinders Street di platform 6, kami naik keretaapi METRO limited express zone 1 menuju ke Cranbourne.

Kami akan turun di Huntingdale, yang merupakan batas terjauh METRO sub urb zone 1. Rute METRO setelah Huntingdale, selanjutnya adalah Clayton sampai Cranbourne atau Pakenham, yang merupakan sub urb zone 2 dengan tiket yang lebih mahal. Kami akan menemui adik-adik tercinta Paulus Kuswandono (dosen FIP USD) dan isterinya Amelberga Vita (dosen Fisip UAJY), keduanya dari Yogyakarta dan sekarang mahasiswa S3 di Monash University Clayton. Kami meliwati stasiun Richmond, South Yarra, Hawksburn, Toorak, Armadale, Malvern, Caulifield, Camegie, Murrumbeena, Hughesdale dan Oakleigh. Semua bangunan stasiunnya berdinding warna merah bata, cukup sepi, bersih dan rapi. Kami melewati banyak rangkaian jalur METRO yang sibuk, teratur dan tepat waktu. Daerah sub urb yang kami lewati, pada umumnya terlihat rapi, nyaman, terbagi dalam blok dan berukuran serupa.

DSC03393 DSC03394
Dijemput adik Amelberga Vita (dosen Fisip UAJY) saat tutun dari METRO Zone  1 di Huntingdale Station. Dengan adik Paulus Kuswandono (dosen FIP USD) dan isterinya Amelberga Vita (dosen Fisip UAJY), di Clayton.

Kami dijemput di gerbang stasiun Huntingdale setelah melakukan ‘top off’ myki card. Perjumpaan dengan kedua adik tercinta tersebut, sangat mengharukan sekali, karena hampir 5 tahun dik nDono tidak bertemu mbak Ririk, sementara kami pribadi belum pernah kenal dengan keduanya. Meskipun demikian, suasana akrab dan ‘chemistry’ spontan segera terjalin, dan ‘city tour’ di Clayton segera mulai dari areal kampus Monash University, beli bensin, kompleks perumahan, dan makan siang Peri-Perks Nando, menu ayam dan kentang gaya Portugis di depan pasar Clayton. Setelah mengobrol berbagai hal di rumahnya yang asri, juga ketemu 2 anak mereka, Nimas dan Martin, sepulang mereka dari sekolah, kami diantar dengan mobilnya ke Albert Park. Sungguh sayang, kami lupa berfoto dengan Nimas dan Martin, yang tetap berseragam sekolah mereka masing-masing, pada saat mereka main game digital, dan kami tinggal untuk jalan-jalan lanjutan.

Melbourne dikenal sebagai kota yang gila olahraga. Olahraga yang populer di Melbourne adalah rugby, kriket, tenis, sepak bola dan bola basket, namun yang paling populer adalah Australian Football atau yang akrab dipanggil footy oleh warga Melbourne. Olahraga footy memang identik dengan kota ini dan negara bagian Victoria secara umum, bahkan lebih dari setengah tim-tim yang bermain di AFL (Liga Australian Football) berasal dari Melbourne. Menyebut football di Melbourne berarti merujuk kepada olahraga ini, berbeda dari Sydney atau Canberra, di mana kata tersebut merujuk kepada rugbi.

DSC03397  DSC03401
Kampus adik Amelberga Vita (dosen Fisip UAJY) saat S3 Monash University Clayton  Sisa yang dibungkus dari sajian makan siang di Clayton

Melbourne banyak menyelenggarakan kejuaraan olahraga internasional setiap tahunnya, mulai dari Formula 1, Australia Terbuka (tenis), Melbourne Cup (kejuaraan pacuan kuda paling bergengsi di dunia), hingga pertandingan kriket setiap bulan Desember yang terkenal. Pada tahun 2003, Melbourne merupakan salah satu kota yang menjadi tempat penyelenggaraan Piala Dunia Rugbi. Pada tahun 2006, Melbourne menyelenggarakan Pesta Olahraga Persemakmuran. Sebelumnya, kota ini pernah menyelenggarakan Olimpiade pada tahun 1956.

