Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life vaksinasi

2024 HAPUS POLIO

Ringkasan tulisan ini telah dimuat di harian nasional Kompas versi digital :

https://app.komp.as/DCvr2yodF6QNo8aw5

Sudut lain dari tulisan ini juga telah dimuat di portal nasional detik.com :

https://news.detik.com/kolom/d-7154465/mewujudkan-bebas-polio-2026

HAPUS  POLIO

fx. wikan indrarto*)

Kabupaten Klaten Jawa Tengah telah ditetapkan oleh Kemenkes RI sebagai daerah berstatus kejadian luar biasa (KLB) polio pada 22 Desember 2023. Hal itu menyusul temuan kasus polio pada anak di Kecamatan Manisrenggo, Klaten. Kondisi anak perempuan berumur enam tahun yang terjangkit polio itu saat ini terus membaik.

Anak perempuan itu mengalami gejala polio sepulang dari bepergian ke Sampang, Madura, Jawa Timur. Empat hari setelah kembali ke Klaten, anak tersebut tiba-tiba demam. Setelah demam turun, anak itu mengalami penurunan kekuatan pada kakinya atau kelumpuhan. Akhirnya anak tersebut dirujuk ke RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Bahaya apa yang mengancam?

.

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan tungkai secara total dalam hitungan jam. Virus ini ditularkan oleh orang-ke-orang yang menyebar terutama melalui rute faecal-oral (dari anus ke mulut) atau yang lebih jarang, oleh jalur umum misalnya, air atau makanan yang terkontaminasi, dan berkembang biak di usus. Gejala klinis awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada tungkai. Tidak ada obat untuk penyakit polio dan hanya dapat dicegah. Vaksin polio yang diberikan berulang kali, dapat melindungi anak seumur hidup.

.

Polio (poliomielitis) terutama menyerang anak balita, bahkan hampir 1 dari 200 infeksi polio akan menyebabkan kelumpuhan otot yang menetap atau ireversibel. Di antara mereka yang lumpuh, 5% hingga 10% mati ketika otot-otot pernapasan mereka menjadi tidak mampu bergerak. Infeksi virus polio liar telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari sekitar 350.000 kasus, menjadi 29 kasus yang dilaporkan pada tahun 2018. Dari 3 jenis virus polio liar (tipe 1, tipe 2, dan tipe 3), virus polio liar tipe 2 diberantas pada tahun 1999 dan tidak ditemukan kasus virus polio liar tipe 3 sejak kasus terakhir yang dilaporkan di Nigeria pada bulan November 2012.

.

baca juga : 2020 Polio Liar dan COVID-19

.

Pemberantasan polio memerlukan cakupan imunisasi yang tinggi di seluruh dunia, untuk memblokir penularan virus yang sangat menular ini. Sayangnya, banyak anak masih kehilangan kesempatan mendapatkan vaksinasi karena berbagai alasan, termasuk kurangnya infrastruktur, lokasi terpencil, perpindahan penduduk, konflik bersenjata, gangguan keamanan dan penolakan terhadap vaksinasi. Oleh karena virus ini sangat menular, kegagalan untuk memberantas virus polio liar di Klaten, dapat saja mengakibatkan kebangkitan penyakit polio. Bahkan kalkulasi dapat saja mencapai sebanyak 200.000 kasus baru di seluruh dunia setiap tahun, dalam 10 tahun ke depan.

Pada tahun 1994, Benua Amerika disertifikasi bebas polio, diikuti oleh Pasifik Barat pada tahun 2000 dan Eropa pada Juni 2002. Pada hal 27 Maret 2014, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah disertifikasi bebas polio. Bebas polio berarti bahwa penularan virus polio liar telah terputus di wilayah yang membentang dari Indonesia ke India. Prestasi ini menandai lompatan ke depan yang signifikan dalam pemberantasan global, dengan 80% populasi dunia sekarang tinggal di daerah bebas polio.

.

Lebih dari 16 juta orang anak tetap dapat berjalan hari ini, yang seharusnya lumpuh. Selain itu, diperkirakan 1,5 juta kematian anak juga telah dicegah, melalui pemberian vitamin A yang bersamaan dengan imunisasi polio. Pemodelan ekonomi telah menemukan bahwa pemberantasan dengan imunisasi polio untuk melawan virus terakhir, akan menghemat setidaknya US $ 40-50 miliar, sebagian besar di negara berpenghasilan rendah.

.

Di banyak negara lain, kepemimpinan dan inovasi yang kuat telah berperan penting dalam menghentikan penyebaran virus polio liar. Banyak negara berhasil mengoordinasikan upaya mereka untuk mengatasi tantangan utama dalam meningkatkan cakupan imunisasi dasar pada anak. Misalnya mobilitas populasi yang tinggi, konflik bersenjata, aliran anti vaksin, dan ketidak amanan wilayah dari konflik bersenjata, yang membatasi akses ke layanan imunisasi. Selain itu, juga kemampuan virus polio untuk menyebar dengan cepat dan melintasi perbatasan wilayah bahkan negara.

.

Sumber daya dan keahlian yang digunakan untuk menghilangkan virus polio liar, telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat luas. Selain itu, juga telah membentuk sistem respons atas wabah polio. Program pemberantasan polio telah memberikan manfaat kesehatan yang luas bagi komunitas lokal di banyak wilayah, mulai dari terbentuknya respons terhadap wabah, hingga memperkuat layanan imunisasi rutin terhadap penyakit infeksi lain, yang dapat dicegah dengan vaksin.

.

Dari penyelidikan epidemiologi terjadinya KLB polio pada 7 November 2022 di Kabupaten Pidie, Aceh, selain cakupan imunisasi polio yang rendah, didapati juga faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Di antaranya masih ada penduduk yang menerapkan buang air besar (BAB) terbuka di sungai. Meskipun tersedia jamban di beberapa rumah, lubang pembuangan jamban langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak-anak. Intervensi kesehatan masyarakat berdasarkan data epidomiologi ini tidak boleh diabaikan, yaitu mengatasi penyebab cakupan imunisasi polio yang rendah, meningkatkan perilaku masyarakat dalam hidup sehat, dan membangun infrastruktur limbah rumah tangga yang lebiuh higenis. Namun demikian, data epidemiologi di Klaten dan Sampang untuk KLB Polio Klaten kali ini belum disimpulkan.

