Categories
Istanbul

2019 Paska Rumah Sakit

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

PASKA RUMAH SAKIT

fx. wikan indrarto*)

Pada tahun 2030, kita akan mengucapkan selamat tinggal rumah sakit (goodbye hospital, hello home-spital), karena konsep tersebut sudah usang. Hampir 20 tahun terakhir, dunia layanan kesehatan didominasi oleh terobosan di bidang biologi. Namun demikian, saat ini biologi sedang dimakan oleh robotika dalam era jaringan. Apa arti pergeseran ini bagi dokter, pasien, dan bahkan RS?

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/12/2018-dokter-4-0/

Gambar terkait

Dr. Donna Marbury di Columbus, Ohio USA akhir tahun 2018 menulis tentang Strategi Bisnis dan Teknologi dalam laman managedhealthcareexecutive, tentang lima teknologi layanan kesehatan yang paling menjanjikan, yang akan membuat RS perlu berisap untuk menghadapi masa depan. Pertama adalah ‘blockchain’, yang membuat sistem rekam medik tersambung dengan banyak RS lain dalam basis data tunggal, termasuk data klinis dan keuangan, secara independen dan transparan. Kedua adalah kecerdasan buatan atau ‘Artificial Intelligence’ (AI), khususnya metode dalam bidang onkologi, terutama untuk pasien kanker stadium 4 yang telah kehabisan pilihan jenis perawatan lainnya.  

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/06/2018-bisnis-medis-dokter/

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

Ketiga adalah pusat komando di rumah sakit seperti di NASA, pusat aeronotika USA. Pusat komando digital yang komprehensif dan interaktif, memungkinkan dokter dapat memperoleh data dari semua pasien di RS, untuk mengambil tindakan medis dengan cepat. RS dapat menggunakan perangkat GE Healthcare, mirip dengan pusat kontrol lalu lintas udara di bandara. Keempat adalah pemeriksaan penunjang medis untuk meningkatkan keterlibatan dan kepuasan pasien, misalnya dalam menentukan tekanan atau kompresi dan pemosisian, selama pemeriksaan pemindaian payudara atau mamografi yang saat ini cukup menyakitkan. Alat baru ini diciptakan GE Healthcare yang disebut Senographe Pristina, perangkat mamografi 3D. Kelima adalah mesin pencocokan identitas pasien, yang secara cerdas menyaring puluhan juta data pasien dengan tepat dalam waktu milidetik menggunakan MPI Big Data 4medica, yang disebut interoperabilitas.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/09/2019-biaya-uhc/

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

Dr. Melanie Walker, Profesor Neurologi di University of Washington dan Johns Hopkins School of Medicine, USA dalam paparannya di ‘the World Economic Forum’ Davos 2019 di Swiss, sungguh berbeda dengan Dr. Donna Marbury, dalam memprediksi teknologi layanan kesehatan di RS. Harus diakui bahwa inovasi biologi telah menciptakan prestasi dokter dalam layanan pasien. Misalnya penemuan protease inhibitor, sebuah obat antivirus yang mengubah hasil klinis pasien HIV-positif dan Viagra, obat yang kurang dikenal untuk mengobati hipertensi arteri paru, ternyata mampu mengubah prospek pasien disfungsi ereksi. Namun demikian, teknologi komunikasi dan informasi yang merupakan cabang ilmu baru, ternyata memiliki dampak besar pada cara dokter berpikir, tentang layanan pasien dan fungsi RS.

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

Pada tahun 2030, epidemi penyakit akan semakin terganggu (disrupted) oleh teknologi, sehingga RS mungkin memiliki jenis penyakit yang jauh lebih sedikit untuk dikelola. Revolusi industri 4.0 akan memungkinkan manusia untuk hidup lebih lama, lebih produktif, dan lebih sehat, sehingga RS masa depan akan menjadi sekedar sebuah tempat pemberhentian perjalanan alamiah manusia, daripada lubang hitam tempat kematian yang tak terhindarkan. Pasien akan pergi atau mampir di RS seperti mobil untuk ditambal bannya dan dikembalikan ke jalur semula. Beberapa praktik layanan RS bahkan mungkin hilang sepenuhnya, dan kebutuhan pasien untuk rawat inap pada akhirnya akan hampir hilang.

Gambar terkait

Bangsal perawatan RS yang saat ini dipenuhi pasien dengan gangguan satu atau lebih sistem organ, kelak justru hanya akan digunakan untuk proses diagnosis dan perawatan sementara saja. Sebuah perangkat pemindaian digital tunggal akan mampu memberikan gambaran detail aspek metabolik, fungsional, dan struktural pasien, karena mampu menggabungkan fisika spektroskopi, resonansi magnetik, dan radiasi. Dengan alat ini berarti dokter hanya perlu satu tindakan pemindaian, dan tidak memerlukan sebuah tindakan invasif yang menyakitkan pasien, seperti operasi biopsi jaringan.

Gambar terkait

Selain itu, hari-hari pasien kesakitan dan penuh penderitaan saat mereka menunggu donor organ akan segera berakhir juga. Organ, jaringan, dan struktur pendukung seperti tulang atau ligamen, akan dicetak menggunakan printer 3D secara biologis, sesuai permintaan dokter. Kelainan atau patologi jaringan yang akut dan serius, misalnya adanya gumpalan darah atau tumor, juga akan diatasi dari dalam tubuh pasien, bukan dari luar melalui irisan kulit. Tidak perlu lagi dokter spesialis yang memegang pisau bedah di tangan, karena dalam beberapa menit, kateter endovaskular dan robot kecil akan menyebar ke organ yang dituju.

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

Dokter juga tidak perlu lagi mempertimbangkan obat apa yang harus diresepkan untuk pasien dan kemudian apoteker yang memberikannya. Perangkat seluler dokter akan menerima informasi yang diperlukan untuk meramu obat, probiotik dan diet khusus, dari ruang penyimpanan data pasien. Selanjutnya, akan tersedia obat spesifik pasien tersebut sesuai permintaan dokter, yang akan berlangsung bahkan dalam beberapa menit saja.

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

Sekarang RS dan dokter wajib memberikan layanan kepada pasien dengan memberikan informasi diagnostik yang paling akurat, intervensi yang paling tidak invasif, dan terapi teraman yang tersedia. Ke depan, pasien secara mandiri akan memiliki informasi serupa, sehingga cukup melakukan diskusi singkat dengan dokter secara sepadan. Para dokter dan RS harus mampu melihat prediksi layanan pasien yang sangat berbeda, yaitu saat semakin sedikit orang yang masih membutuhkan keberadaan RS, karena setiap orang kelak akan dapat mencegah atau mengobati sendiri di rumah, sehingga periode itu disebut era paska RS.

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

Saat ini beban global penyakit sebagian besar dalam aspek pembuluh darah atau vaskular, dengan serangan jantung dan stroke menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Pada hal, keduanya sebentar lagi dapat dicegah dengan pemahaman pasien yang lebih baik, dengan melakukan koreksi atas faktor risiko, sesuai petunjuk dokter dalam format teknologi informasi digital. Kejadian cidera traumatis juga turun dan akan terus menurun, saat tersedianya mobil digital tanpa pengemudi dan pekerja robot dengan remote control telah diciptakan untuk menggantikan tugas manusia yang berisiko.

Hasil gambar untuk rumah sakit modern

Apakah para dokter dan RS sudah siap berubah?

Yogyakarta, 29 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Tantangan Kesehatan Global (2)

Hasil gambar untuk kesehatan global

TANTANGAN  KESEHATAN  GLOBAL (2)

fx. wikan indrarto*)

(tulisan sambungan)

Paling tidak terdapat 10 masalah kesehatan utama pada 2019. Pertama, polusi udara dan perubahan iklim, kedua, meningkatnya penyakit tidak menular, terutama kegemukan atau obesitas, ketiga, ancaman pandemi influenza global, keempat, system layanan kesehatan yang masih rapuh, dan kelima, resistensi obat antimikroba. Selanjutnya, keenam adalah virus Ebola dan patogen ganas lainnya, ketujuh,  lemahnya layanan kesehatan primer, kedelapan, keraguan akan vaksin, kesembilan, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan kesepuluh HIV. Apa yang harus dilakukan?

