Categories
Istanbul

2012 Melayang ke Jepang

 

MELAYANG  KE  JEPANG

fx. wikan indrarto dan b. sari prasetyati*)

Pada Rabu, 14 November 2012, kami berdua memulai petualangan di Jepang. Dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Jakarta, kami naik pesawat milik maskapai All Nippon Airways (ANA) ‘a Star Alliance Member’, yaitu Boeing 767 ‘Dreamliner’ versi 300 dengan kode pesawat NH 0938. Kami harus menempuh jarak 5.844 km, dengan ketinggian 16.000 kaki, dan kecepatan 961 km/jam. Pesawat tercanggih keluaran Boeing tersebut meninggalkan Jakarta pk. 21.20 dan kami mendarat dalam dekapan udara dingin Bandara International Narita Tokyo, yaitu 40 C pada pk. 6.35 waktu setempat, waktu di Jepang setara WIT, hari Kamis, 15 November 2012. Lama penerbangan sekitar 7 jam, sangat melelahkan.

Di Bandara International Narita, sekitar 66 km di timur kota Metropolitan Tokyo, kami membeli kartu Suica (‘pre-paid card’) dengan harga minimal Y (yen) 1.500 untuk keperluan transaksi apapun. Diselingi kebingungan akan membeli kartu Posmo (‘pre-paid card’ juga) yang lebih mudah kami ingat namanya sejak dari Indonesia, tetapi ternyata fasilitasnya belum seluas Suica. Akhirnya kami dibantu seorang petugas layanan pelanggan yang baik hati, mendampingi pembelian card, dan bahkan mencarikan jadwal lanjutan kereta dari Narita, menuju lokasi acara.

 DSC01868  DSC01869

JR Sobu Line di stasiun bandara

Suasana gerbong yang bersih & rapi

Pada tahun 1872, jalan kereta api yang pertama di Jepang dibangun antara Yokohama dengan Shinagawa dan Shimbashi di Tokyo. Jaringan transportasi kereta api di Jepang, merupakan jaringan terpadat, tersibuk dan terrumit di dunia. Selain kereta peluru Shinkansen yang dapat melaju sampai kecepatan 356 km/jam, juga ada monorail yang melayang dan subway (underground) yang melaju di terowongan bawah tanah. Yang melaju di rel biasa (railways) addalah kereta api yang dioperasikan Japan Railway (JR) dan sempat kami lihat paling tidak ada 16 line (jalur), misalnya Tokaido, Sobu, Yakasuka, Shonan Sinjuku, Keihontohoku, Negishi, Yokohama, Nanbu, Tokyu Toyoko, Minatomirai, Keihin Kyoku, Metro Asakusa, Yamanote, Chuo, Keiyo, dan Keisei. Berdasarkan laju kereta dan stasiun yang disinggahi, jaringan kereta JR terbagi menjadi ‘local, express, limited express, rapid, commuter express, and limited express. Para calon penumpang haruslah juga memperhatikan jenis kereta, agar dapat sampai ke tempat tujuan tanpa kesulitan.

Pertama-tama kami dianjurkan menambah deposit dalam card, karena perjalanan kami ke Yokohama total perlu tiket seharga Y 1850. Setelah itu kami diantar untuk mencari kereta JR Sobu Line pada track 1 yang berangkat pk. 08.37 menuju Chiba. Kami melewati Stasiun Terminal 2 Bandara Narita, Stasiun Kota Narita, Shisui, Sakura, Monoi, Yatsukaido, Tsuga, dan Higashi-Chiba. Kami sempat salah turun dan binung sejenak, karena seharusnya turun di Chiba, bukan Higashi-Chiba. Akhirnya kami naik kereta berikutnya dan sampai di Chiba, sebuah ‘interchange station kecil’, pada track 9 pk. 9.24, untuk ganti kereta JR Yokosuka Line pada track 8 pk. 9.55, menuju stasiun Shinagawa. Kami melewati stasiun Inage, Tsudanuma, Funabashi, Ichikawa, Shin Koiwa, Kinshicho, Bakurocho, Shin-Nihombashi, Tokyo, dan Shimbashi.

Di Stasiun Shinagawa yang merupakan ‘interchange station’ cukup besar yang cukup padat manusia, kami berganti kereta ke JR Keihin-Tohoku Line menuju stasiun Tsurumi di track 4. Kami melewati stasiun Oimachi, Omori, Kamata, dan Kawasaki. Perjalanan kami percepat karena keterbatasan waktu, sehingga kami tidak berani naik bis, tetapi kami lanjutkan dengan naik taxi dari East Exit Tsurumi Station, berupa Toyota Comfort dengan sopir seorang pensiunan bertarif Y 1.600. Kami harus bertanya terlebih dahulu kepada polisi lalu lintas dan memintanya menuliskan dalam ejaan Kanji, alamat lokasi pertemuan yang dituju, karena sopir taxi di Jepang pada umumnya tidak mampu berbahasa Inggris dan membaca huruf Latin.

Kami merupakan 1 dari 97 peserta yang mengikuti ‘Patients and Medicine Forum: exploring solutions for personalized medicine’ di Koryuto-hall Omics Science Center (OSC), RIKEN Yokohama Institute, 1-7-22 Suehiro-cho, Tsurumi-ku, Yokohama City, Jepang. Kami terlambat hadir untuk mengikuti kuliah Direktur Pusat Penyakit Respirologi Universitas Kota Yokohama Prof. Takeshi Kaneko, MD, PhD dengan judul ‘How Personalized Medicine Has Proceeded’, tetapi sempat mengikuti paparan Prof. Anders Rane, MD PhD dari Karolinska Institute Swedia, dengan judul ‘Genetic in dose tailoring and diagnostics-two examples’. Diselingi makan siang bertarif Y 500 yang kami bayar dengan Suica card, kemudian pada sesi poster dibahas 3 penelitian. Penelitian Herbers, et al., tentang deteksi mutasi gen menggunakan ECHO (Exciton-Controlloed Hybridization Oligonucleotide), Camou, et al., tentang teknik pemeriksaan gula darah yang ‘non invasive and continous’, dan penelitian kami sendiri tentang dukungan sosial dokter untuk orangtua anak asma.

 DSC01880  DSC01871

Di gerbang RIKEN Yokohama Science Center

Poster hasil penelitian

Kuliah siang oleh Michiaki Kubo MD PhD, direktur Center fot Genomic Medicine (CGM) Riken dengan judul ‘Genetic research toward personalized medicine’ dan Vincent Fusaro MD PhD, peneliti senior Laboratory for Personalized Medicine (LPM), Universitas Harvard, AS dengan judul ‘A system approach to designing pharmaco-genomic clinical trials’. Diteruskan pembahasan 3 poster penelitian. Penelitian Chena, et al., tentang biaya pertanggungan asuransi untuk SLE di Taiwan, Takahashi, et al., tentang desain molekuler dan strategi interaksi obat pada tumor otak ganas, dan Nakao, et al., tentang polimorfisme genetik dan dampak klinis melalui sintesa protein ABCG2 dalam retikulum endoplasma. Kami tidak dapat mengikuti kuliah terakhir hari pertama oleh Matthias Machacek MD PhD, Kepala Devisi Teknik Kesehatan Novartis AG di Swiss, tentang ‘Medical device for the measurement of visual function of patients with age-related macular degeneration’, karena kami harus segera ‘check in’ di hotel. Barang bawaan kami dari Indonesia, semua masih kami bawa ke ruang kuliah, karena belum sempat mampir ke hotel. Selesai acara kami dipesankan taxi oleh petugas Satpam dan menuliskan alamat hotelnya dalam huruf Kanji Jepang. Kami naik taxi Nissan Cedric Custom yang bersih dan lapang, dengan sopir seorang ibu setengah baya. Kami menginap di Hotel Central Plaza, Tsurumicho 4-5-13, Yokohama, 230-0051, bertarif Y8500 dengan 2 tempat tidur.

Setelah mengikuti kuliah di hari kedua oleh Edith Scallmeiner PhD dari Roche Diagnostics, Swiss tentang ‘Collaborative business models for Personalized Medicine’ dan Mime Egami, PhD tentang ‘Cell Sheet Engineering for Patients & Medical Innovation’, kami melanjutkan dengan jalan-jalan. Kami terpaksa tidak mengikuti sesi poster, berbagai usul dalam ‘white board’, dan diskusi kelompok, apalagi social event dan penutupan acara oleh Mr Yoshihide Hayashizaki, Direktur OSC, sebagai tuan rumah.

Dari Tsurumi Station kami menuju ke Yokohama Station, sebuah stasiun kota besar yang sangat padat penumpang. Kami berganti kereta dan meneruskan ke Sakuragicho Station. Perjalanan menyusuri kota tua Yokohama kami lanjutkan dengan berjalan kaki, melalui trotoar yang lebar, halus dan rapi, dalam dekapan suhu dingin 50C, meski sinar matahari terang menyilaukan mata, tetapi tidak mampu mengusir dinginnya udara.

 DSC01881  DSC01886

Gerbang Yokohama City University

Santai berdua di antara kesibukan penumpang

Yokohama adalah ibu kota Prefektur Kanagawa, Jepang. Kota ini terletak di wilayah Kanto, Pulau Honshu. Yokohama dihuni 3,6 juta penduduk dan merupakan kota terbesar nomor dua di Jepang setelah Tokyo. Luasnya 437,38 km². Populasi (data 1 Februari 2007) 3.606.902 jiwa. Kota ini merupakan kota pelabuhan yang berkembang pesat setelah Jepang membuka diri dari politik isolasi di akhir abad 19. Pelabuhan Yokohama merupakan pelabuhan utama di Jepang, bersama-sama dengan pelabuhan lain di kota Kobe, Osaka, Nagayo, Hakata, Tokyo dan Chiba.

Di awal abad ke-20, pelabuhan Yokohama berubah menjadi pelabuhan industri bersamaan dengan pengembangan Kawasan Industri Keihin. Pelabuhan Yokohama berubah sebagai pintu masuk impor besi baja, mesin-mesin, dan minyak bumi. Pada 1 September 1923, sebagian kota Yokohama hancur akibat gempa bumi besar Kanto dan penduduk yang tewas berjumlah 23 ribu orang. Di zaman sekarang, Pelabuhan Yokohama berfungsi sebagai pelabuhan kontainer dan salah satu dari berbagai pelabuhan di Jepang yang melayani arus ekspor impor.

Yokohama terletak di bagian sebelah barat Teluk Tokyo. Letaknya hanya 30 km dari Tokyo dan dihubungkan dengan berbagai jalur kereta api, jalan-jalan bebas hambatan, dan jalan raya yang melewati kota Kawasaki. Yokohama tidak hanya kaya dengan sejarah masa lalu, tapi juga siap menghadapi abad 21. Untuk menghadapi tantangan di masa depan dalam pengembangan Yokohama sebagai kota bisnis, dibangun proyek Minato Mirai 21 (MM21), sebagai kota baru di sepanjang area pelabuhan. MM21 akan menjadi kota informasi, sejalan dengan aktifnya arus budaya informasi dan perkembangan ekonomi. Kota ini berusaha menjadi pusat dari perusahaan-perusahaan besar, serta pusat riset dan teknologi.

Perjalanan sekitar 7,2 km dengan jalan kaki, dimulai dari Moving Walkway ke Landmark Tower Minotamirai 21 dan Kanagawa Prefectural Museum of Cultural History. Tower setinggi 296 m tersebut menjadi simbol Yokohama yang dilengkapi ruang pandang (observatory) di lantai 69. Kami hanya melihat dari kejauhan Yokohama Cosmoworld, yang dilengkapi roda putar terbesar di dunia, lebih besar dibandingkan London Eye di Inggris, yaitu berdiameter 112,5 m dan dapat dinaiki 480 penumpang dewasa, dengan roller coaster dan seluncuran air. Kemudian NYK Maritime Museum, menyeberang Bankokubashi Bridge tempat favorit untuk mengambil foto lansekap Yokohama. Lanjut ke Yokohama Red Brick Warehouse (Aka-Renga Soko) yang merupakan 2 buah gedung bangunan pergudangan jaman Meiji dan Taisho yang berdinding bata merah. Saat ini gedung pertama digunakan untuk ruang konser musik, pameran dan kuliah umum, sedangkan gedung kedua digunakan untuk bar, restoran dan toko oleh 50 penyewa. Di sampingnya ada Zou-no-hana Park, tempat yang cocok untuk duduk bersantai, luas dan indah untuk berfoto dengan kapal pesiar yang bersandar di dermaga.

 DSC01895  DSC01892
Landmark Tower MM21 dan Yokohama

Cosmoworld dengan roda putar sangat besar

Kanagawa Prefectural

Museum of Cultural History

Wilayah yang sekarang menjadi kota Yokohama mulai berkembang sejak abad ke-13 di zaman Keshogunan Kamakura. Di sepanjang aliran Sungai Tsurumi dan Sungai Kashio merupakan daerah pertanian, dan daerah pantai Teluk Tokyo berkembang sebagai desa nelayan. Di abad ke-17, sewaktu Keshogunan Edo menjadikan Edo sebagai ibu kota Jepang, Yokohama menjadi kota transit di jalur Tokaido. Pada waktu itu terdapat rumah-rumah penginapan di tempat perhentian yang disebut  Kanagawa-jiku, Hodogaya-jiku, dan Totsuka-jiku. Tempat perhentian yang paling ramai adalah Kanagawa-juku karena dekat dengan Pelabuhan Kanagawa, yang sibuk dengan lalu lintas kapal dan barang di Teluk Edo.

Nama “Yokohama” sebagai sebuah kota, berasal dari nama desa nelayan bernama desa Yokohama (Yokohama-mura) yang terletak di Distrik Kuraki, Provinsi Musashi. Hingga di akhir zaman Edo, desa Yokohama adalah desa kecil di atas sebuah delta sungai yang penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Kedatangan Komodor Matthew Perry di Jepang mengubah nasib desa kecil Yokohama. Komodor Matthew Perry tiba di selatan Yokohama bersama armada kapal perang Amerika Serikat dan meminta Jepang membuka beberapa pelabuhan untuk perdagangan. Pada tahun 1854, Komodor Matthew Perry menggunakan Persetujuan Kanagawa untuk memaksa Jepang membuka pelabuhan di Shimoda dan Hakodate kepada Amerika Serikat dan mengakhiri kebijakan tertutup Jepang yang telah berlangsung 200 tahun. Selanjutnya berdasarkan Treaty of Amity and Commerce pada tahun 1885, Pelabuhan Yokohama dibuka untuk kapal-kapal AS.

 DSC01893  DSC01896

NYK Maritime Museum

Yokohama Red Brick Warehouse

(Aka-Renga Soko)

Pada mulanya, kota perhentian Kanagawa-juku (sekarang disebut Kanagawa-ku) ingin dijadikan salah satu pelabuhan untuk kapal asing, namun letak Kanagawa-juku dianggap pemerintah terlalu dekat dengan jalur utama Tokaido yang strategis. Sebagai gantinya, berbagai fasilitas pelabuhan dibangun di desa Yokohama yang waktu itu masih berupa desa nelayan yang sepi. Pada 1 Juli 1859, Pelabuhan Yokohama diresmikan sebagai pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan dengan negara Barat.

Selanjutnya kami menyaksikan Yokohama Costums (Tower of Queen), Kanagawa Prefectural Goverment (Tower of King) dan Port Opening Memorial Hall (Tower of Jack), ketiga bangunan tinggi tersebut saling berdekatan, diberi nama yang unik dan merupakan arsitekktur abad 16 yang masih digunakan sampai sekarang. Setelah melewati Bank of Japan, kami memasuki Yokohama Park, sebuah taman kota yang rindang dan dilengkapi dengan Yokohama Baseball Stadium, yang merupakan markas Yokohama Baystars, sebuah klub profesional American Football yang cukup terkenal. Di sampingnya ada Genbuman Gate yang kami masuki untuk mulai belanja cinderamata ke China Square di tengah China Town. Setelah ditutup makan siang ‘sepiring berdua’ nasi goreng udang seharga Y 1350 di sebuah rumah makan Cina, kami melanjutkan perjalanan kaki menyeberang di bawah Metropolitan Expressway, terus melompati jembatan Nishinohashi, sampai ke gerbang Motomachi, sebauh kompleks belanja elite bercitarasa barat, untuk para ekspatriat sejak jaman dahulu.

 DSC01899  DSC01900

Zou-no-hana Park dengan kapal pesiar

yang sedang bersandar

Yokohama Costums (Tower of Queen)

Pelabuhan Yokohama langsung menjadi basis perdagangan luar negeri di Jepang. Surat kabar berbahasa Inggris pertama di Jepang, Japan Herald terbit pertama kali pada tahun 1861. Pusat pembangkit tenaga listrik berbahan bakar batu bara dibangun pertama kali di Yokohama oleh saudagar Inggris bernama Samuel Cocking pada tahun 1887. Pembangkit tenaga listrik ini mulanya dibangun untuk memenuhi keperluan sendiri, tapi nantinya berkembang sebagai perusahaan listrik kota Yokohama. Yokohama sebagai sebuah kota didirikan secara resmi pada 1 April 1889. Sesudah penghapusan lokasi permukiman orang asing pada tahun 1889, Yokohama berkembang sebagai kota internasional pertama di Jepang. Kawasan yang ditinggali orang asing meluas dari kawasan Kannai hingga ke Yamate, dan kawasan Pecinan Yokohama. Pelabuhan ini sekaligus merupakan pintu masuk bagi pengaruh kebudayaan Barat di Jepang, termasuk surat kabar harian (1870) dan lampu penerangan jalan berbahan bakar gas (1872).

Kami menyusuri terowongan di bawah sebuah bukit sejauh 1,2 km, yang disebut bukit Yamate. Di ujung terowongan kami mendaki bukit untuk masuk ke Yamate Park dan Museum of Tennis. Yamete Park adalah taman bergaya Eropa pertama yang dibangun di Jepang oleh para pemukim barat saat Meiji 3 tahun 1870. Museum of Tennis merupakan bangunan untuk memperingati 120 tahun permainan tenis lapangan di Jepang. Permainan tenis lapangan pertama di Jepang dilakukan saat Meiji 9 tahun 1876. Setelah melihat kayu dan bambu kuno sebagai bahan raket tenis kuno, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah gereja Katolik, untuk berdoa dan mengucap syukur.

 DSC01901  DSC01906

Port Opening Memorial Hall

(Tower of Jack)

Terowongan ke Yamate Park

dan Museum of Tennis.

Santo Fransiscus Xaverius, seorang pastor ordo Serikat Jesus dari Spanyol, adalah misionaris Katolik pertama yang datang ke Jepang pada tahun 1549 dan meninggal di sana tahun 1579, setelah membatis 130.000 orang Jepang menjadi Katolik. Pada periode 1553-1620 telah dibaptis sebanyak 80 daimyo (setingkat bupati), bahkan Oda Nobunsa adalah Shogun (penguasa militer) pertama yang menjadi Katolik. Pada tahun 1587 Toyotomi Hideyoshi adalah Shogun yang melarang penyebaran agama Katolik dan mengusir semua misionaris Eropa, sampai saat Tokugawa menjadi Shogun yang mengijinkan kembali misionaris Perancis. Para pastor dari ordo MEP (Paris Foreign Mission Sociaety) pada tahun 1862 membangun gereja Katolik pertama di Jepang setelah masa isolasi, di Bayamashita-cho, yang sekarang digunakan sebagai Marine Yokohama Tower. Pada tahun 1906 gereja direlokasi ke daerah perbukitan dan dibangun dalam gaya arsitektur Gothick. Pada tahun 1923 gereja tersebut hancur karena gempa bumi Kanto yang sangat hebat, menewaskan 23.000 penduduk, dan pada 23 November 1923 dipugar total menjadi sangat indah, berdasarkan pemikiran arsitek Czech ternama Mr Jan Jaset Svager, sebagaimana dapat dinikmati sampai sekarang. Di samping gereja terdapat patung Bunda Maria yang dikirim dari Perancis pada awal Juli 1933. Gereja Katedral Hati Kudus tersebut, dikenal sebagai Gereja Katolik Yamate.

Dari gereja kami turun ke Motomachi lagi dan membeli beberapa kertas Jepang. Setelah itu, kami naik bis 101 ke stasiun Sakuragicho. Bis Hino mesin belakang yang suspensinya empuk, kami naiki dengan mesin pemindai Suica card tegak di dekat sopir, yang bekerja mandiri dengan mikrofon kecil di depan mulut yang terkoneksi bluetooth ke HP di pinggang. Bis bertransmisi manual tersebut, dapat dimiringkan ke kiri, saat penumpang naik ataupun turun, dilengkapi penghangat ruangan untuk melawan dingin udara luar, dan selalu dimatikan mesinnya saat lampu merah menyala. Kami turun di dekat west exit stasiun Sakuragicho dan setelah menambah deposit Suica card sebanyak Y 1000 di mesin tiket elektrik, kami meneruskan perjalanan pulang dengan JR Keihin-Touhoku Line menuju Tsurumi Station.

 DSC01911  DSC01909

Gereja Katedral Hati Kudus,

dikenal sebagai Gereja Katolik Yamate.

Patung Bunda Maria

dari Perancis pada awal Juli 1933

Malam ini kami tertidur dengan kelelahan, kedinginan dan kekenyangan. Kelalahan karena menempuh rute Yokohama Sightseeing sejauh 9,2 km dengan berjalan kaki tanpa keringat setetespun. Kedinginan karena suhu udara berkisar 3-90C dan kekenyangan karena makan mie instan aseli Jepang bercampur irisan berbagai sayuran, ditambah paha ayam goreng, pisang dan jeruk di toko dekat hotel yang kami beli seharga Y515. Yang sangat berkesan juga adalah kebersihan kota juga public area yang sangat luar biasa, tempat sampah dengan pemisahan sampah basah, kering dan plastik yang sangat rapi dan tertutup dengan mudah ditemukan. Semua itu tentu didukung dengan kesadaran akan kebersihan dan kerapian dari seganap warga kotanya.

Setelah acara ‘Patients and Medicine Forum: exploring solutions for personalized medicine’ yang diadakan di Koryuto-hall Omics Science Center (OSC), RIKEN Yokohama Institute, 1-7-22 Suehiro-cho, Tsurumi-ku, Yokohama City, Jepang ditutup Jumat, 16 November 2012, kami memiliki 1 hari penuh untuk berlibur di Yokohama dan Tokyo. Perjalanan liburan ini kami mulai dari Stasiun Tsurumi ‘west entrance’ dan kami menggunakan JR Keihin Tohoku Line ke stasiun Higashi-Kanagawa, yang merupakan ‘local train’ dengan pita warna biru Ben Hur sebagai penanda gerbongnya. Sayang sekali, kami salah masuk kereta yang menuju ke arah Stasiun Omiya, kebalikan dengan tujuan kami ke arah Stasiun Ofuna, yang salah terbaca karena tulisan dan bunyinya sangat mirip. Kami turun di Stasiun Omori dan harus pindah ke kerata yang berlawanan arah, melewati Stasiun Kamata, Kawasaki, Tsurumi, Shin-Koyasi dan turun di Higashi-Kanagawa, untuk berganti ke JR Yokohama Line.

Kami naik JR Yokohama Line warna hijau muda sebagai penanda gerbong, menuju ke stasiun Hachioji melewati Oguchi, Kikuna sampai di Shin Yokohama. Kereta ini memiliki rangkaian gerbong yang sepertinya paling tua dibandingkan JR Line lainnya, serupa dengan KRL Jakarta-Bogor hibah dari JR. Gerbongnya tidak dilengkapi monitor informasi stasiun pemberhentian, hanya memiliki fasilitas pemberitahuan lisan dalam Bahasa Jepang, tanpa terjemahan dalam Bahasa Inggris, seperti gerbong JR Line lainnya yang telah biasa kami gunakan sebelumnya. Kami keluar di ‘north exit’ Stasiun Yokohama Baru atau Shin Yokohama yang megah, artistik dan modern. Selanjutnya kami menyusuri Rengadori Street, Stadium dori, dan Hamatori-bashi Bridge sejauh 870 m, untuk menuju ke Nissan Stadium. Stadion sepakbola ini adalah yang terbesar di Jepang dan dapat menampung 70.000 orang penonton. Babak final antara kesebelasan Brasil melawan Perancis dalam World Cup (Piala Dunia Sepak Bola FIFA) tahun 2002 dimainkan di stadion tersebut.

 DSC01919  DSC01921

Nissan Stadium yang besar dan gagah

Bunga kuning bertulisakan World Cup 2002

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dari Stasiun Shin Yokohama dengan JR Yokohama Line track 5 ke Stasiun Ofuna, untuk turun di Stasiun Higashi Kanagawa, dan berganti dengan JR Negishi Line untuk menuju ke Stasiun Yokohama. Di stasiun yang padat penumpang tersebut, kami berganti lagi dengan JR Keihin-Tohoku Line yang menuju ke Stasiun Omiya, melewati stasiun Higashi Kanagawa, Shin Koyasu, Tsurumi, Kawasaki, Kamata, Omori, Oimachi, Shinagwa, Tamachi, Hammamatsucho, Shimbashi, Yurakucho, kemudian kami turun di stasiun Tokyo.

Tokyo secara harafiah berarti “ibu kota timur” dalam Bahasa Jepang, arti yang berlawanan dengan ibu kota lama di barat, Kyoto, yang dinamakan “saikyo”, berarti “ibu kota barat” untuk jangka waktu yang pendek pada abad 19. Hingga tahun 1870-an, Tokyo bernama “Edo”. Ketika pusat kekaisaran berpindah dari Kyoto ke Edo, namanya pun diganti. Tokyo  sekarang adalah ibukota Jepang sekaligus daerah terpadat di Jepang, serta daerah metropolitan terbesar di dunia berdasarkan jumlah penduduknya. Sekitar 12 juta orang tinggal di kota Tokyo, dan ratusan ribu lainnya berpulang pergi setiap hari dari daerah sekitarnya, untuk bekerja dan berbisnis di Tokyo. Tokyo adalah pusat politik, ekonomi, budaya dan akademis di Jepang serta tempat tinggal Kaisar Jepang dan pusat pemerintahan negara, dan sekaligus merupakan pusat bisnis dan finansial utama untuk seluruh Asia Timur.

Tokyo mempunyai jauh lebih sedikit gedung pencakar langit dibandingkan dengan kota lain yang seukurannya, karena peraturan konstruksi untuk menghadapi bencana gempa bumi yang cukup sering terjadi. Bangunan di Tokyo kebanyakan terdiri dari apartemen tingkat rendah (6 hingga 10 lantai) dan rumah keluarga yang sempit. Tokyo juga merupakan lokasi sistem transportasi massal paling komplkes di dunia, dan terkenal akan jam-jam sibuknya yang padat.

Di stasiun besar Kota Megapolitan Tokyo tersebut, kami menyaksikan lebih banyak lagi para penumpang dibandingkan di stasiun manapun, yang hari sebelumnya kami lihat. Para penumpang berpakaian rapi, lengkap, dan membawa payung yang sebagian besar terbuat dari bahan plastik transparan, karena hanya untuk melindungi diri terhadap air hujan, bukan panas sinar matahari. Semuanya bergegas, diam, dan tidak ada yang gemuk (obesitas) karena aktif bergerak. Pada Oktober 2007, diperkirakan 12,79 juta orang tinggal di Tokyo, dengan 8,653 juta hidup dalam 23 distrik Tokyo. Saat siang hari, jumlah penduduk bertambah hampir 2,5 juta karena karyawan dan siswa pergi pulang dari wilayah pinggiran. Menurut data tahun 2005, bangsa-bangsa asing yang paling banyak ditemui di Tokyo adalah orang Cina (123.661), Korea Selatan (106.697), Korea Utara (62.000), Filipina (31.077), Amerika Serikat (18.848), Inggris (7.696), Brasil (5.300), dan Perancis (3.000).

Kami mencari kantor Touris Information Center, meminta ‘city map’ berwarna, dan brosur wisata, kemudian ke ‘Foreign Exchange Counter’ untuk membeli Yen lagi, karena keterbatasan Yen yang kami bawa di Indonesia. Semua prosesnya mudah, karena informasinya lengkap, mudah terbaca dan gampang dijangkau. Tokyo yang modern, sebenarnya berasal dari sebuah desa perikanan kecil yang bernama Edo. Pada tahun 1457, Ota Dokan membangun Istana Edo dan pada tahun 1590, Tokugawa Ieyasu berbasis di Edo, dan setelah menjadi shogun (panglima militer) pada tahun 1603, kota ini menjadi pusat administrasi tentaranya untuk seluruh negara. Pada zaman Edo, Edo menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan jumlah penduduk mencapai sejuta orang menjelang abad ke-18. Edo menjadi ibukota de facto di Jepang meskipun pada saat itu kaisar tinggal di Kyoto, ibu kota kerajaan. Setelah sekitar 263 tahun, pemerintah shogun digulingkan di bawah bendera pemulihan pemerintahan kaisar. Pada tahun 1869, ketika Kaisar Meiji pindah ke Edo pada usia 17 tahun, Tokyo sudah menjadi pusat politik dan kebudayaan negara, kemudian dijadikan ibu kota kerajaan secara de facto oleh istana sementara bekas Istana Edo menjadi Istana Kerajaan. 

 DSC01925  DSC01941

Kaminarimon Gate, terletak di sebelah luar kompleks Sensoji Temple

Hozomon Gate, terletak di sebelah dalam kompleks Sensoji Temple

Sayangnya, Tokyo mengalami dua bencana hebat pada abad ke-20, tetapi untungnya kota ini dapat pulih dari keduanya. Salah satunya adalah gempa bumi pada tahun 1923 yang menyebabkan 140.000 penduduk tewas atau hilang, dan yang kedua adalah Perang Dunia II, ketika Tokyo dibom bertubi-tubi pada tahun 1944 dan 1945, menyebabkan 75.000 hingga 200.000 orang tewas dan separuh kota hancur. Setelah perang, Tokyo dibangun kembali, dan berkilauan di mata dunia ketika Olimpiade Musim Panas tahun 1964 diadakan di kota ini. Pada dekade 1970-an terjadi pembangunan banyak gedung pencakar langit seperti Sunshine 60, konstruksi bandara baru yang kontroversial di Narita (yang agak jauh dari perbatasan kota) pada tahun 1978, dan peningkatan jumlah penduduk hingga sekitar 11 juta (dalam lingkungan wilayah metropolitan).

Dari Stasiun kota Tokyo inilah kami merencanakan melihat area Asakusa dan Aidaba yang terjangkau dalam wisata nekat selama sekitar 6 jam. Pertama-tama kami menggunakan JR Yamanote Line menuju Stasiun Ueno, melewati Stasiun Kanda, Akihabara, dan Okachimachi, turun di Ueno. Kemudian kami berganti dengan subway (kereta api bawah tanah) yang dioperasikan oleh Tokyo Metro dan berlambang huruf M melingkar berwarna biru. Kami naik Ginza Line yang berlambang lingkaran oranye, mungkin karena berjalan melewati terowongan yang bulat. Kami melewati stasiun Inaricho, Tawamarichi dan turun di stasiun Asakusa. Setelah turun, kami masuk ke areal Nakamise Shopping Street, yaitu areal pedagang cinderamata khas Jepang. Pasar tumpah tersebut dimulai dari gerbang luar warna merah bata kuil Asakusa Jinja yang disebut Kaminarimon (Gerbang Dewa Petir), memanjang sejauh 250 m sampai gerbang dalam kuil yang disebut Hozomon. Kios yang ada berjumlah 90 buah, yang menjual berbagai cinderamata khas Jepang sejak jaman Edo.

 DSC01944  DSC01946

Sensoji Tempel penuh bau dupa,

suasana magis dan peziarah yang berdoa

Hozomon Gate,

dengan lantern atau lampion merah menyala

Sayang sekali, hujan lebat mengguyur areal yang padat turis tersebut dan membuat udara semakin dingin. Kami isi dengan makan siang menu lokal yang kami tidak tahu namanya. Kami pesan dengan menunjuk fotonya di daftar menu. Setelah badan kenyang, rasanya hangat dan hujan mulai reda, kami sempatkan masuk ke Sensoji Tempel, semacam kuil Buddha, yang terletak di depan Kuil Asakusajinja. Sensoji dibangun tahun 628 dan memberikan gambaran budaya Jepang tempo dulu, suasana nostalgia dan kemegahan masa lalu. Ketenaran Sensoji Tempel ini menarik minat sekitar 30 juta peziarah dari Jepang dan luar negeri, untuk datang ke sana setiap tahun. Banyak peristiwa musiman yang diadakan di sini, misalnya Ichi Hozuki (Pameran Lantern semacam lampion di Cina) dan Hago-ita Ichi (Fair Battledore). Lampion besar tergantung di gerbang Kaminarimon diakui secara internasional sebagai simbol dari Kuil Sensoji. Bau dupa sangat menyengat, disertai ucapan doa para peziarah, berbaur dengan kilatan blitz para pelancong dan kucuran air hujan yang kembali turun. Untung kami sempat mengambil foto Sensoji Temple dan Hozomon Gate, juga membeli berbagai cinderamata, termasuk yang kami cari-cari, bendera nasional Jepang untuk dipasang di meja praktek.