.

Saat ini pemerintah sudah melakukan sejumlah tindakan awal yang penting. Termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus, pengambilan sampel tinja di wilayah terdampak untuk dilakukan pemeriksaan, memeriksa sampel air di tempat pembuangan limbah, dan survei cepat cakupan imunisasi. Juga dilakukan ‘outbreak respond’ imunisasi polio untuk 118.600 anak akan menjadi sasaran penerima imunisasi pada Subpekan Imunisasi Nasional secara serentak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, ditambah Kabupaten Sleman di DIY yang berbatasan dengan Kabupaten Klaten, dengan prioritas wilayah Madura Jawa Timur. Vaksin yang akan digunakan adalah vaksin polio tetes (OPV) sebanyak 2 tetes mulut, yang akan dimulai Senin, 15 Januari 2024. Vaksinasi polio dilakukan dua tahap, yaitu untuk tahap pertama ditargetkan selesai satu minggu, selanjutnya diulang lagi minimal satu bulan berikutnya, dengan target cakupan 95% anak secara merata pada setiap tingkatan. Selain itu, juga dilakukan imunisasi rutin untuk meningkatkan cakupan imunisasi polio menggunakan vaksin suntikan, yaitu Inactive Polio Vaccine (IPV), bukan vaksin tetes atau Oral Polio Vaccine (OPV).

.

Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran yang sangat berharga dalam mengatasi penyakit menular yang mematikan. Misalnya, pelacakan kasus (tracing) berupa penemuan kasus aktif dari rumah ke rumah, terbukti menjadi strategi yang jitu dalam mendukung program pengendalian COVID-19. Vaksinasi semua kontak erat bahkan dengan dosis booster telah membantu meningkatkan kekebalan tubuh melawan virus COVID-19 yang sangat mudah menular. Demikian pula, pengawasan, penemuan kasus, pemeriksaan, pelacakan kontak, karantina, dan kampanye dalam komunikasi massal untuk menghilangkan informasi yang salah, adalah hal yang penting untuk mengendalikan COVID-19. Semua hal baik tersebut seharusnya juga diterapkan untuk mengatasi munculnya virus polio liar di Pidie Aceh.

.

Pembelajaran lain dari pandemi COVID-19 adalah menjamin ketersedian vaksin yang cukup dan mampu menjangkau banyak orang di tempat yang sulit. Juga mengatasi keragu-raguan atas kehandalan vaksin, karena juga merupakan tantangan besar dalam menghentikan penyebaran COVID-19. Selain itu, adanya akses ke informasi dan pendidikan kesehatan masyarakat yang akurat sangatlah penting, untuk memastikan bahwa warga masyarakat memiliki pengetahuan, bukan termakan berita bohong terkait vaksin COVID-19, dalam menjaga diri mereka sendiri dan orang lain di sekitarnya. Hal serupa seharusnya juga dilakukan untuk memberikan imunisasi polio menggunakan Inactive Polio Vaccine (IPV) sebagai ‘outbreak respond’ di Aceh dan meningkatan cakupan imunisasi polio sebagai paket imunisasi dasar, untuk semua balita di seluruh Indonesia.

Target dunia, termasuk Indonesia, adalah pemberantasan atau eradikasi polio pada tahun 2026. Oleh sebab itu KLB polio di Klaten perlu disikapi secara tepat menggunakan pembelajaran kita dalam mengatasi pandemi COVID-19. Intinya adalah adanya kepemimpinan yang tegas, solidaritas semua lintas sektor, dan ilmu pengetahuan dalam wujud vaksin handal seperti IPV, yang disertai intervensi kesehatan masyakarat yang tegas dan cepat.

Sudahkah kita siap?

Sekian

Yogyakarta, 5 Januari 2024

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161.

Categories
dokter Jalan-jalan medicolegal

2023-2024 JELAJAH JEPARA

Di depan gerbang FORT JAPARA XVI peninggalan gerbang kota yang dibangun VOC Belanda tahun 1613 di Jepara (d/h Japara)

JELAJAH  JEPARA

fx. wikan indrarto

Penjelajahan ke Jepara dan perjalanan darat (overland) ke sekitar Gunung Muria yang tenang, menjulang dan sakral di ujung utara Pulau Jawa, kami awali Sabtu pagi, 30 Desember 2023, sebelum pergantian tahun.

Setelah menabur bunga dan berdoa sejenak di makan bapak (Eyang Kakung Heribertus Sukiman Tondo Darsono) di makam Kerkof Mendut, dekat Candi Borobudur, Magelang yang suci, kami memulai petualangan menuju Gunung Muria. Dik Larasati (anak bungsu kami) mengendalikan laju Honda Mobilio AB 1412 GH dengan tenang, di tengah kepadatan arus liburan Nataru 2023 yang cukup hingar, merayap dan teratur.

Dik Larasati (anak bungsu kami) mengendalikan laju Honda Mobilio AB 1412 GH dengan tenang, di tengah kepadatan arus liburan Nataru 2023

Membelikan oleh-oleh untuk si ganteng Joviel (cucu tersayang), berupa truk kayu di Payaman, Magelang, persis seperti yang dahulu dibelikan oleh Eyang Kakung Heribertus Sukiman Tondo Darsono untuk ayah Joviel.

Setelah menikmati sepenggal tol trans Jawa dari GT Bawen, kami keluar di GT Ungaran. Perhentian pertama kami adalah menemui Drg. Ana Retno Lumbini di Puskesmas Ungaran Kabupaten Semarang, untuk menyampaikan duka cita mendalam karena suaminya telah berpulang dan kami tidak sempat ikut melayat. Setelah selesai melayani pasiennya, kami diterima di Klinik Gigi Puskesmas Ungaran, yang hadir sebagai bagian dari usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat wilayah kecamatan Ungaran Barat dan sekitarnya. Bersama dengan Drg. Fx. Titik Purwaningsih yang diantar suaminya, Dr. Isdianto, MHum yang datang dari Demak, kami bercengkerama cukup lama di Puskesmas Ungaran. Dengan istri, ketiganya adalah alumnus FKG UGM Yogyakarta seangkatan tahun 1985.