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/30/2019-tantangan-kesehatan-global/

Gambar terkait

Tantangan pertama sampai keempat sudah dibahas sebelumnya. Tantangan ke 5 adalah resistensi obat antimikroba. Pengembangan obat antibiotik, antivirus dan antimalaria adalah beberapa keberhasilan terbesar dunia kedokteran modern. Namun demikian, sekarang masa keemasan obat-obatan ini sudah hampir habis. Resistensi antimikroba, yaitu kemampuan bakteri, parasit, virus dan jamur untuk berkelit dan melawan aksi obat tersebut, telah mengancam kita semua kembali ke masa lalu, yaitu masa ketika kita mengalami kesulitan besar dalam mengobati penyakit infeksi umum seperti radang paru (pneumonia), tuberkulosis (TB), gonore, dan tifus (salmonellosis). Selain itu, ketidakmampuan kita untuk mencegah infeksi serius dapat membahayakan operasi medis dan prosedur lain seperti kemoterapi.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/05/22/2018-tanpa-antibiotika/

Hasil gambar untuk resistensi antibiotik

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah membuat pedoman umum penggunaan antibiotik. Pedoman ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011.Pedoman tersebut dibuat untuk memberikan acuan bagi tenaga kesehatan dalam menggunakan antibiotik pada pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, serta penentuan arah kebijakan pemerintah sehingga nantinya optimalisasi penggunaan antibiotik secara bijak dapat tercapai.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/02/02/resistensi-antibiotik-global/

Hasil gambar untuk resistensi antibiotik

Resistensi terhadap obat anti TB adalah hambatan besar untuk melawan penyakit yang menyebabkan sekitar 10 juta orang sakit TB dan 1,6 juta orang meninggal setiap tahun. Pada tahun 2017, sekitar 600.000 kasus TB resisten terhadap rifampisin, obat anti TB lini pertama yang paling efektif, dan 82% kasus juga resistan terhadap beberapa obat anti TB lainnya. Resistensi obat disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang berlebihan pada manusia dan hewan, terutama yang digunakan untuk tujuan peningkatan produksi makanan serta perbaikan lingkungan. Kita semua wajib mengimplementasikan rencana aksi global untuk mengatasi resistensi antimikroba, caranya dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, mengurangi infeksi, dan mendorong penggunaan antimikroba secara bijaksana.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/17/2018-sehat-yang-satu/

Hasil gambar untuk resistensi antibiotik

Tantangan ke 6 adalah virus Ebola dan patogen ganas lainnya. Meskipun wabah Ebola tidak pernah dilaporkan menyebar sampai ke Indonesia, tetapi Litbang WHO 2018 telah mengidentifikasi penyakit yang berpotensi menyebabkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, tetapi saat ini tidak ada obat dan vaksin yang efektif. Penyakit yang berpotensi wabah meliputi  Ebola, beberapa demam berdarah lainnya, Zika, Nipah, MERS-CoV, SARS, dan penyakit X (belum diketahui penyebabnya). Semua patogen tersebut dapat menyebabkan epidemi serius.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/01/04/mers-cov/

Hasil gambar untuk resistensi antibiotik

Tantangan ke 7 adalah masih lemahnya layanan kesehatan primer. Layanan kesehatan primer merupakan titik kontak pertama pasien dengan sistem kesehatan. Idealnya harus menyediakan perawatan yang komprehensif, terjangkau, dan berbasis masyarakat, karena dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan kesehatan seseorang selama hidupnya. Sistem kesehatan dengan layanan kesehatan primer yang kuat, diperlukan untuk mencapai cakupan kesehatan universal. Namun demikian, banyak negara yang tidak memiliki fasilitas perawatan kesehatan primer secara memadai. Kondisi ini mungkin karena kurangnya sumber daya di negara berpenghasilan rendah atau menengah. Dalam konferensi global besar di Astana, Kazakhstan pada Oktober 2018, semua negara berkomitmen untuk memperbaiki layanan kesehatan primer, sesuai deklarasi Alma-Ata pada tahun 1978.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/06/13/2018-uhc-di-indonesia/

Hasil gambar untuk alma ata

Tantangan ke 8 adalah keraguan akan vaksin, termasuk keengganan atau penolakan untuk melakukan vaksinasi, meskipun ketersediaan vaksin terpenuhi. Paham ini akan mengancam prestasi kita dan dapat membalikkan kemajuan yang telah dibuat, dalam menanggulangi penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan vaksin. Vaksinasi adalah salah satu cara paling efektif untuk menghindari penyakit infeksi tersebut, bahkan saat ini telah terbukti mampu mencegah 2-3 juta kematian balita per tahun. Selain itu, tambahan pencegahan kematian 1,5 juta anak balita dapat terjadi, jika cakupan vaksinasi global mampu ditingkatkan.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/27/2018-vaksin-bukan-mitos/

Hasil gambar untuk vaksin

Misalnya penyakit campak yang mematikan telah mengalami peningkatan 30% kasus secara global. Alasan kenaikan ini sangat kompleks, dan tidak semua kasus ini disebabkan oleh keragu-raguan vaksin. Namun, beberapa negara yang telah hampir mampu mengeliminasi penyakit ini, justru telah mengalami kebangkitan.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/20/2018-ancaman-campak/

Hasil gambar untuk vaksin

Alasan mengapa orang memilih untuk tidak divaksinasi adalahsesuatu yang rumit. Diduga adanya rasa puas diri, ketidaknyamanan dalam mengakses vaksin, dan kurangnya kepercayaan diri adalah alasan utama yang mendasari keraguan terhadap vaksin. Petugas kesehatan, terutama yang ada di masyarakat, tetap menjadi penasihat dan pemberi pengaruh yang paling dipercaya dalam keputusan untuk mendapatkan vaksinasi, dan mereka harus didukung untuk memberikan informasi tepercaya dan kredibel tentang vaksin.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/04/20/2018-pekan-imunisasi-sedunia/

Hasil gambar untuk vaksin

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Dr. Jane Soepardi, menjelaskan perpanjangan program imunisasi MR dilakukan karena masih ada sejumlah daerah yang cakupan imunisasinya di bawah 95% sampai 30 September 2017 lalu, yaitu Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Jane menjelaskan ada sejumlah penyebab cakupan imunisasi rendah di beberapa daerah yaitu adanya penolakan dari orangtua dengan berbagai alasan; antara lain meragukan kualitas vaksin yang digunakan dalam program imunisasi massal MR dan juga terpengaruh berita bohong atau hoaks di media sosial. Orangtua yang ‘educated’ tahu anaknya butuh vaksin, tapi sudah membeli vaksin MMR yang lebih mahal dibandingkan vaksin program, jadi merasa tak perlu lagi imunisasi MR. Penyebaran berita bohong di media sosial juga mempengaruhi sejumlah orangtua. Ada juga kelompok orangtua yang terpapar hoaks di media social, seperti kabar ada yang habis disuntik lumpuh dan mati. Padahal setelah diselidiki kasus itu karena ada penyebab lain, ada penyakit lain dan tak ada hubungan dengan vaksin.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/07/24/2018-senjang-imunisasi/

Hasil gambar untuk vaksin

Pada 2019, WHO akan meningkatkan upaya untuk menghilangkan kanker serviks di seluruh dunia dengan meningkatkan cakupan vaksin HPV, di antara intervensi lainnya. Tahun 2019 mungkin juga merupakan tahun ketika penularan virus polio liar akan dapat dihentikan di Afghanistan dan Pakistan, karena tahun 2018 yang lalu, hanya kurang dari 30 kasus yang dilaporkan di kedua negara terkahir yang masih terdampak virus polio ini.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/10/2018-hadapi-hujan/

Hasil gambar untuk dengue

Tantangan ke 9 adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang menyebabkan gejala seperti flu dan bisa mematikan dan membunuh hingga 20% dari mereka yang menderita demam berdarah parah, telah menjadi ancaman yang berkembang selama beberapa dekade. Banyaknya kasus terjadi pada musim hujan di banyak negara seperti Bangladesh dan India. Pada tahun 2018 di Bangladesh terjadi tingkat kematian yang tertinggi dalam hampir dua dekade. Selain itu, penyakit ini menyebar ke negara tetangga seperti Nepal, yang secara tradisional belum banyak melaporkan penyakit ini.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

Hasil gambar untuk dengue

Diperkirakan 40% populasi dunia berisiko terkena demam berdarah Dengue, dan ada sekitar 390 juta kejadian infeksi per tahun. Strategi pengendalian Dengue bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian hingga 50% pada tahun 2020. Pada tahun 2016, sebanyak 15,2 juta kasus DBD tercatat di Asia Pasifik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 202.314 kasus, termasuk 1.593 kematian dilaporkan terjadi di Indonesia. Namun demikian, Dr. Suwito Kepala Subdit Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, selama tiga tahun terakhir, ‘incident rate’ atau tingkat kasus kejadian demam berdarah di Indonesia sendiri cenderung menurun.

Hasil gambar untuk hiv

Tantangan ke 10 adalah HIV. Kemajuan yang dibuat terhadap infeksi HIV sangat besar dalam hal pemeriksaan laboratorium klinik, penyediaan obat Anti Retro Viral (ARV), yaitu pada 22 juta orang yang sedang dalam pengobatan, dan menyediakan akses ke langkah-langkah pencegahan seperti profilaksis pra pajanan (PrEP), yang diberikan kepada orang yang berisiko mengalami infesi HIV, dengan menggunakan obat ARV untuk mencegah infeksi HIV. Namun demikian, epidemi HIV terus mengamuk dengan hampir satu juta orang setiap tahun meninggal karena HIV / AIDS. Sejak awal epidemi, lebih dari 70 juta orang telah terinfeksi, dan sekitar 35 juta orang telah meninggal. Saat ini, sekitar 37 juta di seluruh dunia hidup dengan HIV, terutama pada pekerja seks, orang di penjara, pria yang berhubungan seks dengan pria, atau orang transgender. Pada hal, seringkali orang tersebut adalah kelompok yang tidak terdaftar dalam sistem layanan kesehatan. Kelompok yang semakin mudah terinfeksi HIV adalah wanita muda (berusia 15-24), sehingga sangat berisiko tinggi bahkan merupakan 1 dari 4 orang yang terinfeksi HIV di Afrika sub-Sahara, walaupun hanya 10% dari populasi.