Dari gerbang Kaminarimon, kami sempatkan mengambil foto Asahi Breweries dan Tokyo Skytree, sebelum hujan lebat kembali turun. Kedua area yang sangat modern ini begitu kontras dengan area Asakusa yang tradisional. Oleh karena keduanya menyatu padu, tentu menjadi sebuah perimbangan budaya masa lalu dan mendatang, yang rasanya hanya ada di Jepang. Asahi Breweries adalah lambang sebuah gedung berbagai restoran terkenal yang berbentuk gelas bir dan wortel emas yang tergeletak di atapnya.

 DSC01929  DSC01935

Tokyo Skytree yang menjulang tinggi

dan nampak dari kejauhan

Asahi Breweries sebuah gedung berbentuk gelas bir dan wortel emas di atapnya.

Tokyo Skytree adalah simbol baru kota Tokyo, sejak 22 Mei 2012 yang lalu, kabarnya telah dikunjungi 1,6 juta orang pengunjung pada minggu pertama setelah pembukaannya. Menara ini juga merupakan bangunan tertinggi di dunia kedua, setelah Burj Khalifa di Dubai, dan berhasil melampaui menara tertinggi di dunia sebelumnya, yaitu Canton Tower. Walaupun fungsi utama dari menara ini adalah menyiarkan sinyal televisi dan radio, Menara Skytree merupakan salah satu objek wisata paling banyak dikunjungi di Tokyo, yang dikenal sebagai ‘Musashi’, sebuah nama masa lalu yang begitu tenar di seantero negeri. Menara yang dirancang memiliki tinggi 634 m (6=mu, 3=sa dan 4=shi) dan tercatat dalam Guiness World Record sebagai menara tertinggi di dunia. Tokyo Skytree memiliki bentuk seperti tripod pada bagian bawah, sementara setelah ketinggian 350 meter bentuknya menjadi silinder. Pada Tokyo Skytree Tembo Deck dalam ketinggian 350 m, terdapat berbagai restoran, cafe, dan ruang pandang pertama. Sedangkan pada Tembo Galleria dalam ketinggian 450, merupakan ruang pandang kedua untuk para pengunjung ke seluruh wilayah Tokyo. Lantai 45 dan 44 pada menara tersebut terbuat dari kaca tembus pandang dan disebut skywalk area, sehingga semua pengunjung dapat melihat lansekap kota Tokyo, terutama distrik Kanto, bahkan puncak Gunung Fuji yang legendaris.

Setelah tidak mungkin melakukan hal lain lagi karena hujan lebat turun dan angin dingin sekitar 100C kembali bertiup, kami putuskan untuk pulang dengan Metro Tokyo Ginza Line ke Stasiun Shibuya, melewati Stasiun Tawaramachi, Inaricho, Ueno, Okachimachi, Shoehirocho, Kanda, Shin-Nihombashi, Mithsukoshima, Nihombashi, Kyobashi, Ginza-itchome, Ginza dan turun di Shimbashi. Kami tidak turun di Shibuya yang paling terkenal sebagai tempat penyeberangan pejalan kaki yang super duper ramai banget, dan menjadi persimpangan terpadat di dunia. Selain itu, juga seringkali digunakan sebagai lokasi syuting film-film dunia, pusat kuliner dan shopping.Penyeberangan Shibuya ini juga dikenal karena ada patung Hachiko. Hachiko adalah nama anjing yang menjadi simbol loyalitas, karena selalu menemani tuannya menyeberang Shibuya Crossing. Hachiko juga menjemput tuannya ketika pulang dari bekerja, di penyeberangan ini. Namun suatu ketika, tuannya meninggal dunia ketika bekerja. Hachiko yang setia, selalu menunggu sang tuan yang tak kunjung datang. Ia menunggu tiap hari selama 11 tahun. Kisah luar biasa ini kemudian diangkat oleh surat kabar setempat, sehingga Hachiko menjadi sangat terkenal. Untuk menghormati loyalitas Hachiko, pemerintah membuatkan patungnya di tahun 1934.

 Shibuya Crossing  Patung Hichiko

Shibuya Crossing atau persimpangan terpadat di dunia, yang seringkali digunakan sebagai lokasi syuting film, pusat kuliner, dan shopping.

Patung anjing Hachiko lambang loyalitas yang diresmikan pada tahun 1934 di Shibuya Crossing, Tokyo, Jepang.

Kami turun di Shimbashi dan berganti Shinkotsu Yurikamome Line yang berupa ‘monorel’ berlambang burung terbang warna putih di langit biru. Monorail berbeda dengan JR Line bukan sekedar relnya yang melayang di atas jalan setinggi bangunan 3 lantai, tetapi juga karena stasiunnya dilengkapi pintu kaca, dan adanya petugas pengawas berseragam oranye, di semua konter pintu elektrik setiap stasiun. Perjalanan kereta yang melayang memang sangat indah, karena melalui daerah perairan Teluk Tokyo. Kami mencari yang menuju Toyosu, melewati stasiun Shiodome, Takeshiba, Hinode dan Shibaura-foto, terus menyeberangi Jembatan Pelangi, mampir di Stasiun Odaiba-Kaihoinkoen dan akhirnya turun di Stasiun Odaiba, dekat mal besar Odaiba Aqua City dengan biaya Y320/orang.

 DSC01952  DSC01957

Rainbow Bridge dari Odaiba ke Shibaura sepanjang 918 m.

Miss Liberty

seperti yang tegak berdiri di New York

Jaringan kereta bawah tanah dan komuter Tokyo, telah menjadi salah satu yang tersibuk di dunia, karena semakin banyak orang yang pindah ke wilayah Tokyo. Proyek reklamasi tanah di Tokyo juga berlanjut selama berabad-abad lamanya, terutama di wilayah Oidaba yang dijadikan daerah belanja dan hiburan utama. Oidaba itulah tujuan petualangan kami yang berikutnya. Kami menyeberangi jembatan tinggi, artistik dan fenomenal yang dinamakan Rainbow Bridge (pelangi). Jembatan tersebut menghubungkan Odaiba dengan Shibaura sepanjang 918 m. Pengunjung dapat menyeberang menggunakan berbagai cara, baik dengan sepeda, mobil, monorail, bahkan dapat pula hanya dengan berjalan kaki. Semuanya diakomodasikan dalam berbagai jalan, yang menyusuri jembatan tersebut secara rapi.

Selain itu juga ada patung Miss Liberty seperti yang tegak berdiri di New York dan kantor pusat Fuji TV. Kantor tersebut memiliki ruang pandang berbentuk bola dunia yang seolah menempel di atap dan dinding terluar. Patung Miss Liberty warna hijau tua tersebut, membelakangi Jembatan Pelangi, dan memegang buku bertuliskan Yuliet IV 1776-Juillet XVI 1786. Sayang sekali, hujan lebat, angin kencang dan udara dingin menyergap kami. Kami dan pengunjung lain harus menunggu dengan sabar, agar saat hujan mereda dapat mengambil foto panoramik keduanya secara leluasa. Kami putuskan segera pulang, setelah beberapa jepretan foto diakhiri hujan berulang dan mendung sangat tebal.

Sesampai di Stasiun Shimbashi, 2 buah kartu Suica, kami tambah deposit dengan Y2000, unt persiapan transportasi ke bandara Narita saat akan pulang besok pagi. Di mesin penambah deposit, satu kartu kami terdeteksi belum dipotong untuk tiket monorail, sehingga harus di-declair di konter petugas, dan membayarnya secara tunai. Setelah itu, kartu Suica kami baru dapat diaktifkan ulang untuk transaksi penambahan deposit. Sebuah pemindai digital yang sangat teliti. Luar biasa.

Dari Stasiun Shimbashi, kami berganti dengan JR Keihin-Tohoku Line yang rasanya merupakan rangkaian gerbong yang paling baru, modern dan lengkap, dibandingkan gerbong JR Line lainnya. Pada track 3 kami menunggu kereta yang menuju ke Stasiun Ofuna, untuk turun di Stasiun Tsurumi, stasiun yang paling dekat dengan hotel. Kami melewati Stasiun Hamamatsucho, Tamachi, Shinagawa, Oimachi, Omori, Kamata dan Kawasaki. Perjalanan dari stasiun Tsurumi ke hotel harus kami tempuh dengan berlari kecil, untuk menghindar hujan rintik dan tiupan angin musim dingin. Setelah sampai di hotel, kami mencoba melakukan check-in online dengan mengunjungi www.ana.co.jp/click. Perjalanan pulang dengan pesawat milik maskapai All Nippon Airways (ANA) ‘a Star Alliance Member’, yaitu Boeing 767 ‘Dreamliner’ versi 300 dengan kode pesawat NH 0937, telah kami daftarkan dan mendapatkan boarding pass yang kami print di kasir hotel tadi sore. Tertulis kursi kami no 37F dan 37G, tetapi boarding gatenya belum tercantum. Kedua kursi itu adalah kursi berdekatan yang masih tersisa, sebab hampir semua kursi telah dikode untuk penumpang lain, meskipun keberangkatan kami masih 15 jam kemudian. Ini juga hal yang luar biasa.

 DSC01959  DSC01923

Kantor pusat Fuji TV dengan ruang pandang berbentuk bola dunia

Trotoar yang bersih, rindang

dan telah membuat kedua kaki pegal

Saat ini kami berdua mengalami loyo dari Tokyo, karena semua kaki terasa pegal, kepala berat dan badan meriang. Semuanya karena kelelahan yang sangat, kedinginan yang mencekam dan jalan kaki yang cukup jauh. Meskipun demikian, kepuasan tiada tara telah terjadi, atas semua petualangan, pengetahuan dan pengalaman baru di Yokohama dan Tokyo, yang akan kami bawa mimpi malam ini, sebelum besok pagi buta pulang ke Indonesia. Kami telah mencoba berjalan kaki, naik taxi, kereta lokal JR Line, subway, monorail dan bahkan bis kota, sementara besok akan naik skyliner, sebuah kereta layang cepat, dari Stasiun Nippori ke Bandara Internasional Narita.

Setelah sarapan seadanya di kamar 709 Central Plaza Hotel Yokohama, karena breakfast belum disediakan, kami check out dari hotel pada hari Minggu, 18 November 2012 pk. 5.35. Dalam dekapan angin pagi buta sekitar 6 derajad C, kami berjalan bergegas ke Stasiun Tsurumi, untuk naik JR Keihin-Tohoku Line menuju Omiya, karena berencana turun di stasiun Nippori (6 stasiun lagi di timur Tokyo), untuk berganti Skytrain ke Bandara International Narita. Bandara di dekat kota Narita tersebut terletak sekitar 66 km sebeluh timur Tokyo. Kami melewati stasiun Kawasaki, Kamata, Omori, Oimachi Shinagawa, Tamachi, Hamamatsucho, dan Yurakucho. Saat menjelang stasiun Tokyo, kami berhitung cepat bahwa harga tiket Skytrain dari Nippori ternyata terlalu mahal, yaitu Y2900, sehingga kami putuskan naik Rapid Service JR Line yang bertarif Y1280 dari Tokyo.

Kami putuskan turun di Tokyo dan keluar di Marunouchi North Exit, untuk mengambil foto gerbang stasiun Tokyo yang dibangun pada tahun 1914, dan arsitekturnya mengambil inspirasi dari Stasiun Amsterdam Central, di Belanda yang telah kami kunjungi pada tahun 2007. Gerbang megah berwarna merah bata tersebut tetap dipertahankan bentuk dan fungsinya sampai sekarang, meskipun di dalamnya sudah berubah menjadi interchange station tersibuk di dunia, karena memadukan sekitar 12 rute kereta. Gerbang merah tersebut bahkan terawat sangat baik, dan menjadikannya lansekap kota Tokyo sejati, karena memiliki kombinasi sangat bagus dengan bangunan hotel dan perkantoran yang ultra modern, di sekitarnya. Kami sempatkan mengambil foto lansekap stasiun Tokyo dalam tiupan udara dingin dan pencahayaan matahari pagi yang belum terlalu cerah.

 DSC01968  DSC01962
Tiang penanda Stasiun Tokyo

dalam aksara Latin dan Kanji

Gerbang Stasiun Tokyo merah bata

berdiri sejak tahun 1914

Penampilan sebagian besar penumpang di Jepang saat musim dingin seperti ini, tetaplah rapi. Yang pria dewasa banyak yang berjas, gelap kemeja cerah, berdasi motif cerah dan ditutupi jas panjang sampai lutut yang sewarna. Yang perempuan juga berjaket tebal sementara yang muda mudi jauh lebih modis lagi. Sebagian besar menggunakan gadget keluaran terbaru, yang selalu dipegang, diaktifkan untuk game atau koneksi internet yang lain, dan juga sebagai pemutar musik dengan earphone dan headset yang sewarna. Sangat jarang ada orang yang berbicara, baik dengan teman seperjalanan, apalagi dengan sambungan handphone. Meskipun suasana stasiun dan gerbong padat penumpang, dengan demikian tetapi relatif senyap, karena perilaku tersebut.

Dengan menggunakan Rapid Service JR Sobu Line ke Bandara Narita, kami perlu 90 menit atau 30 menit lebih lambat dibanding kereta ekspress ataupun skytrain. Rapid Service itu dilengkapi dengan 15 gerbong berpita warna kombinasi biru tua dan muda, melaju di jalur underground track 3, dan berangkat dari Tokyo pada pk. 7.08. Kami melewati stasiun Shin-Nihombashi, Bakurocho, dan keluar di permukaan tanah menjelang Kinshicho. Setelah itu kami melewati stasiun Komeido, Shinkoiwa, dan berhenti cukup lama di stasiun Ichikawa. Kemudian melewati stasiun Funabashi, Tsudanuma, Inage, Chiba, Tsuga, Yatsukaido, Monoi, dan berhenti lagi cukup lama di stasiun Sakura. Kemudian berjalan lagi melewati stasiun Shisui, Narita, Terminal 2 Bandara dan kami turun di Terminal 1 Bandara. Oleh karena Rapid Service, maka kereta tidak berhenti di beberapa stasiun kecil, meskipun didahului oleh 2 buah rangkain kereta Narita Express yang bentuknya gagah, berwibawa dan elit, bertarif Y2800.

 DSC01931  DSC01964
Becak di Tokyo

yang belum sempat kami coba

Kampanye Kota Tokyo

untuk tuan rumah Olimpiade 2020

Setelah turun dari gerbong kereta yang segera dibersihkan karena itu stasiun tujuan terakhir, kami menuju ke South Wing di lantai 4, naik 6 lantai menggunakan eskalator berulang. Pergantian antar eskalator cukup rumit, sehingga kami harus selalu memperhatikan rambu petunjuk arah. Sesampai di lobbi yang luas di Sout Wing, benderang cahaya matahari, dan penuh dengan penumpang, kami mencari konter ANA (All Nippon Airways) yang lengang, karena hampir semua penumpangnya telah melakukan check-in on line. Dengan sistem tersebut, semua penumpang sudah mendapat bahkan boleh mencetak (print) sendiri kartu naik pesawat (boarding pass). Kami masih harus mencetak boarding pass di mesin anjungan check in, karena tidak mampu mencetak saat di hotel. Dengan sistem check in seperti ini, penumpang tanpa bagasi dapat dilayani sampai pada 75 menit sebelum pesawat bersiap terbang (boarding), sementara sistem yang lain adalah 2 jam untuk penerbangan internasional.

Setelah melalui proses security check dan imigrasi yang teliti, cepat dan ramah, kami sampai di ruang tunggu gate 37 untuk masuk ke perut pesawat (boarding), tepat 3 menit sebelum proses boarding, yaitu pk. 9.45 Sebuah pengaturan waktu yang nekat, penghitungan yang tepat, dan hasil akhir yang menegangkan. Kalau kami mengurus terlebih dahulu pengembalian uang sisa (re-fund) Suica card, yang masih bernilai sekitar Y750 (Y1=Rp 152.000) setiap kartu di anjungan mesin di pintu keluar JR Line, mungkin kami akan ketinggalan pesawat. Pastilah hal yang demikian akan menjadi sebuah kenangan sangat pahit, memalukan dan membingungkan.

Pesawat yang kami naiki adalah jenis Boeing 767-300 berkode NH 937, berkapasitas 270 penumpang, merupakan salah satu pesawat milik maskapai ANA yang tahun ini genap berumur 72 tahun. Puncak acara ditandai dengan pembukaan rute baru dari Tokyo ke New York, Delhi dan Yangon. Selain itu, juga penerbangan pertama menggunakan pesawat ‘the state of the art’ Boeing 787 ke Seattle, Beijing dan San Jose. ANA terbang perdana pada 13 Desember 1940 dari Heneda ke Iwakuni. Heneda sekarang menjadi bandara domestik di Tokyo, sedangkan Iwakuni sekarang menjadi US Marine Corp Air Station of Iwakumi, yang juga dikenal sebagai Kintaikyo (Kintai Bridge) Airport.

Jarak perjalanan kami pulang dari Jepang ke Jakarta adalah 5.865 km dari Tokyo, dengan waktu tempuh 6 jam 53, sehingga perkiraan waktu sampai di Jakarta pk. 18.27. Ketinggian jelajah pesawat adalah 9.144 m di atas permukaan laut, dengan kecepatan 896 km/jam di udara, atau setara 711 km/jam di darat.

Petualangan panjang nan melelahkan yang relatif hemat ini, menghabiskan bekal setara 3 kali UMR di sekitar rumah. Disampaikan banyak terima kasih, kepada siapapun yang telah mendukung terselenggaranya acara ini, juga kepada semua pihak yang telah memberikan apresiasi atas laporannya. Sampai bertemu di dalam laporan petualangan berikutnya.

Sekian

Minggu, 18 November 2012

ditulis sambil duduk di kursi 37F, Boeing 767-300, ANA, NH 937

di atas Laut Cina Selatan sekitar 1.242 km dari Tokyo

*) penjelajah dari Jawa bermodal nekat

Categories
Istanbul

2012 Pertama ke Filipina

 

PERTAMA KE FILIPINA

fx. wikan indrarto*)

Perjalanan prtama kali kami berdua ke Filipina, diawali dengan menggunakan pesawat Airbus A320-200 milik maskapai penerbangan Philippine Airlines, pada Senin pagi buta 9 Januari 2012. Kami bertolak dari Jakarta pada pk. 00.45 sampai di Ninoy Aquino International Airport (NAIA) Manila pk. 05.05 waktu setempat (setara dengan WITA). Kami kebetulan bersamaan dengan Prof. Dr. Mohammad Juffrie, PhD, SpA(K), guru besar FK UGM yang akan menjadi moderator salah satu sesi dalam 13th ASCODD (Asian Conference on Diarrheal Disease and Nutrition), yang akan diadakan di Tagaytay City, sekitar 60 km dari Manila. Kami bertiga memutuskan untuk menyewa Mitsubishi Adventure (di Indonesia disebut Mitsubishi Kuda), yang kuponnya seharga PP (Philippine Peso) 1.500 (sekitar Rp. 300 ribu) kami beli di konter taksi bandara. Taksimeter bercat kuning menyala yang umumnya merupakan Toyota Vios yang berargometer, tidak melayani penumpang tujuan luar kota Metropolitan Manila.

Untuk ke Tagaytay City perlu 1 jam 15 menit berkendara dari Manila melalui Luzon expressway sektor selatan (keluar di Santa Rosa) dan Santa Rosa-Tagaytay Road akan langsung ke Tagaytay City. Sepanjang perjalanan yang menggunakan sisi kanan jalan, kebalikan dengan di Indonesia, kami melalui jalan tol (expressway), dan melihat mobil-mobil buatan Jepang sebagaimana yang beredar di Indonesia, hanya berbeda nama. Izusu Panther disebut Crosswind, versi Hi-grade dinamakan Hi-lander. Toyota Krista disebut Revo VX2000, Mitsubishi Grandis ditulis Chariot, sedangkan Innova, Avanza, City, CRV dan lainnya menggunakan istilah serupa. Mobil yang khas di Filipina adalah jeepney, angkutan warga biasa yang berasal dari modifikasi jeep tentara AS saat Perang Dunia II, tetapi sekarang sudah bermesin diesel produksi Izusu. Kami diturunkan di lobi Taal Vista Hotel setelah 1 jam lebih sedikit menempuh perjalanan yang nyaman, di jalan yang bagus, sebagian besar beton cor bukan aspal, meski mendaki dan berliku. Jalannya lebar yang merupakan jalan negara (highway), jarang sekali sepeda motor dan kepadatan jalannya cenderung lengang, karena penduduknya sedikit. Lalu lintas di Filipina jauh lebih tertib dibanding di Indonesia. Para pengemudinya tidak ngebut, jarang membunyikan klakson, tabu menyerobot jalan dan hampir semua berpacu dalam kecepatan menengah.

 1 Tricycle  2 Sarapn babi utuh
Tricycle di View Lake Restourant

di Tagaytay City

Promosi babi panggang utuh

di View Lake Restourant, Tagaytay

Tagaytay adalah kota di pinggir Danau Taal, yang ditengahnya terdapat Gunung Berapi Taal yang memiliki kaldera. Tagaytay adalah salah satu tujuan wisata populer di Filipina, terutama bagi mereka yang berada di Pulau Luzon. Kota kecil ini berada di dataran tinggi dengan suhu udara relatif lebih sejuk daripada daerah lain di pulau tersebut. Selain itu, di Tagaytay ada Gunung Taal, gunung api terkecil di dunia yang berada di tengah-tengah Danau Taal. Sementara itu di tengah-tengah Gunung Taal ada sebuah kaldera atau kawah yang berbentuk seperti danau. Kawah tersebut seluas kira-kira 2 kilometer persegi. Di tengah kawah ada sebuah pulau yang diberi nama Vulcan Point. Vulcan Point disebut sebagai pulau terbesar di dunia yang berada di dalam sebuah danau yang berada dalam pulau yang ada dalam danau di sebuah pulau. Cukup membingungkan bukan? Lebih jelasnya, Vulcan Point adalah sebuah pulau yang berada di Danau Kawah atau Kaldera, di Pulau Taal yang berada di Danau Taal, di Pulau Luzon.

Tagaytay adalah kota yang terletak di provinsi Cavite, Filipina, dengan populasi sebesar 61.623 jiwa Pada tahun 2007. Tagaytay City terletak di atas Tagatay Ridge pada 640 m (2.100 kaki) di atas permukaan laut, adalah titik tertinggi di Propinsi Cavite. Pegunungan ini memberikan pemandangan spektakuler dari Danau Taal dan Gunung Taal di Batangas. Pandangan ini mendukung pariwisata Tagaytay yang merupakan  industri utama. Pada tahun 1920, Jenderal Emilio Aguinaldo, yang kelak akan menjadi presiden pertama Republik Filipina, menyerahkan tanah pribadinya untuk digunakan sebagai sarana pemerintahan, termasuk hotel, di Provinsi Cavite. Legenda Tagaytay menyebutkan bahwa kata-kata ‘taga, itay’ adalah teriakan seorang anak yang menyeru-nyeru kepada bapaknya, karena dia ketakutan saat melihat kehadiran tentara. Pada awal 1935 Presiden Manuel L. Quezon menentukan Tagaytay sebagai daerah wisata dengan dibangunnya lapangan golf pertama di Filipina. Pada tahun 1937 Zamoras Manila Hotel mulai membangun Taal Vista Hotel dalam bentuknya yang sekarang. Kami memasuki gerbang hotel yang megah dalam arsitektur rumah tradisional Filipina yang bentuknya menyerupai hidung. Meskpun merupakan bangunan tua dan warnanya sudah kusam, tetapi wibawanya masih berdenyut.

 3 Danau dan Gunung Taal  4 Tanya pak Polisi
Danau Taal dan Gunung Taal di Batangas

Terlihat dari View Lake Restourant

Malu bertanya, sesat di jalan.

Bertanya di kantor polisi setempat.

Oleh karena hari masih terlalu pagi dan check in kamar hotel belum dapat dilakukan, maka kami berdua memutuskan makan pagi di View Lake Restourant dengan naik tricycle. Tricyle adalah sepeda motor non bebek yang di sebelahnya ditempeli ruang kabin untuk 2 orang penumpang berdesakan. Kami pilih menu nasi pulen, daging sapi potong-potong kecil dibakar dan telur mata sapi setengah matang seharga PP 110. Sayang sekali, pemandangan ke arah Gunung Berapi Taal di tengah Danau Taal kurang bagus untuk difoto, karena tertutup mendung tebal. Selanjutnya kami berjalan kaki ke pasar dekat restoran tersebut, untuk membeli menu tradisional seperti gula kacang besar, ikan danau kering dan konektor charger HP dan notebook, sebab lobang colokan listrik di Filipina adalah pipih, bukan bulat. Kami lanjutkan naik jeepney, dengan asal naik karena sekedar mau mencoba dan tidak tahu arah. Penumpang berjejal, musik rock berdentum, asap knalpot menghitam, dan sopir tanpa asisten. Meskipun demikian, sopir tetap santai menerima pembayaran, memberikan uang kembalian, sabar menunggu penumpang duduk baru melaju dan tidak berebut penumpang. Tarifnya sekitar PP 12 (sekitar Rp. 3 ribu) tergantung jauhnya jarak yang ditempuh.

Sore harinya, kami bermaksud melakukan registrasi peserta ke panitia konggres, tetapi belum dapat dilayani karena kesibukan acara pra-konggres, maka kami putuskan melancong ke Pink Sister menggunakan tricylce dari depan gerbang hotel. Pink Sister adalah biara para suster konggregasi SSpS, yang berseragam jubah warna pink. Di sana ada kapel adorasi ekaristi yang megah di tengah taman yang indah. Kami berdoa sejenak, bersama para peziarah lokal yang umumnya datang berkelompok, di kursi deretan belakang kapel yang dipisahkan dengan pagar besi bercat hijau tua, dengan kursi deretan depan khusus untuk para suster.

 5 Danau dan Gunung Taal  7 Kapel Pink Sister
 Danau Taal dan Gunung Taal pada sore hari

terlihat dari View Lake Taal Vista Hotel

Kapel Adorasi di Pink Sister yang megah

milik konggregasi suster-suster SSpS

Selanjutnya kami menuju Lourdes Church yang merupakan gereja Katolik terbesar di Tagaytay, dengan mampir sebentar untuk belanja buah di sentra pertanian dan menikmati keramaian kota di sore hari. Setelah berdoa sejenak di dalam gedung gereja yang modern, besar, bersih berwarna dominan cokelat, kami melihat-lihat patung jenazah Yesus yang terbaring damai diselimuti kain hitam, dalam kotak kaca di bagian kanan umat. Setelah puas, kami keluar gedung utama gereja dan masuk ke kapel lilin (Candle Chapel) yang terletak di sisi kiri gedung gereja. Di situ terdapat patung Padre Pio Capuchin, St. Anthony of Padua, Our Lady of Lourdes, St. Joseph, St. Francis of Assisi, dan St. Clara of Assisi. Umat yang berdoa sambil berdiri, bukan berlutut atau duduk seperti yang sering dilakukan di Indonesia, juga menyalakan lilin di depan setiap patung. Ada 5 macam lilin, yang dipilih untuk membantu keheningan doa sesuai dengan ujub doa atau keinginan pribadi. Lilin dengan panduan warna Red (untuk hari-hari penting seperti ulang tahun), Pink (kesehatan), Green (harapan, termasuk keberhasilan studi), Blue (keharmonisan keluarga), Yellow (keselamatan dalam perjalanan), Lavander (ketentraman), dan White (ujub umum). Setiap lilin kecil tersebut seharga PP 5. Setelah puas khusuk berdoa, melihat keindahan dan berfoto gaya, kami melanjutkan keliling kota dengan menggunakan lagi tricycle.

 12 Gereja Lourdes  14 Ninoy Circle Monument
Lourdes Church,

gereja Katolik terbesar di Tagaytay

Ninoy Aquino Circle Monument,

di persimpangan Tagaytay Ridge Landing

Selanjutnya kami turun di monumen Tagaytay Ridge Landing yang megah dalam taman melingkar di tengah pertigaan jalan besar. Taman indah tersebut dilengkapi dengan patung Senator Benigno ‘Ninoy’ S. Aquino Sr. (pahlawan rakyat Filipina) yang berdiri simpatik. Taman tersebut dirancang sejak tahun 1987 dan disebut Ninoy Aquino Circle Monument, yang diresmikan oleh Hon. Abraham ‘Bambol’ Tolentino, Walikota Tagatay pada awal September 2000. Taman tersebut adalah tempat pendaratan pertama pasukan infantri dan terjun payung dalam pembebasan Filipina dari penjajahan Jepang, oleh Resimen ke 11 Devisi 8 tentara AS, yang dipimpin oleh Letjen Robert Eighelberger dan Mayor M. Swing pada 8 Februari 1945. Setelah puas keliling kompleks dan menjadi sangat lapar, kami makan malam di warung Mang Inasal dengan menu Boneless Bangut seharga PP 99, Bangus Sisik PP 99, Kangkong PP 25, dan es teh yang rasanya mantap PP 25. Menu tersebut adalah ikan air tawar dari Danau Taal. Bangus sisik adalah potongan ikan dalam hotplate yang membara, tetapi nasi pulennya ditempatkan di sampingnya di dalam hotplate juga, sehingga tetap panas dan akan mengeras kalau proses makan terlalu lamban.

Malam ini adalah hari pertama kami di Taal Vista Hotel kamar 423, Tagaytay City, sekitar 60 km dari ibukota Filipina, Manila, dalam dekapan dingin udara Tagatay. Dalam kenyang dan kantuk, kami laporkan perjalanan ini kepada para pihak yang berkepentingan, dan juga bersiap untuk mengikuti konggres besok pagi, sambil menyiapkan rute perjalanan berikutnya.

Setelah sarapan di hotel dan registrasi konggres pada hari berikutnya, kami naik jeepney ke Tagatay Rotonda. Hal ini disebabkan karena Opening Ceremony oleh Hon. Abraham Tolentino, walikota Tagaytay, dan Prof. Manuel Agulto, rektor University of Philippine Manila, baru dijadwalkan setelah makan siang. Jeepney sangat unik, baik body luar yang dilapisi baja putih mengkilap, kap mesin dan wajah depan yang penuh asesoris, bodi jeep yang panjang tetapi rendah, juga sopir yang bekerja tanpa asisten. Selain menjalankan jeepney dengan kecepatan menengah, dia juga menawarkan rutenya, menerima uang bayaran, memberikan uang kembalian, memisahkan uang coin dalam tempat khusus di dashboard dan memegangnya dalam lipatan jari tangan kiri, hampir semua uang kertas yang diterimanya. Para penumpang duduk berhadap-hadapan di kedua sisi jeepney yang bersasis panjang, sehingga setiap sisi dapat diduduki oleh 8 orang dewasa, tetapi dengan sedikit menunduk, sebab atapnya cukup rendah. Penumpang yang membayar sering dibantu penumpang lain dalam pembayaran ataupun penerimaan uang kembalian, karena saking jauhnya posisinya dari sopir.

Dari sekitar 60 ribu orang penduduk kota Tagaytay, yang pada akhir pekan meningkat sampai 3 kali lipat oleh para pelancong, jarang sekali yang terlihat melintas jalan yang lebar dan bagus. Kami turun di pertigaan Tagaytay Rotondo yang dilengkapi dengan Ninoy Aquino Circle Monument. Kami berganti naik tricycle, sebuah sepeda motor Kawasaki 150 cc yang dilengkapi dengankabin untuk 2 penumpang di sisi kanannya, menuju ke Picnic Groove dan People Park in the Sky. Picnic Grove adalah tempat wisata favorit yang dilengkapi dermaga untuk menyeberang ke Danau Taal dan melihat Gunung Taal di tengahnya, yang merupakan gunung berapi terkecil di dunia. Kami tidak merencanakan penyeberangan tersebut karena keterbatasan waktu, dan langsung meneruskan perjalanan mendaki, menikung dan menyusur punggung gunung ke People Park. Sayang sekali kabut tebal langsung menyergap, sehingga pandangan kami sangat terbatas, mengalami kedinginan dan hanya dapat beraktivitas di halaman parkir taman rekreasi tersebut, untuk membeli berbagai souvenir khas Tagatay yang terjajar rapi dan teratur.

