Categories
dokter Healthy Life Jalan-jalan medicolegal

2023 Komitmen Satu IDI

Beda Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI) Vs Ikatan Dokter Indonesia  (IDI)

KOMITMEN SATU  IDI

fx. wikan indrarto*)

Para dokter pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan utusan IDI Cabang se DIY, diundang untuk hadir dalam sebuah pertemuan khusus, yang diberangkatkan sesuai dengan kelompok umur dalam 2 buah bis ukuran medium, selain beberapa mobil pribadi. Kami pribadi masuk kelompok 1 yang disebut senior untuk segera naik bis. Bis kami adalah sebuah Mercedes Benz OF 917 yang unik karena menggunakan mesin 4D34 series buatan Mitsubishi, karena saham Mitsubishi Truck and Bus sebagian besar dimiliki oleh Daimler yang juga pemilik Mercedes-Benz. Bis ini menggunakan mesin diesel turbo intercooler yang mampu mengeluarkan tenaga maksimal 170 ps dan torsi maksimal 520 nm, yang disalurkan via transmisi manual 6 percepatan, sehingga kami santai saja saat bis menanjak menuju Ngablak, Kabupaten Magelang yang terletak di dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 1.370 mdpl dan dikeliling Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Andong. Bis dengan mesin depan buatan tahun 2019 AB 7304 BK milik PO. Gege Transport, berbalut body Jetbus MD3+ buatan karoseri Adi Putro Malang, tampil gagah dengan kabin wangi, dingin dan senyap, melaju dengan diantar oleh Seven Six Tour.

Kedua bis medium Mercedes-Benz yang gagah telah parkir di Omah Kembang, Ngablak, Magelang yang berundak terasering dan mempesona
Sunset di Omah Kembang , Ngablak, Magelang dengan Gunung Andong di kejauhan

Pertemuan khusus tersebut adalah Penggalangan Komitmen  IDI Wilayah DIY dengan tema : bersama untuk maju dan menjadi lebih baik, diselenggarakan di Omah Kembang, Ngablak, Magelang Jawa Tengah pada Sabtu, 19 Agustus 2023. Setelah menjalani perjalanan mengasyikkan dengan alunan suara karaoke yang merdu penuh cengkok dari dr. Dewi Irawati, MKes dan dr. Wisni Anggrieni, M. Biomed (AAM), termasuk lagu hit ‘Nemen’ dan ‘Rungkad’ di tengah kepadatan arus lalu lintas, kami segera mendarat di lokasi dan mengambil posisi untuk membuat foto indah berlatar matahari yang akan tidur dalam sunset, dibuai panorama alam indah yang dikelilingi oleh Gunung Telomoyo di kanan dan Gunung Andong di kiri. Setelah beristirahat sejenak di kamar, menikmati wellcome drink jahe hangat, dan sholat magrib, kami segera berkumpul di aula yang atapnya tinggi menjulang, disangga pilar besar serupa Pathenon dalam mitologi Yunani, yang bercat putih dan nampak berwibawa.

Setelah sesi makan malam bersama, acara resmi dimulai dengan berdoa bersama menurut agama masing-masing peserta, menyanyikan langsung lagu Indonesia Raya yang menggetarkan jiwa, Hymne IDI yang anggun dan Mars IDI yang penuh semangat, meski perangkat audio ngadat. Pengantar acara dan pemaparan hasil survei tentang harapan para dokter di DIY terhadap pengurus IDI, disampaikan oleh Dr. Joko Murdiyanto, SpAn, MKes, FISQua, sebagai Ketua Umum IDI Wilayah DIY. Meskipun mayoritas jawaban survei adalah kepercayaan yang baik, dukungan positif dan harapan yang terjaga akan IDI, tetapi analisis lebih lanjut tentang persebaran karakteristik dokter pengisi survei perlu dilakukan, karena suara para dokter yang tidak aktif dalam orgaisasi IDI tentu lebih berbunyi.

Acara resmi dilanjutkan sambutan oleh Dr. dr. M. Adib Khomaidi, SpOT Ketua Umum PB IDI di Jakarta melalui aplikasi Zoom, yang menjelaskan tentang visi IDI Reborn. Menyusul disetujuinya UU Kesehatan Omnibuslaw, maka segenap pengurus dan anggota IDI diharapkan mawas diri dan memperbaiki kekurangan yang masih ada, agar marwah organisasi profesi dokter tetap dapat dijaga baik dan bermanfaat bagi sesama.