Hasil gambar untuk hiv

Banyak negara akan memberlakukan pemeriksaan mandiri (self-testing), sehingga lebih banyak orang yang hidup dengan HIV mengetahui status infeksi mereka dan dapat menerima pengobatan atau tindakan pencegahan, jika ada hasil tes negatif. Pada bulan Desember 2018, oleh WHO dan ILO (Organisasi Perburuhan Internasional) mendorong banyak industri atau perusahaan untuk menawarkan pemeriksaan mandiri HIV, di tempat karyawan bekerja.

Hasil gambar untuk hiv

Rencana untuk mengatasi 10 masalah kesehatan global tersebut, telah disusun dan berfokus pada target 3 miliar populasi global. Pertama, memastikan 1 miliar orang mendapat manfaat dari cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC). Kedua, menjamin 1 miliar orang terlindungi dari keadaan darurat kesehatan, dan ketiga menjangkau 1 miliar orang agar dapat menikmati kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.


Apakah kita sudah berperan serta?

Yogyakarta, 28 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Tantangan Kesehatan Global (1)

Hasil gambar untuk tantangan kesehatan global

TANTANGAN KESEHATAN GLOBAL (1)

fx. wikan indrarto*)

Dunia kesehatan menghadapi banyak tantangan pada tahun 2019. Untuk mengatasi tantangan ini, telah disusun rencana strategis 5 tahun ke depan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Rencana ini berfokus pada target 3 miliar populasi global, yaitu memastikan 1 miliar orang mendapat manfaat dari cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC), 1 miliar orang terlindungi dari keadaan darurat kesehatan, dan 1 miliar orang menikmati kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Gambar terkait

Berikut adalah ini 10 masalah kesehatan utama pada 2019. Pertama, polusi udara dan perubahan iklim, kedua, meningkatnya penyakit tidak menular, terutama kegemukan atau obesitas, ketiga, ancaman pandemi influenza global, keempat, system layanan kesehatan yang masih rapuh, dan kelima, resistensi obat antimikroba. Selanjutnya, keenam adalah virus Ebola dan patogen ganas lainnya, ketujuh, lemahnya layanan kesehatan primer, kedelapan, keraguan akan vaksin, kesembilan, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan kesepuluh HIV.

Hasil gambar untuk tantangan kesehatan global

Masalah pertama adalah polusi udara dan perubahan iklim, sebab sekitar sembilan dari sepuluh orang menghirup udara yang tercemar setiap hari. Polutan mikroskopis di udara dapat menembus sistem pernafasan dan peredaran darah, merusak paru-paru, jantung, dan otak, menyebabkan kematian dini 7 juta orang setiap tahun dari penyakit seperti kanker, stroke, jantung, dan penyakit paru-paru. Sekitar 90% dari kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan volume emisi yang tinggi dari industri, transportasi, pertanian, serta kompor dan bahan bakar kotor di rumah.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/02/2018-melawan-polusi-udara/

Hasil gambar untuk polusi udara adalah

Penyebab utama pencemaran udara adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi (BBM), juga merupakan kontributor utama perubahan iklim, yang berdampak pada kesehatan manusia dengan berbagai cara. Antara tahun 2030 dan 2050, perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan 250.000 kematian tambahan per tahun, melalui jalur kekurangan gizi, malaria, diare, dan stres akibat panas. Indonesia saat ini dalam kondisi darurat energi karena terus menurunnya produksi minyak mentah dan terus naiknya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) masyarakat. Akibatnya kebutuhan impor BBM terus meningkat. Besarnya devisa untuk impor BBM terus bertambah sejalan dengan jatuhnya nilai rupiah. Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 66 Tahun 2018 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Penggunaan B20 atau ‘biofuel’ untuk bahan bakar mesin diesel kendaraan besar dan kapal laut di Indonesia, diharapkan dapat mengurangi dampak pencemaran udara dan perubahan iklim.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/30/2018-polusi-terhadap-anak/

Hasil gambar untuk polusi udara adalah

Pada Oktober 2018, WHO mengadakan ‘Global Conference on Air Pollution and Health’ yang pertama di Jenewa. Negara anggota dan organisasi membuat lebih dari 70 komitmen untuk meningkatkan kualitas udara. Tahun ini, KTT Iklim PBB pada bulan September 2019 akan merumuskan aksi perbaikan iklim di seluruh dunia. Bahkan jika semua komitmen yang dibuat oleh semua negara dalam Perjanjian Paris tercapai, dunia masih berada pada jalur untuk pemanasan global lebih dari 3 °C pada abad ini.

Hasil gambar untuk obesitas

Tantangan ke 2 adalah semakin banyaknya penyakit tidak menular, terutama kegemukan atau obesitas. Penyakit tidak menular lainnya, seperti diabetes, kanker dan penyakit jantung, secara kolektif bertanggung jawab atas lebih dari 70% atas semua kematian di seluruh dunia, atau mengenai sekitar 41 juta orang setahun. Ini termasuk 15 juta orang yang meninggal dini, yaitu saat usia antara 30 sampai 69 tahun.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/26/2018-diet-sehat/

Hasil gambar untuk obesitas

Lebih dari 85% kematian dini ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Munculnya penyakit tidak menular ini didorong oleh lima faktor risiko utama, yaitu merokok, aktivitas fisik rendah, pengguna alkohol, diet yang tidak sehat, dan polusi udara. Faktor risiko tersebut juga memperburuk masalah kesehatan mental pada usia dini, karena setengah dari semua penyakit mental dimulai pada remaja usia 14. Namun demikian, sebagian besar kasus tidak terdeteksi dan tidak diobati, sehingga bunuh diri terkait penyakit mental, bahkan menjadi penyebab kematian nomor dua pada remaja usia 15-19 tahun.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/01/24/isi-piring-sehat/

Hasil gambar untuk obesitas

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa di Indonesia meningkat menjadi 21,8 persen. Prevalensi ini meningkat dari hasil Riskesdas 2013 yang menyebut bahwa angka obesitas di Indonesia hanya mencapai 14,8 persen. Obesitas sendiri mengacu pada kondisi di mana Indeks Massa Tubuh diatas 27. Begitu juga dengan prevalensi berat badan berlebih dengan Indeks Massa Tubuh antara 25 hingga 27, juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018. Angka obesitas pada dewasa diatas 18 tahun menurut hasil Riskesdas 2018 paling tinggi di Sulawesi Utara, yakni sebanyak 30,2 persen. Di posisi tertinggi selanjutnya berada di DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Papua Barat.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/15/2018-hari-pangan-sedunia/

Kita semua harus mendukung pemerintah dalam memenuhi target global mengurangi kurangnya aktivitas fisik sebesar 15% pada tahun 2030. Salah satu caranya adalah melalui tindakan seperti menerapkan kebijakan AKTIF, untuk membuat lebih banyak orang menjadi bergerak aktif, paling tidak berjalan kakai, setiap hari.

Hasil gambar untuk influenza

Tantangan ke 3 adalah pandemi influenza global. Satu-satunya hal yang tidak kita ketahui adalah kapan pandemi tersebut akan terjadi dan seberapa parah. Pertahanan global ternyata hanya seefektif tautan terlemah dalam sistem kesiapsiagaan darurat kesehatan di negara mana pun. Oleh sebab itu, kita harus terus-menerus memantau peredaran virus influenza untuk mendeteksi potensi pandemi, yang didukung oleh 153 institusi dari 114 negara, yang telah terlibat dalam pengawasan dan respons global. Direkomendasikan untuk vaksinasi flu dalam melindungi setiap orang dari serangan flu musiman. Untuk menghadang strain virus flu baru yang berpotensi pandemi, telah dibentuk kemitraan unik dalam memastikan akses yang efektif dan adil untuk diagnostik, vaksin, dan antivirus (perawatan), terutama di negara berkembang.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/22/2018-menghadang-influenza/

Hasil gambar untuk fktp

Tantangan ke 4 adalah pengaturan layanan kesehatan yang rapuh dan rentan, khususnya dalam keadaan darurat. Lebih dari 1,6 miliar orang, yaitu sekitar 22% dari populasi global, tinggal di wilayah yang mengalami krisis kesehatan berlarut-larut. Hal tersebut disebabkan oleh kekeringan, kelaparan, konflik bersenjata, dan perpindahan penduduk, yang disertai sistem kesehatan yang lemah akan membuat mereka tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang dasar sekalipun.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/17/2018-sehat-yang-satu/

Hasil gambar untuk fktp

Pengaturan layanan kesehatan yang rapuh terjadi di hampir semua wilayah di dunia dan di wilayah tersebut, setengah dari target utama dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama pada layanan kesehatan ibu dan anak, tetap tidak terpenuhi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2015-2019 telah ditetapkan 4 target utama kesehatan yang harus dicapai pada 2019. Keempat target tersebut, yakni meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan, dan meningkatkan perlindungan finansial, ketersediaan, penyebaran, mutu obat serta sumber daya kesehatan. Sistem kesehatan nasional Indonesia sucah cukup siap dalam mendeteksi dan menanggapi wabah penyakit, serta mampu memberikan layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk layanan imunisasi untuk bayi dan anak.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

(Bersambung)

https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/06/2018-ancaman-kesehatan-global-2/

Yogyakarta, 25 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Hari Orang Sakit Sedunia

Gambar terkait

HARI ORANG SAKIT SEDUNIA

fx. wikan indrarto*)

Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema Hari Orang Sakit Sedunia tahun 2019 adalah ‘Kamu menerima dengan cuma-cuma, berikan dengan cuma-cuma.’ (Matius 10:8).