 20 Gerbang Hotel  22 Dari People Park

Start of Adventure from hotel

Taal Lake and volcano from People Park

Setelah mengambil foto sekedarnya, kami segera menuju kapel Pink Sister dan Rumah Retret dan Pusat Pelayanan Konggregasi Roh Kudus. Di kapel itu, kami kembali berdoa adorasi di depan tubuh Yesus yang telah kami kunjungi hari sebelumnya. Selain itu, kami menyempatkan bertemu dan berkenalan dengan Sr. Maria Caridad, SSpS, yang menghabiskan hari tuanya di rumah retret di samping kapel. Beliau adalah suster yang senior berwajah damai, jernih, dan pernah menjabat wakil jenderal konggregasi suster SSpS Internasional, bahkan pernah mengunjungi Sr. Dr. Conchita Cruz, SSpS, seorang suster dan dokter Filipina, ke RS Elisabeth Lela di Flores, NTT. Di RS itulah kami pernah membantu tugas Sr. Conchita selama 3,5 tahun sejak tahun 1992. Setelah bercengkeram sebentar dan berfoto, kami selanjutnya menuju Plaza Olivares, sebuah sentra masyarakat di tengah kepadatan kota Tagaytay. Plaza Olivares memiliki food court, pedagang pakaian kaki lima yang bersih dan teratur, sampai restourant waralaba internasional bahkan terminal bis antarkota, termasuk yang menuju Manila. Setelah makan siang nasi putih hangat yang lunak, disertai sayuran kacang panjang dicampur labu, pare, potongan daging ayam dan ikan Danau Taal di sebuah kedai makan di pinggiran plaza tersebut, kami pulang ke hotel, untuk mengikuti opening ceremony.

 23 Sr. Maria Caridad  24 Rumah Retret

Sr. Maria Caridad, SSpS

Office of Holy Spirit Mission

Acara opening ceremony kemudian dilanjutkan dengan keynote speech oleh Dr. Enrique Ona, Menteri Kesehatan Filipini, dengan judul Towards Health and Wealth in a Changing World. Acara dilanjutkan dengan plenary session dan symposium dengan tema Advances in Diarrheal Management. Filipina terbukti paling maju dibandingkan semua negara Asia Tenggara, bahkan juga sebagian besar negara di Asia, karena sudah menerapkan imunisasi melawan Rotavirus untuk semua balita, bahkan memasukkannya dalam program imunisasi nasional. Prof. Roy dari Bangladesh menyinggung tema Evolution of Zinc in the Treatment of Diarrheal Disease. Prof. Miguel O’Ryan dari Chile menyampaikan Rotavirus Vaccination Implementation in Latin America: What Asia Can Learn? Dr. Aziz dari Bangladesh mengajukan Improvements in ORS: Where ara we now? Cairan rumah tangga berbasis beras, seperti air tajin, mungkin saja lebih baik dibandingkan terapi cairan lainnya. Dr. Juliet Aguilar dari Filipina membandingkan Single vs Multiple Micronutrient Supplementation, Dr Rubhana Raqib dari Bangladesh menyampaikan Immunological Advance in Diarrheal Disease dan yang terakhir Dr. Germana Gregorio menunjukkan Evidence on the Use of Anti-Diarrheal Agents.

Topik-topik yang dibahas pada hari ke2 dalam 13th ASCODD (Asian Conference on Diarrheal Disease and Nutrition) di Taal Visata Hotel Tagaytay City, antara lain adalah ‘Barriers and Chalanges in Putting Rotavirus Vaccine in the National Immunization Program’, ‘Dietary Interventions to Improve Nutritional Status’, ‘Diarrheal Pathogens: Then and Now’, dan ‘Food Safety and Food-borne Diseases’. Para pembicaranya berasal dari Chile, Mexico, India, Hong Kong, Thailand, Bangladesh, Indonesia, China dan Amerika Serikat. Setelah agak lelah mengikuti beberapa materi tersebut, kami memutuskan untuk melancong lagi, pada hari ketiga kami di Filipina.

Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spenyaol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat memengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.

Perjalanan kami mulai dari hotel dengan jeepney ke Olivarez Terminal di sekitar Tagaytay Rotonda. Setelah menunggu beberapa saat, kami putuskan naik bis bumel non AC, full video dengan TV 14 inchi, kaca jendela yang dapat dibuka ke arah atas, dan mesin Daewoo diesel terletak di bagian belakang bis. Penumpangnya sangat beragam, sampai penuh, tetapi warga Filipina tidak ada yang merokok atau makan dan minum di bis, juga tidak ada yang gemuk (obesitas) dan tidak ada juga yang hobi bermain jari di HP, sangat berbeda dengan masyarakat kita. Kami melewati kota Silang Cavite dan Dasmarinas yang cukup besar dan sibuk. Kami membayar harga tiket P 120 (sekitar Rp. 25 ribu), saat bis milik Celyrosa Express Bus menepi dan kami turun di Pasay City, pinggiran selatan Manila. Dalam kesibukan kota metropolitan Manila, kami berganti jeepney yang menuju ke Libertad dengan tarif P8.

 38 Rizal Day  LRT
Bendera dan Poster Rizal Day

di Central Station

LRT (Light Rail Transit) line 1

di Central Station

Di perempatan Libertad pinggir jalan besar Sen. Gilbert J. Puyat Ave. yang ramai, kami berjalan sedikit untuk naik tangga ke stasiun Gil Puyat di lantai 3. Kami naik kereta api layang 4 gerbong ber-AC yang disebut LRT (Light Rail Transit) line 1. Setelah melewati stasiun Vito Cruz, Quirino, Pedro Gil, dan UN Ave, kami turun di Central Station dengan tiket elektrik seharga P 12,5 atau sekitar Rp. 3.000. Di Manila Metropolitan Administration terdapat 3 jalur (line) LRT, yaitu line 1 dari Stasiun Baclaran (selatan) ke Monumento (utara), line 2 dari Stasiun Doroteo Jose (barat) ke Santolan (timur), dan line 3 dari Stasiun Taft (selatan) memutar ke North Ave (utara), yang dirancang akan bertemu dengan line 1 di Stasiun Monumento dalam 1 tahun ke depan. Dari Central Station kami berganti naik pedicub dengan penggerak sepeda yang dikayuh, atau tricycle dengan sepeda motor seharga P 100, kami menyebarang ujung jalan Roxas Boulevard yang sangat lebar dan padat kendaraan. Kami memasuki areal Intramuros yang legendaris untuk menuju Katedral Manila Gereja Bunda Maria Tak Bernoda, yang didirikan pada tahun 1561. Di katedral yang diberi nama oleh Paus Gregorius XV pada abad 17, kami tertegun akan arsitekturnya, terdiam akan keanggunannya dan berdoa mengucap syukur atas semua keindahan yang terjadi. Di taman depan katedral terdapat patung Raja Spanyol Carlos IV yang berwibawa dan gedung perkantoran mentereng yang dinamakan Palacio Del Gobernador.

 25 Katedral Manila  26 Gereja St. Agustinus
Katedral Manila

Gereja Bunda Maria Tak Bernoda

Gereja St. Augustinianus (1571),

gereja pertama di seluruh Filipina

Penjajahan dan pemukiman Spanyol dimulai dengan kedatangan ekspedisi Miguel López de Legazpi pada tahun 1565, yang mendirikan pemukiman San Miguel di pulau Cebu, dan lebih banyak lagi pemukiman ke utara, mencapai teluk Manila di pulau Luzon pada tahun 1571. Di Manila, mereka mendirikan kota baru dan dengan demikian memulai era penjajahan imperium Spanyol, yang berlangsung lebih dari tiga abad. Pemerintahan Spanyol berusaha mencapai penyatuan politik seluruh kepulauan, yang sebelumnya terdiri atas berbagai kerajaan dan komunitas merdeka, namun tidak berhasil. Penyatuan Filipina baru berhasil pada abad ke-20. Spanyol memperkenalkan percetakan versi Eropa Barat, dan kalender Gregorian, dan juga cacar, penyakit kelamin, lepra, perang dengan senjata api. Hindia Timur Spanyol diperintah dan diadministrasi sebagai bagian Kerajamudaan Spanyol Baru dari Meksiko pada tahun 1565 sampai 1821, dan diadministrasi langsung dari Madrid pada tahun 1821 sampai akhir Perang Spanyol-Amerika di tahun 1898, kecuali pada selang singkat pendudukan Inggris di Filipina (1762-1764). Orang-orang Cina, Inggris, Portugis, Belanda, Jepang dan pedagang pribumi mengeluh bahwa Spanyol menekan perdagangan dengan pemberlakuan monopoli Spanyol. Misionaris Spanyol mencoba mengkristenkan penduduk dan umumnya sukses di dataran rendah utara dan tengah. Mereka mendirikan sekolah, universitas, dan rumah sakit, terutama di Manila dan pemukiman benteng-benteng Spanyol yang kemudian disebut Intramuros (kota di dalam benteng) yang baru saja kami kunjungi.

Perjalanan kami lanjutkan dengan naik pedicub ke Fort Santiago, Postigo del Palacio, Puerta de Santa Lucia, EJC Building, Baluartillo de San Jose, Reducto de San Pedro, Baluarte de San Diego, Puerta Real, Revellin de Bagumbayan dan Gereja St. Augustinianus. Semua bangunan kuno tersebut masih tegak, megah dan terawat di dalam kompleks Intramuros, seperti di dalam sebuah keraton (njeron beteng). Gereja St. Augustinianus yang didirikan tahun 1571, bahkan merupakan gereja Katolik pertama di seluruh Filipina. Fort Santiago adalah sebuah benteng pertahanan militer yang didirikan oleh Gubernur Gomez Perez Dasmarinas dalam periode tahun 1590-1593, di bekas Istana Kayu Raja Matanda. Raja tersebut adalah penguasa lokal Manila pada saat itu.

Setelah itu kami menuju kampus LPU (Lyceum of the Philippines University) dekat dinding Jepang, karena dibangun tentara Jepang saat Perang Dunia II, dalam perluasan dan perbaikan benteng Intramuros yang aseli. Bangunan kampus LPU tersebut pada awalnya adalah Hospital de San Juan Dios, yang sebelumnya disebut Hospitalito de Santa Ana, yang didirikan pada tahun 1578 oleh Juan Clemente, seorang pastor dari Ordo Fransiscan. Kami nikmati menu makan siang, yang kami makan dalam kantin kampus yang penuh mahasiswa, tetapi tetap bersih dan terawat.

 27 Fort Santiago  29 Meriam di Intramuros

Fort Santiago didirikan oleh Gubernur Gomez Perez Dasmarinas 1590-1593

7 buah meriam yang menghadap ke arah Teluk Manila di dalam Intramuros

Selanjutnya kami berjalan keliling dinding benteng Intramuros, yang masih tegak nan gagah, relatif utuh dan menyerupai Tembok Besar di Cina. Di situ kami sempat tertegun dalam areal penangkis serangan musuh, berupa pelataran seluas lapangan sepak bola, yang dilengkapi menara pengawas dengan 7 buah meriam yang saat itu menghadap ke arah Teluk Manila. Semua meriamnya masih berada di tempat, meski sudah berkarat dan keropos. Setelah puas membayangkan hebatnya pertempuran saat itu di sekitar benteng Intramuros, kami melanjutkan perjalanan ke Rizal Park dengan pedicub bertarif PP 100 (sekitar Rp. 25 ribu). Perjalanan itu keluar kompleks benteng Intramuros, lewat Jalan Roxas Boulevard yang lebar dan padat kendaraan besar, melewati National Museum yang bercat coklat muda dan gagah.

Rizal Park, diambil dari nama Jose Rizal, pahlawan besar Filipina, adalah taman terbuka yang luasnya sekitar 5 kali lapangan sepak bola. Kami memasuki kompleks dari pintu belakang, melewati beberapa patung setengah badan ukuran sebenarnya, bebarapa pahlawan nasional Filipina. Mereka adalah Rajah Sulayman yang meninggal tahun 1571, Apolinario de la Cruz (1869), Sultan Dipatuan Kudarat (1663), Aman Dangat (1791), Juan Sumuroy (1649), Datu Amai Pakpak (1895), Marcelo Del Pilar (1896), Gregorio Aglipay (1940), Vicente Alvarez (1910), dan Pantaleon Villegas (1989). Patung pahlawan yang lain tidak sempat kami amati. Selain itu, juga ada Chineese Garden, Open Air Auditorium dan Japanese Garden yang menambah kenyamanan siapapun yang datang.

José Protasio Rizal Mercado Alonso Realonda (lahir di Calamba, Laguna, Filipina, 19 Juni 1861 – meninggal di Dapitan, provinsi Zamboanga (Mindanao), Filipina, 30 Desember 1896 pada umur 35 tahun) adalah tokoh bangsa Filipina. Hari peringatan kematian José Rizal adalah 30 Desember dan merupakan hari libur di Filipina yang disebut hari Rizal. José Rizal adalah seorang yang berbakat. Selain seorang dokter, ia juga seorang arsitek, seniman, pendidik, ekonom. etnolog, ahli pertanian, sejarahwan, jurnalis, pemusik, mitologiwan, internasionalis, naturalis, dokter mata, sosiolog, pematung, penyair. penulis drama, dan novelis. Ia menguasai 22 bahasa, di antaranya: Tagalog, Cebuano, Melayu, Tionghoa, Arab, Ibrani, Inggris, Jepang, Spanyol, Catalan, Italia, Portugis, Latin, Perancis, Jerman, Yunani, Rusia, Sansekerta dan dialek-dialek Filipina yang lain. Saat hukuman matinya semakin mendekat, Rizal menulis puisinya yang terakhir, yang, meskipun tidak berjudul, akhirnya dikenal sebagai “Mi Último Adiós” (Selamat Tinggalku yang Terakhir). Puisi ini lebih tepat diberi judul, “Adios, Patria Adorada” (harafiah: “Selamat Tinggal, Tanah Air Tercinta”), dari logika dan tradisi sastranya: kata-kata yang muncul pada baris pertama puisi itu sendiri.

 28 Gerbang IntramurosA  31 Rizal Park Manila
Gerbang Intramuros yang hitam legam,

sisa kejayaan Spanyol

Rizal Park yang menjulang

dan menjadi landmark Manila

Dalam suratnya yang terakhir, dari rangkaian surat-menyurat yang sangat tebal dan tidak ada tandingannya dalam tradisi Asia, kepada Profesor Fernando Blumentritt dari Sudeten, Jerman – Saudaraku tercinta, saat engkau menerima surat ini, aku sudah tiada. Esok pada pk. 7, aku akan ditembak; namun aku tidak bersalah atas tuduhan melakukan pemberontakan… Ia harus meyakinkan sahabatnya bahwa ia tidak pernah berubah menjadi seorang revolusioner, seperti yang pernah dipertimbangkannya, bahwa cita-cita yang diperjuangkan oleh keduanya tetap dipegangnya hingga akhir. Iapun menyerahkan sebuah buku yang secara pribadi dijilidnya di Dapitan untuk ‘sahabat terbaik dan tercintanya’. Ketika orang Austria itu menerimanya, ia menangis dan meratap. Rizal Park dijaga 24 jam sehari, 7 hari seminggu oleh sebuah group tentara dalam upacara militer, dikenal sebagai Kabalyeros de Rizal. Puisinya, “Mi Ultimo Adios” (“Perpisahan terakhir saya”) ditulis pada papan peringatan. Monumen Rizal yang terbuat dari perunggu dan granit telah dianggap sebagai patung landmark paling terkenal di negeri ini. Tidak hanya patung pahlawan nasional, tetapi juga makam yang terletak di dekat tempat di mana Rizal dieksekusi.

Kami kembali ke Central Station untuk naik kereta layang LRT line 1, menuju ke Stasiun Baclaran dan turun di Stasiun Gil Puyat dengan tiket elektrik seharga P15. Rute ini persis kebalikan dengan rute kami saat berangkat. Dari stasiun tersebut, kami menuju Metro Market-Market di areal bisnis Makati, dengan jeepney modern yang ber-AC, TV, video dan tempat duduk menghadap ke depan, berisi 23 tempat duduk dan bertarif P 18. Namun, ternyata kami harus berganti dengan jeepney biasa di sebuah perempatan besar, untuk menuju ke Metro Market-Market dengan tarif P 8. Bangunan modern nan megah itu adalah pusat perbelanjaan 5 lantai, playground, dan foodcourt yang dilengkapi dengan terminal taxi, jeepney dan angkutan kota lainnya. Pengunjungnya sangat padat, tertib antri, disiplin tidak merokok dan menjaga kebersihan.

 30 Pedicab Manila  32 Market-Market di Makati
Pedicub yang mengantar kami

dari Intramuros ke Rizal Park

Metro Market-Market

di areal bisnis Makati, Manila

Setelah puas membeli oleh-oleh makanan kering dan souvenir khas Manila di Market-Market, kami naik angkutan umum milik UV Express Service berupa Toyota Kijang produksi tahun 90, bercat putih. Dengan 11 penumpang dalam angkutan kota tersebut dan tiket seharga P 20, kami diturunkan di Ayala Center. Setelah itu, kami berjalan kaki melewati dan mampir sejenak di Balikbayan Handicrafts yang terkenal di Manila, sampai terminal gabungan bis dan MRT di EDSA. Selain LRT yang melewati rel melayang di udara, di Metro Manila juga ada MRT yang melewati rel bawah tanah. Kami naik bis kota AC ke terminal Cybers di Pasay City dengan tarif P12, untuk berganti bis antar kota. Dari depan Empire Center di Pasay City, kami pulang menuju Tagaytay dengan bis AC San Agustin bercat putih dan kuning, bertarif P 65, dan melalui kota Imus, yang akan kami kunjungi hari berikutnya. Sayang sekali bis sangat penuh penumpang, sehingga kami harus berdiri untuk beberapa saat pada awal perjalanan pulang tersebut. Malam itu kami tertidur kelelahan di kamar hotel.

Acara konggres hari berikutnya sangat padat. Topik ‘Meet the experts’ adalah ‘Antibiotics and Anti-Diarrheals’ oleh Dr. Salvacion Gatchalian dari Filipina dan Dr. Nur Alam dari Bangladesh. Pada ‘Plenary Session’ dan ‘Symposium’ antara lain membahas tentang ‘Rotavirus: Its Impact on Various Childhood Illnesses’, ‘The Global Impact of Rotavirus Vaccines’ dan ‘Vaccine Advocacy: Accessibility, Affordability and Accountability’. Para pembicara pada hari terakhir 13th ASCODD (Asian Conference on Diarrheal Disease and Nutrition) di Taal Vista Hotel, Tagaytay City, Philippines, berasal dari Indonesia, AS, Bangladesh, Thailand dan China.

Setelah penutupan acara konggres, kami melanjutkan petualangan hari keempat kami di Filipina menuju ke kota Imus. Posisinya hampir di pertengahan jalan dari Tagaytay ke Manila dan kami harus membayar tarif P 54 saat turun dari Erjohn & Almark Transit Corp, sebuah bis ekskutif Hino AC mesin diesel di belakang, yang full TV/video. Di Filipina, Bahasa Inggris cukup luas digunakan, termasuk untuk informasi umum yang sering sekali kami temukan di dalam perjalanan, misalnya ‘always use pedestrian line’, ‘Slow down, school zone’, ‘drop zone’, ‘clean air for the next generation’, ‘stright ahead’, ‘no vendor allowed’, ‘badge is not allowed’, ‘how’s my driving? call or text: …’, dan ‘traffict officer’. Data menunjukkan bahwa 95,9% penduduk Filipina bisa membaca, bahkan salah satu yang tertinggi di Asia, dan setara untuk pria maupun wanita. Kami melewati kota Silang dan Dasmarinas, dengan jalan antar kota yang lebar, halus, jarang sekali sepeda motor terlihat dan lalu lintas didominasi kendaraan angkutan umum yang bersih, tertib dan teratur.

 33 Del Pilar Academy  34 Katedral Imus

Del Pilar Academy di Imus

Gereja ‘Our Lady of the Pillar Parish’,     Katedral di Imus

Penduduk Filipina mayoritas (80%) beragama Katolik, hal ini disebabkan Filipina merupakan bekas jajahan Spanyol yang memiliki tradisi Katolik yang sangat kuat, dilanjutkan dengan Protestan 10%, hal ini karena Filipina selanjutnya dijajah Amerika Serikat, kemudian Islam 5% yang mayoritas berada di Pulau Mindanao, lalu Buddha 2,5% yang merupakan penduduk pendatang dari Korea Selatan, Republik Rakyat China, Malaysia, Singapura, Jepang, India, dan Vietnam. Sebanyak 0,4% warga Filipina jujur menyatakan dirinya Atheis, dan 2,1% beragama lain.

Kami turun di ‘crossing highway’ atau perempatan jalan antar kota, di pinggiran kota Imus. Kami menggunakan tricycle untuk mampir di Del Pilar Academy dan mencari Mrs. Tessie Cruz, seorang ipar Sr. Dr. Conchita Cruz, SSpS, yang bekerja di bagian administrasi sekolah tersebut. Sr. Dr. Conchita Cruz, SSpS adalah kolega dan senior kami di RS St. Elisabeth Lela, Flores, NTT pada tahun 1991-1994. Sayang sekali, beliau tidak ada di tempat dan kami hanya dapat menitipkan salam hangat dari Sr. Conchita dan salam kenal dari kami, sebelum berfoto sejenak di situ. Kami melanjutkan perjalanan ke Gereja Katedral Imus yang didirikan pada tahun 1861 dan dinamakan ‘Our Lady of the Pillar Parish’ di Jl. Jenderal Castaneda no 2711, Imus Cavite. Katedral yang dinding luarnya sudah nampak pudar tertelan umur itu, warna dominannya cokelat. Pilar yang besar di dalamnya tersusun dari bata merah yang tidak diplester, sehingga nampak perpaduan merah dan coklat yang tersusun rapi. Di belakang altar tampak salib besar dengan patung Yesus tidak dalam posisi disalib, tetapi justru dalam posisi terangkat ke sorga. Di seberang katedral terdapat Municipal Government of Imus Cavite yang berarsitektur abad ke 17, tetapi tetap masih digunakan sebagai kantor dengan 4 buah tiang besar dan bendera nasional Filipina yang berkibar. Di depannya juga terdapat taman terbuka seluas lapangan sepak bola dengan patung Mayor Licerio Topacio yang gagah dan 2 buah meriam penangkis serangan udara peninggalan Perang Dunia II. Setelah berfoto dan istirahat sejenak di tepi taman dalam keteduhan bayangan pohon besar, kami pulang ke Tagaytay dengan bis Lorna Express cat putih kuning, yang berupa KIA Diesel mesin di belakang, bis AC ekonomi dengan tarif P 58 (sekitar Rp. 12.000). Setelah turun di Olivarez Plaza dengan selamat, kami coba makan palabok, salah satu menu khas Tagaytay di Jollibee Restourant di Tagaytay Jucntion. Palabok terbuat dari bihun, udang, telor, ayam krispi, bumbu dan saus yang empuk, lezat dan memikat seharga P 124. Filipina sebenarnya paling terkenal dengan kehebatan pertanian padi di bukit, yang diperkenalkan kira-kira 2.000 tahun lalu oleh suku Batad. Padi-padi yang ditanam di bukit tersebut terletak di lereng-lereng Gunung Ifugao dan berada di ketinggian 5.000 kaki dpl. Luasnya mencakup 4.000 mil² serta diusahakan secara tradisional tanpa penggunaan pupuk. Hal ini telah dinyatakan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) pada tahun 1995. Dengan demikian, wajar sekali rasanya kami sangat bersemangat untuk mencoba menu khusus, yaitu palabok dengan bahan tepung beras dari bukit di lereng Gunung Ifugao.

 Imus  Imus 1
Municipal Government of Imus Cavite

yang berarsitektur abad ke 17

Jeepney di Katedral Imus,

Yang gaya dan mengkilap

Kemudian kami mengunjungi ‘IKA 41 Dibisyon Hukbong Katihan Ng Pilipinas’ atau disebut ’41st Devision USAFFE Marker’. Monumen pertempuran tersebut menggambarkan kekalahan tentara AS yang berlangsung pada 1 September sampai 25 Desember 1941. Saat itu mereka dipukul mundur tentara Jepang pada awal Perang Dunia II. Monumen tersebut berupa prasasti berbahasa Tagalog, ruang diaroma pertempuran dan patung seorang tentara AS bercelana pendek dalam seragam tempur saat itu. Seperti diketahui bersama, setelah kekalahan yang memalukan itu, segera terbentuk area Pasifik Barat Daya merupakan salah satu arena Perang Dunia II di kawasan Pasifik, antara tahun 19421945. Area Pasifik Barat Daya termasuk Filipina, Hindia-Belanda (tak termasuk Sumatera), Borneo, Australia, Wilayah Guinea Baru (termasuk Kepulauan Bismarck), bagian barat Kepulauan Solomon, dan beberapa wilayah di sekitarnya. Dalam wilayah tersebut, tentara Kekaisaran Jepang berperang melawan tentara AS dan Australia. Sebagian besar tentara Jepang merupakan bagian dari Kelompok Pasukan Ekspedisi Selatan, yang dibentuk pada tanggal 6 November 1941, di bawah Jenderal Hisaichi Terauchi (juga dikenal sebagai Graf Terauchi), yang diperintahkan untuk menyerang dan menduduki wilayah Sekutu di Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Pada tanggal 30 Maret 1942, komando Wilayah Pasifik Barat Daya Sekutu (SWPA) dibentuk dan Jenderal Douglas MacArthur diangkat sebagai Komandan Tinggi Sekutu untuk Wilayah Pasifik Barat Daya. Pertempuran Laut Filipina adalah pertempuran laut penting dalam Perang Dunia II antara AL AS dan Jepang. Pertempuran ini berlangsunga antara tanggal 1920 Juni 1944 dekat Kepulauan Mariana, dan melibatkan 2 AL yang besar dan banyak pesawat Jepang dari markas di daratan. Pertempuran ini adalah kekalahan besar AL Jepang, yang kehilangan 3 kapal induk dan sekitar 600 pesawat selama 2 hari itu. Hal ini terjadi karena pesawat Kekaisaran Jepang sudah tua dan kurang terlatih, dibandingkan dengan angkatan AS yang lebih modern dan baik. Setelah pertempuran ini, AL Jepang hampir hancur sepenuhnya. Kemenangan Sekutu ini membuka pintu untuk serangan legendaris ke Iwo Jima, yang kemudian akan mengakhiri Perang Dunia II.

 35 Monumen USAFFE  36 Monumen the Praying Hand

’41st Devision USAFFE Marker’, dengan patung tentara AS saat PD II

The Praying Hands (Gateway to the City of Character), lambang kota Tagaytay

Sayang sekali, monumen ’41st Devision USAFFE Marker’ itu tidak lagi dikenal oleh sebagian besar warga Tagaytay yang sangat menyulitkan kami saat bertanya mencarinya. Selain itu, tampak sudah kurang terawat, meski terletak di pinggir jalan utama Aguinaldo Highway, bahkan di samping kantor PLDT (Philippine Long Distance Telephone) yang cukup ramai pengunjung dan monumen The Praying Hands (Gateway to the City of Character) yang menjulang. Selanjutnya kami melihat monumen baru di sebelahnya, yaitu The Praying Hands, yang lebih megah, menggambarkan 2 buah tangan yang sedang berdoa, dan didominasi warna cokelat. Monumen yang menjabarkan ayat Perjanjian Lama (Heb 4,16) tersebut diresmikan pada tanggal 4 November 2002. Saat itu bertepatan dengan ‘the year of our Lord’ oleh Hon. Francis N Tolentino, walikota Tagaytay.

Selanjutnya kami menikmati kembali, perjalanan pulang ke hotel menggunakan jeepney. Kendaraan pengangkut penumpang yang merupakan ciri khas dan kebanggaan warga Filipina itu, merupakan modifikasi jeep tentara AS saat Perang Dunia II. Jeepney sekarang tinggal jiwanya yang jeep, lainnya sudah berubah total. Bodinya dari baja putih mengkilat atau seng yang redup, lambang depan sudah bintang tiga arah dalam lingkaran seperti Mercedez-Benz, chasis sudah diperpanjang seperti limousine, mesin sudah diesel, pemutar musik sudah digital dan ban sudah dalam velg standar mobil caravan. Di jeepney terkandung kebanggaan produksi otomotif nasional Filipina, prioritas politik pemerintah untuk meningkatkan kendaraan umum yang nyaman, bukan mobil pribadi yang membuat jalanan macet, kejujuran penumpang untuk membayar, bantuan atau kerja sama dengan penumpang lain untuk beranting menyerahkan pembayaran maupun uang kembalian karena panjangnya kabin penumpang, dan juga ketertiban jadwalnya, sehingga warga Filipina cenderung lebih nyaman menggunakan angkutan umum, dibandingkan menjalankan motor atau mobil pribadinya. Orang-orang Filipina dikenal dengan nama Filipino yang berasal dari orang asli Taiwan dan bercampur dengan orang-orang Tiongkok Selatan, Polinesia, dan Spanyol atau Amerika. Orang Filipina terbagi dalam 12 kelompok etnolingustik dengan yang terbesar adalah Tagalog, Cebuano, dan Ilocano. Penduduk asli Filipina ialah suku Aeta namun sudah terpinggirkan dan populasinya tinggal 30 ribu jiwa.

 37 Jeepney  Jeep
Jeepney di sebuah pom bensin

di Tagaytay Rotonda

Jeep rendah & motor besar di Giligan Restaurant dalam The Summit Ridge

Kami segera pulang ke hotel, untuk berkemas-kemas dan menyiapkan perbekalan perjalanan pulang ke Indonesia. Kami membeli Kare-kare beef, yang juga menu khas Filipina, di Giligan Restaurant dalam kompleks The Summit Ridge seharga P 225 porsi untuk 2 orang. Kare-kare beef yang dibungkus itu mengandung kacang panjang, sawi, terong, daun selada, daging sapi dan bumbu kacang untuk kuah yang gurih, yang akan kami makan dengan sambal terasi untuk makan malam di kamar hotel, sebelum kami check out.

Perjalanan pulang ke Jakarta direncanakan akan transit sebentar di Bandara Changi Singapura, dengan menggunakan maskapai Philippine Airlines, yaitu sebuah pesawat berbadan lebar Airbus A320-200 dengan kode PE 503, yang berangkat dari terminal II NAIA (Ninoy Aquino Internaitonal Airport) di Manila. Philippine Airlines ternyata merupakan maskapai penerbangan pertama di Asia. Penerbangan tersebut terjadi pada 15 Maret 1941 dengan sebuah pesawat bermesin ganda Beech Model 18, yang terbang sejauh 212 km dari Manila ke Baguio Ciyu, dengan mengangkut 5 orang penumpang. Selama terjadi Perang Dunia II pada Desember 1941, maskapai ini dikuasi militer dan banyak pesawatnya yang tertembak jatuh. Pada periode setelah perang, maskapai ini beroperasi lagi, yaitu sejak 14 Februari 1946, dengan 5 buah pesawat bekas militer Douglash DC3s. Mulai bulan Juli 1946, maskapai ini menyewa DC4s untuk mengakut tentara AS ke Oakland di California, dan peristiwa ini merupakan penerbangan maskapai Asia pertama menyeberangi Samudera Pasific. Pada 12 Mei 1947, maskapai ini juga merupakan maskapai Asia pertama yang menerbangkan penumpang ke Eropa, yaitu penerbangan terjadwal ke Madrid, Spanyol. Pada dekade 1970-an maskapai ini telah menjangkau 2/3 belahan dunia. Saat ini Philippine Airlines memiliki 36 pesawat, termasuk 5 buah pesawat super jumbo B747-400 yang berkapasitas 383 penumpang dan pesawat terbaru adalah 2 buah B777-300ER, yang dimiliki sejak November 2009.

Seluruh penjelajahan di Filipina ini dapat terwujud karena persiapan yang cukup, bantuan yang layak dan restu yang banyak dari berbagai pihak, dengan menghabiskan 4 hari 5 malam dan dana 1,5 kali lipat gaji resmi selama sebulan. Demikian laporan perjalanan ini, semoga bermanfaat bagi banyak orang. Terima kasih.

sekian

ditulis di pinggir kolam renang Taal Visa Hotel di Tagaytay City, Filipina

12 Januari 2012

*) pelancong Jawa berdana cekak.