 DSC03404  DSC03406
 Rumah tinggal adik Paulus Kuswandono  dan isterinya Amelberga Vita di Clayton.  Bergaya di Albert Park, sirkuit balap mobil Formula 1 Grand Prix kelas dunia

Kami akan buktikan nuansa gila olah raga tersebut di Melbourne. Untuk itu, segera kami diantar dengan mobil dik nDono memasuki ke kompleks Albert Park Golf Course, mengelilingi danau buatan dan merasakan sensasi tikungan sirkuit balap mobil paling bergengsi di dunia, Formula 1 Grand Prix. Ternyata track yang digunakan bukanlah sebuah jalur balap khusus seperti di Sentul (Bogor) atau Sepang (Malaysia), tetapi hanyalah merupakan jalan untuk mobil golf para pemain dan caddy yang kelelahan. Pada saat diadakan balapan mobil grandprix seri F1, areal tersebut disulap menjadi sirkuit internasional, lengkap dengan ‘pitstop’, ‘puddock’, jalur pengaman, dan bahkan kursi penonton bertingkat yang portabel. Tikungan tajam yang pernah ditaklukkan Fillipe Massa, Ayrton Senna, ataupun Fernando Alonso, bahkan lintasan lurus yang dijejak Lewis Hamilton, Michail Schumacher, ataupun Kimi Raikonen, telah kami rasakan, meski dengan kecepatan yang sangat jauh lebih rendah. Sensasi dan imaji yang spontan terjadi, sungguh sangat luar biasa. Perpisahan, kami lakukan di areal balap jet darat Albert Park tersebut dan mereka berdua kembali ke Clayton.

 DSC03433  DSC03438
semilir angin laut dari arah Port Phillip Bay di Port of Melbourne.  salam selamat datang yang kami cari-cari, yaitu tulisan Melbourne yang ikonik.

Dengan Tram 112 dari West Beach, kami naik di Clarendon Street, persis di depan Melbourne Sports and Aquatic Centre di Albert Park. Kami ganti Tram 109 untuk menuju Beacon Cove. Rute menyeberangi Yarra River ini untuk menikmati Port of Melbourne. Di situlah kami menemukan salam selamat datang yang kami cari-cari, yaitu tulisan Melbourne yang ikonik. Selain itu, kami juga sempatkan melihat Spirit of Tasmania, sebuah ferri penyebarangan ke Hobart di Pulau Tasmania (gambar 51), yang akan berangkat dari Station Pier. Kami tunggu sampai matahari hampir terbenam dan malam menjelang, dalam dekapan semilir angin laut dari arah Port Phillip Bay yang membuat kami lapar dan mengantuk. Kami habiskan malam itu di City Loop, dengan jalan-jalan, melihat berbagai aktivitas warga kota yang damai, dan makan malam menu China di Red Mansion Exhibition Street di dekat Chinatown Precinct. Malam itu kami mampu tidur nyenyak dalam mimpi dan kepuasan batin, untuk persiapan pulang ke Yogyakarta.

 DSC03442  DSC03430
 Sky Bus warna merah jurusan Tulamarin International Airport ke kota Melbourne  Gerbang sederhana dan kecil di depan Port of Melbourne yang besar.

Tertima kasih kami sampaikan, kepada siapun juga yang telah memberikan dukungan dan kebersamaan, sehingga petualangan dan perjalanan di Melbourne dan Sydney yang melelahkan ini, telah terlaksana dengan baik dan tidak menimbulkan aus pada diri kami.

Sekian

Ditulis di kamar 4109 Victoria Hotel di Litlle Collins Street Melbourne, Australia

Dipancarkan dari free wifi Queen Victoria Market Melbourne

*) pelancong Jawa berdana cekak

DSC03254

Categories
Istanbul

2012 Petualangan di Karimunjawa

 

PETUALANGAN  DI  KARIMUNJAWA 2012

fx. wikan indrarto*)

 

Kami berangkat dari Yogyakarta dengan sebuah mobil travel L300 hari Jumat, 28 Desember 2012 pk. 16.05. Di tengah guyuran hujan lebat dan angin kencang, kami melaju di kepadatan arus lalu lintas liburan akhir tahun. Setelah menginap semalam di Hotel Pandanaran Semarang, kami lanjutkan perjalanan ke Pulau Karimunjawa dengan naik KMC (Kapal Motor Cepat) Kartini I di kelas bisnis bertarif Rp. 133.000/seat. Kami berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

 

Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam teritorial Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Berdasarkan legenda yang beredar di masyarakat lokal kepulauan, Pulau Karimunjawa ditemukan oleh Sunan Muria. Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria yang prihatin atas kenakalan putranya, Amir Hasan. Dengan maksud mendidik, Sunan Muria kemudian memerintahkan putranya untuk pergi ke sebuah pulau yang nampak “kremun-kremun” (kabur) dari puncak Gunung Muria agar si anak dapat memperdalam dan mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak “kremun-kremun” maka dinamakanlah pulau tersebut Pulau Karimun.