Apa yang harus dilakukan?

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2019

Merefleksikan tema peringatan yang diambil dari Injil St. Matius tersebut, Paus Fransiskus mengatakan melayani orang sakit memerlukan profesionalisme yang diberikan secara cuma-cuma, seperti belaian yang membuat orang sakit merasa dicintai. Selain itu, ketiga subtema yang terus-menerus didengungkan pada Hari Orang Sakit Sedunia adalah pertama, mengingatkan semua orang beriman, untuk berdoa secara khusuk bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia, dan ketiga, penghargaan bagi semua petugas kesehatan.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/27/2018-bayi-sakit/

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2019

Melayani saudara kita yang sedang sakit, seharusnya diawali dengan kemurnian hati sampai kita mampu bersikap seperti Ayub “Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” (Ayub 29:15), kepada sesama yang sakit. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekedar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini, terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/30/2018-semua-berhak-sehat/

Gambar terkait

Meskipun tidak ada yang menginginkannya, namun setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan dan bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun, sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan, menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat, untuk datang pada Tuhan. Dalam pertemuannya dengan Tuhan melalui caranya masing-masing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/06/2018-bisnis-medis-dokter/

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2019

Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit, sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat, kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain, sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal yang sama dari semua orang di sekitar kita, sebagaimana pergerakan dan putaran roda kehidupan.

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2019

Pada era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang sekarang berlaku di Indonesia, kendali mutu dan kendali biaya untuk pasien yang sakit akan terus diwujudkan. Hal ini karena kebebasan profesi dokter semakin direduksi, kompleksitas masalah medis pasien semakin diabaikan, dan mutu layanan medik yang dilakukan semakin disetarakan. Untuk itu, terhadap pasien dengan sakit berat dan berbiaya mahal, para dokter pasti akan sampai pada sebuah titik terjadinya dilema medis. Pada titik itulah diperlukan perubahan dari pengobatan menjadi perawatan (Advance Cures and Transform Care).

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/06/2018-etika-biomedis-jkn/

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2019

Para dokter wajib membedakan sifat tindakan medis yang akan diambilnya, menjadi ‘Ordinary’ atau ‘Extraordinary’. Disebut ordinary kalau memenuhi 6 syarat, yaitu 3 aspek medis dan 3 aspek moral. Syarat aspek medis adalah teruji secara imiah, terbukti berhasil secara statistik, dan tersedia secara rasional. Sedangkan aspek moral adalah menguntungkan, bermanfaat, dan tidak menjadi beban finansial bagi pasien, keluarga maupun RS.

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2019


Penilaian sifat tindakan medis tersebut adalah ‘hic et nunc’, yaitu sekarang dan di RS ini. Apabila salah satu saja dari 6 syarat tersebut tidak tepenuhi, maka tindakan medis tersebut termasuk ‘Extraordinary’, sehingga secara etika tidak wajib dilakukan oleh dokter. Ketentuan etika tersebut diperlukan untuk menghindari 3 hal, yaitu ‘agresive medicine’ (tindakan berlebihan), ‘futile medicine’ (intervensi sia-sia), dan rasa bersalah yang tidak perlu, baik bagi dokter, para petugas RS lainnya, pasien maupun keluarganya. Selain itu, perburukan kondisi medis, bahkan kematian pasien tidak boleh dianggap sebagai kegagalan dokter, asalkan kewajiban dokter sudah dilaksanakan.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/06/2018-medikolegal-jkn/

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2019


Momentum Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) Senin, 11 Februari 2019, mengingatkan kita agar memiliki kebijaksanaan hati bagi para orang sakit dan memberikannya dengan cuma-cuma (Matius 10:8), terutama saat terjadi perubahan layanan dari pengobatan (cure) menjadi perawatan (care). Selain itu, saat kita menderita sakit juga tidak perlu putus asa, karena adanya limpahan kemuliaan dan kasih Tuhan, sampai pada akhir kehidupan kita.

Sudahkah kita menemani orang sakit di sekitar kita?

Sekian

Yogyakarta, 23 Januari 2019

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,

Categories
Istanbul

2019 Akhiri TB

Hasil gambar untuk stop tb strategy

AKHIRI TB

fx. Wikan indrarto*)

Laporan tuberkulosis (TB) global telah diterbitkan setiap tahun sejak 1997. Edisi 2018 berisi laporan komprehensif dan terkini tentang epidemi TB, kemajuan dalam pencegahan, diagnosis dan pengobatan penyakit TB, untuk mengakhiri TB. Apa yang harus dilakukan?

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/04/09/2018-layanan-tbc/

Hasil gambar untuk stop tb strategy

Pada 26 September 2018, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi pertama tentang TB, di markas besarnya di New York, USA dengan tema : Bersatu untuk Mengakhiri TB: Respons Global yang Mendesak terhadap Epidemi Global. Pertemuan tersebut bertujuan menyoroti perlunya tindakan segera untuk mempercepat kemajuan, guna mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/18/2019-tantangan-tb/

Gambar terkait

TB adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian dan penyebab utama dari satu agen infeksius. Pada tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian pada orang HIV-negatif dan 300.000 kematian pada orang HIV-positif. Secara global, diperkiraan 10 juta orang sakit TB pada tahun 2017, terdiri dari 5,8 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1 juta anak. Secara keseluruhan 90% adalah orang dewasa (berusia ≥15 tahun), 9% adalah orang dewasa yang hidup dengan HIV (72% di Afrika), dan 1 % anak. Selain itu, dua pertiga berada di delapan negara, yaitu India (27%), Cina (9%), Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%).

Hasil gambar untuk stop tb strategy

Layanan pencegahan TB dilakukan untuk mencegah infeksi baru oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan perkembangannya menjadi penyakit TB. Layanan ini dilakukan dengan intervensi perawatan kesehatan dalam 2 bentuk utama, yaitu pengobatan infeksi TB laten atau inaktif dan vaksinasi bayi dengan vaksin bacille Calmette-Guérin (BCG). Pengobatan profilaksis atau pencegahan TB untuk infeksi TB laten sudah meluas, tetapi sebagian besar dari mereka yang sangat dianjurkan sebenarnya belum mampu mengakses pengobatan ini, sedangkan cakupan vaksinasi BCG sudah stabil tinggi. WHO merekomendasikan pengobatan untuk infeksi TB laten pada dua kelompok prioritas, yaitu semua orang yang hidup dengan HIV, dan anak balita yang merupakan kontak rumah tangga dari seseorang, yang secara bakteriologis terkonfirmasi TB paru.

Hasil gambar untuk stop tb strategy

Jumlah orang yang hidup dengan HIV dan telah memulai pengobatan profilaksis atau pencegahan TB mencapai 958.559 pada tahun 2017. Dari 15 negara dengan beban TB / HIV tinggi yang melaporkan data, cakupannya berkisar dari 1% di Eswatini hingga 53% di Afrika Selatan. Kerajaan Swaziland atau Kerajaan Eswatini adalah sebuah negara kecil di bagian selatan benua Afrika yang terletak di antara Afrika Selatan dan Mozambik. Jumlah anak balita yang telah menerima pengobatan profilaksis atau pencegahan TB mencapai 292.182 pada 2017. Meskipun jumlah tersebut tiga kali lipat dari tahun 2015, tetapi masih hanya sekitar 23% dari 1,3 juta anak balita global yang diperkirakan memerlukannya.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/08/09/2018-mdr-tb-2/

Hasil gambar untuk stop tb strategy

Di negara dengan insiden TB yang tinggi, pedoman WHO tahun 2018 mencakup rekomendasi baru agar mempertimbangkan pemeriksaan dan pengobatan profilaksis untuk anak yang berusia 5 tahun atau lebih, yang memiliki kontak di rumah tangga dengan orang dewasa TB paru, yang telah dikonfirmasi secara bakteriologis. Rekomendasi ini akan meningkatkan potensi jumlah orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pengobatan pencegahan. Selain itu, vaksinasi BCG harus diberikan sebagai bagian dari program imunisasi anak nasional sesuai dengan epidemiologi TB suatu negara. Pada 2017, terdapat 158 negara telah melaporkan memberikan vaksinasi BCG, 120 negara diantaranya melaporkan cakupan tinggi, setidaknya 90%.