Categories
Istanbul

2010 Taiwan Tenan

 

TAIWAN TENAN

fx. wikan indrarto*)

Rabu, 22 Sep 2010, dengan pesawat Garuda GA-205 sebuah Boeing 737-200, pk. 09.15, kami meninggalkan Yogyakarta menuju Jakarta. Perjalanan dilanjutkan dengan pesawat China Airlines CI-762 sebuah Airbus A330-300 dari Jakarta ke Taipei yang berangkat pk. 14.15. Perjalanan dari bandara CGK (Cengkareng Jakarta) perlu waktu 5 jam sampai di bandara TPE (Toyuan International Airport Taipei, Taiwan). Kami mencari bagasi di bandara TPE sekitar pk. 22 waktu setempat (sesuai dengan WITA) dan dilanjutkan dengan perjalanan darat menggunakan taxi Honda New Accord setir kiri matic, melalui jalan tol bandara, dengan tarif NT$ 1.200 (setara Rp. 350.000) selama 35 menit untuk sekitar 40 km, menuju Hotel First yang berbintang 3. Petualangan di Taiwan segera dimulai.

 Peta  100_4217
Tiba di stasiun MRT kota Taipei (Taipei Main Station) yang bersih dan modern
Pulau Taiwan dari atas satelit. Taipei terletak di ujung utara pulau tersebut

Taipei adalah pusat kegiatan politik, ekonomi dan budaya Taiwan. Letaknya di sisi utara Pulau Taiwan, yaitu di tepi sungai Danshui dan dikelilingi banyak gunung. Luas Taipei 272 km2, dihuni 2,6 juta orang warga dan berkepadatan penduduk 9.5888,5 orang/km2, sehingga merupakan salah satu kota terpadat penduduknya di dunia. Saat ini Taipei melanjutkan dominasinya di bidang perdagangan, keuangan, media dan pusat komunikasi dunia, bahkan pemerintah kota Taipei sedang menerapkan rencana ‘Cyber City’ dengan sistem teknologi informasi yang terpadu. Selain itu, pembangunan gedung-gedung pencakar langit ‘The Taipei World Trade Center’, ‘The Nanking Economic and Trade Park’ dan yang paling spektakuler adalah Taipei 101, merupakan bukti keunggulan arsitektur dan teknologi Taiwan yang canggih dan modern. Namun demikian, pusat-pusat budaya seperti Chiang Kai-shek Memorial, National Palace Museum dan Sun Yat-sen Memorial, tetap lestari dan menunjukkan kemegahan gaya kuno dan Cina klasik yang berdampingan secara wajar dan serasi dengan kemajuan teknologi. Malam itu kami tertidur dengan bayangan keindahan yang telah kami baca sebelumnya, akan kami lihat sendiri keesokan harinya.

Kamis 23 Sep 2010, dari Hotel First di Nanjing East Road, kami berjalan kaki sekitar 800 m ke Zhongshan MRT Station, yaitu stasiun kereta api dalam kota yang terdekat, dan langsung membeli Easy Card, sebuah kartu pembayaran elektronik. Kami naik MRT Danshui Line ke Taipei Main Station. Di ‘interchange station’ yang sangat ramai tersebut, kami berganti MRT Bannan Line ke Sun Yat-sen Memorial Hall Station. Meskipun di stasiun besar kota Taipei tersebut sangat ramai manusia, tidak satupun yang berbicara, semua berjalan cepat dalam keteraturan, baik di lorong, di eskalator, maupun di tangga. Siapa yang merasa lebih lambat berjalan atau berdiam di eskalator yang melaju, selalu berada di sisi kanan, sehingga orang lain yang lebih tergesa akan mendahuluinya melalui sisi kiri dan semua merasa nyaman. Dari stasiun MRT kami jalan kaki lagi hampir 500 m ke Sun Yat-sen Memorial Hall, sebuah bangunan besar untuk mengenang jasa Dr. Sun Yat-sen yang artistik, besar dan damai. Kami sempatkan berfoto di depan patung besar Dr. Sun Yat-sen yang merupakan tokoh utama terbentuknya Republik China saat awal abad 20. Setelah itu, kami melihat benda-benda bersejarah peninggalan Dr. Sun Yat-sen yang masih tersisa, sebab sebagian besar hancur atau tertinggal di Cina daratan setelah kaum nasionalis dikalahkan kaum komunis dalam Perang Saudara 4 tahun di pertangahan abad 20 lalu. Setelah berfoto dan merasakan sensasi kewibawaan Dr. Sun Yat-sen di lapangan utama yang luas, kami lanjutkan dengan berjalan kaki lagi melewati Grand Hyatt Taipei Hotel menuju ke gedung Taipei 101, sebuah monumen teknologi konstruksi yang luar biasa dan pernah merupakan gedung tertinggi di dunia dengan total ketinggian bangunan 449 m, meskipun sekarang telah dikalahkan oleh Burj Dubai.

 100_4258  100_4224
Bergaya di gerbang arena konggres ACPID di TICC (Taipei International Convention Center) Patung besar Dr. Sun Yat-sen yang berwibawa di Sun Yat-sen Memorial Hall

Sepanjang perjalanan kami amati banyak sekali mobil buatan Jepang seperti di Indonesia, bahkan Toyota Kijang kapsul di Taiwan dinamakan Surf, yang cukup banyak berseliweran. Juga taxi merupakan mobil buatan Jepang, persis seperti yang digunakan para orang mapan di Indonesia yang baru dan mahal, seperti Camry, Accord, Civic, Lancer, Wish, Altis dan Vios. Kami mencari loket untuk ‘entrance observatory Taipei 101’ yang berada di lantai 5 gedung tersebut yang buka pada pk. 11-22. Setelah membeli tiket masuk seharga NT$ 400/orang, kami bergabung dalam antrian pengunjung yang panjang dan teratur untuk masuk lift. Sebelum masuk terdapat ‘snapshot service’, yaitu layanan foto digital sistem ‘croping’ (paduan gambar) dengan latar belakang gedung Taipei 101, yang hasilnya bisa dipilih pengunjung, suasana malam atau siang hari. Kami menggunakan lift tercepat di dunia, yaitu saat naik berkecepatan 1.010 m/menit dan saat turun berkecepatan 600 m/menit. Lift buatan Toshiba Jepang itu masuk Guinness World Record, sehingga kami sampai ke lantai 89 hanya perlu waktu 39 detik. ‘Basement’ di gedung itu terdapat 5 lantai, ‘sky lobby’ di lantai 35, 36, 59 dan 60, sedangkan ‘observatory lobby’ yang kami tuju berada di lantai 89.

Warga Taiwan merasakan hampir 200 kali gempa bumi dalam setahun, atau hampir paling sering di dunia. Meskipun demikian, mereka ‘menantang’ maut dengan membangun gedung tertinggi di dunia, yaitu gedung Taipei 101 yang dibangun di jantung kota Taipei setinggi 508 m setelah ditambah tinggi antena komunikasi di atapnya, dan telah menjadi pusat bisnis, teknologi dan perbelanjaan sejak tahun 2003. Di gedung Teipei 101 yang merupakan ‘Landmark in Taipei’, terdapat ‘Super Big Wind Damper’ yang disebut ‘Damper Baby’s’, yaitu sebuah bola baja bercat kuning dengan diameter 5,5 m, berat 660 metric ton. Saking tingginya gedung, terasa sekali sensasi terayun-ayun di atap gedung. Namun demikian, kehadiran bola itu mampu menopang gedung, sehingga tetap kokoh berdiri. Bola ini tersusun dari 41 lapis baja setebal masing-masing 12,5 cm plat baja, digantungkan pada 42 meter tali baja dengan diameter 9 cm sebanyak 16 buah, sehingga dapat mengurangi gerakan bagian puncak gedung sampai 40%, apabila terjadi gempa bumi atau tiupan topan. Inilah puncak teknologi konstruksi para insinyur Taiwan dan Jepang untuk menantang alam, sebab gempa bumi dan topan adalah kejadian alam tersering di Taiwan. Gedung ini dialiri listrik dari 2 buah sumber listrik mandiri berkekuatan 22,8 KV.

 100_4250  100_4226
‘Super Big Wind Damper’di lantai 88 gedung Taipei 101

Gedung Taipei 101 dilihat dari halaman depan Sun Yat-sen Memorial Hall

Setelah puas melihat pemandangan alam kota Taiwan di balik kaca dari ‘indoor observatory’ di lantai 89, kami naik tangga ke lantai 91 yang merupakan ‘outdoor observatory’ dalam ketinggian 386 m. Kami juga melihat pemandangan kota Taiwan secara langsung, sehingga juga dapat merasakan sensasi hembusan angin. Wuih, luar biasa kuatnya terpaan angin di ketinggian tersebut. Akhirnya kami turun tangga ke lantai 88 untuk melihat bola ajaib, ‘Damper baby’s’ itu dari dekat, sebab bola tersebut menempati 2 lantai, yaitu dari dasar lantai 88 sampai pertengahan lantai 89. Setelah berfoto dan menikmati ‘coral art’ atau cinderamata dari kerang dan batu hias dasar laut lainnya di lantai 88 sisi luar, lalu kami turun dengan lift tercepat di dunia, yang dalam waktu 45 detik sudah tiba kembali di lantai 5, yaitu ‘entrance observatory Taipei 101’ untuk mengambil tas bekal yang harus dititipkan di loket. Setelah kami puas menikmati ‘lobby entrance’ yang artistik, futuristik dan ramai pengunjung tersebut, kami lanjutkan dengan berjalan kaki di sekitar gedung. Di tepi jalan ada persewaan sepeda seharga NT$ 1.999 yang dapat dibayar secara digital dengan Easy Card. Sepeda yang kami pilih berjajar rapi di jalur sepeda dan terkunci otomatis pada tiang kunci yang berbentuk seperti ‘hidrant’ pemadam kebakaran. Kami mencobanya berulang, dengan mengikuti petunjuk yang ada, tetapi tetap tidak berhasil, yang ternyata karena ‘safe deposit’ di Easy Card kami tidak mencukupi. Wajar saja, karena kami hanya membeli nominal terkecil, yaitu NT$ 500 dan sudah terpakai naik MRT berulang kali.

 Camry  100_4305
Taxi Toyota All New Camry yang mewah, luas, dan terjangkau Gerbang lokasi konggres ACPID di TICC (Taipei International Convention Center)

Setelah makan siang di warung kaki lima ber-AC di pinggir jalan Guangfu Road dengan menu utama mie Cina, kami menuju TICC (Taipei International Convention Center) dengan berjalan kaki, untuk mengikuti ACPID (The 5th Asian Conggress of Pediatric Infectious Diseases). Kami sempat naik taksi karena sudah kelelahan, tetapi sopir taxi yang jujur mempersilakan kami jalan kaki, karena gedungnya tidak jauh. Hampir semua sopir taxi di Taipei sudah manula, sehingga harus menggunakan kacamata baca atau kaca pembesar untuk membaca tulisan tujuan kami dalam huruf latin ataupun kanji. Taiwan memberdayakan para manula untuk tugas-tugas non fisik di banyak sektor, misalnya sopir taxi, penerima tamu ruang makan hotel, pembersih mesin karcis digital di stasiun MRT dan lain-lain. Setelah melakukan registrasi dan bertemu beberapa peserta dari Indonesia, kami mengikuti sesi khusus bertema ‘Important Infectious Diseases in Taiwan and Japan’. Selanjutnya, kami ikuti ‘Keynote Lecture’ dengan tema ‘Hepatitis B Virus Infection, Host and Virus Interaction’ oleh Prof Mei-Hwei Chang dari Taiwan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Chiang Kai-sek Memorial Hall. Dari TICC kami menggunakan taksi Toyota Wish bertarif NT$ 90 ke stasiun MRT di Sun Yat-sen Memorial Hall. Kami naik MRT Banqiao Line melewati stasiun Zhongxiao Fuxing, Xinsheng, Shandao Temple dan berganti MRT Xindian Line di Taipei Main Station.

Setelah MRT Xindian Line melewati NTU (National Taiwan University) Hospital Station, kami turun di Chiang Kai-shek Memorial Hall Station. Kami memasuki kompleks Chiang Kai-shek Memorial Hall atau juga dinamakan ‘National Taiwan Democracy Memorial Hall’, dimana terdapat gedung konser (‘National Concert Hall’ beratap model Xie Shan) dan teater (‘National Theater’ beratap model Wu Dian) yang merupakan gedung kembar di dekat gerbang masuk yang disebut ‘Da Zhong Zhi Zheng’ atau ‘Great Golden Mean and Extreme Righteousness’, dilengkapi lapangan ‘Liberty Square’ seluas 3.000 m2, bergaya arsitektur China saat keemasan Dinasti Ming, yang beratap oktagonal warna biru langit setinggi 30m dan dipadu dengan pilar-pilar berwarna putih. Memorial Hall tersebut berarsitektur China klasik beratap biru, berdiri megah dalam areal seluas 25 ha, berlantai 5 dan di puncak gedung terdapat patung besar Presiden Chiang Kai-shek yang sedang duduk dalam ketinggian 70 m, yang dicapai dengan 89 anak tangga dan melambangkan usianya saat meninggal. Patung dan tersenyum ramah melihat keramaian aktivitas kota Taipei, di antara 2 buah bendera Taiwan yang melambangkan ‘freedom, equality and philanthropy’. Kami berfoto-foto dan melihat koleksi pribadi sang presiden di lantai 2 & 3, berupa 6 buah ruang pamer yang menampilkan pakaian, topi, medali, dokumen, foto, patung Presiden seukuran asli yang sedang duduk di ruang kerjanya karya Lin Jian-cheng, dan termasuk mobil kepresidenan. Salah satunya adalah mobil Presiden Chiang Kai-shek yang digunakan antara tahun 1972-75, sedan Cadilac hitam buatan tahun 1972, berisi 7 tempat duduk, seberat 2 ton, berukuran 632x208x150 cm.

 100_4265  Cadilac
Chiang Kai-shek Memorial Hall yang ramai dikunjungi wisatawan Cadilac hitam buatan tahun 1972, mobil Presiden Chiang Kai-shek.

Seperti kita ketahui bersama, Jenderal Chiang Kai-sek melanjutkan semangat Dr. Sun Yat-sen untuk berperang melawan Partai Komunis Cina di bagian timur dan utara Cina daratan, yang akhirnya tersingkir kalah dan menyeberang ke pulau Taiwan. Pada 5 April 1975 jenderal besar tersebut meninggal dan generasi penerusnya di seluruh dunia berniat membangun sebuah kenangan dengan arsitek utama Mr. Yang Zhao-cheng. Pembangunan konstruksi awal dimulai pada 31 Oktober 1976, tepat pada peringatan HUT Presiden Chiang Kai-shek, dan gedung tersebut diresmikan pada 5 April 1980. Gedung yang arsitekturnya berkonsep semangat budaya Cina dipadu dengan teknologi modern, sehingga menghasilkan ruang utama yang membuat pengunjung merasa ‘solemnity, familiarity and tranquality’. Gedung ini memiliki 3 gerbang, yaitu gerbang utama, ‘Great Loyalty Gate’ yang menghadap sisi utara ke Xinyi Road, ‘Great Piety Gate’ yang menghadap sisi selatan ke Aiguo East Road, semuanya dihubungkan dengan tembok pagar sepanjang 1.200 m, dengan jendela bergaya Cina setiap 4,5 m, sehingga total ada 26 buah jendela.

 100_4266  100_4262

Patung besar Presiden Chiang Kai-shek

Gerbang utama ‘Da Zhong Zhi Zheng’ arsitektur China saat keemasan Dinasti Ming

Setelah puas, kami menyusuri jalan Xinyi, melewati Ketagelan Boulevard untuk menuju Presidential Building. Istana Presiden yang berwarna merah bata tersebut tidak sebesar bayangan kami, bahkan lalu lintas dapat sangat dekat dengan kompleks istana yang seolah tidak terjaga. Istana presiden yang ramah, sebab tidak terkesan jauh dengan rakyatnya yang boleh berlalu lintas sampai sebegitu dekatnya. Setelah berfoto sebentar, kami lanjutkan perjalanan dengan taxi Toyota Corrola All New Altis bertarif NT$ 75 ke Ximen Station, untuk naik MRT Banqiao Line menuju Zhongiao Fuxing Station, lalu ganti MRT Neihu Line yang menuju Nanjing East Road Station. MRT yang terakhir ini tidak melaju di bawah tanah, tetapi justru di atas tanah. Dari Nanjing East Road Station, kami menuju Liaoning Street Night Market dengan berjalan kaki menyusuri pertokoan dan kadang berteduh karena hujan turun cukup deras. Pasar malam tersebut khusus menjajakan aneka makanan khas Taiwan, yang dijajakan dalam tenda semi permanen. Kami mencoba menu nasi putih, udang rebus, telor ikan dan irisan daun kubis yang semuanya dingin & tawar tanpa rasa. Setelah kami campur dengan berbagai bumbu yang ada di meja, kami santap dengan sumpit logam dan sendok kecil yang cembung. Makanan bertarif NT$ 280 itu habis dalam sekejap karena kelaparan hebat. Kami lanjutkan naik taxi Honda New Civic bertarif NT$ 85 sampai ke Fisrt Hotel, tempat kami menginap.

Setelah mengikuti acara ‘Meet the Expert’ di hari kedua konggres dengan tema ‘Update of Management on Acute Otitis Media’ oleh Prof. Cheng-Hsun Chiu dari Taiwan dan Prof. David Greenberg dari Israel, kami melanjutkan perjalanan ke Taroko National Park di Kabupaten Hualien. Perjalanan kami mulai dari Taipei Main Station di konter HSR (High Speed Railway atau kereta api super cepat) untuk Eastern Line dengan membeli tiket di mesin layar sentuh. Rute Western Line ke berbagai kota di Taiwan sudah tersambung semua dengan HSR, yang bahkan mampu menempuh batas kecepatan 350 km/jam, merupakan salah satu kereta api tercepat di dunia. Rute kami Easter Line tidak dilayani HSR tersebut, tetapi Express Railway (kereta api cepat) karena medan jalannya yang sulit, bergunung-gunung, melewati banyak terowongan dan sangat berbahaya untuk kecepatan tinggi. Mesin pembelian tiket otomatis sangat canggih dan cukup membingungkan, untunglah kami dibantu oleh petugas yang ramah, sebab tulisan di layar dengan huruf kanji besar, tetapi huruf latin sangat kecil. Kami membeli tiket menuju kota Hualien seharga NT$ 400/orang. Setelah itu, perjalanan ke lobi stasiun harus bertanya beberapa kali, karena petunjuk dalam huruf latin hanya tertulis kecil-kecil. Perjalanan dengan kereta api terasa sangat nyaman, sebab dari gerbong yang bersih dan kedap itu, kami menyaksikan kemacetan lalu lintas di berbagai jalan raya, terkait hujan lebat dan banyaknya kendaraan.

 100_4276  100_4292

Express Railway 1061 di stasiun Hualien

Taroko Monumental Archway, gerbang di dekat terowongan bukit

Kami melewati Xincheng (Taroko) dan turun di stasiun kota Hualien. Kereta api kami nomor tujuan akhirnya stasiun Hualien dan akan kembali ke Taipei. Setelah makan siang di stasiun kami membeli tiket bus seharga NT$ 86/orang untuk menuju Taroko National Park. Petugas loket adalah gadis berwajah Cina yang sigap melayani pembeli tiket. Stasiun Hualien terpadu dengan terminal bis dan taxi yang rapi dan bersih, banyak ‘guide’ lokal dan sopir taxi yang menawarkan jasa mengantar wisatawan menelusuri taman nasional tersebut. Di sana juga tersedia bus wisata terjadwal yang gratis dan akan menyusuri Hualien Traveler Center di dalam kompleks stasiun Hualien, Hualien Airport, stasiun Xincheng, Taroko Monumental Archway, Taroko National Park Traveler Center, Sha Ka Dang Pathway, Bu Luo Wan Rest Area, Yan Zi Kou, Jiu Qu Dong, Heliu, Lusui, Tianxiang. Karena waktu yang tidak tepat, kami terpaksa naik bus umum tadi dan turun di Taroko National Park Traveler Center.

Di seluruh Kabupaten Hualien (Hualien County) di bagian timur Taiwan, terlihat deretan bukit kapur atau karst yang mengerucut dan sambung menyambung. Di tengahnya terdapat Taman Nasional Ngarai Taroko atau Taroko Gorge National Park, goa-goa kapur dengan bebatuan marmernya menyeruak ke atas. Pemerintah Taiwan melarang keras aktivitas penambangan di bukit Taroko, sehingga tidak hanya menjadi aset wisata menarik, tetapi Taroko Gorge sekaligus berperan sebagai perisai penahan angin topan dari Samudera Pasifik, yang hampir setiap tahun menerjang. Batuan marmer berkilau keperakan, akan terlihat saat tertimpa sinar matahari di atas aliran Sungai Liwu, sungai utama di taman nasional itu. Taman seluas 92.000 ha dapat dilalui kendaraan umum melalui jalan raya sepanjang 78 km yang dibangun pada tahun 1956-1960. Melintasi jalan yang dinamakan Central-Cross Island Highway, kita semua akan dibuat kagum ketika menembus bukit-bukit kapur melalui 38 terowongan. Terowongan terpanjang disebut Terowongan Sembilan Tikungan (Tunnel of Nine Turns) sepanjang 1.200 m.

 100_4282  100_4277

Bis kami di Central-Cross Island Highway dekat Taroko National Park Traveler Center.

Pintu masuk ke Taroko Gorge National Park

Kami tidak sempat berjalan terlalu jauh, sebab hujan & kabut tebal sudah mulai turun, sehingga ‘Shimen Mountain’, ‘Tunnel of Nine Turns’ (Jiuqudong), ‘Buluowan Meander Core Park’, ‘Eternal Spring Shrine’ (Changeehun), ‘Lushui’, dan ‘Baiyang’ yang telah kami baca di internet sebelumnya, tidak sempat kami kunjungi. Kami hanya berkeliling di sekitar ‘Central Goss Island Highway East Entrance Gate’ dekat Sungi Liwu yang lebar dengan ‘Taroko Bridge’, sebuah jembatan artistik yang tiangnya melengkung-lengkung indah berwarna putih cerah. Setelah puas berfoto di ‘scenic area’, kami melanjutkan perjalanan pulang. Bus umum dan taxi sangat sulit kami peroleh, yang banyak sekali lewat hanya bus pariwisata dan mobil carteran. Setelah sekian lama menunggu di halte bus, untung saja ada seorang ibu yang baik hati, memberi tumpangan dengan sedan Ford Laser merah tua yang tidak bersedia dibayar, meskipun kami diantar sampai ke halaman parkir stasiun Xincheng atau Sincheng (Taroko). ‘Xie xie’ atau ‘terima kasih’, hanya itu yang bisa kami ucapkan untuk ibu yang baik hati itu. Kami tepat waktu karena hanya menunggu 2 menit untuk pulang dengan Kereta Api CK Express yang berangkat dari Stasiun Hualien dan kami naik dari stasiun ke 2, yaitu stasiun Sincheng menuju ke Taipei yang bertarif NT$ 312/orang. Kami menyusuri jalan kereta yang sama dengan yang kami lalui sewaktu berangkat, yaitu stasiun Heping, Nan-ao, Dong-ao, Su’aoxin, Dongshan, Luodong, Yilan, Jiaoxi, Dingpu, Toucheng, Fulong, Qidu, Xishi, Rueifang, Songshan dan Taipei dalam waktu 3,5 jam.

Dari Taipei Main Station kami berganti dari KA Express di atas tanah ke MRT di bawah tanah untuk menuju ke stasiun Sun Yat-sen Memorial Hall, mengambil foto gedung Taipei 101 yang gemerlap di waktu malam. Cahaya lampu berpendar, dalam berbagai warna meriah yang diselimuti sedikit kabut, terutama pada 1/3 bagian atas gedung tinggi yang artistik itu. Setelah itu, kami berjalan kaki melanjutkan acara makan malam di warung makan yang hampir tutup di pinggir Gungfu Road yang lebar. Perjalanan kami lanjutkan dengan naik taxi Toyota All New Camry bertarif NT$ 80 ke ‘Tonghua and Linjiang Street Night Market’, yaitu salah satu dari 9 pasar malam di Taipei untuk membeli cinderamata, oleh-oleh khas Taiwan. Sayang sekali, meskipun pasar malam tersebut sangat ramai dan buka sampai dini hari, tetapi tidak menjual benda-benda yang kami cari. Akhirnya kami putuskan pulang ke hotel dengan naik taxi Nissan Sentra bertarif NT$ 80 ke Da-an MRT Station untuk menuju Nanjing East Road Station, dimana MRT pada jalur tersebut melaju di jalan layang menyusuri pertokoan, bukan di bawah tanah yang gelap dan dilanjutkan dengan naik taxi All New Camry bertarif NT$ 80 sampai ke Hotel First tempat kami menginap.

 100_4273  100_4257
Makan malam di pasar malam

‘Tonghua and Linjiang Street Night Market’

Pada acara ‘Meet the Expert 3’, tetapi bukan sebagai expert

Hari Sabtu, 25 September 2010, setelah mengikuti acara ‘Meet the Expert 3’ yang bertema ‘Continuous Challenge of Antimicrobial Resistance in Gram-negatives’ oleh Prof. Davis P. Nicolau (USA) dan Prof. Po-Ren Hsueh (Taiwan) kami melanjutkan perjalanan ke Maokong Gondola. Dari Nanjing East Road Station, kami naik MRT di jalan layang, bukan bawah tanah (subway), melewati stasiun Zhongxiao Fuxing, Daan, Technology Building, Liuzhangli, Linguang, Xinhai, Wanfang, Muzha, dan yang terakhir Taipe Zoo untuk lanjut ke Maokong Gondola. Meskipun di jalan layang, kami tetap harus masuk ke terowongan, sebab antara stasiun Linguang dan Xianhai di sisi timur luar kota Taipei ada gunung yang harus ditembus, luar biasa. Kami hanya berdua saat naik gondola atau kereta gantung yang maksimal berkapasitas 8 orang ini, dimana jalur Maokong Gondola ini merupakan jalur kereta kabel (cable car system) terpanjang di dunia, yaitu sampai 4 km, melalui Kebun Binatang Taipei, Zhinan Temple dan Maokong. Pemandangan di bawahnya sangat indah, meliputi banyak apartemen di perbukitan, bahkan gedung Taipei 101 di pusat kota, kebun teh yang luas, hutan hijau dengan banyak jalur pendakian, dan suasana kebun binatang, yang diselingi suara burung berkicau dan angin yang mencicit karena bertiup kencang melalui celah-celah jendela gondola.

 100_4301  100_4299
Kereta gantung yang kami naiki

di Maokong Gondola Station

Gedung Taipei 101 di waktu malam

yang bermandikan cahaya

Setelah puas naik gondola, kami lanjutkan dengan belanja cindera mata serba MRT di Metro Gondola Shop, yaitu mug dan tas bergambar simbol, rute dan gambar MRT Taipei. MRT (Mass Rapid Transport) atau kereta api dalam kota di Taipei memiliki 5 jalur, yaitu Brown atau Neihu Line, Red atau Tamshui Line, Orange atau Zhonge Line, Green atau Xindian Line, dan Blue atau Nangang Line. Kami kembali ke tempat konggres dengan MRT Nangang Line berangkat dari Taipei Zoo Station menuju Liuzhangli Station untuk berganti taxi Mitsubishi Lancer dengan tarif NT$ 80 ke TICC. Kami ikuti acara ‘Simultaneous Symposium’ oleh Prof. Ian M. Gould dari Inggris dengan tema ‘New Antibiotics for Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)’ dan ‘Plenary Lecture’ oleh Prof. Gregor Reid dari Kanada dengan tema ‘The Role of Probiotics in Infectious Diseases’. Setelah acara makan siang, kami ikut ‘Hospital Tour’ ke NTU (National Taiwan University Children Hospital) menggunakan bus wisata yang disewakan panitia. Dr. Frank Lu, direktur RS tersebut, menyambut kami semua dengan sangat ramah, menjelaskan latar belakang, sejarah dan pengembangan RS tersebut. RS yang mulai berkarya tahun 2008 tersebut memiliki 450 tempat tidur, memiliki semua dokter ahli anak sub spesialis, dalam kerja sama dengan dokter ahli bedah, anestesi, radiologi, psikiatri, THT, gigi, dan urologi yang dikhususkan untuk pasien anak rujukan nasional dengan sakit berat dan rumit. Arsitektur gedung RS milik pemerintah dengan donasi 6 yayasan sosial dan 8 industri besar tersebut berfokus pada ‘Children Healing Environment Design’. Dengan demikian, eksterior gedung, dan terutama interior gedung bernuansa cerah dan mengikuti hukum alam, bahwa anak perlu bermain (‘Play is a very important activity in children’s daily life’). Anak dan orangtuanya akan didukung sepenuhnya untuk merasa nyaman, kerasan dan cepat sembuh.

 100_4322  100_4311
Gerbang National Taiwan University

Children Hospital

Ruang tunggu klinik anak

yang bernuansa cerah, untuk anak-anak

Setelah keliling kompleks RS, kami memisahkan diri dengan rombongan dan naik taxi Nissan Sentra ke Chiang Kai-shek Memorial Hall, untuk membeli cinderamata di lantai 1 gedung megah yang pernah kami kunjungi 2 hari sebelumnya. Dari situ kami lanjutkan perjalanan pulang dengan MRT ke Zhongsan Station, dan diselingi penukaran uang kembali (refund) kartu bayar digital Easy Card, karena kami sudah akan pulang ke Indonesia, juga makan bakso racikan sendiri di swalayan 7-Eleven, kami lanjutkan perjalanan dengan taxi Toyota All Nem Camry bertarif NT$ 80 pulang ke Hotel First untuk beristirahat sore. Hari itu aktivitas kami terakhir adalah berbelanja oleh-oleh makanan kecil khas Taiwan, di sebuah supermarket dekat hotel kami, yaitu 13 item makanan kering dengan total harga NT$ 680. Malam itu kami tidur nyanyak setelah semua barang kami kemasi dan bersiap bangun pagi untuk mengejar pesawat China Airlines pk. 08.45 ke Jakarta. Kami bayangkan akan merasakan canggihnya ‘self check-in zone’ di Touyuan International Airport Taiwan, yang katanya telah membuat calon penumpang tidak perlu antri panjang saat pelaporan diri (check in), bahkan memungkinkan calon penumpang untuk berganti tempat duduk (nomor seat), dengan melihat skema pengaturan ‘seat’ di pesawat, yang tampil nyata di layar komputer sentuh. China Airlines yang operasional sejak 1959, merupakan maskapai penerbangan pelopor dalam memberikan nomor tempat duduk sejak awal, yaitu sewaktu calon penumpang membeli tiket, bukan setelah ‘check in’ di bandara. Saat kami ‘check in’ itu, acara ‘Meet the Expert 5’ dengan tema ‘Management of Community-acquired Pneumonia’ oleh Prof. Ron Dagan dari Israel dan Prof. Tzou-Yien Lin dari Taiwan pada hari terakhir konggres, yang sangat mungkin hanya diikuti oleh jauh lebih sedikit peserta, dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Total perjalanan 5 hari ini menghabiskan anggaran setara dengan 1 kali gaji, di luar biaya transportasi pesawat dan penginapan. Disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak, dengan peran masing-masing dalam mendukung terselenggaranya perjalanan ini, dari awal perencanaan, pelaksanaan, bahkan sampai pada penyusunan dan penyebarluasan laporannya. Betul-betul kami telah melawat di Taiwan atau Taiwan Tenan.

Sekian

Sabtu, 25 September 2010, pk. 20.15

ditulis di kamar 104 First Hotel, 63 Nanking East Road, Sec. 2,

Taipei, Taiwan.

*) pelancong Jawa berdana cekak

Categories
Istanbul

HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA 2018

TB 2018

HARI  TUBERKULOSIS  SEDUNIA  2018

fx. wikan indrarto*)

Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia yang diadakan setiap tanggal 24 Maret, mengingatkan kita semua tentang epidemi global TB dan upaya pembasmian penyakit tersebut. Hal ini mengingatkan kita tentang tanggal 24 Maret 1882 saat Dr. Robert Koch menemukan penyebab penyakit TB, yaitu bakteri ‘Mycobacterium tuberculosis. Pada saat Dr. Koch mengumumkan penemuannya di Berlin, Jerman waktu itu TB mewabah di seluruh Eropa dan Amerika, bahkan menyebabkan kematian 1 dari setiap 7 orang penderitanya. Bagaimana permasalahan TB tahun ini?

Gejala klinis sakit TB aktif seperti batuk, demam, berkeringat di malam hari, atau penurunan berat badan yang mungkin hanya ringan, selama berbulan-bulan. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis dan telah mengakibatkan penularan bakteri ke lebih banyak orang lain. Orang dengan TB aktif dapat menginfeksi 10-15 orang lain di sekitarnya, melalui kontak dekat selama setahun.