Segenap peserta acara dengan Dr. Agung Kristianto alumnus FK UGM 95, jongkok paling kiri, sebagai motivator yang seorang dokter

Malam semakin dingin menggigit tulang, karena angin gunung berhembus menurunkan suhu sampai 16 derajat, saat kami masuk sesi utama penggalangan komitmen. Didampingi Dr. Agung Kristianto alumnus FK UGM 95 yang menjadi motivator handal dalam merumuskan langkah konkrit yang terjangkau, untuk mewujudkan visi IDI Reborn di tingkat Wilayah DIY. Dengan dibagi menjadi 5 kelompok dengan sebutan paru, tangan, mata, usus, dan otak yang masing-masing kelompok memiliki yel-yel, ketua suku, juru bicara dan juru foto dokumentasi sendiri-sendiri, para peserta wajib menjawab 4 buah pertanyaan refleksi tentang IDI, terkait terbitnya UU Kesehatan Omnibuslaw. Yaitu apa yang sekarang dirasakan, posisi IDI yang sedang dialami dalam roda kehidupan, harapan ke depan yang visioner, dan rencana aksi nyata yang terdekat, terjangkau dan terukur. Model pembagian kelompok, jawaban setiap peserta yang wajib ditulis dan ditempelkan di kertas kerja kelompok, adalah metode sangat cepat, tepat dan ideal, karena mampu melibatkan setiap peserta, tanpa kecuali. Sasaran kerja pengurus IDI Wilayah DIY adalah para dokter anggota berdasarkan kelompok umur menjadi calon anggota, pra mapan, mapan dan paska mapan. Sebuah pembagian kelompok sasaran program kerja yang bersifat baru, genuine, deduktif, dan rasanya selama ini belum pernah dilakukan.

Kelompok ‘tangan’ yang berdiskusi cepat, lugas, dan terus terang, saat menjawab pertanyaan refleksi oleh motivator handal, Dr. Agung Kristianto

Dengan diselingi sesi ‘games’ pemecah kebekuan yang penuh sanksi bagi peserta yang kurang berkonsentrasi, juga foto segenap peserta dalam berbagai gaya, maka rangkuman hasil refleksi berkelompok segenap peserta tanpa kecuali, telah dirumuskan dan diserahkan kepada pengurus IDI Wilayah DIY. Sebagai penutup acara, Dr. dr. HM Sagiran, MKes, SpB-KL merumuskan rangkuman sebagai simpul pertemuan malam itu, yang dapat dibawa pulang oleh peserta. Semua hal yang dilakukan oleh para pengurus IDI, baik saat bekerja dengan tekun maupun bermain dengan riang, seharusnya menjadi ibadah kepada Tuhan kita Yang Maha Besar.

Dr. dr. HM Sagiran, MKes, SpB-KL merumuskan rangkuman yang ‘mbundeli’.

Setelah acara resmi ditutup menjelang tengah malam yang dingin menyayat, segera dilanjutkan acara pribadi sampai larut malam. Di kamar masing-masing ada peserta yang langsung dapat tertidur pulas, masih mengobrol serius, atau bahkan ada yang kurang nyenyak tidur, sebagai dampak suara dengkuran peserta lain yang saling bersautan mencapai 85 dB, bahkan ada juga senior yang mengalami ‘sleep apneu’ saat tidur terlentang. Terdapat 3 pasangan peserta yang hadir dari total 76 dokter pserta, yaitu yang paling senior adalah Prof. dr. Abdul Salam Sofro, MSc, PhD, yang tengah adalah Dr. dr. HM Sagiran, MKes, SpB-KL, yang memainkan peran kunci acara ini Dr. dr. M. Rosadi Seswandhana, Sp.B, Sp. BP-RE(K), ketiganya terlelap di kamar bentuk villa, dan yang paling berbahagia mengalahkan semua yang hadir karena tingginya semangat, tentu saja pasangan hebat dr. Agung Widianto, SpB-KBD yang akhirnya terkapar di kamar bentuk glamping.