Hasil gambar untuk stop tb strategy

Pendanaan untuk penyediaan layanan pencegahan, diagnostik dan pengobatan TB meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2006, tetapi masih terus gagal memenuhi apa yang dibutuhkan. Di 119 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menyumbang 97% dari kasus TB global, dana mencapai US $ 6,9 miliar pada tahun 2018. Jumlah yang tersedia setiap tahun berada di kisaran US $ 6-7 miliar sejak 2014, setelah meningkat dari US $ 3,3 miliar pada tahun 2006. Rencana Global Stop TB Partnership untuk Mengakhiri TB 2016–2020, memperkirakan bahwa US $ 10,4 miliar diperlukan di negara-negara tersebut pada tahun 2018, menyebabkan defisit US $ 3,5 miliar. Laporan tahunan oleh ‘Treatment Action Group’ yang diterbitkan sejak 2006 menunjukkan bahwa pendanaan untuk penelitian dan pengembangan TB telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, memuncak pada US $ 724 juta pada 2016. Namun, jumlah ini hanya 36% dari perkiraan kebutuhan US $ 2 miliar per tahun.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/08/20/2018-delamanid-untuk-mdr-tb/

Hasil gambar untuk stop tb strategy

Tonggak Sejarah Strategi Akhiri TB untuk tahun 2020 dan 2025 hanya dapat dicapai jika layanan diagnosis, pengobatan dan pencegahan TB, disediakan dalam konteks kemajuan menuju cakupan kesehatan universal (UHC), dan jika ada tindakan multisektoral untuk mengatasi faktor sosial dan ekonomi, yang berpengaruh pada epidemi TB. Kejadian TB harus turun 10% per tahun sampai pada tahun 2025, dan proporsi orang dengan TB yang meninggal karena penyakit perlu turun menjadi 6,5% pada tahun 2025. Tingkat tersebut hanya dapat tercapai melalui UHC, dikombinasikan dengan koreksi faktor sosial dan ekonomi yang mengurangi faktor risiko penyakit TB. UHC berarti bahwa setiap orang dapat menerima layanan kesehatan yang mereka butuhkan, termasuk dalam pengobatan TB, tanpa menyebabkan kesulitan keuangan. Target SDG 3.8 adalah mencapai UHC pada tahun 2030.

Gambar terkait

Target SDG dan Target Strategi Akhiri TB yang ditetapkan untuk tahun 2030 tidak dapat dipenuhi, tanpa adanya penelitian dan pengembangan yang intensif. Terobosan teknologi diperlukan pada tahun 2025, sehingga penurunan tahunan tingkat kejadian TB global dapat dipercepat hingga rata-rata 17% per tahun. Prioritas penelitian termasuk vaksin untuk menurunkan risiko infeksi, obat TB baru untuk mengurangi risiko penyakit TB pada 1,7 miliar orang yang sudah terinfeksi secara laten, diagnosa cepat untuk memulai pengibatan TB, dan rejimen obat yang lebih pendek dan lebih sederhana, untuk mengobati penyakit TB. Penelitian sudah mengalami kemajuan, tetapi terlalu lambat. Beberapa teknologi diagnostik baru telah muncul pada 2017, termasuk 20 kandidat obat TB, beberapa rejimen pengobatan, dan 12 kandidat vaksin dalam uji klinis.

Hasil gambar untuk stop tb strategy

Strategi Akhiri TB tahun 2030 memiliki target pengurangan 90% kematian TB dan pengurangan 80% insiden TB (kasus baru per 100.000 penduduk per tahun), dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2015. Strategi pencegahan saat ini dilakukan dengan pengobatan profilaksis untuk infeksi TB laten dan vaksinasi BCG. Namun demikian, keduanya sudah dilakukan dan belum menunjukkan hasil memuaskan, sehingga tentu saja memerlukan strategi berbeda yang cerdas.

Apakah kita sudah melakukannya?

Sekian

Yogyakarta, 21 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Tantangan TB

Hasil gambar untuk tantangan tb

TANTANGAN TB

fx. Wikan indrarto*)

Laporan tuberkulosis TB global edisi 2018 telah dirilis. Laporan TB global telah diterbitkan setiap tahun sejak 1997. Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk memberikan penilaian komprehensif dan terkini tentang epidemi TB, dan tentang kemajuan dalam pencegahan, diagnosis dan pengobatan penyakit TB. Apa yang perlu dicermati?

Hasil gambar untuk tantangan tb

TB adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian dan penyebab utama dari satu agen infeksius, melebihi HIV / AIDS. Jutaan orang terus jatuh sakit TB setiap tahun. Pada tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian pada orang HIV-negatif dan ada tambahan 300.000 kematian akibat TB pada orang HIV-positif. Secara global, perkiraan terbaik adalah bahwa 10 juta orang sakit TB pada tahun 2017, terdiri dari 5,8 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1 juta anak-anak. Ada kasus di semua negara dan kelompok umur, tetapi secara keseluruhan 90% adalah orang dewasa (berusia ≥15 tahun), 9% adalah orang dewasa yang hidup dengan HIV (72% di Afrika). Selain itu, dua pertiga berada di delapan negara, yaitu India (27%), Cina (9%), Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%). Ditambah 22 negara lain memiliki beban TB tinggi, yaitu menyumbang 87% dari kasus TB di dunia. Hanya 6% dari kasus TB global terjadi di Eropa (3%) dan di Amerika (3%). Pada 2017, ada kurang dari 10 kasus baru per 100.000 penduduk di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi, 150-400 di sebagian besar dari 30 negara dengan beban TB tinggi, dan di atas 500 di beberapa negara termasuk Mozambik, Filipina, dan Afrika Selatan.

Hasil gambar untuk tantangan tb

TB yang resistan terhadap obat (TB MDR) terus menjadi krisis kesehatan masyarakat. Diperkirakan di seluruh dunia pada tahun 2017, terdapat 558.000 orang yang menderita TB yang telah resistan terhadap rifampisin (RR-TB), obat lini pertama yang paling efektif, dan dari jumlah tersebut, 82% berkembang menjadi MDR-TB. Tiga negara menyumbang hampir setengah dari kasus MDR / RR-TB dunia: India (24%), Cina (13%) dan Rusia (10%). Secara global, 3,5% dari kasus TB baru dan 18% dari kasus yang diobati sebelumnya memiliki MDR / RR-TB. Proporsi tertinggi (> 50% dalam kasus yang ditangani sebelumnya) ada di negara-negara bekas Uni Soviet. Di antara kasus TB-MDR pada tahun 2017, 8,5% diperkirakan memiliki TB yang resistan terhadap obat secara luas (XDR-TB).

Hasil gambar untuk tantangan tb

Sekitar 1,7 miliar orang, 23% dari populasi dunia, diperkirakan memiliki infeksi TB laten, dan karenanya berisiko terkena penyakit TB aktif selama masa hidup mereka. Kemajuan dalam mengurangi kasus dan kematian TB, termasuk Beban penyakit yang disebabkan oleh TB memang telah turun secara global dan di sebagian besar negara, tetapi tidak cukup cepat untuk mencapai tonggak pertama (2020) dari Strategi Akhiri TB. Pada tahun 2020, tingkat kejadian TB (kasus baru per 100.000 penduduk per tahun) perlu turun pada 4-5% per tahun, dan proporsi orang dengan TB yang meninggal akibat penyakit ini rasio fatalitas kasus atau case fatality ratio (CFR) perlu turun ke 10%.

Hasil gambar untuk tantangan tb

Pada tahun 2017, proporsi orang dengan TB yang meninggal karena penyakit ini adalah 16%, turun dari 23% pada tahun 2000. Di seluruh dunia, tingkat kejadian TB turun sekitar 2% per tahun. Penurunan regional tercepat dari 2013 hingga 2017 terjadi di Eropa (5% per tahun) dan Afrika (4% per tahun). Dalam 5 tahun yang sama, pengurangan sangat mengesankan (4-8% per tahun) terjadi di Afrika bagian selatan, yaitu Eswatini, Lesotho, Namibia, Afrika Selatan, Zambia, dan Zimbabwe), setelah terjadi puncak epidemi HIV dengan perluasan pencegahan dan pengobatan kombinasi TB dan HIV. Demikian juga di Rusia turun 5% per tahun, mengikuti upaya intensif untuk mengurangi beban TB dan pengawasan kemajuan dari tingkat politik tertinggi.

Hasil gambar untuk tantangan tb

Diagnosis yang tepat dan pengobatan telah mencegah jutaan kematian setiap tahun. Diperkirakan 54 juta kematian setiap tahun selama periode tahun 2000-2017, tetapi masih ada kesenjangan yang besar dan menetap dalam deteksi dan pengobatan TB. Di seluruh dunia pada tahun 2017 terlaporkan sekitar 6,4 juta kasus TB baru, terutama karena meningkatnya pelaporan kasus yang terdeteksi oleh sektor swasta di India dan Indonesia. Sekitar 6,4 juta kasus yang dilaporkan mewakili 64% dari perkiraan 10 juta kasus baru yang terjadi pada 2017. Sepuluh negara menyumbang 80% dari 3,6 juta kesenjangan global, tiga teratas adalah India (26%), Indonesia (11%) dan Nigeria (9%).

Hasil gambar untuk tantangan tb

Di Indonesia pada 2017 sebuah survei nasional menemukan bahwa, walaupun sekitar 80% kasus baru terdeteksi, 41% dari kasus ini tidak dilaporkan. Tindakan untuk memperbaiki laporan yang kurang sedang dilakukan. Ada 464.663 kasus TB yang dilaporkan di antara orang yang hidup dengan HIV pada tahun 2017, di antaranya 84% memakai terapi antiretroviral. Sebagian besar kesenjangan dalam deteksi dan pengobatan terjadi di Afrika, di mana beban TB terkait HIV adalah yang tertinggi.