TB Dunia

Pada tahun 2016, 87% kasus TB baru terjadi di 30 negara dengan tujuh negara menyumbang 64% kasus, yaitu India, Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan. Banyak negara masih mengandalkan metode lama yang disebut pemeriksaan dahak dengan mikroskop, untuk mendiagnosis TB. Pada hal, pemeriksaan mikroskop hanya mendeteksi separuh jumlah kasus TB dan tidak dapat mendeteksi kuman TB yang telah resisten terhadap obat.

XPERT

Penggunaan tes cepat Xpert MTB RIF® telah berkembang sejak 2010, ketika WHO pertama kali merekomendasikan penggunaannya. Tes tersebut secara bersamaan mendeteksi TB dan resistensi bakteri terhadap rifampisin, obat TB yang paling penting. Diagnosis dapat dilakukan dalam 2 jam dan tes ini sekarang direkomendasikan oleh WHO sebagai tes diagnostik awal, pada semua orang dengan tanda dan gejala TB. Lebih dari 100 negara sudah menggunakan tes tersebut pada 6,9 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2016. Pada tahun 2017, 4 tes diagnostik baru direkomendasikan WHO, yaitu tes molekuler cepat untuk mendeteksi TB di pusat kesehatan perifer dan 3 tes untuk mendeteksi resistensi terhadap obat TB lini pertama dan kedua. TB sangat sulit didiagnosis pada anak dan hanya tes Xpert MTB RIF yang umumnya tersedia untuk membantu diagnosis TB pada anak.

Obat

Obat anti-TB telah digunakan selama puluhan tahun, dan strain bakteri yang resisten terhadap 1 atau lebih obat TB telah dilaporkan di berbagai negara. Resistensi obat tersebut muncul karena obat anti-TB digunakan secara tidak tepat, resep dokter yang salah, obat yang berkualitas rendah, dan pasien menghentikan sendiri pengobatan sebelum waktunya.

Multidrug-resistant TB (MDR-TB) adalah suatu bentuk TB yang disebabkan oleh bakteri yang tidak merespons terhadap isoniazid dan rifampisin, 2 buah obat anti-TB lini pertama yang paling kuat. MDR-TB dapat diobati dan dapat disembuhkan dengan menggunakan obat lini kedua. Namun demikian, pilihan pengobatan lini kedua terbatas dan memerlukan kemoterapi yang ekstensif sampai 2 tahun pengobatan, dengan menggunakan obat yang harganya lebih mahal dan sering terjadi efek samping. Dalam beberapa kasus, resistensi obat yang lebih parah dapat terjadi. TB yang resistan obat secara ekstensif (XDR-TB) adalah bentuk yang lebih serius dari MDR-TB, yaitu bakteri yang tidak mempan lagi dengan obat anti-TB lini kedua yang paling efektif.

Obat1

Pada tahun 2016 MDR-TB merupakan masalah besar dalam bidang kesehatan masyarakat, karena dari 600.000 kasus baru, 490.000 kasus adalah MDR-TB. Beban MDR-TB sebagian besar terjadi di 3 negara, yaitu India, China dan Rusia, yang bersama-sama mencakup hampir setengah dari kasus global. Sekitar 6,2% kasus MDR-TB adalah XDR-TB pada tahun 2016 dan di seluruh dunia, hanya ada 54% pasien MDR-TB dan 30% XDR-TB yang saat ini berhasil diobati.

Pada tahun 2016, WHO menyetujui penggunaan rejimen jangka pendek untuk pasien MDR-TB yang resisten terhadap obat TB lini kedua. Regimen baru ini memakan waktu 9-12 bulan dan jauh lebih murah daripada pengobatan konvensional untuk MDR-TB, yang dapat memakan waktu hingga 2 tahun. Namun demikian, pasien dengan XDR-TB tidak dapat menggunakan rejimen ini, sehingga perlu memakai rejimen MDR-TB yang memakan waktu lebih lama, dengan penambahan 1 jenis obat TB baru, yaitu bedquiline dan delamanid. Lebih dari 35 negara di Afrika dan Asia telah mulai menggunakan rejimen MDR-TB yang lebih pendek. Pada bulan Juni 2017, 89 negara telah memperkenalkan bedaquiline dan 54 negara telah memperkenalkan delamanid, dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas rejimen pengobatan TB-MDR.

bEBAS tb

Laporan TB atau ‘Global Tuberculosis Report 2017’ menjelaskan bahwa terdapat 53 juta jiwa, telah diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB yang efektif pada rentang 2000-2016, sekitar 490.000 orang telah berkembang menjadi MDR-TB pada tahun 2016, dan 2,3 miliar US dolar per tahun adalah dana yang diperlukan untuk membiayai intervensi TB.

Momentum Hari TB Sedunia 24 Maret 2018 mengingatkan agar kita berada di jalur yang benar, untuk mencapai target TB global dalam SDG 2016-2030, denganBersatu membasmi TB’ (Unite to End TB). Sudahkah Anda terlibat membantu?

 Dr. Wikan 2

Sekian

Yogyakarta, 2 Maret 2018, tetapi lupa mengirimkan dan baru ingat tentang tulisan ini pada hari Kamis, 29 Maret 2018 (maaf, terlambat)

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2018 Kembali (retreat) di Bali

 

KEMBALI   DI   BALI
fx. wikan indrarto *)

Keluarga besar FK UKDW (Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana) Yogyakarta, mengadakan acara retreat (kembali melihat) dengan tema ‘rest, pray and joy’, seturut tulisan Mateus 11;28-30. Hal ini karena kita semua telah letih lesu dan berbeban berat, sehingga sudah waktunya untuk belajar kembali kepada Sang Sabda, agar kita menjadi lebih enak dan beban kita menjadi ringan.

Sekembalinya kami dari mengikuti ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, yang diselenggarakan di Hilton New York JFK Airport Hotel, 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA, kami langsung bergabung dalam ‘retreat’ tersebut. Acara ini diikuti oleh 104 peserta, yang meliputi antara lain 2 orang guru besar, 3 orang doktor, 4 orang bayi, dan 8 orang balita. Peserta dari Yogyakarta datang menggunakan pesawat Airbus A320-200 Air ASIA XT8441. Kami datang dari transit di Jakarta, dan bertemu dengan anak bungsu kami, Agatha Larasati Pangarsaningutami Indrarto, saat semuanya mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, Bali pada Minggu pagi, 25 Maret 2018. Selanjutnya semua peserta menuju ke Hotel Santika Seminyak, sebuah hotel bintang 3 di Jalan Sunset Road No. 17, Seminyak, Badung, Bali. Acara retreat atau ‘kembali mengevaluasi diri’ di Bali ini, diawali dengan laporan Ketua Panitia Dr. Arum Krismi, MSc, SpKK dan Sambutan Dekan FK UKDW Prof. Dr. Willy J. Siagian, SpPA.

Sesi 1 sampai ke 3 ‘retreat’ dipimpin oleh Pdt. Inggrid Suryanto, berupa Games Kelompok atau Team Building, dengan dresscode peserta pria adalah kemeja kotak-kotak warna bebas, dan peserta wanita atasan bunga-bunga warna bebas. Theme song Retreat adalah “Sukacita Surga” yang meriah, bergelora dan memupuk kekompakan peserta. Retreat sesi 1 sampai sesi 3 dilaksanakan di Ballroom hotel, sedangkan sesi 4 pada malam hari, dilaksanakan di lantai tertinggi atau ‘rooftop’ hotel yang diterangi cahaya bulan dan lampu warna-warni.

Pada malam itu kami bertiga, tidak sempat mengikuti seluruh rangkaian acara. Kami pamit untuk mengikuti misa kudus Hari Minggu Palma, sebuah hari besar tanda awal Pekan Suci Paskah dalam tradisi Katolik, di Gereja Katolik Santo Fransiscus Xaverius di Jl. Dewi Sartika 107 Kuta, Badung. Gereja megah ini diawali pada tahun 1967 oleh Pastor Heyne, SVD yang merintis berdirinya Sektor St. Fransiskus Xaverius yang saat itu masih masuk dalam wilayah Paroki St. Yoseph Denpasar. Pastor Paroki St. Fransiskus Xaverius Rm. Hubertus Hadi Setyawan, Pr dan umat berhasil membangun gereja baru yang diberkati oleh Mgr. Benyamin Yosef Bria, Pr Uskup Denpasar waktu itu, pada tanggal 2 Mei 2007. Kami mengikuti misa kudus dalam bahasa Inggris, dengan banyak sekali umat dari berbagai penjuru dunia, termasuk turis bule, negro, kulit kuning, kaum Hispanic, polynesia dan masih banyak ras lain lagi.

Malam itu kami dijemput oleh sepupu Tante Aning (Wahyu Prasetyaningtyas, owner dan CEO Lentera Hati School, di Jl. Taman Baruna No.14, Jimbaran, Kuta Sel., Kabupaten Badung, Bali), dengan suami, anak sulung dan menantunya yang jago memasak menu Italia. Kami lanjut makan malam menu khas Bali, yaitu lawar, sate lilit, kerupuk keras, serombotan, dan nasi jenggo di sebuah foodcourt 24 jam dekat sebuah banjar atau rumah adat di suatu sudut Sanur, Denpasar. Makan malam dalam keremangan dan alunan musik Bali, di Men Tinggen Nasi Bali di Jalan Panjang Sari, Sanur Kuah, Denpasar Selatan, membuat reuni kami sekeluarga tambah mendalam.

 Bandara 3  Menu Bali

Mendarat di Bali dari Jakarta

Makan malam dalam keremangan

Senin pagi, 26 Maret 2018, dengan menggunakan 3 buah bis medium milik Mai Bus Transport & Co, yaitu Hino Jetbus MD2+ buatan karoseri Adi Putro Malang yang berwarna coklat susu, semua peserta dengan dress code kaos hijau pupus sudah mampu menikmati beban kehidupan yang semakin ringan dalam ‘joy’, yaitu wisata bersama. Kami mengunjungi Toko Erlangga, yang merupakan toko souvenir, berbagai macam oleh-oleh, dan jajanan khas Bali. Toko Erlangga dilengkapi dengan fasilitas parkir yang luas, mushola, food court, dan arena bermain anak-anak, yang terletak di Jl. Nusakambangan no 162, Denpasar. Selanjutnya kami mengunjungi Garuda Wisnu Kencana (GWK).

 Hotel  Bis

Start petualangan kami di Hotel Santika Seminyak, Badung Bali

Hino Jetbus MD2+ Mai Bus Transport & Co buatan karoseri Adi Putro Malang

Objek wisata Garuda Wisnu Kencana atau terkenal dengan nama GWK Bali, merupakan salah satu tempat wisata terkenal di Bali. Tempat wisata GWK adalah sebuah taman budaya yang memiliki luas 240 hektar, yang beralamat di Jalan Raya Uluwatu, Desa Ungasan, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Patung Garuda Wisnu Kencana dibangun tahun 1997 dengan modal yang berasal dari BUMN, Bali Tourism Development Corporation (BTDC) dan I Nyoman Nuarta yang merupakan pembuat patung tersebut. I Nyoman Nuarta (lahir di Tabanan, Bali, 14 November 1951) adalah pematung besar dan salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru (1976). Mahakaryanya yang terkenal antara lain Garuda Wisnu Kencana (Bali), Monumen Jalesveva Jayamahe (Surabaya), serta Monumen Proklamasi Indonesia (Jakarta). Nyoman Nuarta mendapatkan gelar sarjana seni rupa dari ITB dan hingga kini menetap di Bandung.

Garuda Wisnu Kencana merupakan wujud dari Dewa Wisnu yang adalah Dewa Pemelihara (Sthiti) dalam agama Hindu, sedang mengendarai seekor burung Garuda. Nama Garuda Wisnu Kencana berasal dari nama tokoh yang ada yaitu Garuda dan Wisnu, sedangkan kencana berarti emas karena tahta tempat patung burung Garuda dan Dewa Wisnu berdiri dilapisi emas.

 GWK 5  GWK 2

Patung Dewa Wisnu yang besar di GWK

Patung kepala Garuda di GWK

Megaproyek patung Garuda Wisnu Kencana memiliki desain yang unik. Bahan patung menggunakan campuran tembaga dan baja seberat 3.000 ton. Bayangkan betapa besar patung yang terbangun dari bahan tersebut. Namun sejak awal, pematung sudah melihat bahwa ketika pembangunannya selesai, maka patung setinggiu 120 m ini akan menjadi patung terbesar di dunia mengalahkan patung Lady Liberty di New York, USA setinggi 93 m yang kami kunjungi pada Selasa, 20 Maret 2018 dan ‘Christ The Redeemer’ di puncak gunung Corcovado Rio de Janeiro, Brasil setinggi 50,9 m yang kami kunjungi pada Kamis, 19 November 2015. Tinggi GWK masih kalah dibandingkan Menara Eifel di Paris Perancis, yaitu setinggi 301 m yang kami kunjungi pada Jumat, 12 September 2014 dan Pyramid Giza setinggi 139 m yang belum pernah kami kunjungi. Patung GWK ini juga diproyeksikan memiliki jarak pandang mencapai 20 km sehingga masih dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot.

Proses pembuatan Patung GWK dilakukan oleh I Nyoman Nuarta di tempat kerjanya di Bandung. Desain patung terdiri dari 24 segmen dengan total modul sebanyak 754. Bahan patung yang digunakan adalah logam tembaga dan kuningan, kemudian kedua logam ini dilapis dengan zat asam patina. Modul yang telah selesai langsung dikirim ke Bali dimana proses ini masih berlangsung sampai sekarang. Tercatat hingga tahun 2015 lalu, Nyoman baru menyelesaikan patung GWK setinggi 23 meter dari total 120 meter. Pondasi patung setinggi 45 meter direncanakan akan digunakan sebagai ballroom. Kelak patung GWK akan digunakan sebagai patung penyambutan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali, karena akan terlihat sangat jelas dan mengagumkan dari pesawat ketika memasuki Pulau Bali.

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana juga menawarkan fasilitas berupa ‘venue’ yang bisa digunakan untuk acara-acara publik baik skala besar maupun skala kecil seperti Wisnu Plaza, Lotus Pond, Kura-Kura Plaza, Street Theatre, Indraloka Garden, dsb. Oleh karena itu, beberapa pertunjukkan-pertunjukkan besar menggunakan GWK sebagai lokasi mereka, seperti; konser Iron Maiden, konser Paramore, acara final Miss World 2013, dan Soundrenaline 2016. Jadi bisa dibayangkan betapa megahnya acara-acara seperti itu, kelak ketika pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana sudah selesai 100%. Kami membayangkan itu semua, sambil makan siang di sebuah reatourant di dekat pintu masuk arena GWK.

Selanjutnya kami mengjungi Pantai Pandawa, salah satu kawasan wisata di area Kuta selatan, Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan dan sering disebut sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar pantai ini terdapat dua tebing yang sangat besar yang pada salah satu sisinya dipahat lima patung Pandawa dan ibunya, dewi Kunti. Keenam patung tersebut secarara berurutan (dari posisi tertinggi) adalah Dewi Kunti, Dharma Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Selain untuk tujuan wisata dan olahraga air, pantai ini juga dimanfaatkan untuk budidayarumput laut, karena kontur pantai yang landai dan ombak yang tidak sampai ke garis pantai. Cukup banyak wisatawan yang melakukan paralayang dari Bukit Timbis hingga ke Pantai Pandawa. Kawasan pantai ini juga sering digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk sinetron TV. Pantai Pandawa adalah pantai yang letaknya di ujung Desa Kutuh di Uluwatu. Tadinya pantai ini bernama pantai Kutuh dan untuk mencapai surga tersembunyi ini dibutuhkan kerja keras menuruni tangga atau melewati jalan sempit diantara karang. Kemudian pemerintah mengguyurkan dana untuk komersialisasi penuh akan potensi pariwisata di pantai Kutuh. Pantai inipun kemudian disulap menjadi Pantai Pandawa.

 Pandawa 2  Bima

Tulisan Pantai Pandawa di dinding tebing yang tinggi dan gagah

Patung Bima di dalam gua di pinggir jalan ke Pantai Pandawa

Sangat populer, bisa dikatakan adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan pantai Pandawa saat ini. Kepopulerannya bahkan bisa dibilang sudah melampaui pantai-pantai lain di Sanur, Jimbaran atau Nusa Dua yang sudah terlebih dahulu tampil di hadapan publik. Tidaklah mengherankan kenapa pantai ini cepat mendapatkan kepopulerannya, bentangan pasir putih dengan air biru jernih dan ombak yang tidak terlalu besar akan benar-benar memanjakan pengunjung pantai ini. Fasilitas pariwisata dan akses yang mudah menjadi faktor lain mengapa turis domestik dan luar negeri berbondong-bondong datang ke Pantai Pandawa.

Untuk mencapai pantai Pandawa bukanlah hal yang susah. Ikuti jalan utama karena cukup panjang sampai ada persimpangan yang memiliki papan penunjuk arah “Pantai Pandawa” ambil kembali arah kanan jalan. Jalan beraspal yang mulus diantara tebing besar akan membawa kita langsung ke Pantai Pandawa. Yang unik dari pantai ini adalah ceruk-ceruk di tebing dimana masing-masing dihiasi patung para Pandawa dari Epik terkenal Hindu, Mahabharata. Jalan masuk menuju Pantai Pandawa yang diapit dua tebing batu membuat pantai ini juga disebut sebagai pantai rahasia.

 Pandawa  Pandawa

Tulisan Pantai Pandawa di dinding tebing yang tinggi dan gagah

Jalan masuk menuju Pantai Pandawa yang diapit dua tebing batu

Selanjutnya kami jalan-jalan ke Uluwatu untuk menyaksikan ‘Kecak Fire Dance’. Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik dikunjungi saat berlibur ke Pulau Dewata, yang terletak di sekitar Kecamatan Kuta, Desa Pecatu, Bali.

Sebelum masuk ke dalam kawasan pura, seluruh pengunjung yang memakai rok atau celana pendek diminta untuk menggunakan kain warna ungu atau kuning sebagai bentuk penghormatan saat masuk ke tempat suci. Para pelancong juga diminta untuk menyimpan semua barang-barang di dalam tas serta tidak membawa makanan-minuman ke dalam area pura karena kawasannya dikelilingi monyet.

Panorama langit cerah, batu karang besar setinggi 70 meter, dan laut yang tenang terlihat menyatu. Semua turis lokal maupun internasional yang datang tentu tidak ingin melewatkan momen ini tanpa berfoto bersama. Setelah puas menikmati keindahan dari atas batu kerang, kami dan para turis lain juga ingin menonton tari kecak di sekitar pura. Pertunjukkan tari kecak memang selalu diadakan setiap sore, agar penampilannya semakin maksimal. Tari kecak digelar di dalam Pura Luhur Uluwatu yang memiliki sarana seperti stadion olahraga berukuran kecil dengan muatan hingga 800 penonton. Harga tiket masuknya Rp 100 ribu per orang.

 Uluwatu  Ulu Watu

Pura Luhur Uluwatu di bibir jurang

Matahari terbenam di Pura Luhur Uluwatu

Tak hanya dapat menikmati pertunjukkan tari kecak, para pelancong juga dapat menikmati detik-detik menjelang matahari tenggelam. Sambil menunggu pesiapan tari dimulai, para penonton disuguhi pemandangan yang indah, di mana matahari tampak bulat dan seolah ingin menyatu dengan laut. Sinarnya begitu menyengat tapi tidak terasa panas karena sudah menjelang malam. Setelah matahari mulai berubah menjadi oranye, baru kemudian para penari masuk ke dalam area lokasi tari kecak disuguhkan. Jadi para pengunjung bisa menyaksikan tarian adat tersebut sambil menikmati tenggelamnya matahari dari atas Pura Luhur Uluwatu, Bali. Sungguh indah!

 Kecak  Kecak 2

Menonton Tari Kecak Pura Luhur Uluwatu

Hanoman Obong di Pura Luhur Uluwatu

Berada di atas tebing berbatu terjal dan menghadap ombak, Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu dari 9 pura utama di Bali. Pura laut ini adalah salah satu situs paling populer untuk menonton tari kecak legendaris, yang berlangsung setiap sore hari saat matahari terbenam. Pura yang indah ini menggabungkan pemandangan alam yang spektakuler dengan budaya Bali yang unik. Sebagai penghormatan kepada umat Hindu Bali, sarung tersedia secara gratis di pintu masuk. Ini adalah kain sederhana yang harus dikenakan oleh wanita saat mengenakan pakaian yang tidak menutupi lutut mereka. Pria juga akan diberikan selempang sederhana yang harus mereka ikat di pinggang. Tari kecak yang legendaris merupakan salah satu pertunjukan paling dramatis dari semua seni pertunjukan tradisional Bali. Tari kecak adalah tari yang menggabungkan unsur kesenian tari dan drama, guna menciptakan gambaran yang menakjubkan dari kebudayaan agama Hindu, “Ramayana.” Cerita ini mengisahkan Pangeran Rama yang harus mengalahkan kejahatan Raja Rahwana untuk menyelamatkan Putri Sita yang diculik. Tari kecak juga kental akan unsur spiritual yang diyakini bahwa selama ritual suci ini, entitas spiritual akan memasuki tubuh para penari.

Selanjutnya kami menuju Pantai Jimbaran, untuk menikmati santap malam. Meja dan kursi yang diletakan langsung di pantai berpasir, ditambah lilin untuk menghangatkan dan suara menyenangkan dari gelombang laut. Pantai Jimbaran adalah salah satu dari banyak pantai di Bali yang memiliki pasir berwarna putih dan memiliki pemandangan sunset yang sangat cantik, saat sore hari tentu saja pantai ini ramai dikunjungi oleh wisatawan karena sunsetnya yang indah.

 Jimbaran Bali  Jimbaran

Gelap malam di Pantai Jimbaran Bali

Suasana makan malam di Pantai Jimbaran

Di sepanjang pantai Jimbaran terdapat banyak sekali jenis cafe yang menjual menu olahan laut seperti ikan bakar, kerang bakar, udang, cumi-cumi hingga lobster. Menu kami adalah Wellcome drink, Balinese Peanut, Fish Soup, Grilled Fish 350 gr, Grilled Prawn 3 pcs, Grilled Clams 3 pcs, Squid Calamary 200 gr, Steamed white Rice, Kangkung Vegetables, Special Sauce bumbu Bali, Slice Tropical Fruits dan One Bottle of Mineral Water. Malam itu kami tidur nyenyak di kamar 335 Hotel Santika Seminyak, setelah kekenyangan dan puas berwisata (joy).

Selasa, 27 Maret 2018 segera kami bangun dan berkemas, untuk melanjutkan perjalanan hari terakhir di Bali, yaitu ke Pantai Kuta. Pantai ini adalah bentangan panjang pantai berpasir putih yang menghadap ke Samudera Hindia. Kuta menjadi area yang seakan tidak pernah tidur dan penuh dengan energi dari pagi sampai malam. Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Ia ahli bernegosiasi sehingga dirinya terkenal di antara raja-raja Bali dan Belanda. Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.

 Pantai Kuta  Kuta Bali

Peselancar di Pantai Kuta

Pantai Kuta yang berombak sedang

Setiap tahun, pengunjung pantai Kuta kerap mengeluhkan masalah kebersihan dan tumpukan sampah di pantai Kuta, terutama saat musim liburan. Permasalahan ini berusaha diatasi oleh prajuru Desa Adat Kuta dan anggota Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) yang merupakan mitra dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung. Setiap pagi, Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga aktif mengoperasikan mobil loader untuk memunguti sampah di pagi hari, sehingga saat kami datang pagi itu, suasana Pantai Kuta sudah lumayan bersih.

Selanjutnya kami pergi ke Joger, yaitu Pabrik Kata-kata Joger, Kuta, Bali yang dimiliki oleh Joseph Theodorus Wulianadi atau Pak Joger atau Mr. Joger. Riwayat pendidikan Pak Joger dari SR (SD), SMP, SMA, di Denpasar. Lulus SMA Katolik St. Joseph (swatiastu), Denpasar 1970, sempat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandala, Surabaya, tapi pada tahun 1973 ’membuang diri’ ke Jerman Barat, sekolah perhotelan Hotelfachshule (D Speiser, Bad Wiesse) sambil praktek kerja (nguli) di bidang Food & Beverage Hotel Schwanen – Bernhausen (dekat Stuttgart), tahun 1976 pulang kampung, sempat menjadi pemandu wisata ‘freelance’ bagi tamu-tamu berbahasa Jerman. Sekitar bulan Agustus 1980 dengan bekal modal uang Rp. 500.000 memulai usaha di bidang batik & kerajinan yang mengkhususkan diri untuk menggarap pasar domestik dengan sistem pemasaran ‘door to door’ (gedor-gedor rumah orang), karena memang belum punya gedung/toko. Mulai tanggal 19 Januari 1981, berkat dukungan dari berbagai pihak dan pinjaman gedung, berhasil membuka toko pertama, di Jl. Sulawesi 37, Denpasar, dengan nama ‘Art & Batik Shop Joger’. Nama ‘Joger’ adalah singkatan atau gabungan dari nama depan Joseph dengan nama depan teman sekolah di Hotel Fachscule, Jerman dulu, GERhard Seeger yang menghadiahi uang sebesar US $ 20.000.

 Mr. Joger joger.png

Pak Joger yang kreatif

Toko di Jl. Raya Kuta (sejak dulu memang tanpa nomer), Kuta, Bali

Demikianlah, nama JOGER sampai boleh dan bisa menjadi sebuah nama besar dan harum yang bahkan sering kali dianggap identik dengan T Shirt-T Shirt atau kaus-kaus (kaos-kaos) maupun souvenir-souvenir dengan disain kata-kata uniek/khas Mr. Joger, yang walaupun sebenarnya sudah punya kemampuan, peluang maupun permintaan pasar yang sangat besar untuk membuka cabang atau mengembangkan sayap ke mana-mana, tapi karena merasa dan sadar bahwa kami bukanlah pohon yang harus bercabang-cabang dan juga bukan burung yang harus mengembangkan sayap ke sana ke mari, maka sejak tanggal 7 Juli 1987 (777), di samping memutuskan untuk punya hanya satu toko yang terletak di Jl. Raya Kuta (sejak dulu memang tanpa nomer), Kuta, Bali ini saja, juga secara tegas membatasi pembelian kaus-kaus (T-Shirts) JOGER, dan juga secara tegas melarang penjualan semua produk bermerek dagang, bercap JOGER dan bertanda tangan JOGER, untuk diperjual belikan di luar satu-satunya gerai, yang sejak 1990 sudah disebut sebagai Pabrik Kata-Kata JOGER.

Dari Joger kami semua langsung menuju ke Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar Bali, untuk kembali ke Yogyakarta. Kami terbang dengan Air Asia XT 8448 Airbus A 320-200 rute Denpasar ke Jogjakarta pada Selasa sore, 27 Maret 2018. Awalnya AirAsia dimiliki oleh DRB-HICOM milik Pemerintah Malaysia, namun maskapai ini memiliki beban yang berat dan akhirnya dibeli oleh mantan eksekutif Time Warner, Mr. Tony Fernandes, dengan harga simbolik 1 Ringgit pada 2 Desember 2001. Tony melakukan ‘turn around’ dan AirAsia berhasil membukukan laba pada 2002 dengan berbagai rute baru dan harga promosi serendah 10 RM, bersaing dengan Malaysia Airlines.

Indonesia AirAsia (sebelumnya bernama AWAIR atau Air Wagon International) didirikan pada September 1999. Pada tahun 2004, AWAIR diambil alih AirAsia, dan mengalihkan orientasi pasarnya ke penerbangan berbiaya rendah. Penerbangan pertamanya dimulai pada Desember 1999. Mulai 1 Desember 2005, AWAIR berganti nama menjadi PT. Indonesia AirAsia. Dengan semboyan ‘Now Everyone Can Fly’, kami juga dapat ikut terbang ke Jogja, setelah kembali di Bali. Terimakasih atas semua kerja keras panitia penyelenggara, sehingga retreat FK UKDW Yogyakarta 2018 dengan tema tema ‘rest, pray and joy’, seturut tulisan Mateus 11;28-30 ini, dapat berjalan dengan lancar dan sukses.

Sampai bertemu kembali pada acara selanjutnya.

Sekian

Yogyakarta, 28 Maret 2018

*) salah seorang peserta retrat FK UKDW 2019, WA 081227280161

Wikan

DR. Dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA

Categories
Istanbul

2018 New York Hari Kelima (terakhir)

NEW  YORK HARI  KELIMA (terakhir)

fx. wikan indrarto*)

 

Jumat, 23 Maret 2018 kami telah selesai mengikuti konggres, yaitu ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’ di Hilton New York JFK Airport Hotel dan jalan-jalan ke Washington, DC dengan KA Amtrak. Pagi itu kami bersiap-siap untuk kembali ke tanah air tercinta, Indonesia, dalam rentang jarak 16.198 km. Apa yang harus dikenang?

 

Kami telah menikmati secara cepat, New York yang merupakan kota terpadat di Amerika Serikat, bahkan pusat wilayah metropolitan New York merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Dengan luas 789 km² dan pada tahun 2016, memiliki penduduk sebanyak 8,538 juta (2016). Tidak heran bahwa New York adalah sebuah kota global terdepan, yang memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan tingkat dunia.

 

 Siap jalan  3 Peserta 6

Kenangan saat siap jalan2 menembus dingin sore hari di New York

Kenangan sebagai peserta ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’.

 

Kami juga telah menjelajahi secara cepat, kota yang terletak di pelabuhan alami yang besar di pantai Atlantik Amerika Serikat timur laut, kota ini terdiri dari lima ‘borouhg’ atau semacam distrik, yaitu The Bronx, Brooklyn, Manhattan, Queens, dan Staten Island. Kami telah mampu mengingat bahwa New York pada awalnya dihuni oleh penduduk asli Amerika Lenape, ketika ditemukan bangsa Eropa tahun 1524 oleh Giovanni da Verrazzano, seorang penjelajah Italia yang bekerja untuk kerajaan Perancis, dan menamainya “Nouvelle Angoulême”. Permukiman Eropa dimulai dengan pendirian permukiman perdagangan bulu oleh orang Belanda yang kemudian dinamai “Nieuw Amsterdam” (Amsterdam Baru), di ujung selatan Manhattan pada tahun 1614. Direktur Jenderal kolonial Belanda Peter Minuit membeli pulau Manhattan dari suku Lenape tahun 1626, senilai 60 guilden atau sekitar $1.000 pada 2006. New York berperan sebagai ibukota Amerika Serikat pada tahun 1785 hingga 1790 dan New York telah menjadi kota terbesar di AS sejak 1790. Sebanyak 800 bahasa dipertuturkan di New York City, termasuk Bahasa Indonesia, sehingga menjadikannya kota dengan bahasa paling beragam di dunia.

 

Yang paling kami ingat adalah Patung Liberty, yang gagah menyambut jutaan imigran, ketika mereka datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Times Square yang dijuluki sebagai “The Crossroads of the World” (Perlintasan Dunia), adalah hub distrik teater Broadway penuh cahaya, salah satu perlintasan pejalan kaki tersibuk di dunia, dan sebuah pusat industri hiburan besar dunia. Kami telah merasakan sensasi pencahayaannya, meski di siang bolong dn hanya sekejap. Dilengkapi Wall Street di Lower Manhattan, New York City bersaing dengan London sebagai ibu kota keuangan dunia, dan merupakan rumah bagi Bursa Saham New York, bursa saham terbesar di dunia, menurut kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar di sana. Kami juga telah merasakan denyut keperkasaan kekuatan finansial New York, meski hanya sebentar dan saat terjadi badai salju di akhir musim dingin (snowing at the end of winter).

 

 Panorama NYC  Lady Liberti
Panorama downtown Manhattandi New York dengan gedung yang tinggi Patung Lady Liberty menyambut imigran, Lambang kebebasan dan kemandirian

 

 

Dalam sejarah finansialnya, kami juga mempu mengingat bahwa pada tahun 1664, kota ini menyerah kepada Inggris dan berganti nama menjadi “New York”. Pada akhir Perang Inggris dan Belanda Kedua, Belanda memperoleh kekuasaan atas Pulau Run di Maluku, Indonesia, yang merupakan aset yang lebih berharga sebagai ganti terhadap kekuasaan Inggris di New Amsterdam (New York) di Amerika Utara. Pada waktu itu Pulau Run, sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda, Maluku, Indonesia, bernilai lebih tinggi daripada kota New York di Pulau Manhattan yang kala itu dinamakan Nieuw Amsterdam. Itulah ironi sejarah, pada paruh terakhir abad ke-17, bangsa Inggris dan Belanda berulang kali terlibat perebutan daerah penghasil rempah. Semasa itu, sekantong rempah bernilai lebih mahal dari sekantong emas dengan bobot yang sama. Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) dan Serikat Dagang Hindia Timur Inggris (EIC) bersaing ketat dan sering terlibat konflik terbuka. Bahkan, terjadi pembantaian warga Inggris di benteng Belanda di Ambon, Maluku yang dikenal sebagai Amboyna Massacre yang memicu kemarahan Inggris.