 

 1.Tanjungmas  2. KMC Kartini

Gerbang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, langkah awal petulangan

KMC Kartini, kapal cepat milikPemerintah Propinsi Jawa Tengah

 

Sabtu, 29 Desember 2012 pk. 9, dan mendarat pk. 14.30. Di kapal yang berkapasitas 150 kursi yang nyaris penuh penumpang, terbagi dalam kelas ekskutif, bisnis dan ekonomi tersebut, kami berbaur bersama dengan para turis domistik yang nampak elit. Kamera digital canggih, gadget seri terbaru, dan kostum yang mereka kenakan, mencerminkan hal tersebut. Dalam guncangan ombak besar, cukup banyak penumpang yang menjadi mabuk laut.

 

 3.KMC Kartini2  4. Karimunjawa
Dalam kabin kelas bisnis KMC Kartini Idari Semarang ke karimunjawa Gerbang Karimunjawa, gagah dan ramah,siap menyambut wisatawan

 

Kami menginap di Wisma Mangrove, sekitar 2 km dari dermaga, dengan diantar dalam mobil Suzuki Carry dan pemandu wisata lokal. Di wisma yang sedang dalam proses pembangunan tersebut, ada 5 bungalow yang semuanya dipenuhi para tamu. Para pelancong sebagian besar datang dalam paket tour 3 hari 2 malam, dan hanya sedikit sekali yang datang secara persona, karena sulitnya akomodasi pribadi di luar paket.

 

 6. Bungalow  7. Mangrove
Santai di teras Mangrove In,salah satu bungalow di Karimunjawa

Hutan mangrove, lebat dengan tanaman bakau di depan bungalow Mangrove In

 

Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional. Karimunjawa adalah rumah bagi terumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta hampir 400 spesies fauna laut, di antaranya 242 jenis ikan hias. Beberapa fauna langka yang berhabitat disini adalah elang laut dada putih, penyu sisik, dan penyu hijau. Tumbuhan yang menjadi ciri khas Taman Nasional Karimunjawa yaitu dewadaru (Crystocalyx macrophyla) yang terdapat pada hutan hujan dataran rendah. Ombak di Karimunjawa tergolong rendah dan jinak, dibatasi oleh pantai yang kebanyakan adalah pantai pasir putih halus.

DSC02070

Masakan khas Karimunjawa, adalah Pindang Serani, Bakso Ikan Ekor Kuning, Tongseng Cumi, Siomay Tongkol, dan Sambal Serapah. Setelah makan siang menu ikan laut goreng dan sop kepala ikan lokal yang langsung kami habiskan, kebugaran kami segera pulih. Kami lanjutkan dengan jalan-jalan santai ke hutan mangrove (bakau) di sekitar wisma. Sore harinya kami berjalan-jalan keliling Pulau Karimunjawa, melihat alun-alun, dermaga pelabuhan rakyat, hunting foto, menikmati sunset, kompleks kantor dan instansi pemerintah tingkat Kecamatan Karimunjawa. Geliat industri pariwisata sejak tahun 2009 yang lalu, telah mengubah banyak sendi kehidupan masyarakat tradisional Karimunjawa yang maritim, menjadi semakin beragam.

DSC02098

Listrik dari PLTD hanya menyala pk. 17.30 sore sampai pk. 6 hari berikutnya. Sepanjang siang tidak ada aliran listrik. Makan malam hari pertama bermenu kepiting asam manis, terlalu banyak untuk kami habiskan sekeluarga. Untung masih tersisa untuk 4 pelancong dari Malang yang menginap di ‘homestay’ sebelah rumah dan kelaparan karena jatah makan malamnya terlewat tidak diantar oleh guidenya. Banyak rumah penduduk menjadi ‘homestay’ dan segala keperluan pelancong ditangani oleh pihak yang saling berbeda. Pengemudi mobil rental, konsumsi, penginapan sederhana, persewaan ‘life jacket’ atau alat snorkeling, awak perahu pelayaran ke pulau lain, guide di darat dan guide di laut, adalah sekedar contoh berbagai profesi baru yang dapat menjadi pilihan warga aseli Pulau Karimunjawa dalam industri pariwisata ini. Investor dari luar pulau, pada umumnya berperan sebagai pemilik sekitar 5 hotel, 15 buah mobil rental, 7 buah bungalow, peralatan menyelam (diving), dan kamera bawah air.