Minggu, 20 Agustus 2023 dini hari suhu lingkungan mencapai titik terendah, yaitu 14 derajat. Segera aktivitas pagi dimulai, baik dengan jogging ataupun jalan kaki menyusuri alam sambil belanja sayuran segar dari petani setempat. Yang paling heboh adalah selfi dengan suasana kemerdekanaan RI dengan banyaknya umbul-umbul dan bendera Merah Putih di sepanjang jalan. Dalam sesi obrolan menjelang sarapan, muncul beberapa poin penting yang dapat dikerjakan pengurus IDI dalam waktu dekat, yaitu sistem mentoring, iuran bukan tunggal, ketrampilan mendengarkan dan mengedukasi, kemudahan bagi dokter diaspora, pengurangan porsi ranah pendidikan dalam P2KB, serta aturan turunan untuk SIP Dokter yang perlu diperjuangkan.

.

Sistem mentoring sebaiknya diperkenalkan untuk menularkan ketrampilan dari dokter mapan atau senior kepada dokter pra mapan atau yunior, seharusnya tidak sekedar dalam aspek mutu, etika, ilmiah dan iptekdok yang selama ini sudah berjalan dan tidak perlu ditingkatkan, tetapi juga dalam aspek seluk beluk kehidupan dokter yang lebih luas, termasuk karier, pendidikan lanjutan dan minat. Seirama dengan hal itu, perlu juga diberlakukan regulasi baru iuran anggota IDI, yang sebaiknya tidak memiliki besaran nominal tunggal, karena sering kali memberatkan bagi para dokter pra mapan atau pemula.

.

Belajar dari tingginya penyebab kurang memadainya komuniasi dokter, sebagai faktor penting terjadinya keluhan pasien, sengketa dokter dan pasien, bahkan tuduhan malpraktek medis, maka ketrampilan mendengarkan keluhan pasien dan mengedukasi pasien, terutama pada saat pasien diharapkan akan menyetujui tindakan medis penting dalam bentuk ‘informed consent’, dipandang sangat perlu dilatihkan oleh para dokter senior. Terkait dengan sulitnya dokter WNI tamatan FK luar negeri untuk berkarier di Indonesia, karena proses adaptasi yang rumit, berbelit dan sulit, ada baiknya dicetuskan program internship dokter diaspora, sebagai pengganti adaptasi. Program ini tentu jauh lebih terjangkau, semakin singkat, tambah pasti dan menyenangkan.

.

Poin penting lainnya adalah pengurangan bobot ranah pendidikan dalam P2KB yang saat ini setara dengan ranah professional, tentu banyak ditunggu oleh para dokter yang selama ini suaranya terkunci. Juga peran pengurus IDI dalam mengawal terbitnya aturan turunan dari UU Kesehatan Omnibuslaw, khususnya dalam regulasi penerbitan SIP (Surat Ijin Praktek) Dokter oleh dinas kesehatan tingkat 2 di manapun. Persyaratan rekomendasi IDI untuk terbitnya SIP yang sudah dianulir, sebaiknya diperjuangkan untuk diganti menjadi persyaratan rekredensialing dokter, oleh dinas kesehatan yang wajib melibatkan IDI.

.

Setelah sarapan pagi yang mengenyangkan, sebagain kecil para peserta pamit mundur melanjutkan agenda mingguannya pribadi. Sebagain besar peserta, baik dalam 2 buah bis medium dan 8 buah mobil pribadi, melanjutkan petualangan ke Gunung Telomoyo yang terletak di perbatasan wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gunung ini memiliki ketinggian 1.894 mdpl dan merupakan gunung api yang berbentuk strato (kerucut), tetapi belum pernah tercatat meletus dalam koleksi data geologis Pemerintah Hindia Belanda. Gunung Telomoyo diapit oleh Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Sumbing, dan Gunung Ungaran, yang secara alamiah terbentuk dari sisi selatan Gunung Soropati, yang telah tererosi dan runtuh sejak masa Pleistosen. Akibat runtuhan ini, terbentuk cekungan berbentuk U yang membuka ke arah tenggara. Gunung Telomoyo muncul di sebelah selatan depresi ini, setinggi 600 m dari dasar cekungan, yang membuatnya enak dipandang dari kejauhan.

.