Menemui Drg. Ana Retno Lumbini di Puskesmas Ungaran Kabupaten Semarang, untuk berbela rasa sepeninggalan suaminya

Jamuan makan siang di Super Penyet Banyumanik Semarang, oleh Drg. Fx. Titik Purwaningsih dan suaminya, Dr. Isdianto, MHum

Selanjutnya kami makan siang bersama di Banyumanik Semarang dan melanjutkan perjalanan ke Jepara. Kembali kami menjajal kenyamanan tol Trans Jawa dari GT Banyumanik dan keluar di GT Kaligawe di pesisir pantai Tanjung Emas Semarang utara. Kami menyusuri Jalur Pantura meninggalkan Semarang, untuk memasuki GT Sayung dan menempuh 16 km untuk keluar di GT Demak. Dengan menyusuri Jalur Pantura ke arah timur, kami mencapai pertigaan Trengguli dan berbelok arah ke kiri, keluar dari Jalur Pantura yang mulus, lebar dan padat kendaraan. Dari Trengguli, kami melewati Mijen dan Welahan untuk mencapai Kalinyamatan, yaitu kecamatan pertama di wilayah terotorial Kabupaten Jepara.

e-Poster peresmian PPTQ dan MTs Al-Wustho Kalinyamatan dengan teman seangkatan Brigjen. Pol (Purn) dr. H. Musyafak sebagai pendiri

Pemberhentian kedua adalah kami mengunjungi Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an dan MTs Al-Wustho Kalinyamatan, Kabupaten Jepara yang baru diresmikan pada Rabu, 22 November 2023. PPTQ dan MTs Al-Wustho Kalinyamatan yang sepi karena para santri sudah libur setelah menerima raport semester ganjil, berada dibawah naungan Yayasan Haji Ahmad Sholeh. Sedangkan kepengurusan yayasan terdiri dari para pendirinya, meliputi Brigjen. Pol (Purn) dr. H. Musyafak, Suudi Hartono dan Betty Erny Ayu. Jenderal Polisi Dr. Musyafak adalah teman seangkatan kami di FK UGM Yogyakarta 1984.

Mengunjungi PPTQ dan MTs Al-Wustho Kalinyamatan yang sepi karena para santri sudah libur setelah menerima raport semester ganjil

Kami jadi teringat bahwa Pemerintah Indonesia baru saja menyematkan gelar pahlawan nasional kepada Ratu Kalinyamat pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2023. Banner dan baliho ucapan selamat masih banyak terpampang di sepanjang jalan yang kami lalaui menuju Jepara. Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana, puteri Sultan Trenggono, raja Demak (1521-1546). Pada usia remaja ia dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat.

Pangeran Kalinyamat berasal dari Tiongkok daratan bernama Win-tang, seorang saudagar Tiongkok yang mengalami kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru kepada Sunan Kudus. Win-tang kemudian mendirikan desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat dan menikahi Retna Kencana putri Sultan Demak, sehingga istrinya itu kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat.  Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri. Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Ayah angkatnya, yaitu Tjie Hwio Gwan, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara. Inilah asal usul ketrampilan mengukir kayu jati yang dimiliki para warga Jepara sampai sekarang dan tidak tertandingi.

e-poster gelar pahlawan nasional kepada Ratu Kalinyamat pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2023.

Pada tahun 1549 Sunan Prawata, raja keempat Demak mati dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi adipati Jipang, mungkin saat ini berada di sekitar Grobogan. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan. Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal raja Trenggana (1546). Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Surowiyoto alias Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.

Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Menurut legenda, lahirlah nama tempat Prambatan (karena Pangeran Kalinyamat sampai harus merambat sebelum tewas), Kaliwungu (karena sungai di situ tercampur darah Pangeran Kalinyamat dan berubah warna menjadi ungu), Mayong (berjalan sempoyongan) dan Purwogondo (karena mulai keluar bau jenazah). Ketiga tempat tersebut kami lewati dalam petualangan kami ke seputaran Gunung Muria kali ini.

Ratu Kalinyamat diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia karena jasa dan perjuangannya. Pada tahun 1573 Ratu Kalinyamat mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara untuk menyerang Portugus di Malaka, Malaysia. Serangan pertama di tahun 1550 berakhir gagal. Serangan kedua dipimpin oleh Ki Demang Laksamana yang langsung menembaki Malaka dari Selat Malaka. Esoknya, mereka mendarat dan membangun pertahanan. Tapi akhirnya, pertahanan itu dapat ditembus pihak Portugis. Sebanyak 30 buah kapal Jepara terbakar. Pihak Jepara mulai terdesak, semakin lemah, dan memutuskan pulang. Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang tiba di Jawa. Meskipun dua kali mengalami kekalahan, tetapi Ratu Kalinyamat telah menunjukkan bahwa dirinya seorang wanita yang gagah berani. Bahkan Portugis mencatatnya sebagai ‘rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame’, yang berarti Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani.

Saat Pangeran Arya Jepara, anak angkat Ratu Kalinyamat, pulang dari perang melawan Banten, Keraton Kalinyamat mendapat serangan oleh Panembahan Senopati dari Mataram Kotagede, Yogyakarta. Pasukan Panembahan Senopati datang menyerbu wilayah Jepara hingga kota ini berhasil diduduki serta keraton Kalinyamat ikut dihancurkan tahun 1593. Saat ini kita tidak lagi dapat melihat sisa kejayaan Kalinyamat.