 

 IMG_1319  IMG_1315

Gaya mas Yudhi di bawah permukaan air

Foto bawah air dengan kamera khusus

 

Karimunjawa terletak di Laut Utara, utara Jepara, Jawa Tengah. Kepulauan ini terdiri dari 27 pulau. Pulau yang berpenghuni adalah Karimunjawa, Kemujan, Nyamuk, Parang, dan Genting. Sedangkan pulau yang tidak berpenghuni adalah Menjangan Besar, Menjangan Kecil dan 20 pulau lainnya. Hari kedua Minggu, 30 Desember 2012 kami menuju Pulau Tengah untuk berjemur, berenang, snorkeling, hunting foto, keliling pulau, dan bermain pasir. Perjalanan diikuti juga oleh suami isteri orang India yang sudah 5 tahun bekerja di Surabaya, dan 2 orang kakak beradik mahasiswa UPN dan UII Yogyakarta, yang digabung dengan kami. Kami semua menikmati snorkeling di areal sekitar Pulau Tengah yang memiliki beberapa lokasi terumbu karang indah, yang dipandu guide merangkap awak kapal.

 

 DSC02123  9. Snorkeling
Mr. dan Mrs. Abraham dari Mumbai India, teman sepetualangan ke pulau Dik Larasati snorkeling dan bergaya,berani sendiri sampai menjauh dari kapal

 

Setelah makan siang menu ikan bakar yang dibawa dari Pulau Karimunjawa dan dibakar oleh awak kapal, saat kami bermain dipantai pasir putih Pulau Tengah. Setelah kenyang, petualangan dilanjutkan dengan berlayar ke Pulau Cilik untuk bermain pasir lagi. Pulau ini hanyalah hamparan pasir putih dan beberapa pohon bakau. Sore harinya kami menuju Pulau Menjangan Kecil untuk snorkeling dan foto di dalam air saat menyelam, sebuah pengalaman atraktif yang belum pernah kami alami seumur hidup.

 

 10. Pulau Pasir  11. Bakar ikan

Pulau Cilik yang hanya berupa hamparan pasir putih, lembut dan nyaman diinjak

Makan siang menu ikan bakar masak sendiri di Pulau Menjangan Kecil

 

Malam harinya ‘city tour’ kunjungan ke ‘souvenir shop’ dan alun-alun Karimunjawa. Sayangnya, jalan rayanya sangat buruk karena banyak lobang di semua ruas jalan, sehingga sopir harus waspada dan penumpang jadi terguncang-guncang. Para pedagang soevenir telah ditata rapi dalam 10 buah kios berukuran 3×3 meter, tidak jauh dari alun-alun, yang sangat ramai dikunjungi oleh para pelancong domistik, Taiwan, Jerman, dan India seturut bahasanya yang terucap, sampai pk. 22. Sovenir berupa T-shirt bergambar, tongkat kayu berukir, pernik-pernik berbahan baku kerang dan biota laut lainnya. Para pembeli hilir mudik datang dengan mobil atau sepeda motor rental, bahkan berjalan kaki dari ‘homestay’ di sekitarnya.

DSC02071

Pada hari terakhir, Senin, 31 Desember 2012, kami menuju pulau Menjangan Kecil dari dermaga rakyat, untuk melihat penangkaran ikan hiu, turun ke kolam, hunting foto dengan ikan hiu sambil berenang. Pulau Tanjung Gelan adalah pulau terakhir yang dikunjungi untuk mandi sinar matahari (sunbathing) dan hunting foto di atas batu pinggir pantai dengan view pohon kelapa.