Terdapat 2 jalur untuk mendaki di Gunung Telomoyo, pertama lewat Pos Dalangan Desa Pandean, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, dan kedua lewat Sepakung, Banyubiru, Kabupaten Semarang. Kami segera bergegas menuju terminal akhir kendaraan pribadi, di desa Pandean yang tertata rapi, asri dan bersih. Setelah diambil gambar dan video peserta dalam arahan ‘guide Seven Six Tour’, kami segera berpencar naik ke atas jeep masing-masing, untuk memulai pendakian. Kalau wisata di Gunung Bromo menggunakan Jeep Toyota Land Cruiser Hard Top, di Gunung Merapi menggunakan Jeep Willys peninggalan Perang Dunia II dan di areal Candi Borobudur menggunakan semi jeep VW Safari, maka di Telomoyo menggunakan jeep keluaran pabrikan Daihatsu, baik Feroza, Rocky, Hi-Line, maupuan Taft. Kami berkesempatan naik jeep Daihatsu keluaran tahun 1988 atau generasi ketiga dari Taft yang diberi kode F75. Mobil itu kemudian lebih populer dengan sebutan jeep Taft Rocky generasi pertama, sebuah SUV boxy dengan atap removable terbuat dari resin dan menggunakan mesin diesel DL42, memiliki kubikasi 2.765 cc dengan transmisi empat percepatan. Mesin Taft Rocky tersebut sudah menggunakan timing belt sebagai penggerak katup dan injeksi rotari. Dr. Kuncoro dari Cabang Gunung Kidul dan Dr. Surya Pidada dari BHP2A adalah teman seperjalanan yang asyik menikmati petualangan ini.

Kami bertiga (dengan Dr. Kuncoro dan Dr. Surya Pidada) siap ikut Jeep Anventure Daihatsu Rocky 1987 dalam pendakian Telomoyo Explore

Berbeda dengan kebanyakan gunung dimana kita harus bersusah-susah mendaki untuk dapat sampai di puncaknya, di Gunung Telomoyo kita tidak perlu menguras tenaga dengan berjalan kaki, karena sudah terdapat jalan beraspal dari bawah hingga puncak. Walaupun jalannya sudah berupa aspal, tetapi ada beberapa bagian jalan di wilayah Kabupaten Magelang yang sedikit rusak, namun inilah tantangan yang membuat pendakian kami naik jeep semakin seru. Jalan aspal menuju puncak Gunung Telomoyo cukup menanjak dengan jalur yang sempit, berliku, tikungan dan tanjakan tajam dengan banyak sekali pesepeda motor yang berwisata, sehingga perjalanan cukup sering berhenti untuk berbagi jalan. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan alam kawasan Kota Salatiga, Kabupaten Magelang dan Semarang yang terlihat mengagumkan, di sela-sela awan yang terkoyak.

.

Perjalanan ke puncak Gunung Telomoyo membutuhkan waktu sekitar 30 menit sampai ke stasiun Telkom, melewati landasan paralayang yang menjadi spot foto paling populer dan favorit di jalur pendakian Gunung Telomoyo, yang setiap hari libur sangat padat pengunjung. Setelah puas berfoto dan direkam video di puncak Gunung Telomoyo yang dilengkapi dengan penyalaan suar beraneka warna, termasuk warna coklat dan biru yang melumuri segenap wajah ganteng Dr. Desi Arijadi yang justru semakin merata saat dibasuh dengan air mineral,  kami segera turun. Setelah makan siang menu ikan nila goreng, tempe garit, tahu bacem, sayur asem, jahe panas dan pisang tandan segar di Griya Dahar Sere Wangi Pandean, Ngablak, Kabupaten Magelang, kami segera berpisah arah. Rombongan peserta generasi milenial melanjutkan perjalanan wisata ke Kopeng, sedangkan kami dari generasi lansia segera kembali ke Yogyakarta.

Taman Langit pada puncak Gunung Telomoyo dengan ketinggian 1.370 mdpl yang menuh menara telekomunikasi tinggi menjulang
Menu makan siang dengan pisang tandan segar di Griya Dahar Sere Wangi Pandean, Ngablak, Kabupaten Magelang,

Penggalangan komitmen segenap pengurus IDI Wilayah DIY dengan tema : bersama untuk maju dan menjadi lebih baik, merupakan reposisi setelah mawas diri atas sikap IDI yang pernah terlanjur ‘kemajon’. Pada acara tersebut telah menyatukan tekat dalam aksi nyata dalam waktu dekat, dengan lebih peka, tidak pecah, dan tetap hanya ada 1 organisasi profesi dokter Indonesia, yaitu IDI. Semoga berhasil dengan baik.

Sekian dan terimakasih

*) anggota MKEK IDI Wilayah DIY, NPA IDI : 1401.32378, dan penggemar bis.