Kami segera melanjutkan perjalanan memasuki Kota Jepara yang disebut juga Bumi Kartini.  Tujuan kami adalah melintasi kota Jepara untuk menuju Mlonggo, sebuah kecamatan sekitar 12 km sebelah utara Jepara. Kami mengantar dik Larasati, anak bungsu kami yang semester ini akan menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran Universitas kristen Maranatha (FK UKM) Bandung, untuk melakukan kunjungan balasan kepada keluarga William Febuana. Keluarga William, yaitu Bapak Mulyono dengan Ibu Harlina mengunjungi rumah kami di Timoho Yogyakarta dan telah melakukan proses tingjing atau prosesi pertama dalam lamaran menurut adat Tionghoa. Proses Tingjing atau kalungan dilakukan dengan cara memberikan kalung dari pihak calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita sebagai tanda pengikat, saat keluarga calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai wanita, yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat dari calon mempelai, pada Selasa, 26 Desember 2023. Larasati dan William sudah menjalin persahabatan sejak mereka menjadi sesama pelajar di asrama SMP Marganingsih di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.

Proses Tingjing atau kalungan untuk dik Larasati oleh Keluarga William, yaitu Bapak Mulyono, Ibu Harlina, Cicik Tia yang sedang hamil dan mas Dito suaminya, saat mengunjungi rumah kami di Timoho Yogyakarta dan mas Bimoseno (anak kedua kami) liburan di rumah. Mas Yudhistira (anak sulung kami) sekeluarga sedang mengungjungi mertua di Bekasi.

Bersyukur sekali kami telah mampu mencapai Jepara dalam kunjungan balasan ini. Menurut C. Lekkerkerker, nama Jepara berasal dari kata Ujungpara. Disebut ujungpara karena legenda ada utusan Kerajaan Majapahit yang sedang berjalan melewati daerah yang sekarang disebut Jepara, melihat nelayan yang sedang membagi-bagi ikan hasil tangkapannya “membagi” dalam bahasa Jawa adalah “para” (dibaca: Poro), maka utusan tersebut menceritakan bahwa dia melewati Ujung Para, karena dia melewati ujung pulau Jawa saat  ada nelayan yang membagi ikan. Kemudian berubah menjadi Ujung Mara, dan Jumpara, yang akhirnya berubah menjadi Japara. Pada tahun 1950an diubah menjadi Jepara. Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar masyarakat Jepara menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari dengan dialek Jeporonan. Agak perlu waktu bagi kami, untuk memahami pembicaraan dalam dialek tersebut.

Ikan kakap lodi bintang merah dan lodi kuning yang ditangkap oleh nelayan Mlonggo, Jepara dan difoto dik Larasati. Nelayan sekarang juga sering terlihat yang sedang membagi-bagi ikan hasil tangkapannya “membagi” dalam Bahasa Jawa adalah “para” (dibaca: Poro), menjadi asal kata Jepara.

Dijamu makan malam menu Thailand di YamYam Resto Jl. Dr. Sutomo 13 Jepara

Kami memasuki rumah keluarga Bapak Mulyono, menjelang senja pada Sabtu, 30 Desember 2023. Rumah mungil nan bersih ini berada di dalam areal pabrik furniture Mahkota Mulyo Mandiri, seluas hampir 2 ha dengan sekitar 65 karyawan dan pengiriman export sekitar 2 kontainer 40 feet per bulan. Saat kami bertiga mendarat, kami disambut hangat di depan gerbang rumahnya. Setelah beristirahat sore sejenak, kami segera kembali ke kota Jepara untuk dijamu makan malam menu Thailand di YamYam Resto Jl. Dr. Sutomo 13 Jepara. Di restauran yamyam ini menu favoritnya adalah tom yam seafood yang rasanya lebih nendhang dan luar biasa.

Pada Minggu pagi, 31 Desember 2023 ikut misa kudus di Gereja Katolik Stella Maris, yang merupakan gereja pertama di Jepara

Setelah beristirahat semalam, pada Minggu pagi, 31 Desember 2023 kami menuju Gereja Katolik Stella Maris, yang merupakan gereja pertama di Jepara dan berdiri tahun 60an dengan pastor dari ordo MSF. Pada awalnya Jepara merupakan wilayah kerja paroki Kudus sampai akhirnya Jepara menjadi paroki sendiri. Dengan jumlah umat 1000an tersebar dari Keling sampai Mayong, gereja Katolik Jepara mengadakan Ekaristi harian pk. 6 pagi dan dua kali setiap Minggu pk. 7 pagi dan pk. 17 sore. Di belakang gedung gereja terdapat aktifitas pendidikan PAUD dan TK Kanisius yg menjadikan setiap paginya gereja selalu ramai. Di seberangnya ada SD Kanisius Jepara, yang merupakan salah satu sekolah swasta favorit di Jepara. Selanjutnya kami menikmati sarapan di RM H Isnan ke 6 menu sop campur khas Jepara, dan kami melanjutkan petualangan ke Kudus. Disopiri William dan dipinjami Toyota Fortuner 2017 VRZ hitam K 1396 FL, kami ber 4 menuju Kudus, sejauh 41 km dari Jepara.

Kami melewati Mayong, Prambatan, Kaliwungu, dan Purwogondo, sesuai daerah yang dahulu dilalui Pangeran Kalinyamat yang terluka parah dalam perjalanan dari Kudus ke Jepara, sebelum akhirnya meninggal karena serangan Arya Penangsang. Kudus saat ini lebih terkenal disebut Kota Kretek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kretek atau keretek merupakan rokok yang tembakaunya dicampur serbuk cacahan cengkih. Sejarah kretek bermula di Kudus berkat Haji Djamhari, yang menemukan kretek ketika berusaha mengatasi sesak napasnya dengan minyak cengkih. Ia kemudian bereksperimen dengan mencampur bubuk cengkih dan tembakau, melintingkannya dengan “klobot” atau kulit kulit jagung. Lintingan tersebut dibakarnya sehingga menghasilkan bunyi khas “kretek.. kretek.. kretek…”. Inilah asal-usul nama kretek.