Gambar terkait

Untuk mendukung semua negara menutup celah dalam deteksi dan pengobatan TB, pada 2018 WHO, bekerja sama dengan Stop TB Partnership dan Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria, meluncurkan sebuah inisiatif. Inisiatif ini mencakup target untuk mendeteksi dan mengobati 40 juta orang dengan TB pada periode 2018-2022. Data hasil pengobatan terbaru untuk kasus baru menunjukkan tingkat keberhasilan pengobatan global 82% pada 2016. Ini adalah sebuah penurunan dari 86% pada 2013 dan 83% pada 2015. Cina dan India sendiri menyumbang 40% dari kesenjangan global dan delapan negara lain menyumbang 75%. Keberhasilan pengobatan tetap rendah, yaitu 55% secara global. Contoh negara-negara dengan beban tinggi di mana tingkat keberhasilan pengobatan yang lebih baik telah dicapai oleh Bangladesh, Ethiopia, Kazakhstan, Myanmar dan Vietnam, yang semuanya memiliki tingkat di atas 70%.

Gambar terkait

Tantangan dalam menutup kesenjangan dalam deteksi dan pengobatan TB memerlukan parasat diagnostik baru. Selain itu, juga mengurangi ‘underdiagnosis’ TB, layanan terapi yang lebih mudah, cakupan pemeriksaan sensitivitas obat yang meningkat, obat baru dan rejimen pengobatan dengan kemanjuran yang lebih tinggi, dan keamanan yang lebih baik.


Sudahkah kita mampu?

Sekian

Yogyakarta, 16 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Remaja Sehat

Hasil gambar untuk remaja sehat

REMAJA SEHAT

fx wikan indrarto*)

Lebih dari 1,1 juta remaja berusia 10-19 tahun meninggal pada tahun 2016, atau sekitar lebih dari 3.000 orang setiap hari, sebagian besar dikarenakan oleh penyebab yang dapat dicegah atau diobati. Kecelakaan dan cidera karena kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian di kalangan remaja global pada tahun 2016. Bagaimana sebaiknya?

Hasil gambar untuk remaja sehat

Selain data kematian tersebut, setengah dari semua gangguan kesehatan mental pada usia dewasa dimulai saat remaja usia 14 tahun, tetapi kebanyakan kasus tidak terdeteksi dan tidak diobati. Sekitar 1,2 miliar orang atau 1 dari 6 populasi dunia, adalah remaja berusia 10 hingga 19 tahun. Sebagian besar sehat, tetapi masih ada banyak kematian dini, penyakit, dan cedera di kalangan remaja. Penyakit dapat menghambat kemampuan mereka untuk tumbuh dan berkembang, hingga tidak mencapai potensi penuh mereka. Penggunaan alkohol atau tembakau, kurangnya aktivitas fisik, hubungan seks tanpa pengaman dan atau paparan kekerasan, dapat membahayakan tidak hanya kesehatan mereka saat ini, tetapi juga kesehatan mereka sebagai seorang dewasa kelak, dan bahkan kesehatan anak-anak mereka di masa depan.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Cidera yang tidak disengaja adalah penyebab utama kematian dan kecacatan global di kalangan remaja. Pada tahun 2016, lebih dari 135.000 remaja meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Banyak dari mereka yang meninggal adalah pengguna jalan yang rentan, termasuk pejalan kaki, pengendara sepeda atau pengguna kendaraan bermotor roda dua . Di banyak negara, undang-undang keselamatan jalan perlu dibuat lebih komprehensif, dan penegakan hukum semacam itu perlu diperkuat. Selain itu, pengemudi muda membutuhkan nasihat tentang cara mengemudi dengan aman, sementara undang-undang yang melarang mengemudi di bawah pengaruh alkohol dan obat perlu diberlakukan secara ketat, di antara semua kelompok umur. Kadar alkohol dalam darah harus ditetapkan lebih rendah untuk pengemudi muda, daripada untuk orang dewasa. Direkomendasikan lisensi lulus untuk pengemudi pemula dengan toleransi nol untuk pemabuk.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Tenggelam juga masuk dalam 10 penyebab utama kematian remaja global, yaitu hampir 50.000 remaja yang lebih dari dua pertiga dari mereka adalah laki-laki, diperkirakan tenggelam pada tahun 2016. Mengajari anak dan remaja untuk terampil berenang adalah intervensi penting untuk mencegah kematian ini.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Depresi adalah salah satu penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja, dan bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian pada remaja secara global. Kekerasan, kemiskinan, penghinaan dan perasaan tidak dihargai dapat meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan mental. Membentuk keterampilan hidup pada anak dan remaja dan memberi mereka dukungan psikososial di sekolah dan lingkungan masyarakat lainnya, dapat membantu mempromosikan kesehatan mental yang baik. Program untuk membantu memperkuat ikatan antara remaja dan keluarga mereka, ternyata juga penting. Jika awal masalah mental muncul, mereka harus dideteksi dan dikelola oleh petugas kesehatan yang kompeten dan peduli.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Kekerasan antarpribadi atau kelompok adalah penyebab utama kematian ketiga pada remaja secara global. Ini menyebabkan hampir sepertiga dari semua kematian remaja pria di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global, hampir satu dari tiga gadis remaja berusia 15-19 tahun (84 juta) telah menjadi korban kekerasan emosional, fisik dan atau seksual yang dilakukan oleh suami atau pasangannya.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Mempromosikan hubungan pengasuhan antara orang tua dan anak pada awal kehidupan, memberikan pelatihan keterampilan hidup, dan mengurangi akses ke alkohol dan senjata api, dapat membantu mencegah cedera dan kematian akibat kekerasan. Perawatan yang efektif dan empatik untuk remaja yang selamat dari kekerasan, termasuk dukungan yang berkelanjutan, dapat membantu mengatasi komplikasi fisik dan psikologis, akibat kekerasan tersebut.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Diperkirakan 2,1 juta remaja hidup dengan HIV pada tahun 2016. Meskipun jumlah keseluruhan kematian terkait HIV telah menurun sejak puncaknya pada tahun 2006, perkiraan menunjukkan bahwa penurunan ini belum terjadi di kalangan remaja. Ini mencerminkan fakta bahwa sebagian besar remaja saat ini, dilahirkan sebelum adanya program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, yang menggunakan terapi antiretroviral secara luas. Namun demikian, sebagian besar remaja HIV-positif tidak mengetahui status mereka. Sebaliknya, banyak remaja yang menyadari status HIV-positif mereka, justru tidak menerima pengobatan antiretroviral jangka panjang yang efektif.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Salah satu target khusus Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 3) adalah bahwa pada tahun 2030 harus ada penghentian (should be an end) epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis terabaikan, hepatitis, penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit menular lainnya. Mengingat tingginya prevalensi HIV di banyak negara, untuk mencapai target ini remaja perlu menjadi pusat pengendaliannya. Remaja perlu tahu cara melindungi diri dari infeksi HIV dan harus memiliki sarana untuk melakukannya. Akses yang lebih baik untuk tes dan konseling HIV, dan hubungan selanjutnya yang lebih kuat dengan layanan pengobatan HIV bagi mereka yang HIV positif, tentu saja juga diperlukan.

Hasil gambar untuk remaja sehat

Mempromosikan perilaku sehat pada remaja dan mengambil langkah untuk melindungi remaja dari risiko kesehatan, sangat penting untuk mengurangi angka kematian remaja dan pencegahan masalah kesehatan pada masa dewasa.

Sudahkah kita bertindak?

Sekian

Yogyakarta, 17 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Kematian Anak

Hasil gambar untuk kematian anak

KEMATIAN ANAK

fx. wikan indrarto*)

Diperkirakan 6,3 juta anak di bawah usia 15 tahun meninggal pada tahun 2017 yang lalu di seluruh dunia. Sekitar 5,4 juta di antaranya adalah balita dan 2,5 juta neonatal atau meninggal dalam bulan pertama kehidupan. Ini berarti 15.000 kematian balita setiap hari. Apa yang seharusnya kita lakukan?

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/24/2018-kematian-di-jalan-raya/

Gambar terkait

Lebih dari setengah kematian dini anak  disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau diobati, dengan sarana yang sederhana dan terjangkau. Penyebab utama kematian pada anak balita adalah komplikasi kelahiran prematur, radang paru-paru, asfiksia lahir, diare dan malaria. Hampir setengah dari kematian balita ini terjadi pada bayi baru lahir, sebuah angka yang akan naik secara relatif, karena tingkat kematian anak yang lebih besar telah terus menurun. Anak di Afrika lebih dari 15 kali lebih mungkin meninggal sebelum usia 5 tahun daripada anak di negara berpenghasilan tinggi. Kemajuan global substansial telah dibuat dalam mengurangi kematian anak sejak 1990. Jumlah kematian balita di seluruh dunia telah menurun dari 12,6 juta pada 1990 menjadi 5,4 juta pada 2017, atau sekitar 15.000 kematian balita setiap hari, dibandingkan dengan 34.000 pada 1990. Sejak 1990, tingkat kematian global balita telah turun 58%, dari 93 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 39 pada tahun 2017.