 

 Columbus burung.jpg

Penemuan benua Amerika oleh Columbus tanggal 11 Oktober 1492.

Panorama mata burung New York City pada tahun 1873

 

 

Tahun 1898, City of New York modern dibentuk dengan konsolidasi Brooklyn (hingga saat itu menjadi kota terpisah), County of New York (yang kemudian mencakup sebagian Bronx), County of Richmond, dan bagian barat County of Queens. Pembukaan jalur New York City Subway tahun 1904 membantu mempersatukan kota baru ini. Melalui pertengahan pertama abad ke-20, kota ini menjadi pusat dunia untuk industri, perdagangan, dan komunikasi. Kami telah menikmati keefektifan subway tertua di dunia, dengan sebuah kartu Metrocard untuk semua jalur yang ada. Tarif seragam $ 2,75 tanpa memandang jarak tempuh, juga interkoneksi antar Line Subway di New York, sangat mengasyikkan.

 

Angkutan umum di New York sebagian besar beroperasi 24 jam sehari, merupakan sistem paling rumit dan ekstensif di Amerika Utara. Sekitar satu dari tiga pengguna angkutan umum di Amerika Serikat dan dua per tiga penumpang kereta di negara ini menetap di New York dan kota pinggirannya. Sistem New York City Subway merupakan yang tersibuk di belahan bumi barat, sementara Grand Central Terminal yang juga dikenal dengan sebutan “Grand Central Station”, adalah stasiun kereta terbesar di dunia menurut jumlah platformnya. Tingkat penggunaan angkutan umum yang tinggi di New York City, 120.000 pesepeda harian dan jumlah pejalan kaki  yang banyak, menjadikan New York City sebagai kota besar paling hemat energi di Amerika Serikat. Mode perjalanan jalan kaki dan sepeda mencakup 21% dari seluruh mode perjalanan di kota ini, secara nasional persentase untuk wilayah metro adalah sekitar 8%.

 

 Subway  DeKalb

New York City Subway adalah sistem angkutan massal terbesar di dunia menurut jumlah stasiunnya

Stasiun DeKalb yang bersih dalam rangkaian New York City Subway

 

Angkutan umum adalah mode angkutan paling populer di New York City. 54,6% penduduk New York pergi ulang alik menggunakan angkutan umum menuju tempat kerjanya pada tahun 2005. Ini berbeda jauh dengan perilaku penduduk di kota lainnya di seluruh Amerika Serikat, yaitu sekitar 90% komuter menggunakan kendaraan pribadi menuju tempat kerjanya. Menurut Biro Sensus AS, penduduk New York City menghabiskan rata-rata 38,4 menit setiap harinya untuk pergi bekerja, waktu tempuh terlama di negara ini di antara kota-kota besar AS.

 

New York City Subway merupakan sistem angkutan cepat terbesar di dunia menurut jumlah stasiun yang beroperasi, yaitu 468 stasiun. Sistem ini merupakan yang terbesar ketiga menurut perjalanan penumpang tahunan (1,5 miliar penumpang pada tahun 2006). Kereta bawah tanah New York juga terkenal karena hampir seluruh sistem buka 24 jam sehari, berbeda dari penutupan tengah malam pada sistem di banyak kota besar dunia, termasuk London. Paris, Montreal, Washington, Madrid dan Tokyo. Sistem transportasi di New York City sangat luas dan rumit. Sistem ini juga meliputi jembatan suspensi terpanjang di Amerika Utara, terowongan kendaraan berventilasi mekanis pertama di dunia, lebih dari 12.000 taksi kuning, kereta gantung yang mengangkut komuter antara Roosevelt Island dan Manhattan, dan sebuah sistem feri yang menghubungkan Manhattan dengan berbagai permukiman di dalam dan luar kota.

 

 

 Brooklyn6  Rockefeller

Kaki langit Manhattan NYC dengan banyak pencakar langitnya dari Brooklyn Bridge

Gaya Art Deco Chrysler Building (1930) di Manhattan, New York yang artistik

 

Kaki langit Manhattan dengan banyak pencakar langitnya mudah dikenali di seluruh dunia, dan kota ini menjadi tempat bagi beberapa bangunan tertinggi di dunia. Pada Agustus 2008, New York City memiliki 5.538 bangunan tinggi, dengan 50 pencakar langit lebih tinggi dari 656 kaki (200 m). Jumlah ini lebih banyak dibanding kota manapun di Amerika Serikat, dan kedua di dunia setelah Hong Kong, yang akan kami singgahi saat transti kembali ke tanah air.

 

Secara arsitektural, New York memiliki bangunan terkenal dalam berbagai bentuk. Di antaranya ialah Wollworth Building (1913), sebuah pencakar langit bergaya kebangkitan gothik awal yang dibangun dengan detail gothik berukuran besar. Gaya Art Deco Chrysler Building (1930), dengan puncak baja meruncing, merefleksikan kebutuhan pembagian wilayah kota. Bangunan ini memiliki ornamen unik seperti replika di sudut tingkat ke-61 berupa ornamen elang Chrysler tahun 1928. Contoh gaya internasional yang sangat berpengaruh di Amerika serikat adalah Seagram Building (1957), berbeda karena muka bangunannya menggunakan I-beam berwarna perunggu untuk menonjolkan struktur bangunan. Conde Nast Building (2000) adalah contoh penting desain hijau pada pencakar langit Amerika Serikat.

 

 

Port Authority Bus Terminal adalah terminal bus antar kota utama di kota ini, melayani 7.000 bus dan 200.000 komuter tiap hari dan menjadikannya stasiun bus tersibuk di dunia. Armada bus umum dan jaringan kereta komuter New York City adalah yang terbesar di Amerika Utara. Kami hanya sempat menggunakan bis kota, saat akan menuju Pier 83, untuk naik Liberty Cruise di tepi dermaga east River.

 

 

4 Amtrak 1  Terminal 8

Gerbong KA Amtrak yang bergaya milenual, kotak, angkuh dan kokoh

TWA Flight Center Building di JFK International Airport New York

 

Amtrak adalah nama layanan dari National Railroad Passenger Corporation (Perusahaan Kereta Api Penumpang Nasional), sebuah perusahaan semi-pemerintah yang dibentuk 1 Mei 1971 untuk memberikan layanan kereta api penumpang antarkota di daratan Amerika Serikat. Nama “Amtrak” berasal dari gabungan kata “American” dan “track”. Amtrak menyediakan transportasi menuju Boston, Philadelphia, dan Washington DC di sepanjang Northeast Corridor dan layanan kereta api jarak jauh ke kota-kota seperti Chicago, New Orleans, Miami, Toronto dan Montreal. Kami telah menikmati layanan Amtrak saat melakukan perjalanan pergi pulang dari Penn Station di New York ke Union Station di Washington DC.

 

Pada Selasa, 20 Maret 2018 sore hari yang sangat dingin dengan suhu sekitar 3 derajad Celcius dan setelah cukup mengikuti sesi awal konggres, kami segera melanjutkan petualangan di New York, yaitu menuju St. Patrick’s Cathedral untuk bersujud, berdoa dan mengucap syukur atas semua anugerah yang Tuhan telah berikan. Katedral St. Patrick adalah gereja Katedral Katolik Roma yang merupakan pusat Keuskupan Agung,  bergaya Neo-Gothic, dan sebuah landmark terkenal di kota New York, yang terletak di sisi timur Fifth Avenue antara jalan 50 dan 51 di Midtown Manhattan, tepat di seberang Rockefeller Center dan  menghadap patung Atlas.

 

Selain itu, kami juga melakukan peziarahan ke dalam kapel orang suci St. Fransisco Xavier Cabrini, dimana jasadnya dibaringkan di bawah altar. Setelah kematiannya pada tahun 1917, Suster Cabrini dimakamkan di West Park, New York. Pada tahun 1933, jasadnya dipindahkan ke dalam kapel di Sekolah Menengah Suster Cabrini. Pada tahun 1946, ia dikanonisasi seorang santa atau orang suci oleh Paus Pius XII sebagai pengakuan atas kekudusan dan pelayanannya kepada umat manusia dan diberi nama Patroness of Immigrants atau Pelindung Para Imigran pada tahun 1950.

 

 

 Katedral 3  Cabrini1

St. Patrick’s Cathedral, gereja Katolik yang besar bergaya Neo-Gothic, di New York

Kapel St. Frances Xavier Cabrini Shrine di 701 Fort Washington Ave, New York

 

 

New York City merupakan pintu masuk penumpang udara internasional teratas di Amerika Serikat. Wilayah ini dilayani oleh tiga bandara besar, Bandar Udara Internasional John F. Kennedy, Liberty Newark dan La Guardia. Sekitar 100 juta pelancong menggunakan tiga bandara ini pada tahun 2005 dan wilayah udara New York merupakan yang tersibuk di Amerika Serikat. Perjalanan internasional dari JFK dan Newark mencakup hampir seperempat dari seluruh pelancong AS yang pergi ke luar negeri pada tahun 2004. Kami telah merasakan denyut nadi pergerakan penumpang, seperti yang dialami Kevin McCalli (diperankan sangat bagus oleh Macaulay Culcin) dalam serial film Home Alone, Lost in New York tahun 1990 yang terkenal. Film yang disutradarai Chris Columbus dan naskah aslinya ditulis oleh John Hughes telah memiliki sequel sampai 5 dengan setting di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy New York.

 

 

Tahun 2008, New York City mencetak rekor jumlah wisatawan, lebih dari 47 juta orang secara keseluruhan dan pengeluaran mereka menyumbang US$32,1 miliar langsung kepada ekonomi kota yang juga merupakan rekor. Sejak ekonomi Amerika Serikat pulih, Wali kota Michael Bloomberg mampu memecahkan rekor kembali pada tahun 2012 dengan menarik lebih dari 50 juta wisatawan. Kami telah ikut berperan sebagai wisatawan periode singkat di New York, dengan mengunjungi beberapa tempat penting.

 

 3 Trump Building  Empire

Trump Building di Wall Street no 40 New York dengan 72 lantai, pada tahun 1930 adalah gedung tertinggi di dunia.

Empire State Building sebuah bangunan perkantoran sangat tinggi sekali, rancangan arsitek Shreve, Lamb and Harmon,

 

 

Gedung pencakar langit di Wall Street no 40 yang memiliki 1,3 juta kaki persegi ruang kantor yang tersebar di 72 lantai, yang pada saat dibangun tahun 1930 adalah gedung tertinggi di dunia. Awalnya bernama Manhattan Company Building, dan dirancang oleh arsitek H. Craig Severance dan Yasuo Matsui, menara itu menjulang di atas kota sebagai pengingat impor global New York. Setelah bertahun-tahun kosong, Donald J. Trump membeli properti itu, menginvestasikan lebih dari $ 200 juta untuk restorasi, dan membawanya ke puncak kemegahan aslinya. Penyewa profil tinggi yang menempati gedung Trump (Trump Building) tersebut adalah para pemuncak Kota New York dalam prestise dan kekuatan internasional mereka.

 

 

Arsitek oleh Shreve, Lamb and Harmon, Pengembang oleh John J. Raskob, Teknisi struktur oleh Homer Gage Balcom, dan kontraktor utama  oleh Starrett Brothers and Eken, namanya diambil dari julukan New York, yaitu Empire State. Empire State Building sempat menjadi bangunan tertinggi di dunia selama 40 tahun, sejak selesai dibangun tahun 1931 sampai rampungnya Menara Utara World Trade Center pada tahun 1972. Empire State Building saat ini merupakan pencakar langit tertinggi ketiga di AS, setelah Menara Willis dan Trump International Hotel and Tower di Chicago, dan tertinggi ke 22 di dunia. Gedung ini juga merupakan struktur berdiri bebas tertinggi ke 4 di AS.

 

 

 Times  4 Times 1

Times Square atau “The Crossroads of the World” (Perlintasan Dunia), adalah hub distrik teater Broadway penuh cahaya iklan

Bergaya di Times Square atau “The Crossroads of the World” (Perlintasan Dunia) penuh cahaya iklan

 

Times Square adalah tempat yang banyak sekali dikunjungi oleh banyak masyarakat di sana maupun orang yang berkunjung, apalagi ketika tanggal 31 Desember yang dimana tempat ini selalu dijadikan tempat di malam tahun baru detik-detik pergantian tahun dari tahun berikutnya. Acara Ball Drop juga yang menjadi salah satu penyebab banyaknya orang yang berkunjung kesana.

 

 Brooklyn1  Jembatan

Pemandangan dari atas Brooklyn Bridge yang artistik di atas East River

Brooklyn Bridge menghubungkan Manhattan dan Brooklyn di New York

 

 

Brooklyn Bridge adalah jembatan tua yang dikagumi oleh banyak orang dan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban di dunia konstruksi. Jembatan ini dibuka pada tahun 1883 dan sudah menjadi prestasi terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.

 

 One WTC  Brooklyn5
One World Trade Center, tinggi menjulang di Manhattan, New York

One World Trade Center terlihat di kejauahan dari Brooklyn Bridge, yang dijaga NYPD

 

 Hotel  Chinatown
Saat sampai di depan New World Hotel, 101 Bowery, Chinatown, New York 10002, Chinatown, Manhattan, New Yorksebuah areal pecinan yang luas

 
One World Trade Center (1 World Trade Center), lebih dikenal sebagai 1 WTC dan dulunya bernama Freedom Tower, adalah bangunan utama di komplek World Trade Center di Lower Manhattan, New York City. Menara ini akan dibangun di sudut barat laut situs World Trade Center dan akan menempati lokasi bekas 6 World Trade Center. Sisi utara menara membentang di antara persimpangan Vesey dan West Street di barat laut dan persimpangan Vesey dan Washington Street di timur laut. Lahan asli North Tower/1 WTC berada di selatan gedung ini. Pembangunan relokasi sarana bawah tanah, dasar bangunan, serta pondasinya dimulai pada 27 April 2006. Pada tanggal 30 Maret 2009, Port Authority membenarkan bahwa bangunan ini akan diberi nama One World Trade Center, bukan nama julukannya, yaitu Freedom Tower.

 

 

Chinatown, Manhattan adalah sebuah enklave etnis Cina yang terletak di borough Manhattan di New York City. Pecinan Manhattan merupakan salah satu komunitas etnis Cina terbesar dan tertua di luar Asia.

 

 Wallstreet  3 Wall Street 1
Wall Street dari Broadway menuruni lembah ke arah South Street di East River

New York Stock Exchange di Wall Street yang diguyur salju

 

 

 

 

Wall Street (Jalan Wall) adalah sebuah nama jalan di pinggiran kota Manhattan di New York yang membujur mulai dari timur yaitu dari Broadway menuruni lembah ke arah South Street di East River, melewati pusat historis dari distrik keuangan Amerika yaitu Manhattan. Wall Street adalah gedung permanen pertama dari New York Stock Exchange, dan sepanjang waktu Wall Street menjadi nama dari gegografi sekitarnya.

Wall Street adalah juga merupakan suatu istilah yang digunakan bagi ” kepentingan finansial yang berpengaruh” di Amerika Serikat.

 

Banyak sekali bursa perdagangan saham dan bursa perdagangan lainnya berkantor pusat di Wall Street dan di Distrik Keuangan (Financial District) termasuk NYSE, NASDAQ, AMEX, NYMEX, dan NYBOT. Banyak pula perusahaan keuangan New York yang kini sudah tidak berkantor di Wall Street lagi melainkan berkantor di pusat kota Manhattan, di wilayah pinggiran kota, Long Island, Westchester County, Fairfield County, Connecticut, atau di New Jersey.

 

Selanjutnya kami berpetualang juga ke Washington, DC untuk melihat

 

 4 Union 5  4 Capitol

United States Capitol di siang yang cerah di Washington, DC

United States Capitol mencerminkan ruang kebebasan para wakil rakyat AS

 

White House, Washington Monument, dan United States Capitol berdiri pada titik segitiga di jantung kota Washington, DC. Pada jarak lurus antara Washington Monument dan United States Capitol, terdapat jalur besar yang biasa disebut National Mall. Dari jalur terbuka inilah, para wisatawan leluasa mengamati kota. Tiga bangunan itu merefleksikan semangat kebangsaan modern AS. White House mewakili kekuasaan eksekutif. United States Capitol mencerminkan ruang kebebasan para wakil rakyat. Washington Monument tanda kenangan sejarah bangsa modern yang merdeka tahun 1776 itu.

 

 3 Kerja bakti 1  Salju

Kerja bakti membersihkan salju di pinggir Bowery Street, Manhattan New York

Pohon gundul diselimuti salju di areal pemukiman pinggiran New York

Jumat, 23 Maret 2018 dini hari kami sampai di Penn Station New York naik train 66 pk. 1.50. Untunglah layanan subway di New York tetap operasional 24 jam, sehingga kami lanjut Line 1 up town ke Times square, kemudian ganti Line N down town ke 34 Street dan dari situ ganti lagi Line D down town untuk turun di Grand Street. Dengan berjalan kaki dalam dingin suhu sekitar 4 derajad Celcius, kami kembali ke hotel. Pagi dini hari itu kami tidak mampu tidur nyenyak di kamar 211 New World Hotel, 101 Bowery #2, New York. Pada pagi buta sekitar pk. 3 kami baru kembali dari Washington, DC, pada hal pk. 6 harus segera berangkat dan bersiap-siap untuk kembali ke Indonesia.

Selanjutnya kami menempuh 1,5 kali lipat dari rentang jarak 16.198 km, karena pesawat kami Boeing 777-300ER milik Cathay Pacific Airways CX 841, harus menyusuri jalur udara di atas Toronto, menyeberangi Kanada menuju Anchourage, di Alasaka, USA pada ujung utara belahan bumi. Selanjutnya menyeberang zona waktu internasional untuk masuk ke semenanjung Kamchatka, Siberia timur milik Rusia, menyusuri pantai selatan kepulauan Jepang dan baru menyeberang ke Hong Kong. Rasanya jalur penerbangan utama memang harus di sekitar daratan, bukan lurus yang lebih dekat di atas Samudra Pasific yang sangat luas, teduh dan berbahaya.

Terimakasih atas bantuan semua pihak, sehingga petualangan ke New York ini dapat berjalan dengan lancar. Tidak hanya oleh kerabat di tanah air, tetapi juga oleh para diaspora Indonesia di New York yang baik hati. Ibu Elsye Kurniawan yang meminjami kami mantol baju hangat untuk melawan hembusan badai salju di akhir musim dingin, juga teman kami Christine N. Tedjopranoto yang asli Purwokerto Jawa Tengah dan tinggal di kota Charlotte, North Carolina USA, segera tampil membantu kami dalam masalah perubahan tiket Amtrak ke Wasington, DC terkait badai salju. Juga dab Herry Purnomo teman di SMA Kolese de Britto yang tinggal di Seatlle, Romo Hendra Asmara, SJ yang sedang belajar teologi di New York dan memberikan petunjuk virtual berkala, tentang siasat menghadapi berbagai tantangan di New York. Yang terakhir adalah mbak Ririn, tetangga di Sosrowijayan Yogyakarta yang telah 20 tahun tinggal di seputaran Jamaica, Queen, NYC yang menghantar kami sampai di gerbang pemeriksaan imigrasi secara digital di JFK International Airport, New York.

 

 4 Bu Elsye  Ririn

Mampir di Kantor Ibu Elsye Kurniawan yang berlokasi di Broad Street no 90 downtown Manhattan NYC

Mbak Ririn yang baik hati menemani sampai di depan konter imigrasi JFK International Airport New York

 

Sekali lagi, disampaikan banyak terimakasih atas bantuan, perhatian, doa dan restu dari semua pihak, sehingga petualangan singkat ke New York (NYC) dan Wasington DC (WDC) ini telah berjalan dengan baik.

 

(sekian)

 

Ditulis di Hotel Transit Airy Eco Bandara Soekarno Hatta, Jl. Suryadarma 56 Tangerang, saat menginap semalam sebelum lanjut ke Denpasar untuk acara Retret Keluarga Besar FK UKDW Yogyakarta.

 

Tangerang Sabtu, 24 Maret 2018

 

*) penikmat jalan2 murah

 

 

 

 

burung.jpg

Categories
Istanbul

2018 NEW YORK HARI KEEMPAT (Washington, DC)

 

NEW YORK  HARI  KEEMPAT

(WASHINGTON  DC)

fx. wikan indrarto*)

 

Pada Kamis, 22 Maret 2018, saat kami akan berangkat mengikuti ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, yang diselenggarakan di Hilton New York JFK Airport Hotel, 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA, ada email masuk. Kami dikagetkan oleh email masuk tentang ‘Important Amtrak Alert’ yang isinya ‘schedule to Washington DC has been cancelled, due to a schedule change’, terkait serangan badai salju hari sebelumnya. Untunglah teman baik kami, Christine N. Tedjopranoto yang asli Purwokerto Jawa Tengah dan tinggal di kota Charlotte, North Carolina USA, segera tampil membantu kami. Apa yang menarik?

 

Pada Day 2 Congress : March 22, 2018, kami sempatkan mengikuti Keynote Forum dengan tema Keynote : ‘Pediatric Cochlear Implantation’ yang dibawakan oleh Prof. Susan B. Waltzman, PhD yang merupakan Professor of Otolaryngology and Co-Director of the NYU Cochlear Implant Center, New York University School of Medicine, USA. Pada intinya oleh karena pemeriksaan skrining pendengaran pada bayi baru lahir dan alat evaluasi yang digunakan lebih baik, sekarang lebih banyak anak dengan gangguan pendengaran parah sudah mampu didiagnosis saat bayi. Hal ini akan memberikan kesempatan untuk akses anak ke implantasi koklea. Para dokter perlu mempertimbangkan semua aspek implantasi koklea pada bayi, termasuk aspek keamanan dan khasiat pada bayi yang sangat muda. Risiko anestesi, volume darah, ukuran, ketebalan, dan pertumbuhan tengkorak, serta posisi alat yang digunakan.

 

 di 4. Konggres
‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’ Sebelum sesi Keynote Forum dimulai

 

 

Pembicara Keynote Forum selanjutnya adalah Professor Elisabeth Utens dari Erasmus University Medical Centre, Rotterdam and University of Amsterdam, Nedherland. Dengan tema Keynote tentang Eye Movement in children, menjelaskan bahwa sekitar 3 dari setiap 10 anak dan remaja yang dirawat di rumah sakit atau menjalani operasi invasif dan atau menyakitkan, akan berkembang menjadi Post Traumatic Stress Syndrome (PTSS), meskipun subklinis. Selain itu, sekitar 1 dari 10 anak bahkan mengalami PTSS penuh yang dapat berdampak serius pada kualitas hidup, fungsi psikososial dan dapat mengakibatkan keluhan psikiatri jangka panjang. Sebagian besar anak yang menjalani rawat inap atau operasi tidak diskrining untuk keluhan PTSS dan tidak menerima bantuan psikolog. EMDR terbukti efektif dan diterapkan secara struktural di Erasmus MC Sophia. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) merupakan metode psychoterapi yang lebih efektif dalam mengatasi PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Di Indonesia telah resmi di buka pada tahun 2008. Metode ini di temukan oleh Francine Shapiro pada tahun 1987. Kerjasama yang baik antara dokter spesialis medis dan psikoterapis perilaku kognitif diperlukan untuk perawatan psikososial yang optimal.

Pembicara yang cukup kontroversial dan mendapat apresiasi peserta adalah saat Keynote Forum ketiga, dengan tema Keynote : ‘Grounds and first results of the new doctrine of acute pneumonia’.  Professor Dr. Igor Klepikov PhD dari Dana Children’s Hospital Sourasky Medical Center Tel Aviv Sourasky Medical Center and Russian State Institute for Post-graduate Medical Studies Novokuznetsk, Russia. Intinya bahwa pengobatan pneumonia akut saat ini hanya berfokus pada terapi antibiotik dan mengulangi prinsip pengobatan penyakit peradangan lainnya. Dampaknya adalah mengurangi efektivitas obat antimikroba, kemunculan dan peningkatan jumlah patogen resisten antibiotik dan peningkatan frekuensi komplikasi purulen. Dasar doktrin pendekatan yang baru didasarkan pada aksioma ilmiah berikut : Pertama, respon tubuh terhadap stimulus apapun, termasuk peradangan, sangat individual dan unik. Kedua, transformasi inflamasi jaringan tubuh adalah reaksi vaskular dengan urutan tahap tertentu. Ketiga, sirkulasi darah kecil dan sistemik tidak hanya memiliki hubungan langsung, tetapi juga hubungan terbalik. Keempat, di antara bentuk peradangan nonspesifik pneumonia akut adalah satu-satunya proses yang terjadi dalam sistem sirkulasi darah kecil. Dan kelima, adalah prosedur medis yang sama dapat memiliki efek yang berbeda terhadap peradangan pada sirkulasi darah kecil atau besar. Untuk itu, kemungkinan pencegahan komplikasi supuratif dan destruktif dari penyakit pneumonia akut ini haruslah dicermati.

Kami masih sempatkan mengikuti Keynote Forum keempat, dengan tema Keynote: ‘Education Opportunities in Children with Mental Health Disorders.’ oleh Dr. Petrovic-Dovat is a Director of the Child and Adolescent Anxiety Disorder Program at the Penn State Hershey College of medicine, Pennsylvania State University, USA. Pada dasarnya disebutkan bahwa hanya sekitar 25% anak dengan penyakit jiwa yang ditangani oleh psikiater anak. Dokter spesialis anak sering menjadi dokter pertama bagi sebagian besar anak dengan masalah kesehatan mental dan perilaku. Namun kemampuan mereka untuk berhasil mengelola penyakit jiwa belum pernah diteliti. Dukungan pendidikan tambahan diperlukan, untuk dokter spesialis anak pada layanan  primer dalam merawat anak dengan masalah kesehatan mental.

 

Setelah sesi Keynote Forum keempat selesai, segera kami kembali melanjutkan petualangan cepat ke jantung kekuatan finansial New York, yaitu downtown Manhattan. Kami langsung naik subway Line J dari Jamaica ke Broad Street (downtown) untuk menuju ke sebuah patung yang disebut ‘Charging Bull’ atau arti harafiahnya Banteng Pengisian, yang kadang disebut sebagai Wall Street Bull atau Bowling Green Bull, karena patung perunggu tersebut berdiri di Bowling Green di Financial District di Manhattan, New York City. Rancangan awalnya adalah seni liar (originally guerrilla art), yang dipasang secara tidak resmi oleh Arturo Di Modica. Namun demikian, oleh karena popularitasnya membuatnya menjadi fitur patung yang permanen. Kegagahan banteng tersebur seolah menunjukkan keperkasaan Wall Street sebagai kekuatan finansial global.

 4 Bu Elsye  4 Buffalo

Kami mampir di Kantor Ibu Elsye yang berlokasi di Broad Street no 90 downtown Manhattan NYC

‘Charging Bull’ lambang keperkasaan Wall Street sebagai kekuatan dan keperkasaan finansial global

 

Setelah itu, kami mampir di Kantor Ibu Elsye yang berlokasi di Broad Street no 90, Manhattan, untuk mengembalikan jaket musim dingin yang kami pinjam dan telah melindungi kami dari dekapan duingin salju. Selanjutnya kami menikmati Indian Museum atau The National Museum of the American Indian, yang gagah menjulang tidak jauh dari kantor Ibu Elsye yang baik hati, di samping American Film Academy dan patung perunggu yang disebut ‘Charging Bull’. Pada museum warga asli Amerika atau Infinity of Nations, menampilkan lebih dari 700 benda di dalam gedung megah yang sebelumnya merupakan rumah Alexander Hamilton. Bangunan ini dirancang oleh Cass Gilbert, yang juga mendesain Woolworth Building di utara Broadway, dalam gaya Beaux Arts. Di luar gedung ada 12 patung termasuk Christopher Columbus, yang diakui sebagai penemu Amerika, yang dirancang oleh Daniel Chester French. Dibangun antara tahun 1900 dan 1907, gedung ini menghadap Bowling Green, ruang publik pertama di New York City.

 

 3 WTC  4 Museum Indian
Turun di WTC dari subway Line Jtujuan Jamaica ke Broad Street

Patung Christopher Columbus di gerbang The National Museum of the American Indian

 

Oleh karena terjadi perubahan jadwal keberangkatan kereta api Amtrak ke Washington, DC, maka kami masih ada sisa waktu untuk kami gunakan menikmati Times Square. Dari Bowling Green kami naik subway uptown Line R untuk turun di Times Square. Tempat ini tidak jauh dari Penn Station, untuk keberangkatan KA Amtrak ke Washington, DC, sehingga kami pilih sebagai tempat untuk menunggu. Times Square adalah persimpangan jalan, wahana komersial utama, tujuan wisata, pusat hiburan dan sebuah arena di bagian Midtown Manhattan di New York City, tepatnya di persimpangan Broadway dan Seventh Avenue. Areal ini terang dihiasi dengan papan iklan yang menyala penuh warna, gambar gerak ataupun video iklan, meskiun pada siang hari yang cerah sekalipun. Times Square kadang-kadang disebut sebagai “The Crossroads of the World”, “The Centre of the Universe”, “The Great White Way”, dan “hati dunia”. Times Square merupakan salah satu kawasan pejalan kaki tersibuk di dunia, juga merupakan pusat Distrik Teater Broadway dan pusat utama industri hiburan dunia. Times Square adalah salah satu tempat wisata yang paling banyak dikunjungi di dunia, yang menarik sekitar 50 juta pelancong setiap tahunnya. Sekitar 330.000 orang melewati Times Square setiap hari, banyak dari mereka adalah wisatawan, sementara lebih dari 460.000 pejalan kaki telah berjalan melalui Times Square pada puncak hari tersibuk.

 

 4 Times 1  4 Times 4

Papan iklan di Times Square yang disebut “The Crossroads of the World”

Makan-makan sambil melihat banyak sekali orang lalu lalang di Times Square

 

Sebelumnya dikenal sebagai Longacre Square, Times Square diganti namanya pada tahun 1904 setelah The New York Times memindahkan kantor pusatnya ke Gedung Times yang baru saja didirikan, yang sekarang disebut One Times Square. Di tempat tersebutlah berlokasi atraksi kembang api dan bola Malam Tahun Baru tahunan yang dimulai pada 31 Desember 1907, dan berlanjut sampai hari ini, yang mampu menarik lebih dari satu juta pengunjung ke Times Square setiap tahun.

 

Setelah puas berfoto, makan-makan sambil melihat banyak sekali orang lalu lalang, selanjutnya kami naik subway downtown Line 1 untuk turun di ke Penn (Pennsylvania) Station, sebuah stasiun interkoneksi yang sagat besar dan ramai penumpang, untuk ganti kereta api menuju ke Wasington, DC, ibukota AS. Kami naik kerata api cepat antar kota, yang dioperasionalkan oleh Amtrak. Amtrak adalah nama layanan dari National Railroad Passenger Corporation (Perusahaan Kereta Api Penumpang Nasional), sebuah perusahaan semi-pemerintah yang dibentuk 1 Mei 1971, untuk memberikan layanan kereta api penumpang antarkota di daratan Amerika Serikat. Nama “Amtrak” berasal dari gabungan kata “American” dan “track”.

 

 4 Amtrak 1  4 Amtrak 2

Eksterior gerbong Amtrak di Penn (Pennsylvania) Station New York, milenial yang nampak kokoh dan garang

Interior ala pesawat di gerbong Amtrak kelas ekonomi, kursi terlalu besar untuk kami karena ukuran American standard

 

Amtrak memiliki hampir 19.000 pegawai. Rute kereta api penumpang yang dioperasikan mencakup 500 kota tujuan di 46 negara bagian, dengan total jarak sejumlah 33.800 km di atas rel kereta api, yang sebagian besar justru dimiliki oleh perusahaan kereta api lain, termasuk beberapa kota di Kanada. Pada tahun fiskal 2006, Amtrak mengangkut sejumlah 24,3 juta penumpang, dan sekaligus menjadi rekor jumlah penumpang terbanyak yang pernah diangkut Amtrak. Sejarah Amtrak bermula dari layanan kereta api penumpang swasta di Amerika Serikat yang terus mengalami kemunduran, sejak sekitar tahun 1920 hingga tahun 1970. Sebagai tindak lanjut, Amtrak dibentuk oleh Konggres dan Presiden AS pada tahun 1971. Sepanjang sejarahnya, perusahaan ini telah mengalami pasang surut akibat permainan politik, kekurangan modal, dan gangguan teknis pada jalur kereta api. Belakangan ini keadaan perusahaan semakin sehat, dan pada tahun 2000-an telah menyelesaikan proyek rel kereta api di daerah timur laut Amerika Serikat, sementara pesaing utama Amtrak, terutama perusahaan penerbangan menghadapi masalah kepailitan dan kenaikan harga bahan bakar.