Namun demikian, kretek baru dikembangkan oleh Bapak Kretek Indonesia dari Kudus, yaitu Bapak Nitisemito, yang merintis kesuksesannya dari kegagalan di berbagai bidang. Lahir pada 1863, dimulai sebagai kusir dokar dan penjual tembakau. Setelah menikahi Nasilah, pembuat rokok kretek, pasangan ini mengembangkan usaha tersebut menjadi industri besar dengan merek Bal Tiga di Kudus. Meski buta huruf, Nitisemito terbukti jenius dalam bisnis kretek. Ia berhasil menerapkan manajemen modern dan pemasaran yang inovatif. Kesuksesannya membuatnya dikenal sebagai pengusaha pribumi sukses, bahkan Presiden Soekarno sering berkonsultasi dengannya pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Museum Kretek di Kudus saat ini sedang menjadi perbincangan netizen, karena menjadi lokasi syuting film serial Gadis Kretek. Pada tahun 1986, Museum Kretek diresmikan di atas lahan seluas 2,5 hektare, berkat inisiatif dari Soepardjo Rustam, Gubernur Jawa Tengah.

Berhenti di RS Ibu dan Anak (RSIA) Miriam di Jl. A. Yani 58 Kudus untuk menyapa Sr. Widianingsih, OP

Kami memasuki kota Kudus yang rindang langsung menuju Cynthia Cake and Tart Jl. Pemuda 90 Sleko Kudus. Di toko roti legendaris yang mempertahankan nuansa tradisional dengan banyak pembeli ini, kami belanja beberapa kue khas Kudus. Kami lanjut ke RS Ibu dan Anak (RSIA) Miriam di Jl. A. Yani 58 Kudus yang didirikan pada tahun 1977. Kami hendak menemui sahabat dari Klaten, yaitu Sr. Widianingsih, OP biarawati yang bekerja sebagai bidan di RSIA Miriam tersebut, yang mendapat bantuan dari Djarum Foundation dan telah berkembang menjadi salah satu rumah sakit terbaik di Kudus.

Selajutnya kami berpetualang ke Pati yang berjarak 24 km. Kota Pati didirikan saat Kerajaan Hindu Pajajaran di Jawa Barat mulai meredup dan pusat kekuasaan pindah ke Majapahit, di Trowulan, Jawa Timur. Pada saat Raja Majapahit adalah Brawijaya II, diutuslah Jaka Pekik dan putranya Jaka Suruh untuk menemui Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara agar menghadap ke ibukota Kerajaan Majapahit, yang tercatat pada tanggal 13 Desember 1323. Dengan data itu, diperkirakan bahwa pindahnya ibukota Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan kelak akan menjadi Kabupaten Pati itu terjadi pada 7 Agustus 1323, sehingga sekarang dinyatakan sebagai Hari Jadi Pati

Reuni dengan Dr. Eddy Mulyono, SpPD, teman seangkatan saat kuliah di FK UGM Yogyakarta tahun 1984 di istananya yang megah di Jl. Diponegoro 119A Pati.

Kami mengunjungi Dr. Eddy Mulyono, SpPD, teman seangkatan saat kuliah di FK UGM Yogyakarta tahun 1984. Kami disambut meriah di istananya yang megah di Jl. Diponegoro 119A Pati. Rumah bergaya Art deco dengan pilar2 yang besar, bulat, dan menjulang tinggi, membuat rumah 2 lantai tersebut nampak gagah, megah, dan berwibawa. Istrinya, Drg. Diah Handayani yang merupakan Ketua PDGI Cabang Pati dengan 65 dokter gigi anggota, memasakkan menu spesial lontong opor bagi kami yang datang berkunjung dan tidak pernah bertemu sejak lulus jadi dokter tahun 1991 dulu, sekitar 24 tahun kami berdua tidak pernah bertemu.

Reuni dengan Dr. Eddy Mulyono, SpPD, teman seangkatan saat kuliah di FK UGM Yogyakarta tahun 1984 di istananya yang megah di Jl. Diponegoro 119A Pati.

Setelah puas makan kenyang dan foto bersama, kami segera melanjutkan petualangan menjelajahi Pati dalam Lintasan Zaman. Setelah pamor pelabuhan Jepara menurun setelah VOC memindahkan markas kongsi dagangnya ke Semarang pada akhir abad 16, maka Pati mengambil perannya sebagai daerah transit perdagangan dengan mengembangkan Pelabuhan Juwana dan memanfaatkan posisi strategis pengiriman logistik melalui jalur darat dari Semarang ke timur menuju Surabaya. Setelah Gubernur Jenderal Daendels membangun jalan raya pos pada tahun 1808, posisi Pati menjadi daerah yang lebih strategis dibandingkan Jepara, dengan potensi ekonomi yang semakin tinggi, karena perdagangan rempah dan gula yang menjadi primadona komoditas ekspor Hindia Belanda. Terlebih lagi setelah ditemukannya sumber minyak di daerah Cepu, maka Pati dijadikan sebagai ibukota karesidenan yang membawahi Kudus, Jepara, Pati, Rembang dan Blora.

Sisa kejayaan ini masih dapat dinikmati sepanjang Jalan Panglima Sudirman yang membelah Kota Pati, dari barat sampai ke Alun Alun Pati dan ke timur terus ke arah Juwana, salah satu pelabuhan penting yang menopang laju ekonomi pada masa kolonial. Pati sejak jaman kolonial nampaknya sudah dirancang sebagai kota dengan orientasi sebagai pusat kegiatan politik dan  pendidikan. Hal ini tampak dari bangunan sekolah dan pemerintahan yang sudah ada sejak abad ke 19, lebih banyak dibandingkan dengan bangunan sebagai pusat perdagangan atau pertokoan. Hampir semua bangunan heritage bergaya art deco, terpusat di Jl. Jenderal Sudirman, dari barat dimulai dengan Gedung eks Karesidenan Pati yang berumur hampir 200 tahun, sisa kemegahan masih nampak nyata dapat kami nikmati. Ke arah timur dijumpai stasiun kereta api yang dulu digunakan pada rute Semarang ke Juwana, yang diresmikan pada 1884, tetapi saat ini hanya terlihat atapnya saja, karena berubah fungsi menjadi cafe. Masih ke arah timur terlihat gedung kantor pos dan telegrap sebagai tujuan utama dibangunnya Jalan Raya Pos Daendels. Bagian depan gedung yang masih terlihat lestari yaitu jendela dan pintu ukuran besar dan tinggi, yang pada jaman Belanda dulu merupakan Gedung sekolah Europeesche Lagere School (ELS).

