VAKSINASI COVID-19 UNTUK ANAK
fx. wikan indrarto*)
Meskipun kasus COVID-19 positif pada anak usia 6-17 tahun hanya 10-13% dari total populasi, tetapi vaksinasi COVID-19 untuk anak tetaplah perlu untuk diberikan. Apa yang harus disiapkan?
.
Kasus COVID-19 positif terbanyak di Indonesia ada pada kelompok usia dewasa muda usia 18-30 tahun sebanyak 21%, dan dewasa usia 31-45 tahun sebanyak 25%. Setelah kelompok sasaran yang lebih prioritas tersebut telah mendapatkan vasinasi COVID-19, maka anak usia 6-11 tahun telah menjadi kelompok sasaran berikutnya.
.
Tujuan vaksinasi anak usia 6-11 tahun adalah pertama, mencegah sakit berat dan kematian pada anak yang terinfeksi COVID-19. Kedua, mencegah penularan pada anggota keluarga dan saudara dekatnya yang belum dapat divaksinasi atau yang mempunyai risiko terinfeksi. Ketiga, mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah, dan meminimalisasi penularan COVID-19 di sekolah. Keempat, mempercepat tercapainya kekebalan kelompok (herd immunity).
.
Jumlah sasaran program vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Indonesia adalah 26,5 juta anak, berdasarkan data Sensus Penduduk 2020, yang akan diberikan secara bertahap. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac (Coronavac atau COVID-19 Biofarma), sedangkan vaksin merek lain masih menunggu ijin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM RI dan Rekomendasi ITAGI. Tempat pelaksanaan vaksinasi adalah di puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk pos pelayanan vaksinasi di sekolah, satuan pendidikan lain, atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
.
Vaksinasi anak dimulai secara bertahap di kabupaten atau kota, dengan syarat khusus, dan sudah dimulai di Jakarta Selasa, 14 Desember 2021 lalu. Kabupaten atau kota yang mulai dapat memberikan vaksinasi COVID-19 untuk anak, adalah yang cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 sudah >70% dan cakupan vaksinasi pada lansia telah >60%. Jumlah sasaran anak usia 6-11 tahun secara nasional pada tahap pertama sebesar ± 8,8 juta anak. Ketersediaan vaksin untuk sasaran ini sudah terjamin memadai, sehingga tidak perlu dikawatirkan.
.
Pemberian vaksin COVID-19 Sinovac adalah dengan cara suntikan ke dalam otot atau intramuskular di bagian lengan atas, dengan dosis 0,5 mL. Sangat dianjurkan anak didampingi oleh orang tua atau wali. Vaksinasi ini diberikan sebanyak dua kali dengan interval minimal 28 hari, sedangkan jarak pemberian dengan vaksin lain pada program imunisasi rutin atau tambahan adalah 4 minggu.
.
Sebelum pelaksanaan vaksinasi COVID-19, anak harus dilakukan skrining dengan menggunakan format standar. Pertama adalah suhu tubuh, kalau suhu > 37,5 0C, maka vaksinasi ditunda sampai demam sembuh dan suhu stabil baik. Kedua adalah tekanan darah yang diukur menggunakan manset khusus anak. Jika tekanan darah >140/90 mmHg pengukuran tekanan darah diulang 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) menit kemudian. Jika masih tinggi maka vaksinasi ditunda dan dirujuk ke dokter spesialis anak.
.
Ketiga adalah riwayat anak mendapat vaksin lain dalam program imunisasi rutin atau tambahan. Bila mendapatkan dalam rentang waktu kurang dari 2 minggu sebelumnya, maka vaksinasi COVID-19 ditunda sampai berjarak 4 minggu. Keempat, tentang riwayat sakit COVID-19 pada anak, untuk derajat ringan dan sedang vaksinasi ditunda 1 bulan setelah sembuh, sedangkan untuk derajat berat vaksinasi ditunda 3 bulan setelah sembuh. Kelima, apakah dalam keluarga terdapat kontak erat dengan pasien COVID-19, dan jika ada kontak, vaksinasi sebaiknya ditunda 2 minggu.
.
Keenam, apakah saat itu anak menderita demam atau batuk pilek atau nyeri menelan atau muntah atau diare. Jika ya, vaksinasi ditunda, dan anak dianjurkan untuk berobat. Ketuju, apakah dalam 7 hari terakhir anak pernah mendapat perawatan inap di RS atau menderita kedaruratan medis seperti sesak napas, kejang, tidak sadar, berdebar-debar, mengalami perdarahan, hipertensi, atau bergetar (tremor) hebat. Jika Ya, vaksinasi ditunda sampai dinyatakan sembuh oleh dokter yang menanganinya.
.
Kedelapan, apakah anak sedang menderita gangguan imunitas, seperti hiperimun, auto imun, alergi berat dan defisiensi imun: gizi buruk, HIV berat, dan penyakit keganasan. Jika Ya, vaksinasi ditunda, sampai diizinkan oleh dokter yang merawat. Kesembilan, apakah anak sedang menjalani pengobatan dengan obat imunosupresan jangka panjang, misalnya steroid lebih dari 2 minggu atau sitostatika, dan jika Ya, vaksinasi ditunda, sampai diizinkan oleh dokter yang merawat.
.
Kesepuluh, apakah anak mempunyai riwayat alergi berat seperti sesak napas, bengkak, urtikaria di seluruh tubuh atau gejala syok anafilaksis (tidak sadar) setelah vaksinasi apapun sebelumnya, dan jika Ya, maka pemberian vaksinasi disarankan dilakukan di rumah sakit. Kesebelas, apakah anak laki-laki penyandang penyakit hemofilia atau kelainan pembekuan darah, dan jika Ya, maka proses pemberian vaksinasi disarankan dilakukan juga di rumah sakit, dengan persiapan AHF (Anti Hemofilia Factors) yang memadai.
.
Langkah paling efektif yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19, adalah dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Paling tidak berupa menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain, memakai masker yang pas, membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi, dan menghindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai. Selain itu, juga menjaga tangan tetap bersih, etika batuk atau bersin secara benar, yaitu ke siku yang tertekuk atau menggunakan tisu sekali pakai, dan anak usia 6-11 tahun juga divaksinasi COVID-19, saat tiba gilirannya.
Sudahkah kita melakukannya?
Sekian
Yogyakarta, 15 Desember 2021
*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161