Hasil gambar untuk kematian anak

Lebih dari setengah kematian balita disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan diobati melalui intervensi sederhana dan terjangkau. Memperkuat sistem kesehatan untuk memberikan intervensi seperti itu kepada semua anak akan menyelamatkan banyak nyawa anak. Anak yang kekurangan gizi, terutama mereka yang kekurangan gizi akut, memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat diare, pneumonia, dan malaria. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi berkontribusi pada sekitar 45% kematian pada anak balita.

Hasil gambar untuk kematian anak

Pneumonia, atau infeksi pernapasan akut lainnya lebih sering terjadi pada anak dengan faktor risiko berikut. Selain Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), juga Malnutrisi, tidak mendapat ASI eksklusif, dan kondisi rumah tinggal yang penuh sesak. Oleh sebab itu, tindakan pencegahannya meliputi vaksinasi lengkap, nutrisi yang cukup, menyusui secara eksklusif dan pengurangan polusi udara rumah tangga. Tindakan perawatan yang sesuai oleh petugas medis dan kesehatan terlatih meliputi antibiotik dan bantuan oksigen untuk penyakit yang parah.

Diare pada anak lebih sering terjadi pada anak dengan faktor risiko berikut. Selain anak yang tidak disusui secara eksklusif, juga pada anak dengan air minum dan makanan yang tidak aman, serta praktik kebersihan yang buruk dan malnutrisi. Oleh sebab itu, tindakan pencegahan meliputi  Menyusui  secara Eksklusif, penggunaan air dan makanan yang aman, sanitasi dan kebersihan yang memadai, serta nutrisi yang cukup dan vaksinasi. Tindakan perawatan yang sesuai oleh petugas medis dan kesehatan terlatih meliputi pemberian larutan garam rehidrasi oral rendah osmolaritas (ORS) dan suplemen seng. Vaksin tersedia untuk beberapa penyakit infeksi pada anak yang paling mematikan, seperti campak, polio, difteri, tetanus, dan pertusis, pneumonia akibat Haemophilius influenzae tipe B dan Streptococcus pneumonia dan diare karena rotavirus. Vaksin dapat melindungi anak balita dari penyakit dan kematian.

Hasil gambar untuk kematian anak

Kemungkinan kematian pada anak yang lebih besar, yaitu rentang usia 5 hingga 14 tahun adalah 7,2 kematian per 1.000 anak pada tahun 2017, atau sekitar 18% dari angka kematian balita di tahun 2017. Sekitar 2.500 anak dalam kelompok usia ini meninggal setiap hari dan kematian anak berusia 5-9 tahun menyumbang 61% dari semua kematian anak berusia 5 hingga 14 tahun. Cedera (termasuk kecelakaan lalu lintas, tenggelam, terbakar, dan jatuh) menempati urutan teratas penyebab kematian dan kecacatan seumur hidup, pada anak yang berusia 5-14 tahun. Pola kematian pada anak yang lebih besar dan remaja, mengalami pergeseran dari penyakit menular menuju pada kecelakaan atau cedera.

Kelainan bawaan atau kongenital, cedera, dan penyakit tidak menular, dalam hal ini mencakup penyakit pernapasan kronis, penyakit jantung didapat, kanker, diabetes, dan obesitas, adalah prioritas yang muncul dalam agenda kesehatan anak global. Kelainankongenital mempengaruhi sekitar 1 dari 33 bayi, yaitu 3,2 juta bayi mengalami cacat saat lahir setiap tahun. Beban penyakit global akibat penyakit tidak menular yang mempengaruhi pada masa anak dan terus menerus di kemudian hari, semakin meningkat dengan cepat, meskipun banyak faktor risiko yang sudah dapat dicegah. Demikian pula, jumlah anak yang kelebihan berat badan di seluruh dunia meningkat dari yang diperkirakan 31 juta pada tahun 2000 menjadi 42 juta pada tahun 2015, termasuk di negara-negara dengan prevalensi rendah gizi buruk pada masa kanak-kanak.

Hasil gambar untuk kematian anak

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau The Sustainable Development Goals (SDGs) telah diadopsi oleh PBB pada tahun 2015, untuk mempromosikan kehidupan yang sehat dan kesejahteraan bagi semua anak. Sasaran 3 SDG adalah untuk mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita di tahun 2030. Terdapat dua target, yaitu pertama mengurangi kematian bayi baru lahir hingga setidaknya 12 per 1.000 kelahiran hidup (SDG 3.1); dan kedua mengurangi angka kematian balita hingga setidaknya 25 per 1.000 kelahiran hidup (SDG 3.2).

Hasil gambar untuk kematian anak

Kemajuan diperlukan di lebih dari seperempat dari semua negara di dunia, untuk mencapai target SDG 3.1, pada penurunan kematian balita tahun 2030. Upaya terfokus masih diperlukan di Sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, untuk mencegah 80 persen dari kematian ini.

Apakah kita sudah terlibat membantu?

Sekian

Yogyakarta, 16 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Akhiri Polio

Hasil gambar untuk poliomielitis adalah

AKHIRI POLIO

fx. wikan indrarto*)

Pada 30 tahun yang lalu, virus polio liar melumpuhkan lebih dari 350.000 anak di lebih dari 125 negara setiap tahun. Pada tahun 2018, tinggal ada kurang dari 30 kasus yang dilaporkan, bahkan hanya terjadi di dua negara, yaitu Afghanistan dan Pakistan. Apa yang menarik?

Gambar terkait

Sejarah penyakit polio dimulai dari tahun 1580 SM, menurut relief di piramid Mesir kuno. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit infeksi yang paling ditakuti di berbagai negara industri, karena mampu melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Segera setelah pengenalan vaksin yang efektif pada 1950-an, polio dapat dikendalikan dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara tersebut. Perlu waktu agak lama sampai polio diakui sebagai masalah utama di negara berkembang. Akibatnya, baru setelah tahun 1970-an, vaksinasi polio rutin diperkenalkan di seluruh dunia sebagai bagian dari program vaksinasi nasional di banyak negara berkembang. Pada tahun 1988, ketika program ‘the Global Polio Eradication Initiative’ dimulai, polio telah melumpuhkan lebih dari 1.000 anak di seluruh dunia setiap hari. Sejak itu, lebih dari 2,5 miliar anak telah divaksinasi terhadap polio, berkat kerja sama lebih dari 200 negara dan 20 juta sukarelawan, yang didukung oleh pendanaan internasional lebih dari US $ 11 miliar.

Hasil gambar untuk poliomielitis adalah

Pemberantasan polio memerlukan cakupan vaksinasi yang tinggi di seluruh dunia, untuk memblokir penularan virus yang sangat menular ini. Namun demikian, banyak anak masih kehilangan kesempatan mendapatkan vaksinasi karena berbagai alasan termasuk kurangnya infrastruktur, lokasi terpencil, perpindahan penduduk, konflik bersenjata, gangguan keamanan, dan paham penolakan terhadap vaksinasi. Strategi pemberantasan polio adalah memastikan cakupan vaksinasi tinggi, yaitu lebih dari 80% bayi pada tahun pertama kehidupan, dengan setidaknya tiga dosis vaksin polio tetes (OPV).

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/10/2019-polio-terakhir/

Vaksinasi rutin saja tidak dapat memberantas penyakit ini, tetapi cakupan vaksinasi polio yang tinggi akan meningkatkan kekebalan populasi, mengurangi insiden polio, dan membuat pemberantasan penyakit akan terjadi. Sebaliknya, jika cakupan vaksinasi yang tinggi tidak dipertahankan, maka akan terbentuk kelompok anak yang tidak divaksinasi dan menumpuk, sehingga memungkinkan penyebaran virus polio yang berkelanjutan, bahkan mungkin terjadi wabah. Menurut perkiraan WHO / UNICEF cakupan vaksinasi mencapai 86% bayi yang menerima tiga dosis OPV pada tahun 2010, dibandingkan dengan 75% pada 1990.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/07/24/2018-senjang-imunisasi/

Saat ini semakin banyak negara industri dan wilayah bebas polio menggunakan vaksin polio tidak aktif atau suntik (IPV) dalam jadwal vaksinasi rutin. IPV tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin di negara endemik polio atau di negara berkembang, yang masih berisiko terhadap impor virus polio. Hal ini disebabkan karena IPV tidak mampu menghentikan penularan virus, pengelolaannya lebih kompleks, dan lebih mahal daripada OPV.

Pengembangan vaksin yang efektif untuk mencegah polio adalah salah satu terobosan medis utama abad ke-20. Inisiatif Pemberantasan Polio Global menggunakan dua jenis vaksin untuk menghentikan penularan polio, yaitu IPV dan OPV, dengan OPV sebagai vaksin terbanyak yang digunakan dalam perjuangan untuk memberantas polio. Virus polio yang dilemahkan yang terkandung dalam OPV mampu mereplikasi secara efektif di usus, tetapi sekitar 10.000 kali lebih sedikit yang dapat memasuki sistem saraf pusat dibandingkan virus polio liar. Ini memungkinkan individu untuk membentuk respons kekebalan terhadap virus. Hampir semua negara yang telah memberantas polio, menggunakan OPV untuk menghentikan penularan.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/27/2018-vaksin-bukan-mitos/

Keuntungan OPV adalah harganya murah, yaitu $ 0,18 untuk semua negara yang pengadaannya melalui UNICEF sejak tahun 2016. OPV aman dan efektif, yang mampu menstimulasi imunitas mukosa pada usus, oleh karena itu sangat efektif untuk menghentikan transmisi virus. OPV diberikan secara tetes mulut dan tidak memerlukan petugas profesional kesehatan atau jarum suntik steril. Namun demikian, selama beberapa minggu setelah vaksinasi, virus vaksin dapat bereplikasi di usus, dikeluarkan saat BAB dan dapat disebarkan ke orang lain dalam kontak dekat. Ini berarti bahwa di daerah-daerah dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk, vaksinasi dengan OPV dapat menyebabkan kelumpuhan, dalam kasus yang sangat jarang, sekitar 2 hingga 4 kejadian per 1 juta dosis, yang disebut kelumpuhan dari vaksinasi atau vaccine-associated paralytic polio (VAPP).