Gedung Juang juga mewarnai deretan bangunan heritage sepanjang jalan Daendels, dulunya adalah bangunan kantin untuk para serdadu Belanda yang menikmati santap siang dan istirahatnya. Rute selanjutnya ke arah timur terdapat kompleks  militer, markas CPM, Polwil Pati, kejaksaan, rumah sakit tentara dan Kodim Pati yang menaungi batalion di Karesiden Pati. Bangunan ini dahulu digunakan sebagai Markas Batalion “K” dari Inggris, yang akhirnya sampai saat ini digunakan sebagai kode plat nomor kendaraan di wilayah Eks karesidenan Pati. Bangunan tersebut masih gagah dan terawat cukup detail lekuk bangunannya.

Kami kembali ke jalan Panglima Sudirman Pati untuk menikmati nuansa kolonial yang masih terlihat ke arah alun alun, sekolah, gedung biara Alverna, dan Rumah Sakit Bersalin Panti Rukmi, yang menunjukkan fungsi religi dan kemanusiaan sejak jaman itu. RSB Panti Rukmi saat ini tidak berfungsi lagi dan telah diubah menjadi rumah lansia. Panti lansia ini berada di bawah kendali Yayasan Suster Fransiskus Dina yang berkarya dibidang sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Segera kami bergegas masuk ke Wisma Lansia Panti Rukmi, Pati untuk menemui Sr. Maria, SFD, seorang biarawati dan perawat teman seperjuangan dalam layanan kesehatan di Klinik Panti Usada Baciro Yogyakarta tahun 2014 dan pernah juga kami kunjungi dalam layanan selanjutnya di pedalaman Kalimantan Selatan, jauh dari Banjarbaru tahun 2017.

Di Wisma Lansia Panti Rukmi, Pati kami menemui Sr. Maria, SFD, seorang biarawati dan perawat teman seperjuangan dalam layanan kesehatan di Klinik Panti Usada Baciro Yogyakarta tahun 2014

Dari Rumah Lansia Panti Rukmi Pati, kami segera menuju Gua Maria Immaculata dan Bumi Persami Subasio Sani, Jl. Raya Tlogowungu, Pati. Selain mengucap syukur atas semua anugerah yang telah kami terima, kami juga memohon doa dan pendampingan dari Bunda Maria Ibu Yesus, agar mampu melanjutkan pelayanan bagi sesama. Kami juga mampir di rumah kusta di seberang Gua Maria Immaculata, untuk memberikan sedikit bingkisan bagi penderita penyakit kusta atau lepra yang dirawat di situ. Juga menunjukkan kepada dik Larasati yang sebentar lagi akan memasuki program profesi pendidikan dokter, agar melihat dengan mata kepala sendiri, kerusakan kulit, jari kaki, jari tangan dan hidung penderita kusta, yang selama ini hanya dilihatnya di e-book. Kusta atau lepra memang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Lepra dan telah disebutkan dalam Alkitab.

Kerusakan jari tangan penderita kusta atau lepra yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Lepra telah didokumentasikan oleh dik Larasati, tentu menambah pemahamannya sebagai calon dokter

Selanjutnya kami menempuh jalan pulang dari Pati ke Jepara, melalui jalur lain, tidak sama dengan saat kami berangkat. Kami lanjut pulang ke Jepara mengitari Gunung Muria yang menjulang di sebelah kiri jalan, memasuki Kecamatan Widarijaksa, Pati. Kami langsung berdiskusi hangat dengan dik Larasati, karena di situlah Dr. Setyaningrum yang melayani pasiennya dituntut, diadili, dan sempat divonis bersalah untuk dipenjara, karena pasien tersebut meninggal dunia saat mengalami syok anafilaksis pada tahun 1979. Berkat kegigihannya dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk para pengurus IDI, akhirnya pada 27 Juni 1984 dinyakan tidak bersalah, pada jenjang pengadilan tertinggi di Mahkamah Agung RI. Dengan kejadian di Wedarijaksa, Pati itulah mengapa setiap tanggal 27 Juni ditetapkan sebagai Hari Kesadaran Hukum Kedokter Indonesia, agar para dokter menyadari tentang konsekuensi legal atas semua layanan kedokteran yang dilakukannya. Juga profesinya selalu bersinggungan dengan hukum sehingga para dokter harus taat etika serta perundang-undangan yang ada. Para dokter wajib belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman masa lalu atau kasus-kasus hukum kedokteran yang terjadi, serta tetap menjunjung tinggi etika profesi, sumpah profesi, kebutuhan, serta keselamatan pasien. Selain itu, juga menjaga spirit kesejawatan dalam dinamika masyarakat Indonesia yang heterogen dan turut serta dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, serta sejahtera sesuai cita-cita bangsa. Juga para penegak hukum dan masyarakat diharapkan dapat lebih memahami bahwa masalah hukum kedokteran yang merupakan persinggungan antara disiplin hukum dan disiplin kedokteran, mempunyai dimensi yang sangat komplek.

e-poster Hari Kesadaran Hukum Kedokteran oleh PB IDI 2019, terinspirasi oleh kasus mediko-legal di Wedarijaksa, Pati

Selanjutnya kami memutari Gunung Muria untuk menuju Kecamatan Mlonggo dengan melewati Tayu, Kluwak, Kelet, Batealit, Tahunan, Kembang, dan Bangsri. Penjelajahan ini melwatai jalur yang mendaki, turunan tajam dan belok berulang dan aspal jalan yang tidak terlalu bagus, bahkan cenderung jelek. Rasanya karena Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jepara tidak membangun terlebih dahulu selokan drainasi di kedua sisi jalan raya dengan banyak inlet di sepajang jalan kabupaten, sehingga air hujan menggerus berulang aspal jalan. Namun demikian pesona Kelet telah membuyarkan usulan tersebut, karena nama Kelet sangat legendaris.

bus Kencana double dekcer bermesin Scania K410iB nampak gagah di pinggir jalan Kelet, Jepara sebelum berangkat melaju ke Jakarta