 

 4 Salju  4 Washington

Badai salju sudah hampir selesai, sebuah pengalaman unik

Tiba di Union Station Washington DC, setelah usai badai salju

 

Kami naik Train 93 meninggalkan Penn Station di central Manhattan New York pk. 2.02 PM untuk menuju ke Union Station di Washington, DC, menempuh jarak total 476,14 km. Kami sempat berhenti di stasiun Newark di New Jersey, Metropark, Princeton, Trenton, Philadelphia, Wilmington, Baltimore, BWI Marshall Airport, New Carollton dan turun di Union Station Washington DC, yang merupakan salah satu stasiun tertua sekaligus markas Amtrak. Meski tidak muda lagi, stasiun ini tetap terawat dan masih memancarkan pesona keindahan arsitektur klasik. Selain megah, stasiun yang dibangun pada awal abad ke-10 itu juga memiliki beragam tempat nongkrong sehingga banyak orang yang betah menghabiskan waktu di sana Data ‘Federal Railroad Administration Office of Safety Analysis’ menyebutkan jumlah kecelakaan Amtrak menurun sejak 2010. Pada 2015 terjadi 40 kecelakaan, turun satu angka dari tahun sebelumnya. Rasanya tidak heran jika Amtrak selalu dibanjiri penumpang. Setalah menemuh perjalanan seekiatr 3,5 jam, kami sampai di  Union Station di pusat kota Washington, DC

 

 4 Union 4

Arsitektur Union Station di pusat kota Washington, DC beraura mewah dan bergaya klasik yang sudah beroperasi sejak tahun 1907.

 

 

Bangunan dengan arsitektur beraura mewah dan bergaya klasik ini sudah beroperasi sejak tahun 1907. Pengunjung pun dapat menikmati ruang tunggu utama di stasiun tua ini yang dibangun dengan ketinggian 29 meter. Saat menjejakkan kaki ke dalam stasiun, kami langsung merasakan atmosfer berbeda, sebab memang seperti tengah berdiri di sebuah istana transportasi darat. Setelah keluar dari pintu gerbang sekitar pk. 5.30 sore, kami segera mengabadikan sisi luar bangunan Union Station yang artistik, dalam foto dari berbagai sudut, di pusat kota Washington, DC.

 

 4 Amtrak  4 Union

Lokomotif Amtrak yang membawa kami ke Washington, DC

Sisi dalam bangunan Union Station yang artistik di pusat kota Washington, DC

 

Washington, DC (singkatan dari District of Columbia) didirikan tahun 1790. Kota di pinggir Sungai Potomac ini didesain arsitek Perancis, Pierre Charles L’Enfant, sebagai ibu kota negara. Rancangannya bergaya Eropa abad pertengahan. Hingga kini, gedung-gedung lama peninggalan masa itu masih terjaga. Bangunan itu rata-rata bergaya neoklasik, georgian, atau gotik dengan tiang-tiang besar dan beberapa ornamen. Namun, bangunan baru cenderung bergaya modern, bebas, meski tetap berangkat dari kebutuhan fungsi. Semua gedung di kota itu tak boleh lebih tinggi dari United States Capitol dan Washington Monument.

 

Selanjutnya kami berjalan kaki melawan desiran angin sangat dingin, dari Union Station menuju bangunan megah yang disebut ‘The United States Capitol’. Kami segera memasuki area National Mall, yang relatif masih cukup terang pada sore menjelang malam itu dan tujuan pertama kami adalah kantor Kongres Amerika Serikat, yakni U.S. Capitol dengan pemandangan yang luar biasa elok, selain interior rapi dan cantik pada gedung yang beralamat di East Capitol St NE & First St SE, Washington, DC 20004. Gedung yang didirikan tahun 1800-an dengan arsitek William Thornton itu memiliki kubah besar bergaris di bagian tengah.

 

 

 4 Union 5  4 Capitol
United States Capitol  Building di siang hari yang cerah United States Capitol Buildingdi sore  hari yang redup dan dingin

 

White House, Washington Monument, dan United States Capitol berdiri pada titik segitiga di jantung kota Washington, DC. Pada jarak lurus antara Washington Monument dan United States Capitol, terdapat jalur besar yang biasa disebut National Mall. Dari jalur terbuka inilah, para wisatawan leluasa mengamati kota. Tiga bangunan itu merefleksikan semangat kebangsaan modern AS. White House mewakili kekuasaan eksekutif. United States Capitol mencerminkan ruang kebebasan dari para wakil rakyat. Washington Monument tanda kenangan sejarah bangsa modern yang merdeka tahun 1776 itu.

 

Selanjutnya kami naik Metrobus Line 32 bertarif $ 2, yang harus kami bayar tunai karena Metrocard Washington dan New York belum terkoneksi, untuk mengunjungi The White House atau Gedung Putih, dengan berjejal di antara ratusan turis lain, sebelum hari gelap. Rumah tempat tinggal resmi presiden Amerika Serikat (AS) itu termasuk Barack Obama, yang menjadi Presiden Ke-44 AS dan pernah mengunjungi Yogyakarta, memang punya daya tarik tersendiri. Gedung Putih memang tidak terlalu besar, apalagi jika dibandingkan arsitektur kontemporer yang besar-besar. Namun, bangunan hasil rancangan arsitek James Hoban dan dibangun tahun 1792 itu adalah ikon kota, bahkan ikon AS. Brosur resmi terbitan The White House Visitor Center mencatat, gedung itu merupakan bangunan publik tertua di kota Washington, DC.

 

Rumah bergaya georgian yang saat kami datang sudah diselimuti gelap awal malam, menjadi tempat tinggal resmi para presiden AS sejak Presiden Kedua AS Johan Adams, tahun 1800. Jadi, selama 200-an tahun lebih, orang-orang nomor satu di negeri itu tinggal di sana, termasuk Barack Obama dan Donald Trump. Gedung Putih berdiri di sudut tak jauh dari kawasan terbuka di tengah kota yang biasa disebut National Mall.

 

 4 White  4 WhiteHouse 1
Gedung Putih di Washington, DC,tempat tinggal resmi presiden AS

Gedung Putih (White House) di malam yang dingin dan tidak boleh lagi didekati

Gedung Putih yang terletak di 1600 Pennsylvania Avenue di Washington, DC,  merupakan tempat tinggal resmi presiden dan keluarganya selama masa jabatannya sebagai presiden. Saat seorang presiden baru terpilih, presiden yang lama segera pindah. Gedung Putih (White House) juga menjadi kantor, di mana presiden menjalankan pemerintahan. Sangat disesalkan bahwa, kami tidak mampu mendekat Gedung Putih, selain karena gelap malam sudah menutupinya, desiran angin dingin sudah membekukan badan dan masa kunjungan wisatawan sudah habis malam itu.

 

Dari lapangan terbuka di depan Gedung Putih itu, kami melihat The Washington Monument, sebuah tugu (obelisk) peringatan untuk mengenang pemimpin Tentara Kontinental yang sudah membuat Amerika Serikat merdeka dari jajahan Inggris dan sekaligus juga Presiden Amerika Serikat pertama, George Washington. Bangunan ini didesain arsitek Robert Mills dan diresikan pada tahun 1848. Bentuknya sederhana, mirip tonggak lurus lancip setinggi 555 kaki lebih atau sekitar 169.294 meter. Berbahan batu marmer, granit, dan batu pasir putih, tugu itu tampak menonjol. Dari seberang Sungai Potomac, monumen itu seperti tonggak putih yang angkuh.

 

Lurus di depan The Washington Monument, terdapat taman peringatan Lincoln Memorial dan Vietnam Veterans Memorial. Di samping kanan tugu, ada dua taman peringatan lain, yaitu Franklin Delano Roosevelt Memorial dan Thomas Jefferson Memorial. Ketiganya presiden AS yang dikenang dengan berbagai jasa. Di tengah pertigaan jalan, banyak dibuat taman melingkar. Di situ, berdiri patung-patung para jenderal dari masa-masa peperangan. Beberapa di antara mereka naik kuda dengan gagahnya, yang tidak dapat lagi kami ambil fotonya karena gelap malam sudah menutupinya.

 

 

 4 Panorama  4 White House

Panorama The Washington Monument, Lincoln dan Vietnam Veterans Memorial

White House di malam yang dingin dan tidak boleh lagi didekati

 

 

 

Rasanya kami belum lengkap melihat, saat berkunjung ke Washington DC, karena hari sudah gelap, angin bertiup semakin dingin dan badan sudah lelah, pada hal kami belum mengunjungi Lincoln Memorial, untuk memperingati jasa Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16. Lincoln Memorial ini adalah bangunan megah nan klasik, yang merupakan salah satu obyek wisata yang menarik karena saat memasuki kawasan ini, maka mata kita akan dimanjakan dengan arsitektur yang sarat gaya kuil Yunani.

 

Sayang sekali, kami tidak sempat berfoto di dekat patung Abraham Lincoln dengan ukuran yang cukup besar. Patung yang menghiasi bangunan ini memiliki ketinggian 5,8 meter dengan bobot total 159 ton. Lincoln dinilai sebagai presiden AS yang paling hebat sepanjang sejarah Amerika, yang ditembak di teater Ford, Washington DC pada 14 April 1865 dan meninggal keesokan harinya pada usia 56 tahun. Pembunuhnya, John Wilkes Booth adalah pemain sandiwara yang memiliki gangguan jiwa, ia juga salah seorang pendukung Konfederasi yang menentang diserahkannya tentara Konfederasi kepada pemerintah, setelah berakhirnya perang saudara. Presiden Lincoln dimakamkan di Springfield, AS dan dikenang Amerika dan dunia sebagai pejuang demokrasi karena jasa-jasanya.

 

 4 Lincoln  4 Capitol 1
Lincoln Memorial, untuk memperingati jasa Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 Gedung Mahkamah Agung  (Supreme Court) AS yang megahdi depan United States Capitol

 

Dalam survei pemeringkatan Presiden AS sejak tahun 1940-an, Lincoln secara konsisten di peringkat tiga besar, sering nomer 1. Sebuah studi 2004 menemukan bahwa para sarjana di bidang sejarah dan politik peringkat Lincoln nomor satu, sementara sarjana hukum menempatkannya kedua setelah Washington dari semua polling peringkat presiden yang dilakukan sejak tahun 1948, Lincoln telah dinilai di bagian paling atas di sebagian besar jajak pendapat. Umumnya, tiga presiden yang dinilai sebagai no 1 Abraham Lincoln, no 2 George Washington, dan no 3 Franklin D. Roosevelt. Potret Lincoln muncul di dua denominasi mata uang Amerika Serikat, penny dan kertas $ 5.

 

 

 

 4 Was  4 Washington Monumen
The Washington Monument didesain arsitek Robert Mills dan diresmikan pada tahun 1848, tonggak lurus lancip setinggi 555 kaki The Washington Monument untuk mengenang pemimpin Tentara Kontinental dan sekaligus juga Presiden AS pertama, George Washington

 

 

Setelah kelelahan karena berhari-hari berjalan kaki jauh, juga kelaparan karena hembusan angin dingin paska badai salju, kami segera memutuskan kembali masuk ke Union Station. Malam itu kami menghabiskan waktu di ruang tunggu stasiun yang hangat dan tersedia wifi gratis, sampai tiba saat kami harus kembali naik Amtrak untuk menuju Penn Station di central Manhattan New York. Kami naik Train 151 meninggalkan Union Station di Washington, DC, yang kembali menempuh jarak total 476,14 km.

 

sekian

 

Ditulis dari Terminal 1 Hong Kong International Airport, saat transit 4 jam sekembalinya dari New York dan disebarkan dari ruang tunggu F4 Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten, sebelum terbang ke Denpasar Bali.

 

Minggu, 25 Maret 2018.

 

*) penikmat jalan2 murah

Categories
Istanbul

2018 New York Hari Ketiga

 

NEW  YORK  HARI  KETIGA

wikan indrarto*)

 

Rabu, 21 Maret 2018 kami terbangun dari mimpi indah di kamar 211 New World Hotel, 101 Bowery #2, New York, NY 10002, Amerika Serikat. Selanjutnya kami menuju arena konggres, yaitu ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, dengan tema : Connecting Global leaders in Pediatrics and Health Care. Konggres dokter spesialis anak sedunia tersebut diselenggarakan di Hilton New York JFK Airport Hotel, 5144-02 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA. Apa yang menarik?

 

Kami berusaha untuk tidak tersesat saat masuk ke subway, seperti 3 kali terjadi pada hari sebelumnya. Maklum, beberapa tempat tujuan di peta subway ditulis secara singkat, masih sulit membedakan arah uptown dan downtown, juga karena saking banyaknya penumpang yang lalu lalang di sekitar yang mengganggu konsentrasi kami. Untunglah, kami menerima email dari panitia konggres, bahwa peserta (delegates) dianggap tamu di venue atau tempat acara, yaitu di Hotel Hilton, sehingga disediakan free shuttle atau jemputan gratis. Perjalanan dari hotel ke venue yang memang sangatlah jauh dan memerlukan waktu 1 jam 45 menit, pagi itu terasa ringan. Kami berangkat dari New World Hotel di 101 Bowery #2, New York, berjalan kaki sekitar 3 mnt , 0,1 mi ke utara di Bowery menuju Bowery Subway Station, untuk naik kereta Line J melalui 21 perhentian, dan turun di Sutphin Blvd – Archer Av – JFK Station.

 

 3 Air Train 1  3 Shuttle Free
Di Sutphin Blvd Station menuju ke Air Train  JFK Station untuk naik kereta bandara JFK Akhirnya kami menemukan free shuttle dari Hilton Hotel di Federal Circle

 

Dari situ kami berjalan kaki sekitar 2 menit keluar di Sutphin Blvd Station menuju Air Train  JFK Station untuk naik kereta bandara JFK yang bertarif $5 atau hampir 2 kali lipat tarif subway, turun di pemberhentian pertama, yaitu di Federal Circle Station. Kami keluar di lobi lantai dasar dan langsung disambut hujan salju pada akhir musim dingin (snowing at the end of winter), yang awalnya rintik untuk menjadi semakin lebat. Sungguh, sebuah pengalaman pertama bagi manusia tropis yang sangat menakjubkan tentang salju. Luar biasa indah. Kami mencari beberapa shuttle yang parkir di area khusus transportasi penjemputan tamu hotel, sampai akhirnya menemukan shuttle dari Hilton Hotel. Setiap 30 menit shuttle tersebut datang untuk akomodasi tamu. Dengan demikian, pagi itu kami menjadi peserta pertama yang datang di venue, bahkan panitia penyelenggarapun belum ada yang hadir.

 

 3 Peserta 6  3 Peserta 4

Peserta pertama yang hadir pada sesi penelitian sel dan steam cell di ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’

Bergaya di mimbar sebelum ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’ resmi dibuka.

 

Pada hari pertama (Day 1 : March 21, 2018) ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, setelah proses registrasi peserta yang lancar, kami mengikuti Keynote Forum. Pembicara pertama adalah Prof. James Oleske (Rutgers New Jersey Medical School, USA), dengan tema Keynote: ‘Combining Touch with Technique: Fusing Technology with the Art of Medicine.’ Padaintinya adalah para dokter dapat memberikan perawatan welas asih (compassionate care) hanya bila ada empati, yang diperkuat dengan kontak langsung dengan pasien. Teknologi harus digunakan untuk melengkapi, bukan mengganti, hubungan dokter-pasien. Tantangan besar dalam kedokteran bukanlah untuk mempelajari keterampilan profesional kita, melainkan dalam kompetensi dan administrasi yang penuh kasih (competent and compassionate administration). Dalam mengatasi beban penyakit dan komplikasinya, peran utama kami sebagai dokter adalah memadukan teknologi untuk mendiagnosis dan mengobati dengan belas kasih dan keharusan untuk meringankan penderitaan (relieve suffering) dan menambah kegembiraan hidup (adding to the joy of life) pasien.

 

Sesi kedua Keynote Forum diisi oleh Prof. Dr Raphael David (New York University School of Medicine, USA), dengan tema Keynote: ‘Congenital Adrenal Hyperplasia An Update.’. Pada intinya adalah tentang kemajuan terbaru dalam mutasi genetik, untuk manajemen Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) yang efektif perlu dibahas. Terapi adjunctive yang sesuai seperti Gonadotropin Hormone Agonists and Growth Hormone untuk perawatan yang efektif. Sesi ketiga Keynote Forum dengan tema Keynote: ‘The Pathogenesis of Microchepaly,’ disampaikan oleh Prof. Lawrence D. Frenkel, MD  dari University of Illinois College of Medicine, USA. Pada prinsipnya dijelaskan bahwa patogen utama infeksi kongenital virus Zika, yang sering terwujud dengan microcephaly, terkait dengan neuropatogenesis. Hipotesis yang mungkin menjelaskan mengapa: beberapa bayi tidak terinfeksi dengan adanya infeksi ibu primer, sementara yang lain mendapatkan infeksi subklinis, namun yang lainnya menderita penyakit parah, dipengaruhi oleh perbedaan strain patogen, perkembangan jaringan janin (tropism to developing fetal tissues), peran berbagai subset kekebalan ibu, dan aspek respon imun janin.

 

Selanjutnya kami mengikuti Keynote Forum sesi keempat, yang menampilkan Dr. James B. McCarthy, dari Pace University, USA. Tema Keynote : ‘Pediatric Psychotic Disorders and the Role of Psychotherapy.’ Pada prinsipnya dikemukakan bahwa pada anak dan remaja dengan fitur psikotik yang terkait dengan gangguan mood, memiliki defisit kognitif yang lebih besar daripada mereka yang memiliki gangguan mood tanpa fitur psikotik. Selain itu, juga terjadi penurunan fungsi kognitif dan sosial pada anak dan remaja dengan skizofrenia. Oleh karena itu, peran psikoterapi, layanan pendukung dan intervensi kognitif sangat diperlukan, untuk membantu memperbaiki fungsi anak dengan risiko tinggi gangguan psikotik. Pendekatan psikoterapi individu pada anak psikotik dan intervensi psikoterapi berbasis keluarga, secara konsisten mendukung pengembalian fungsi sesuai usia psikotik anak.

Sesi konggres yang melelahkan mulai terjadi saat Keynote Forum kelima, dengan pembicara Dr. Usha Kini (Oxford Centre for Genomic Medicine in Oxford, UK), dengan tema Keynote: ‘Pathway defects on neurodevelopmental morbidity.’ Intinya adalah bahwa mutasi resesif akan menghasilkan penundaan perkembangan global, kecacatan intelektual, kejang, microcephaly, dismorphism wajah dan brachytelephalangy. Hal ini sering disertai dengan peningkatan kadar alkali fosfatase serum dan disebut ‘Hyperphosphatasia Mental Retardation Syndrome (HPMRS)’ atau sindrom Mabry. Beberapa gen dalam jalur ini adalah PIGV, PIGO. PGAP2, PGAP3 dan PIGY telah terbukti menyebabkan fenotipe ini. Mutasi PIGNAL secara paralel telah terbukti menyebabkan sindrom Fryns, sebuah sindrom anomali kongenital multipel.

Kami sudah kurang konsentrasi saat mengikuti Session Introduction oleh Dr. Gerald Katzman dari Wayne State University School of Medicine, USA dengan tema ‘The Bioetics and Neuropsychology’. Kalau tidak salah tangkap pesan, isinya adalah tentang kebencian yang dipelajari di masa anak, berpotensi akan menyebabkan kekerasan dan tindak kekerasan berikutnya. Prosesnya sering dimulai dengan pola asuh otoriter. Rasa takut dan kemarahan yang ditimbulkan oleh perlakuan semacam itu diproyeksikan ke target berikutnya. Tindakan kekerasan yang dihasilkan selanjutnya difasilitasi oleh penyekat empati emosional. Untuk itu, berbagi cerita moral dan mengajarkan pelajaran yang menggabungkan kebajikan dan penghindaran kejahatan, akan menghasilkan empati emosional yang dihasilkan adalah katalis untuk tindakan belas kasih. Dengan memaparkan anak pada atmosfir tersebut, resolusi konflik tanpa kekerasan adalah hasil yang dapat dicapai.

 

 3 WTC 3-wall-street.jpeg

Bergaya di gerbang stasiun subway World Trade Center Manhattan, New York

Bergaya di salah satu gedung di Wall Street Manhattan, New York

 

 

Selanjutnya kami kembali ke Sutphin Blvd – Archer Av – JFK Station, untuk naik subway Line E akan melihat World Trade Center di pusat kota Manhattan New York, yang secara informal disebut WTC atau Menara Kembar. Kami turun di stasiun terakhir subway Line E, yaitu di WTC. Dalam iringan banyak sekali penumpang, ternyata kami terbawa arus masuk ke sebuah bangunan megah yang disebut Oculus. Dirancang oleh arsitek Santiago Calatrava, “Oculus” adalah penghubung dari stasiun kereta api bawah tanah, alun-alun, pusat perbelanjaan WTC, dan museum situs peringatan atas serangan teror 11 September 2001. Bagian luar Oculus serupa burung merpati dengan sayap yang terpotong, sedangkan bagian dalam digunakan sebagai atrium seperti rongga perut burung yang sangat indah untuk bersantai.

 

3-oculus3.jpg  3 Oculus 2
Oculus seperti burung yang dirancang oleh arsitek Santiago Calatrava di WTC Manhattan NYC

Di atrium dalam perut burung Oculus yang ramai pengunjung di WTC Manhattan NYC.

 

 

Setelah puas memandangi keindahan Oculus dan berfoto dari berbagai sudut, selanjutnya kami memberanikan diri keluar ruangan merasakan hujan salju di akhir musing dingin. Kami melihat WTC baru, yang sebelumnya adalah suatu kompleks yang terdiri dari tujuh bangunan, sebagian besar didesain oleh arsitek keturunan Jepang-Amerika, Minuro Yamasaki. Pembangunannya dirintis oleh ‘Lower Manhattan Association’ yang didirikan dan diketuai oleh Mr. David Rockefeller, dengan dukungan kuat dari saudaranya, Mr. Nelson Rockefeller, yang kelak menjadi gubernur New York. Kompleks yang berlokasi di jantung pusat distrik finansial New York City ini memiliki 1.24 juta m² ruang perkantoran, hampir empat persen dari keseluruhan luas ruang perkantoran yang tersedia di Manhattan. World Trade Center yang dikenal dengan Menara Kembar dengan jumlah lantai mencapai 110 ini pernah mengalami kebakaran pada 13 Februari 1975 dan serangan bom pada 26 Februari 1993.

 

Kami tertegun saat mengenang bahwa ketujuh bangunan yang asli dalam satu kompleks hancur lebur pada Serangan Teroris 11 September 2001. Kehancurannya meliputi WTC 1, WTC 2 (Menara Utara dan Selatan), dan WTC 7 runtuh; WTC 3 (Hotel Marriott) hancur karena runtuhnya WTC 1 dan WTC 2; sedangkan WTC 4, WTC 5, dan WTC 6 mengalami kerusakan yang tak dapat diperbaiki hingga akhirnya terpaksa dihancurkan. Sejenak kami menundukkan kepala untuk mendoakan para korban serangan teroris tersebut.

 

 3 Teroris 1  3 Teroris 2
Serangan Teroris 11 September 2001 yang menghancurkan gedung WTC di Manhattan New York.

Serangan Teroris 11 September 2001 yang terlihat dari East River dekat patung Lady Liberty New York

 

Selanjutnya kami bergegas dalam guyuran hujan salju untuk menuju Wall Street (Jalan Wall), yang sebenarnya adalah  sebuah nama jalan di pinggiran Manhattan di tengah kota New York, yang membujur mulai dari timur yaitu dari Broadway menuruni lembah ke arah South Street di East River, melewati pusat historis dari distrik keuangan Amerika yaitu Manhattan. Wall Street adalah gedung permanen pertama dari New York Stock Exchange, sehingga Wall Street adalah juga merupakan suatu istilah yang digunakan bagi “kekuatan finansial yang berpengaruh” di Amerika.

 

 

3 Wall Street 1 3-wall-street-2-jpeg.jpg

Wall Street yang merupakan gedung permanen pertama yang dimiliki oleh  New York Stock Exchange

New York Stock Exchange sebagai     pasar modal utama di dunia

 

Kami terkagum dengan keindahan arsitektural tempo dulu dan teringat bahwa nama jalan tersebut, berasal dari sejarah pada abad ke-17. Pada saat itu digunakan sebagai perbatasan wilayah utara dari kesepakatan New Amsterdam. Pada tahun 1640an didirikan tiang pancang dan papan untuk menandai wilayah perbatasan dan pemukiman. Mr. Peter Stuyvesant yang mewakili West India Company memimpin tim dari Belanda untuk melakukan pembangunan konstruksi tembok pertahanan yang kokoh. Pada masa perang Belanda dengan Inggris maka dibangunlah tembok pertahanan setinggi 12 kaki pada tahun 1663 yang dilindungi oleh pagar di sekelilingnya. Dinding pertahanan tersebut terus diperkuat dari masa kemasa, sebagai suatu benteng perlindungan terhadap serangan suku Indian dan pasukan Inggris. Pada tahun 1685 dirancanglah Wall Street, yaitu jalanan di sisi tembok di sepanjang benteng pertahanan. Namun demikian, dinding pertahanan tersebut dibongkar oleh Inggris pada tahun 1699.

 

Arsitektur Wall Street berasal dari zaman Gilded Age, yaitu masa sebelum Perang Dunia I, walaupun terdapat juga pengaruh art deco pada wilayah yang berdampingan. Bangunan yang menjadi landmark di Wall Street adalah bangunan-bangunan gedung yaitu Federal Hall, 14 Wall Street Bankers trust Company Building, 40 Wall Street The Trump Building, dan New York Stock Exchange (NYSE) pada sudut Broadway. Wall Street yang merupakan tujuan utama dari para komuter telah memiliki infrastruktur transportasi yang amat maju. Saat ini, kereta api bawah tanah New York memiliki 3 stasiun di Wall Street yaitu Wall Street (IRT Broadway-Seventh Avenue Line di Wall & William Street, Wall Street (IRT Lexington Avenue Line) di Wall & Broadway (Manhattan) dan Broad Street (BMT Nassau Street Line) di Wall & Broad Street (Manhattan). Kami menjadi lebih mengerti, mengapa kekuatan lobi dan finansial di Wall Street mampu sangat berpengaruh bagi pembangunan di seluruh dunia.

 

Selanjutnya kami menikmati keagungan distrik keuangan New York serta gaya bisnis dan keanggunan Donald Trump, yang sekarang menjadi presiden AS ke 44, saat bersatu untuk menciptakan landmark properti yang sangat mengesankan di Wall Street no 40. Gedung pencakar langit yang memiliki 1,3 juta kaki persegi ruang kantor yang tersebar di 72 lantai, yang pada saat dibangun tahun 1930 adalah gedung tertinggi di dunia. Awalnya bernama Manhattan Company Building, dan dirancang oleh arsitek H. Craig Severance dan Yasuo Matsui, menara itu menjulang di atas kota sebagai pengingat impor global New York. Setelah bertahun-tahun kosong, Donald J. Trump membeli properti itu, menginvestasikan lebih dari $ 200 juta untuk restorasi, dan membawanya ke puncak kemegahan aslinya. Penyewa profil tinggi yang menempati gedung Trump (Trump Building) tersebut adalah para pemuncak Kota New York dalam prestise dan kekuatan internasional mereka. Sayang sekali hujan salju membuat kami harus tergesa memandang keindahnnya.

 

3-trump-building-1.jpg  3 Trump Building

The Trump Building yang sebelumnya disebut Manhattan Company Building dirancang oleh arsitek Craig Severance dan Yasuo Matsui

The Trump Building pada tahun 1930 adalah gedung tertinggi di dunia,            yang waktu itu disebut Manhattan Company Building

 

 

Di seberang Trump Building juga berdiri gagah Federal Hall, yang dibangun pada tahun 1700 sebagai Balai Kota New York. Kemudian berubah fungsi sebagai gedung DPR pertama Amerika Serikat di bawah Konstitusi, serta lokasi pelantikan George Washington sebagai Presiden pertama Amerika Serikat di bawah Konstitusi. Itu juga di mana Bill of Rights Amerika Serikat diperkenalkan di Kongres Pertama. Bangunan aslinya dihancurkan pada tahun 1812. Federal Hall National Memorial dibangun kembali pada tahun 1842 sebagai Kantor Perpajakan Nasional (Custom House) Amerika Serikat, dan kemudian berfungsi sebagai gedung perbendaharaan negara atau sub-treasury. Sekarang dioperasikan oleh National Park Service sebagai situs peringatan nasional untuk memperingati peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di sana.

 

 3 Federal Hall 1  3 Federal Hall

Federal Hall sebagai tempat pelantikan George Washington sebagai Presiden pertama Amerika Serikat

Patung gagah George Washington sebagai Presiden pertama Amerika Serikat, berdiri di depan Federal Hall

 

 

Sayang sekali, hujan salju justru semakin lebat, angin dingin bertiup sangat kencang, payung kami menjadi rusak, sepatu menjadi basah, jalan menjadi licin dan pipi menjadi tebal membeku. Akhirnya kami memutuskan masuk kembali ke bawah tanah untuk berlindung, sekaligus masuk ke stasiun subway, untuk pulang kembali ke hotel. Kami masuk ke stasiun subway Fulton Street, naik Line J dari stasiun Broad Street dan turun di Bowery. Saat kami kembali muncul ke atas tanah, guyuran hujan salju semakin banyak dan menjadikan pengalaman pertama akan salju semakin indah, dengan membersihkan salju menggunakan serok palstik di depan hotal.

 

 3 Museum 911  3 Kerja bakti 1

National September 11 Memorial Museum yang tutup, karena dihembus angin dingin dan diliputi salju

Kerja bakti membersihkan salju yang berserakan dan terus saja turun

 

Malam itu kami benar-benar menikmati New York, yang merupakan kota terpadat di Amerika Serikat. Manhattan adalah pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Dengan luas 789 km² dan pada tahun 2016, memiliki penduduk sebanyak 8,538 juta (2016). Kita semua tahu, bahwa wilayah ini sebelumnya dihuni oleh penduduk asli Amerika Lenape, ketika ditemukan bangsa Eropa tahun 1524 oleh Giovanni da Verrazzano, seorang penjelajah Italia yang bekerja untuk kerajaan Perancis, dan menamainya “Nouvelle Angoulême”.

 

‘New York Stock Exchange’ sebagai pasar modal utama di dunia dan ‘The Trump Building’ saat tahun 1930 adalah gedung tertinggi di dunia, yang waktu itu disebut ‘Manhattan Company Building’, mengingatkan kita semua akan sejarah kekuatan ekonomi yang berasal dari New York. Permukiman Eropa di New York dimulai dengan pendirian permukiman perdagangan bulu oleh para pedagang Belanda yang kemudian dinamai “Nieuw Amsterdam” (Amsterdam Baru), di ujung selatan Manhattan pada tahun 1614. Direktur Jenderal kolonial Belanda Peter Minuit membeli pulau Manhattan dari suku Lenape tahun 1626, senilai 60 guilden atau sekitar $1.000 pada 2006. Namun demikian, sebuah legenda yang diragukan mengatakan, Manhattan dibeli senilai $24 dalam bentuk manik-manik kaca.

 

Kita juga diingatkan bahwa pada tahun 1664, kota ini menyerah kepada Inggris dan berganti nama menjadi “New York”. Pada akhir Perang Inggris dan Belanda Kedua, Belanda memperoleh kekuasaan atas Pulau Run di Indonesia, yang merupakan aset yang lebih berharga sebagai ganti terhadap kekuasaan Inggris di New Amsterdam (New York) di Amerika Utara. Pada waktu itu Pulau Run, sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda, Maluku, Indonesia, bernilai lebih tinggi daripada kota New York di Pulau Manhattan. Itulah ironi sejarah, pada paruh terakhir abad ke-17, Inggris dan Belanda berulang kali terlibat perebutan daerah penghasil rempah. Semasa itu, sekantong rempah bernilai lebih mahal dari sekantong emas dengan bobot yang sama. Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) dan Serikat Dagang Hindia Timur Inggris (EIC) bersaing ketat dan sering terlibat konflik terbuka. Bahkan, terjadi pembantaian warga Inggris di benteng Belanda di Ambon, Maluku yang dikenal sebagai ‘Amboyna Massacre’ yang memicu kemarahan Inggris.