Hasil gambar untuk poliomyelitis

Vaksin polio tidak aktif suntikan (IPV) dikembangkan pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk, terdiri dari jenis virus polio yang tidak aktif (virus mati) dari ketiga jenis virus polio. IPV diberikan dengan injeksi intramuskular atau intradermal dan perlu diberikan oleh petugas kesehatan terlatih. IPV bukan vaksin ‘virus hidup’, maka tidak ada risiko ikutan setelah vaksinasi dan IPV memicu respons imun protektif yang sangat baik pada kebanyakan orang. Namun demikian, kekurangan IPV adalah menginduksi tingkat imunitas yang sangat rendah di kelenjar getah bening usus. Akibatnya, ketika seseorang divaksinasi dengan IPV terinfeksi virus polio liar, virus itu masih dapat berkembang biak di dalam usus dan dikeluarkan di dalam tinja, sehingga berisiko melanjutkan sirkulasi virus. Selain itu, harga IPV sekitar lima kali lebih mahal daripada harga OPV, pemberian vaksinnya membutuhkan tenaga kesehatan terlatih, serta peralatan dan prosedur injeksi yang steril. Namun demikian, IPV adalah salah satu vaksin teraman yang digunakan dan tidak ada reaksi merugikan sistemik yang serius setelah vaksinasi.

Hasil gambar untuk poliomyelitis

Cakupan vaksinasi polio yang telah tinggi, harus terus dipertahankan. Selain itu, virus polio liar yang tinggal tersisa di benteng pertahanannya yang terakhir, yaitu di pedalaman Afganistan dan Pakistan, haruslah kita akhiri, agar dunia yang kita tinggali menjadi bebas polio.

Sekian

Yogyakarta, 14 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Polio Terakhir

Hasil gambar untuk poliomielitis adalah

POLIO TERAKHIR

fx. wikan indrarto*)

Pada 30 tahun yang lalu, virus polio liar melumpuhkan lebih dari 350.000 anak di lebih dari 125 negara setiap tahun. Pada Jumat, 4 Januari 2019, virus polio telah dipukul mundur hingga kurang dari 30 kasus yang dilaporkan pada tahun 2018 di hanya dua Negara, yaitu Afghanistan dan Pakistan. Dengan demikian dunia kita telah berdiri di puncak kesuksesan bidang kesehatan masyarakat yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pemberantasan global penyakit infeksi kedua pada manusia dalam sejarah.

Gambar terkait

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Ini menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam. Virus ini ditularkan oleh orang-ke-orang yang menyebar terutama melalui rute faecal-oral atau, lebih jarang, oleh jalur umum misalnya, air atau makanan yang terkontaminasi, dan berkembang biak di usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada tungkai. Tidak ada obat untuk penyakit polio, tetapi hanya dapat dicegah. Vaksin polio yang diberikan berulang kali, dapat melindungi anak seumur hidup.

Gambar terkait

Polio (poliomielitis) terutama menyerang anak balita, bahkan hampir 1 dari 200 infeksi polio akan menyebabkan kelumpuhan otot yang menetap atau ireversibel. Di antara mereka yang lumpuh, 5% hingga 10% mati ketika otot-otot pernapasan mereka menjadi tidak mampu bergerak. Infeksi virus polio liar telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari sekitar 350.000 kasus, menjadi 29 kasus yang dilaporkan pada tahun 2018. Kalau Pakistan dan Afghanistan mampu mencapai kondisi bebas polio berarti dunia yang kita tinggali juga bebas polio.

Hasil gambar untuk poliomielitis adalah

Kasus virus polio liar telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari sekitar 350.000 kasus di lebih dari 125 negara endemik, menjadi 29 kasus yang dilaporkan pada tahun 2018. Dari 3 jenis virus polio liar (tipe 1, tipe 2, dan tipe 3), virus polio liar tipe 2 diberantas pada tahun 1999 dan tidak ditemukan kasus virus polio liar tipe 3 sejak kasus terakhir yang dilaporkan di Nigeria pada bulan November 2012.

Afghanistan dan Pakistan merupakan benteng terakhirnya virus polio dan harus dikalahkan untuk menyingkirkan penyakit yang melumpuhkan ini untuk selama-lamanya. Pemberantasan polio memerlukan cakupan imunisasi yang tinggi di seluruh dunia, untuk memblokir penularan virus yang sangat menular ini. Sayangnya, banyak anak masih kehilangan kesempatan mendapatkan vaksinasi karena berbagai alas an, termasuk kurangnya infrastruktur, lokasi terpencil, perpindahan penduduk, konflik bersenjata, gangguan keamanan dan penolakan terhadap vaksinasi. Tim vaksinasi di Afghanistan dan Pakistan sudah bergerak dengan cepat, untuk menemukan dan langsung memberikan vaksinasi pada setiap anak, sebelum virus menginfeksi.

Hasil gambar untuk poliomielitis adalah

Mereka telah membuat kemajuan luar biasa. Dua puluh tahun yang lalu, virus polio melumpuhkan lebih dari 30.000 anak di seluruh Pakistan. Pada tahun 2018, hanya 8 kasus yang dilaporkan dari beberapa distrik, terutama yang terpencil di sekitar hulu Sungai Indus. Namun demikian, pemberantasan polio adalah perang total dan dapat diibaratkan sebagai upaya ‘semuanya atau tidak sama sekali’. Oleh karena virus ini sangat menular, kegagalan untuk memberantas virus polio liar di bentengnya yang tersisa ini, dapat saja mengakibatkan kebangkitan penyakit polio. Bahkan kalkulasi dapat saja mencapai sebanyak 200.000 kasus baru di seluruh dunia setiap tahun, dalam 10 tahun.

Gambar terkait

Pemerintah Pakistan dan Afghanistan telah memobilisasi setiap sektor publik dan masyarakat sipil, setiap komunitas dan pemimpin agama, setiap ibu dan ayah, bahkan juga setiap petugas pemberi vaksin, untuk memberantas penyakit polio ini untuk selama-lamanya. Tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa menyelesaikan pekerjaan pemberantasan polio ini, bahkan kita hampir sampai kepada tujuan, sebagaimana dijelaskan oleh Profesor Helen Rees, Ketua Komite Darurat untuk Pemberantasan Polio. Dunia telah mencapai kondisi serupa ini sebelumnya dengan cacar (smallpox). Dunia kita telah terbukti sebagai tempat yang jauh lebih baik tanpa cacar, apalagi kalau juga tanpa polio.

Gambar terkait

Namun demikian, selama masih ada satu anak yang terinfeksi, maka semua anak di negara tersebut tetap berisiko tertular polio. Kegagalan untuk memberantas polio dari tempat persembunyian virus atau benteng terakhir yang tersisa ini, dapat menghasilkan sebanyak 200.000 kasus baru setiap tahun, dalam waktu 10 tahun, yang menyebar ke seluruh dunia.

Hasil gambar untuk poliomielitis adalah

Pada tahun 1994, Amerika disertifikasi bebas polio, diikuti oleh Pasifik Barat pada tahun 2000 dan Eropa pada Juni 2002. Pada 27 Maret 2014, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, disertifikasi bebas polio. Bebas polio berarti bahwa penularan virus polio liar telah terputus di wilayah yang membentang dari Indonesia ke India. Prestasi ini menandai lompatan ke depan yang signifikan dalam pemberantasan global, dengan 80% populasi dunia sekarang tinggal di daerah bebas polio.

Gambar terkait

Lebih dari 16 juta orang anak tetap dapat berjalan hari ini, yang terancam akan lumpuh karena infeksi virus polio. Selain itu, diperkirakan 1,5 juta kematian anak juga telah dapat dicegah, melalui pemberian vitamin A dosis tinggi yang bersamaan dengan imunisasi polio. Pemodelan ekonomi telah menemukan bahwa pemberantasan dengan imunisasi polio untuk melawan virus polio terakhir, akan menghemat setidaknya US $ 50 miliar, sebagian besar di negara berpenghasilan rendah.


Cakupan imunisasi polio yang telah tinggi, harus terus dipertahankan. Selain itu, virus polio liar yang tinggal tersisa di benteng pertahanannya yang terakhir, yaitu di pedalaman Afganistan dan Pakistan, haruslah kita kalahkan, agar dunia yang kita tinggali menjadi bebas polio.

Hasil gambar untuk poliomielitis adalah

Sekian

Yogyakarta, 9 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161