Sebagai penggila bis (bus mania), petualangan melewati Kelet sangat mengasyikkan, karena banyak bis baru, besar dan bagus jurusan Jakarta, Surabaya, ataupun Denpasar ke Jepara hampir semuanya berakhir di Kelet. Bis terbaru adalah bus Kencana double dekcer bermesin Scania K410iB yang dijual oleh United Tractors, dibekali mesin 13.000 cc, 6-Silinder Segaris, Turbocharger, dan Intercooler. Bodi gagah garapan perusahaan karoseri Tentrem, Malang berseri Avante D2 yang diberi nama Kezia. Bus double decker Kezia itu melengkapi dua bus double decker PO Kencana yang juga memiliki nama unik dari anak-anak Toni (pemilik bis) lainnya yakni Valentino dan Emiliano. PO Kencana banyak dikenal karena fasilitasnya yang tak main-main. Mewah, mungkin adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Dengan dominasi warna pink di badan luar bus, menjadikannya mudah dikenali. Selain itu, kami juga melihat bis gagah lainnya dari PO Sahalaah, Shantika, Haryanto, Bejeu, Muji Jaya, Mension, Gunung Harta, dan Jaya Utama Indo.

Didampingi Ibu Harlina melihat area produksi furniture tahap ketiga

Setelah sampai dengan selamat menjelang sore di Mlonggo, kami segera disuguhi menu soto Betawi yang lezat dan lanjut beristirahat sore. Pada malam pergantian tahun, kami menikmati menu bebaqaran ayam, udang, ikan kakap merah dan kembang api. Pada Senin pagi, 1 Januari 2024 kami diajak keliling areal pabrik furniture Mahkota Mulyo Mandiri, seluas hampir 2 ha.

Bapak Mulyono dan Ibu Harlina mengantar kami mengelilingi kopleks pabrik furniture

Bergaya memotong kayu dengan gergaji mesin di Mahkota Mulyo Furniture, Mlonggo, Jepara

Silakan mengunjungi :

https://www.mahkotamulyo.com/

Sebuah usaha keluarga yang luar biasa berkembang pesat dengan buyer furniture dari Spanyol, Belanda, USA dan Yunani. Selanjutnya kami mengunjungi Pantai Pailus Mlonggo, untuk melihat bekas usaha tambak udang keluarga Mulyono dan berwisata di pasir putih pantai, sambil menikmati lobster rebus yang gurih. Setelah makan siang, kami berdua segera pamit pulang ke Yogyakarta, dengan dik Larasati masih akan menginap semalam di situ, sebelum lanjut kembali ke Bandung untuk ujian blok terakhir di FK UKM Bandung, akan naik bis Nusantara SE.

Dik Larasati keliling kompleks produksi furniture dengan Moci, sebelum kembali ke Bandung

Fort Japara (XVI) atau Loji Gunung yang merupakan sebuah benteng peninggalan VOC Belanda di Jepara tahun 1613.

Senin, 1 Januari 2023 siang kami berdua dalam Honda Mobilio AB 1412 GH memulai perjalanan pulang dari Jepara ke Yogyakarta. Kami mampir, melihat, dan mengagumi Benteng VOC Japara, juga dikenal sebagai Fort Japara (XVI) atau Loji Gunung, yang merupakan sebuah benteng peninggalan VOC Belanda di Jepara, Jawa Tengah. Gerbang benteng ini merupakan bagian dari kawasan yang terdiri dari benteng, kompleks permakaman (yang diantaranya adalah Taman Makam Pahlawan Giri Dharma), dan sebuah hutan tanaman buah yag dikelola PT. Rimba Raya. Benteng dan kantor dagang VOC ini didirikan di Jepara pada 1613, karena kantornya yang ada di Gresik, Jawa Timur selalu mendapat gangguan dari para pedagang Islam madura dan Jawa Timur yang menentang sistem monopoli VOC.

Pada 1615, Sultan Agung dari Mataram memberikan izin kepada VOC untuk mendirikan loji sebagai kantor pewakilan dagang di Jepara. Loji itu selesai dibangun pada tahun 1618. Ketika Pemberontakan Trunajaya meletus, Letnan VOC Martinus van Ingen membuat peta daerah Jepara dan merencanakan penempatan 100 infanteri di Benteng VOC Jepara. Pemimpin Jepara saat itu, Ngabehi Wangsadipa, memberi VOC berupa lima pucuk meriam yang salah satunya dipasang di benteng itu. Pasukan Trunajaya berkali-kali menyerang benteng Jepara, tetapi selalu berakhir gagal. Benteng Jepara tetap digunakan oleh VOC Belanda sebagai konsesi dalam bentuk sewa yang diberikan Amangkurat II kepada VOC, atas usahanya dalam menumpas Pemberontakan Trunajaya.

Benteng ini menjadi pusat perdagangannya VOC di pantai utara Jawa, tetapi kemudian ditinggalkan perlahan pada 1697, ketika Semarang mulai menggantikan fungsi Jepara sebagai pusat perdangangan. Alasannya adalah karena pelabuhan Jepara mengalami pendangkalan yang disebabkan oleh sedimentasi lumpur yang dibawa oleh arus sungai dan binatang-binatang karang yang semakin berkembang. VOC juga mempertimbangkan keunggulan pelabuhan Semarang yang memiliki akses ke pedalaman Mataram di Surakarta. Pada 1707, VOC secara resmi memindahkan pusat kekuasaannya dari Jepara ke Semarang. Hal itu didasarkan pada perjanjian tanggal 31 Oktober 1707 antara VOC dengan Pakubuwana I selaku raja Kesultanan Mataram di Surakarta.

Alun-alun di pusat kota Demak

Selanjutnya kami menyusuri jalan Jepara Kudus yang padat kendaraan dan sampai di Kalinyamatan kami berbelok ke kanan menuju Welahan, untuk mencapai pusat kota Demak. Setelah berfoto sejenak di alun-alun Kota Demak sebagai Kota Wali, kami bergegas masuk ke komplkes Masjid Agung Demak yang diyakini dibangun tahun 1479 oleh Wali Sanga, penyebar agama Islam di Pulau Jawa, dengan sosok yang paling menonjol adalah Sunan Kalijaga, pada masa penguasa Kesultanan Demak pertama, Raden Patah pada abad ke-15. Di dalam lokasi kompleks masjid ini, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Raden Patah yang merupakan raja pertama Kesultanan Demak dan para abdinya.