 

 12. Kolam Hiu  DSC02109
Berenang ketakutan di tengah ikan hiuyang hilir mudik mengelilingi kami

Gaya berdua dengan batu megalitikum di Pulau Tanjung Gelen, Karimunjawa

 

Moda transportasi paling umum yang digunakan untuk ke Pulau Karimunjawa adalah kapal dari Semarang dan Jepara. Dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, kapal Kartini I (kapal cepat) berangkat setiap Sabtu pukul 9 pagi ke Karimunjawa dan kembali dari Karimunjawa setiap Minggu siang, dengan lama penyebrangan 2-3 jam, saat cuaca cerah di bulan April sampai September. Dari Pelabuhan Pantai Kartini, Jepara terdapat feri penyeberangan Kapal Muria yang berangkat setiap 2 hari sekali, lama penyeberangan kapal ekonomi ini sekitar 6 jam pelayaran. Ada juga KMC Bahari yang dapat menempuh jarak tersebut dalam waktu hanya 2 jam. Jalur udara dapat ditempuh dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandar Udara Dewa Daru di Pulau Kemujan dengan pesawat sewa jenis CASSA 212, yang disediakan oleh PT. Wisata Laut Nusa Permai (Kura-Kura Resort). Waktu tempuh kurang lebih 30 menit.

 

 13 KMC Bahari  5.Ferry Jepara
KMC Bahari di dermaga Pantai Kartini, saat mendarat di Pelabuhan Jepara

Kapal Muria, feri penyeberangan dari Jepara ke Karimunjawa

 

Menjelang jadwal makan siang, kami pulang ke Jepara dengan menggunakan KMC Bahari Express dengan tarif Rp. 84.000/kursi. Kapal berangkat pk. 12 dan mendarat di Pelabuhan Jepara pk. 14.05. Dilanjutkan dengan perjalanan darat menggunakan travel L300 berangkat dari Jepara pk. 14.30, diselingi makan siang nasi ayam. Sebelum pulang ke Yogyakarta, kami sempatkan wisata di Semarang Kota Tua yang legendaris. Kami sempatkan berfoto di ‘Gereja Blenduk’, yaitu Gereja Kristen Imanuel yang berkubah merah bata, berbentuk seperti perut buncit (Jawa : blenduk), dan dibangun tahun 1879. ‘Gereja Blenduk’ ini telah lama menjadi salah satu ‘ikon’ yang dibanggakan segenap warga kota Semarang. Setelah berfoto sejenak, kami sempatkan mampir dan berdoa di Gereja Gedangan, yang berlokasi tidak jauh dari gereja Blenduk. Gereja ini adalah kediaman Mgr. Albertus Soegiyopranoto, SJ, uskup pribumi pertama dan pahlawan Nasional Indonesia. Di gereja katolik dalam artistektur Barok yang legendaris dan dibangun tahun 1894 tersebut, kami berdoa dan mengucap syukur, atas semua penyertaan Tuhan dalam wisata kali ini.

 

 Gereja Mblenduk  15 Gereja Gedangan
Gereja Blenduk, salah satu ikonKota Lama Semarang

Di dalam Gereja Katolik Gedangan, tempat shooting film ‘Soegiyo’ karya sineas terkenal Garin Nugroho

 

Kami sampai di rumah Yogyakarta Senin, 31 Desember 2012 menjelang pk. 22, dalam tetesan hujan gerimis yang tidak pernah berhenti, sejak menjelang masuk Secang. Disampaikan terima kasih, atas segenap bantuan, perhatian dan dukungan yang sepenuhnya, sehingga wisata Karimunjawa 2012 ini dapat berlangsung dengan baik.

 

 

sekian

Yogyakarta, Selasa, 1 Januari 2013.

*) pelancong Jawa berdana cekak.

DSC02106

Categories
Istanbul

2018 Melahirkan Alami

 

Hasil gambar untuk melahirkan alami

MELAHIRKAN  ALAMI

fx. wikan indrarto*)

 

Pada Kamis, 15 Februari 2018 Dr. Princess Nothemba Simelela, ‘WHO Assistant Director-General for Family, Women, Children and Adolescents’ menjelaskan adanya perbedaan besar dalam dukungan kepada ibu dalam persalinan. Di salah satu ujung spektrum, banyak ibu diberi intervensi medis yang terlalu cepat. Sebaliknya, para ibu yang lain justru mendapat terlalu sedikit dukungan dan sering terlambat, atau tidak sama sekali. Apa yang harus disadari?

Hasil gambar untuk melahirkan alami

Kehamilan normal (a normal uncomplicated pregnancy) seharusnya menghasilkan kelahiran bayi yang sehat. Sayangnya, proses alami ini terlalu sering dianggap sebagai kejadian berisiko tinggi, yang disebabkan karena takut akan hasil kelahiran yang buruk. Banyak ibu juga melaporkan tingginya tingkat ketidakhormatan dan tindakan yang kasar (disrespect and abusive care) oleh bidan dan dokter selama persalinan, di banyak fasilitas kesehatan. Hal buruk ini benar-benar dapat menutupui salah satu momen paling penting dalam kehidupan seorang ibu, yaitu hari saat menyambut bayinya ke dunia.

 

Untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 3 yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang pada segala usia, juga berlaku untuk ibu hamil dan bayi baru lahir. Rekomendasi baru WHO tentang pertolongan persalinan dan perawatan intrapartum menempatkan ibu dan bayinya di pusat model perawatan, untuk mencapai hasil fisik, emosional dan psikologis terbaik. Pendekatan ini meliputi menghindari intervensi medis yang tidak perlu, mendorong ibu untuk bergerak bebas selama persalinan dini, memungkinkan ibu untuk memilih posisi melahirkan, dan ibu memiliki pendamping yang dipilih dari keluarga. Selain itu, juga memastikan privasi dan kerahasiaan, serta memberikan informasi yang memadai tentang penghilang rasa sakit.

 

Pedoman WHO yang baru mencakup 56 rekomendasi berbasis bukti, mengenai layanan medis yang dibutuhkan selama persalinan dan segera setelahnya, pada ibu dan bayinya. Rekomendasi ini termasuk pendamping selama proses persalinan yang dipilih ibu sendiri, memastikan layanan medis dan komunikasi yang baik antara ibu dan petugas kesehatan, menjaga privasi dan kerahasiaan, serta  mendukung ibu membuat keputusan tentang manajemen rasa sakit, posisi persalinan dan kelahiran mereka, dan bahkan dorongan alami untuk mengejan.

Hasil gambar untuk melahirkan alami

Sekitar 830 ibu meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari, meskipun sebenarnya sebagian besar dapat dicegah dengan intervensi medis. Menurut  Profil Kesehatan Indonesia 2016, terdapat 4.121.117 ibu atau 80,61%  yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki capaian terendah hanya sebesar 17,79%, diikuti oleh Maluku sebesar 25,71%, dan Papua sebesar 39,18%. Namun demikian, tindakan operasi pembedahan caesar di seluruh RS telah dilakukan pada 480.622 ibu, jauh lebih banyak dibandingkan persalinan alami per vaginal, yang hanya terjadi pada 309.223 ibu.

 

Dokter dan bidan harus memberi tahu ibu hamil yang sehat, bahwa durasi persalinan bervariasi antar ibu. Meskipun kebanyakan ibu menginginkan persalinan alami, mereka juga menyadari bahwa kelahiran dapat menjadi peristiwa yang berisiko, sehingga diperlukan pemantauan yang ketat dan kadang bahkan diperlukan intervensi medis. Namun demikian, ketika intervensi medis dibutuhkan, ibu biasanya ingin mempertahankan kontrol pribadi dengan terlibat dalam pengambilan keputusan, termasuk dengan memberi ASI eksklusif untuk bayi mereka setelah melahirkan. Hal ini karena metode pertolongan persalinan yang dilakukan dengan tindakan medis, memiliki resiko lebih besar untuk ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Hasil gambar untuk pemeriksaan kehamilan

Salah satu kunci penting keberhasil perasalinan alami adalah pemeriksaan kesehatan selama kehamilan secara teratur. Layanan kesehatan selama kehamilan, wajib dilakukan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh layanan antenatal  paling sedikit empat kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah  pada kurun waktu satu tahun.

Pada tahun 2016 terjadi penurunan cakupan K4, yaitu dari 86,85% pada tahun 2013 menjadi 85,35%. Penurunan tersebut disebabkan karena beberapa faktor, yaitu mobilitas ibu di daerah perkotaan yang tinggi, penetapan sasaran ibu hamil yang berlebihan, dan budaya masyarakat pada saat menjelang persalinan pulang ke kampung halaman, sehingga pencatatan dan pelaporan belum optimal. Namun demikian, terdapat 9 provinsi yang belum mencapai target K4 74%, yaitu Maluku Utara, Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Jambi, Maluku, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan DI Yogyakarta.

Hasil gambar untuk pemeriksaan kehamilan

Setiap persalinan adalah unik (childbirth is unique) dan persalinan yang alami akan melahirkan bayi yang sehat.  Sudahkah kita bertindak bijak?

 

 

 Komdik RSPR 1 Sekian

Yogyakarta, 5 Maret 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, Lektor di FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,