Gaya arsitektur Masjid Agung Demak adalah Jawa Kuno, yaitu perpaduan antara bentuk Joglo dan Limasan serta sedikit polesan arsitektur Persia pada keramik.

Dinding masjidnya tersusun dengan keramik dari Vietnam dan penggunaan keramik yang lebih dominan daripada batu, dianggap meniru masjid-masjid di Persia. Sunan Kalijaga membuat usulan untuk membuat tata kota berupa masjid, alun-alun, dan Keraton. Usulan itu disetujui oleh penguasa Kerajaan Demak, Raden Patah. Gaya arsitektur masjid adalah Jawa Kuno, yaitu perpaduan antara bentuk Joglo dan Limasan serta sedikit polesan arsitektur Persia pada keramik. Bentuk arsitekturalnya yang khas adalah atap tumpang, yaitu bentuk atap bertingkat 2, 3, atau 4 yang makin ke atas makin mengecil dan diakhiri dengan kemuncak. Salah satu dari 4 buah tiang utama masjid tersebut berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal. Atap masjid berbentuk limas bersusun tiga jadi gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan.

Kelenteng Hok Tek Bio atau Vihara Budhi Luhur, di dekat Alun-alun Demak, Jawa Tengah

Selanjutnya kami menyeberangi jalan dan menuju ke Jl. Siwalan nomer 3 Demak, untuk melihat Kelenteng Hok Tek Bio atau disebut juga Vihara Budhi Luhur, yang menjadi tempat ibadah umat Konghucu, sekaligus objek wisata karena memiliki altar cantik, beserta ukiran kayu warna-warni. Bangunan kelenteng ini menghadap ke arah barat, arah yang paling dekat ke pinggir laut, yaitu sekitar 15 km ke arah Bonang, area yang di jaman dahulu pernah menjadi salah satu pelabuhan milik Kesultanan Demak Bintoro. Pelabuhan Demak satunya lagi, yang merupakan pelabuhan bagi berlabuhnya kapal-kapal militer, berada di sekitar Teluk Wetan, Jepara.

Dari Demak kami segera melanjutkan penjelajahan untun mencapai Jatingaleh, Kota Semarang. Kami menemui mbak Ratri dan mas Arief AW di rumahnya, karena keduanya teman sekelas di SMP Bruderan Purworejo, Kedu, Jawa Tengah, yang sudah 38 tahun tidak pernah bertemu lagi, semenjak lulus SMP. Perjumpaan yang sangat membahagiakan dan mengagetkan, karena postur fisik mas Arief yang sudah sangat berbeda jauh dan membuat kami tidak mampu lagi mengenalinya. Beruntunglah mbak Ratri yang tinggi menjulang masih tidak banyak berubah, sehingga sebutan genter (galah dari bambu untuk memetik buah di pohon yang tinggi) yang disandangnya sejak SMP, masih dapat kami kenali. Dalam perbincangan yang hangat, berbagi kabar antar kami, dan reuni tipis yang membahagikan, kenangan atmosfer Purworejo terasa nyata. Selanjutnya kami pamit untuk pulang ke Yogyakarta dan akan mampir sejenak ke Tuntang, untuk berdevosi kepada Bunda Maria sesuai masukan mas Arief AW.

Reuni dengan mbak Ratri dan mas Arief AW, teman semasa belajar di SMP Bruderan Purworejo di rumahnya Jatingaleh, Semarang

Rosa Mystica (atau Mawar Mistik) adalah gelar puitis untuk Bunda Maria, Ibu Yesus Kristus. Salah satu bentuk devosi Maria adalah memanjatkan doa Perawan Maria dengan memanggilnya menggunakan litani dengan berbagai judul, dan judul ‘Mawar Mistik’ terdapat dalam Litani Loreto. Ini juga merupakan gelar Katolik Bunda Maria berdasarkan penampakan Maria yang terjadi antara tahun 1947 dan 1966 oleh Pierina Gilli di Montichiari dan Fontanelle, di Italia. Sejarah Rosa Mystica dimulai pada tahun 1531, saat Bunda Allah menampakkan diri kepada Juan Diego di Bukit Tepeyac di Meksiko dan melakukan “keajaiban mawar” sebagai bukti kehadirannya kepada Uskup Zumarraga. Mawar tidak pernah tumbuh di daerah berbatu itu. Terlebih lagi, ketika dalam keterkejutan mereka, para pelayan uskup mencoba memetik dan mengambil beberapa di antara bunga-bunga itu dari tilmanya, mereka tidak dapat melakukannya karena bunga-bunga itu bukanlah bunga mawar yang mereka sentuh, tetapi seolah-olah bunga-bunga itu adalah mawar yang dicat atau disulam, sehingga disebut “mawar mistik”.

Gua Maria Rosa Mystica di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Gua Maria Rosa Mystica memberikan keheningan untuk berdoa, berdevosi dan berucap syukur sembari menenangkan diri, berlokasi di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Oleh karena berlokasi cukup jauh dari keramaian, Gua Maria Rosa Mystica memberi kedamaian tersendiri saat berdoa. Setelah puas berdoa dan berucap syukur atas semua rahmat yang kami terima sepanjang tahun 2023, kami memohon pendampingan untuk semua layanan yang harus kami lakukan sepanjang tahun 2024.

Kemudian kami segera bergegas pulang, sebelum hujan lebat mengguyur jalanan untuk mencapai rumah kami di Timoho Yogyakarta menjelang pk. 21. Terimakasih kami haturkan kepada segenap sponsor pendungkung kegiatan, sehingga penjelajahan ke Jepara dan sekitar Gunung Muria telah dapat kami jalani. Sampai ketemu lagi dalam petualangan selanjutnya.

Terimakasih dan Berkah Dalem

Senin, 2 Januari 2024