 

Malam itu kami tidak apat tidur nyenyak di kamar 2011 New World Hotel, 101 Bowery #2, New York, saat membayangkan kaitan New York di AS dengan Maluku di Indoneisa pada akhir abad 17. Pada hal, kami harus bersiap-siap untuk hari berikutnya, mengikuti konggres hari kedua, yaitu ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, di Hilton New York JFK Airport Hotel, 5144-02 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA.

 

Ditulis dan disebarkan dari New York Rabu, 21 Maret 2018 pk. 19.45, sewaktu dengan WIB Kamis, 22 Maret 2018, pk. 7.45.

*) penikmat jalan2 murah

 

 

 

Categories
Istanbul

2018 New York Hari Kedua

 

2018 NEW  YORK  HARI  KEDUA

wikan indrarto*)

 

Selasa, 20 Maret 2018 kami terbangun dari mimpi indah di kamar 211 New World Hotel, 101 Bowery #2, New York, NY 10002, Amerika Serikat. Selanjutnya kami menuju arena konggres, yaitu ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, dengan tema : Connecting Global leaders in Pediatrics and Health Care. Konggres dokter spesialis anak sedunia tersebut diselenggarakan di Hilton New York JFK Airport Hotel, 5144-02 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA.

 

Perjalanan dari hotel ke venue atau tempat acara sangatlah jauh dan memerlukan waktu 1 jam 45 menit. Kami berangkat dari New World Hotel di 101 Bowery #2, New York, berjalan kaki sekitar 3 mnt , 0,1 mi ke utara di Bowery menuju ke Grand St, belok kanan ke Grand St dan belok kiri ke Chrystie St, Tujuan ada di sebelah kiri, yaitu masuk di Chrystie St & Grand St at NW corner. Dari Grand St naik subway Norwood – 205 St, selama 11 mnt dengan 6 perhentian. Yaitu Broadway-Lafayette St, West 4 St-Washington Sq Sta, 34 Street-Herald Sq Station, 42 St – Bryant Pk dan 47-50 Streets – Rockefeller Center Station, untuk turun di 7 Av.

 

Dari situ ganti naik subway Jamaica Center – Parsons/Archer selama  41 mnt melalui 21 perhentian. Yaitu 5 Av/53 St, Lexington Av/53 St, Court Square-23 St Station, Queens Plaza Subway Station, 36th Street Station, Steinway St, 46 St, Northern Blvd, 65 St, Roosevelt Av – Jackson Heights Subway Station, Elmhurst Av, Grand Av – Newtown, Woodhaven Blvd, 63 Drive – Rego Park Subway Station, 67 Av, Forest Hills – 71 Av, 75 Av, Union Turnpike – Kew Gardens Sta, Briarwood – Van Wyck Blvd, Jamaica – Van Wyck, dan turun di Sutphin Blvd – Archer Av – JFK Station.

 

Dari situ berjalan kaki sekitar 2 mnt Keluar di Sutphin Blvd & Archer Ave at NW corner untuk pergi ke utara di Sutphin Blvd menuju ke 91st Ave, tujuan ada di sebelah kiri, yaitu Sutphin Bl/Jamaica Av. Dari situ naik bis Q40 SOUTH JAMAICA 135 AV via 142 ST selama 15 mnt melalui 19 perhentian. Yaitu Sutphin Bl /97 Av, Sutphin Bl/Liberty Av, Sutphin Bl/South Rd, Lakewood Av/Sutphin Bl, Lakewood Av/Liverpool St, Lakewood Av/Princeton St, Lakewood Av/Remington St, 142 St/Glassboro Av, 142 St/111 Av, 142 St/Linden Bl, 142 St/115 Av, 142 St/116 Av, 142 St/Foch Bl, 142 St/120 Av, 142 St/Rockaway Bl, 143 St/Rockaway Bl, 143 St/Sutter Av, 143 St/130 Av dan turun di 143 St/133 Av.

 

Dari situ berjalan kakai sekitar 2 mnt , 0,1 mi ke selatan di 143rd St menuju ke 135th Ave, berbelok kiri ke 135th Ave dan tujuan ada di sebelah kanan, yaitu Hilton New York JFK Airport, 144-02 135th Ave #02, South Ozone Park, NY 11436, Amerika Serikat. Seteleh menjalani proses regsitrasi seperti pada umumnya, kami berkesempatan mengikuti sesi pendahuluan, sebelum puncak acara konggres dibuka dengan gala dinner pada malam harinya.

 

Kami mengikuti presentasi Dr. Alia Chauhan dari Southside Hospital, NY USA dengan tema besar Hiperlipidemia pada Anak. Dr. Alia meninjau pedoman The National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) tentang skrining dan manajemen Hyperlipedema pada anak, dan mendiskusikan kritik dan kekhawatiran mengenai skrining universal. Hal ini karena di antara orang dewasa muda, usia 12 hingga 19 tahun, 20,3 persen memiliki lipid abnormal; anak laki-laki lebih mungkin daripada anak perempuan untuk memiliki setidaknya 1 kelainan lipid (24,3% dibandingkan 15,9%, masing-masing). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa aterosklerosis dimulai pada masa anak dan dapat menyebabkan penyakit jantung koroner pada orang dewasa. Selain itu, juga terbukti adanya korelasi kuat antara hiperlipidemia anak, penebalan intimal karotis, dan kejadian penyakit kardiovaskular pada orang dewasa.

 

Selanjutnya kami memperhatikan presentasi Professor Gábor Veres MD, PhD, Dsc, Med dari Semmelweis University, Hungaria yang berjudul: Kepatuhan pada kriteria porto dalam prosedur diagnostik dalam lapar berdasarkan data dari the Hungarian Paediatric IBD Registry (HUPIR). Sampai saat ini etiologi penyakit radang usus kronis atau inflammatory bowel diseases (IBD) masih belum diketahui. Insiden IBD onset anak terus berkembang di Hungaria. Perlu dicatat bahwa evaluasi yang diperlukan dari kasus-kasus berdasarkan kriteria Porto tidak selalu dilakukan sepenuhnya (untuk melakukan endoskopi bagian atas, masuk ke terminal ileum, dan evaluasi keterlibatan usus kecil dengan teknik pencitraan, sebaiknya dengan MRI). Berdasarkan evaluasi data HUPIR, kepatuhan diagnostik untuk kriteria Porto tumbuh sekitar dua kali lipat dalam delapan tahun terakhir, tetapi HUPIR harus memiliki peran yang signifikan dalam prosesnya. Pengalaman positif di Hungaria dapat menjadi contoh bagi negara-negara di mana registrasi nasional untuk IBD belum terbentuk.

 

 

 

 

konggres
‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, di Hilton New York JFK Airport Hotel, 5144-02 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA.

 

Setelah lelah mengikuti sesi pendahuluan konggres, segera kami berpetualang ke Patung Liberty. Dari Hilton New York JFK Airport di 144-02 135th Ave #02, South Ozone Park, NY 11436, kami Berjalan kaki sekitar 2 mnt , 482 kaki ke barat laut di 135th Ave menuju ke 143rd St. Dari 135 Av/142 St kami naik bis Q40 JAMAICA HILLSIDE AV via SUTPHIN BL selama 14 mnt, melalui 19 perhentian. Yaitu  · 143 St/130 Av, 143 St/Sutter Av, Rockaway Bl/143 St, 142 St/Rockaway Bl, 142 St/120 Av, 142 St/Foch Bl, 142 St/116 Av, 142 St/115 Av, Linden Bl/ 142 St, 142 St/111 Av, 142 St/Glassboro Av, 142 St/Lakewood Av, Lakewood Av/Pinegrove St, Lakewood Av/Princeton St, Lakewood Av/Liverpool St, Lakewood Av/Sutphin Bl, Sutphin Bl/South Rd, Sutphin Bl/Liberty Av,dan turun di Sutphin Bl /95 Av.

 

Dari situ bererjalan kaki sekitar 3 mnt ke barat laut di Sutphin Blvd menuju ke 95th Ave, untk berganti naik subway di Jamaica. Kami naik subway Port Jefferson 7613 Penn Station selama 9 mnt secara langsung, untuk turun di Woodside. Dari situ kami berjalan kaki sekitar 1 mnt menuju 61 St-Woodside Station. Dari situ kami berganti naik bus W 42 St/7 Av jalur M42 ke St Pier Crosstown selama 11 mnt melewati 5 perhentian. Yaitu W 42 St/8 Av, W 42 St/9 Av, W 42 St/10 Av, dan W 42 St/11 Av, untuk turun di 12 Av/w 42 St. Dari situ berjalan kaki sekitar 1 mnt , 223 kaki ke timur laut, kemudian berbelok kiri dan tujuan ada di sebelah kanan, yaitu New York Water Taxi Pier 83, yaitu di 12th Ave & W 42nd St, New York, NY 10036, Amerika Serikat

 

 

 

 

Liberty

 Lady Liberti

Patung Liberty adalah salah satu landmark New York yang sangat populer di dunia

Patung Liberty yang kami nikmati dalam Liberty Cruises di sungai Hudson

 

Patung Liberty adalah salah satu landmark New York yang sangat populer di dunia, yang terletak di Pulau Liberty, di Muara Sungai Hudson, New York Harbor. Ada beberapa cara menikmati patung lambang kebebasan ini. Jika mau gratisan maka bisa ke Staten Island dan naik ke kapal ferry yang melewati Patung Liberty. Kapal fery ini beroperasi selama 24 jam, namun keterbatasan dari ferry ini adalah kapal tidak berhenti di Pulau Liberty, sehingga pengunjung tidak dapat melihat dari dekat patung terkenal tersebut, tetapi hanya dapat melihat dari agak kejauhan di atas kapal.

 

Cara lain menikmati Patung Liberty adalah dengan berlayar menggunakan cruise. Liberty Cruises adalah operator kapal yang melayani dan membawa pengunjung ke Pulau Liberty. Tiket dibandrol di harga $30 per orang. Tiket ini sering kali habis, oleh karena itu kami mengikuti saran dengan membelinya secara daring. Kapal berangkat dari dua dermaga yaitu dari Battery di Lower Manhattan dan Liberty State Park di New Jersey. Waktu itu saya berangkat dari Pier 83 di 12th Ave & W 42nd St, Battery, salah satu dermaga yang cukup ramai dan diminati wisatawan.

 

 

 Pier 83 Panorama NYC
Peir 83 Water Taxi yang ramai pelancong Panorama lansekap New York dari atas kapal Liberty Cruises

 

Perjalanan dari dermaga menuju ke Pulau Liberty hanya memakan waktu 15 menit saja. Kami segera duduk di sisi bagian kanan kapal karena sisi itulah yang nantinya berada paling dekat dengan Patung Liberty. Sisi tersebut memudahkan kita jika ingin berfoto dengan latar belakang Patung Liberty dari kejauhan.

 

Patung Liberty yang dipahat oleh Frederic Auguste Bartholdi dan Gustave Effiel ini, diberikan Perancis untuk Amerika Serikat sebagai hadiah peringatan kemerdekaan pada tahun 1886. Perancis pernah terlibat perang 100 tahun melawan Inggris di jaman Kaisar Napoleon Bonaparte dan Laksamana Nelson, sehingga sangat dekat dengan AS. Patung Liberty ini merupakan simbol selamat datang untuk pengunjung, imigran dan orang Amerika yang datang kembali serta lambang kemerdekaan dan kebebasan dari tekanan. Patung Liberty adalah patung perempuan yang membawa obor dan tablet. Obor merupakan lambang dari penerang jalan agar bebas dari kegelapan, masyarakat menafsirkannya sebagai harapan akan masa depan yang cerah. Sementara tablet merupakan lambang keadilan karena ditafsirkan berisi pasal-pasal hukum yang adil bagi siapa saja. Mengelilingi Pulau Liberty ini bisa dilakukan dalam 60 menit namun saya menghabiskan waktu hampir 2 jam di sini karena menghayati sejarah yang tersimpan bersama patung ini.

 

Patung Liberty yang dalam Bahasa Ingris disebut Liberty Enlightening the World dan Bahasa Perancis La Liberté éclairant le monde. Patung perunggu ini diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1886 dan pada tahun 1984, Patung Liberty yang tinggi dan besar ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Dari dasar patung hingga puncak patung Liberty setinggi 46 meters dan dari tanah hingga puncak 93 meter. Kami jadi mengingat Frédéric-Auguste Bartholdi pemahat Patung Liberty yang dilahirkan pada tanggal 2 Agustus 1834 di Colmar, Perancis selatan. Dana pembangunan Patung Liberty ini sangatlah besar. Di Amerika pengumpulan dana berjalan sangat lambat. Hal ini memicu hati Joseph Pulitzer orang kaya Amerika Serikat yang pemilik surat kabar The World. Pulitzer menulis kritikan kepada orang kaya, karena enggan menyumbang. Tulisan itu membuahkan hasil dan dana terkumpul cepat dari orang-orang kaya yang tergerak untuk menyumbang. Biaya sumbangan yang diharapkan mencapai $100.000 dapat terkumpul sampai $120.000. Strategi Pulitzer adalah dengan mencantumkan setiap nama yang menyumbang ke dalam korannya dan metode pengumpulan dana ini dilakukan sampai sekarang.

 

 

Dalam membangun Patung Liberty, Bartholdi tidak sendiri. Untuk menyusung rangka dan tulang penyusun patungnya, Bartholdi meminta bantuan arsitek baja terkenal Alexandre Gustave Eiffel, yang merupakan perancang dan pembangun menara ikonik Perancis, Menara Eiffel. Pada tahun 1876, lengan patung Liberty yang berukuran 9,1 meter dibawa ke Philadelphia. Lengan inilah yang akan dijadikan ruangan dan Bartholdi berharap inilah satu-satunya patung yang bisa dimasuki manusia. Jendral Charles. P Stone, komandan Angkatan Darat AS dipanggil sebagai pembuat pondasi berdirinya Patung Liberty. Arsitek pembuat pondasi adalah seorang desainer terkenal New York, Richard Moris Hunt dan Bartholdi sendiri yang memilih lokasi berdirinya Patung Liberty.

 

Pada tanggal 15 Juni 1885, potongan Patung Liberty yang terdiri dari 214 kotak kayu tiba di Pulau Bedloe. Namun Patung Liberty baru didirikan pada bulan Mei 1886 dan pendiriannya memakan waktu sekitar enam bulan. Pada tanggal 28 Oktober 1886, Patung Liberty di buka untuk umum. Parade bendera dan pita tiga warna dilaksanakan sepanjang kota New York. Tiga warna itu adalah merah, putih, biru. Warna yang melambangkan bendera Perancis. Pejabat kedua negara hadir, termasuk Presiden Amerika saat itu Grover Cleveland serta kabinetnya dan gubernur New York beserta stafnya. Pada saat itu Patung Liberty menjadi patung tertinggi dunia, sampai pada tahun 1899 dikalahkan oleh patung Yesus Penebus (‘Christ the Redeemer’) di puncak gunung Corcovado, di Rio de Janeiro Brasil, yang telah kami kunjungi pada Rabu, 19 November 2015.

 

 

Pada Selasa, 20 Maret 2018 sore hari yang sangat dingin dengan suhu sekitar 3 derajad Celcius dan setelah melihat Patung Liberty dari kapal dan tidak turun ke pulau Liberty karena cuaca sangat dingin, kami segera melanjutkan petualangan di New York, yaitu menuju St. Patrick’s Cathedral untuk bersujud, berdoa dan mengucap syukur atas semua anugerah yang Tuhan telah berikan. Katedral St. Patrick adalah gereja Katedral Katolik Roma yang merupakan pusat Keuskupan Agung,  bergaya Neo-Gothic, dan sebuah landmark terkenal di kota New York, yang terletak di sisi timur Fifth Avenue antara jalan 50 dan 51 di Midtown Manhattan, tepat di seberang Rockefeller Center dan  menghadap patung Atlas. Keuskupan New York  bermula pada tahun 1808, dijadikan sebuah keuskupan agung oleh Paus Pius IX pada tanggal 19 Juli 1850. Pada tahun 1853, Uskup Agung John Joseph Hughes mengumumkan niatnya untuk mendirikan sebuah katedral baru untuk menggantikan Katedral Old Saint Patrick di Lower Manhattan. Katedral baru ini dirancang oleh James Renwick Jr dalam gaya Gothic Revival. Pada tanggal 15 Agustus 1858, mulai peletakan batu pertama dan dihentikan selama Perang Sipil untuk dilanjutkan kembali pada tahun 1865. Katedral tersebut selesai dibangun pada tahun 1878 dan diresmikan pada tanggal 25 Mei 1879,Katedral dan bangunan terkait dinyatakan sebagai tempat bersejarah pada tahun 1976.

 

Restorasi katedral yang ekstensif dimulai pada tahun 2012 dan berlangsung selama 3 tahun dengan biaya $ 177 juta. Restorasi selesai pada 17 September 2015, sebelum Paus Franciscus mengunjungi katedral pada tanggal 24 dan 25 September 2015. Restorasi membersihkan marmer eksterior, memperbaiki jendela kaca patri, dan melukis langit-langit, memperbaiki lantai dan langkah-langkah, di antara banyak restorasi. Katedral tersebut dapat menampung 3.000 orang, dibangun dari batu bata yang dilapisi marmer, digali di Massachusetts dan New York. Blok utama katedral terbuat dari marmer Tuckahoe  sepanjang 174 kaki (53,0 meter) dan panjang 332 kaki (101,2 meter). Menara gereja setinggi  330 kaki (100,6 meter) dari permukaan jalan. Jendela dibuat oleh seniman di Boston, Massachusetts, dan seniman Eropa. Seniman Romawi Paolo Medici merancang altar Saint Elizabeth. Altar Saint Jean-Baptiste de la Salle yang merupakan salah satu dari beberapa altar asli altar kapel, dipahat oleh Dominic Borgia.

Pada akhir 1930an dan awal 1940an, terjadi renovasi area altar utama katedral di bawah bimbingan Uskup Agung Francis Spellman. Patung Pieta yang dipahat oleh William Ordway Partridge, tiga kali lebih besar dari pada patung Pieta karya Michelangelo di Vatican. Memperingati kunjungannya ke kota New York pada tahun 1979, patung Paus Yohanes Paulus II  terletak di bagian belakang katedral.

 

 Katedral 1930  Katedral 3

St. Patrick’s Cathedral, bergaya Neo-Gothic, pada tahun 1930

St. Patrick’s Cathedral, tetap gagah bergaya Neo-Gothic, pada tahun 2018

 

 Interior Katedral  Katedral 1

Interior St. Patrick’s Cathedral di New York pada tahun 2007 yang lalu

Interior St. Patrick’s Cathedral di New York pada tahun 2018 sekarang ini

 

Dari katedral St, Patrick’s, kami melanjutkan peziarahan batin untuk mengunjungi jasad Bunda St. Frances Xavier Cabrini, yang terletak di utara Manhattan, di dalam sebuah kapel atau gereja kecil yang menghadap ke tepi Sungai Hudson dan negara tetangga New Jersey. Dari katedral St. Patrick, kami naik subway Line d di 47-50 Stasion di Rockefeller Center, untuk melewati 7 Ave dan turun di stasiun Columbus Circle. Dari situ kami berganti subway Line A menuju Inwood, dengan melewati 12 stasiun untuk turun di 190 St Station. Kapel St. Frances Xavier Cabrini Shrine beralamat di 701 Fort Washington Ave New York, di dekat 190 St Station yang bangunannya sudah sangat tua.

 

 Cabrini1  Sr Cabrini

Kapel St. Frances Xavier Cabrini Shrine beralamat di 701 Fort Washington Ave.

 

Gambar damai dan lembut wajah St. Frances Xavier Cabrini

Di dalam kapel tersebut tersimpan sisa-sisa paling berharga dari orang suci St. Fransisco Xavier Cabrini, termasuk jasadny di bawah altar. Setelah kematiannya pada tahun 1917, Suster Cabrini dimakamkan di West Park, New York. Pada tahun 1933, jasadnya dipindahkan ke dalam kapel di Sekolah Menengah Suster Cabrini. Setelah kanonisasi Suster Cabrini pada tahun 1946, ada begitu banyak peziarah yang datang untuk berdoa sehingga, sebuah kapel baru dibangun pada tahun 1957. Sampai hari ini, kapel tersebut berperan besar sebagai pusat penyambutan bagi para imigran baru dan peziarah dari banyak negara yang datang untuk berdoa dan berefleksi.

 Altar  Cabrini2

Altar di kapel yang tenang, damai dan nyaman

Jenazah Sr. Cabrini di bawah altar kapel, tempat para peziarah berdoa

 

Suster Cabrini lahir sekitar tahun 1880, sebagai anak bungsu dari tiga belas anak, dari bapak Frances Cabrini di sebuah desa kecil bernama S’ant Angelo Lodigiano dekat kota Milan, Italia. Dia memutuskan untuk bergabung dengan konggregasi para suster. Oleh karena kesehatannya yang lemah, dia tidak diizinkan untuk bergabung dengan Suster Putri Hati Kudus. Namun, pada tahun 1880, dengan tujuh wanita muda, Frances mendirikan Institut Suster-suster Misionaris Hati Kudus Yesus, yang ingin menjadi misionaris di Tiongkok. Untuk itu Suster Cabrini mengunjungi Roma untuk mendapatkan audiensi dengan Paus Leo XIII. Paus memberi tahu Frances untuk pergi “tidak ke Timur, tetapi ke Barat” ke New York daripada ke China seperti yang diharapkannya. Dia membantu ribuan imigran Italia yang sudah ada di Amerika Serikat.

 

Pada tahun 1889, New York dipenuhi dengan kekacauan dan kemiskinan. Cabrini kemudian mengorganisasikan pelajaran katekismus dan pendidikan bagi para imigran Italia dan menyediakan kebutuhan harian banyak anak yatim piatu. Dia mendirikan sekolah dan panti asuhan dan  melakukan perjalanan ke Eropa, Amerika Tengah dan Selatan dan di seluruh Amerika Serikat. Dia membuat 23 penyeberangan trans-Atlantik dan mendirikan 67 lembaga: sekolah, rumah sakit dan panti asuhan. Aktivitasnya tanpa henti sampai kematiannya pada 22 Desember 1917, di Chicago. Pada tahun 1946, ia dikanonisasi sebagai seorang santa atau orang suci oleh Paus Pius XII, sebagai santa pertama dari Amerika Serikat. Selain itu, gelar santa juga sebagai pengakuan atas kekudusan dan pelayanannya kepada umat manusia dari manapun berasal, dan diberi nama ‘Patroness of Immigrant’s atau Pelindung Para Imigran pada tahun 1950.

 

Pada hari kedua di New York Selasa, 20 Maret 2018 itu, sorenya kami berpetualang lebih jauh dengan melihat Jembatan Brooklyn, yang merupakan  salah satu jembatan suspensi  tertua di Amerika Serikat, dibangun sejak 3 Januari 1870 sampai tahun 1883, jembatan ini menghubungkan Manhattan dan Brooklyn di New York City, melintasi Sungai East. Jembatan dengan arsitek John. A. Roebling ini memiliki rentang utama sepanjang 486.3 m, dan panjang total 1.825 m, jembatan ini adalah jembatan suspensi terpanjang di dunia sejak pembukaannya hingga 1903, serta jembatan suspensi kabel baja pertama. Apa yang menarik?

 WTC  Brooklyn4

World Trade Center di Manhattan New York, terlihat dari seberang East River

World Trade Center di Manhattan New York, terlihat dari atas jembatan Brooklyn yang menyeberangi East River

 

Dari 190 St, kami kembali naik subway Line A menjalani perjalanan sangat jauh, yaitu melewati 24 stasiun. Kami memasuki terowongan di bawah East River, menyeberang dari Stasiun Fulton di Manhattan menuju Stasiun High St di Brooklyn. Dari Stasiun High St, kami mengikuti para pelancong untuk berjalan kaki menyeberangi jembatan Brooklyn, kembali menuju Manhattan dalam guyuran rintik hujan salju (snowing) yang belum pernah kami alami seumur hidup.

 

Awalnya diberi nama Jembatan New York dan Brooklyn, jembatan ini diberi sebutan Jembatan Brooklyn oleh koran setempat Brooklyn Daily Eagle pada tanggal 25 Januari 1867, dan dinamai begitu oleh pemerintah kota pada 1915. Sejak pembukaannya, jembatan ini telah menjadi bagian utama dari cakrawala kota New York. Jembatan Brooklyn ditetapkan sebagai National Historic Landmark pada tahun 1964 dan National Historic Civil Engineering Landmark  pada tahun 1972.

 

 Brooklyn1  Jembatan

Tiang Jembatan Brooklyn yang dilihat dari atas jembatan saat menyeberangi East River

Jembatan Brooklyn yang dilihat dari bawah di dermaga East River

 

Setelah selesai menyebrangi East River melalui Jembatan Brooklyn dalam guyuran rintik hujan salju, kami bergaya di depan New York City Hall di tepi sungai. Setelah itu kami langsung masuk ke dalam tanah di stasiun subway, karena hujan salju semakin lebat. New York City Hall adalah pusat pemerintahan New York City, terletak di City Hall Park di area Civic Center di Lower Manhattan, antara Broadway, Park Row, dan Chambers Street. Bangunan ini adalah balai kota tertua di Amerika Serikat yang masih menyimpan fungsi pemerintahan aslinya sampai sekarang. Saat ini digunakan untuk kantor Walikota New York City dan Dewan Kota New York. Kantor Walikota ada di dalam gedung, staf dari tiga belas agen kota di bawah pengawasan walikota terletak di Manhattan Municipal Building, yang merupakan salah satu gedung pemerintahan terbesar di dunia. Gedung ini dibangun dari 1803 hingga 1812, New York City Hall adalah National Historic Landmark dan terdaftar di Daftar Tempat Bersejarah Nasional. Baik eksteriornya (1966) dan interior (1976) ditetapkan sebagai landmark Kota New York.

 

Kami menyeberang ke Chamber St untuk naik subway Line J yang meninggalkan Broad St, untuk turun di Bowery St. Dari situ, kami mampir membli pisang untuk makan malam dan kembali ke hotel.

 

 City Hall  Subway

New York City Hall yang artistik dan gagah saat diguyur rintik hujan salju

Subway Line J yang melaju kencang, meski sudah terbilang kereta lama.

 

Malam itu kami tidur nyenyak di kamar 211 New World Hotel, 101 Bowery #2, New York dan bersiap-siap untuk hari berikutnya, mengikuti konggres hari kedua, yaitu ‘The 16th Annual World Congress on Pediatrics’, di Hilton New York JFK Airport Hotel, 5144-02 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA.

 

Ditulis dan disebarkan dari New York Selasa, 20 Maret 2018 pk. 23.28 sewaktu dengan WIB  Rabu, 21 Maret 2018 pk. 10.28

*) penikmat jalan2 murah

 

 

Categories
Istanbul

2018 New York di Hari Pertama

NEW  YORK  HARI  PERTAMA

fx. wikan indrarto*)

 

Setelah petualangan 1×24 jam di Pantai Barat Amerika Serikat, tepatnya di San Fransisco pada hari Minggu, 21 Agustus 2016, sepulang dari mengikuti acara ‘the 28 the International Congress of Pediatrics 2016 di ‘West Building Vancouver Convention Centre’, Kanada, kami melakukan petualangan yang kedua kalinya ke daratan yang sama. Kami akan bertualang di Pantai Timur Amerika Serikat, saat mengikuti event  ‘the 16 th Annual World Congress on Pediatrics’. Acara ini diselenggarakan di Hilton New York JFK Airport Hotel, 135th Avenue, Jamaica, New York 11436 USA. Apakah lebih seru?

 

 Canada  20160821_130442

Peserta dari Indonesia pada ‘the International Congress of Pediatrics 2016 di Vancouver Kanada

Golden Gate di Teluk San Fransisco
pada hari Minggu, 21 Agustus 2016
sepulang dari Kanada

Dengan pesawat Cathay Pacific Airways Airbus A359 CX 798, kami meninggalkan  Jakarta pada Senin, 19 Maret 2018 dini hari, pk. 00.10 untuk menuju ke Hong Kong. Jarak  yang kami tempuh adalah 223,95 km (139,16 mil) dalam waktu 4 jam 45 menit. Airbus A350 XWB (eXtra Wide Body) adalah keluarga pesawat jet berbadan lebar yang  dikembangkan olehprodusen pesawat Eropa, Airbus. A350 menjadi pesawat Airbus pertama dengan struktur kedua sayap pesawat dibuat dari polimer yang diperkuat dengan serat karbon. Pesawat ini mampu membawa 270-350 penumpang di tempat duduk kelas tiga. Rancangan A350 pertama kali diumumkan pada tahun 2004, untuk menyaingi Boeing 787, dengan menawarkan sebuah upgrade dari A330 dengan mesin baru dan perbaikan aerodynamis untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar. Terbang perdana pada 14 Juni 2013 dan diperkenalkan untuk umum pada 2014. Pesawat dengan tipe A350-900 berharga US$277.7 million atau €215 million, pada pemesanan tahun 2012.

 

 Hong Kong
Hong Kong International Airport, sangat besar, sibuk, sejuk dan modern. Bandara tersebut terletak di Pulau Lantau, di sebalah barat Pulau Hong Kong.
Bandara ini mulai dibuka pada bulan Juli tahun 1998,
proses pembangunannya menghabiskan anggaran HK$ 155 milyar,
termasuk jembatan gantung penghubungnya yang elok (Tsing Ma Bridge).

 

 

Hong Kong adalah daerah istimewa di Cina (Special Administrative Region of China) sejak 1 Juli 1997, yang merupakan kota kosmopolitan dengan sekitar 7 juta penduduk. Wilayahnya meliputi daratan seluas 1.100 km2 yang tersebar pada pulau Hong Kong, Semenanjung Kowloon yang dipisahkan oleh Victoria Harbour dan daerah baru sebelah utara Kowloon sampai ke perbatasan Cina daratan yang disebut New Territories dan 260 pulau lainnya. Hong Kong adalah tempat yang mempertemukan tradisi Cina kuno dengan kebudayaan ultramodern.

 

Hong Kong pada awalnya hanyalah gugusan pulau batu karang dengan beberapa kampung nelayan yang diklaim Inggris pada tahun 1842, setelah pada Perang Candu Pertama (First Opium War) berhasil mengalahkan Cina, melalui perjanjian di kota Nanking (Treaty of Nanking). Semenanjung Kowloon dan pulau-pulau di sekitarnya (Stonecutters Island) kemudian diambil Inggris juga sejak tahun 1860. Perjanjian sewa dari Cina oleh Inggris selama 99 tahun, meliputi juga daerah New Territories, yaitu wilayah sebelah utara Kowloon sampai ke Sungai Shenzen dan 235 pulau kecil yang berserak, berlaku sejak tahun 1898. Maka sejak 1 Juli 1997 gubernur kolonial terakhir, Mr. Chris Patten, secara resmi menyerahkan kembali Hong Kong kepada penguasa Beijing, Cina dan sejak itu dikenal sebagai Special Administrative Region (SAR) of China dengan prinsip pengelolaan ‘1 negara, 2 sistem’. Saat ini Gubernur Hong Kong adalah Mrs. Carrie Lam, yang menjabat sejak hari Sabtu, 1 Juli 2017.

 

 Transit  Dalam Pesawat

Saat transit di Hong Kong International Airport

Di dalam pesawat BOEING 777-300ER JET CX 830 menuju New York

 

Setelah beristirahat sekitar 4 jam, Pada Senin, 19 Maret 2018 pagi, pk. 9.35 kami meninggalkan Hong Kong menuju New York, menggunakan pesawat BOEING 777-300ER JET CX 830. Jarak yang akan kami tempuh adalah 12.964,67 km (8.055,87 mil) dalam waktu 15 jam 45 menit. Boeing 777 adalah sebuah pesawat penumpang sipil berbadan lebar, bermesin  ganda untuk penerbangan berjarak jauh, dibuat oleh Boeing Commercial Airplanes.  Dapat mengangkut antara 314 – 451 penumpang dan memiliki jangkauan dari 5.235 sampai 9.380 mil nautikal (9.695 sampai 17.372 km). Penerbangan pertama Boeing 777 pada tahun 1994. Ciri unik dari 777 termasuk enam roda pendaratan per set di setiap roda pendaratan utama, fuselage yang bundar sempurna, dan “tailcone” belakang yang menyerupai mata pisau. Pada 2005 harga satuannya sekitar US$213 juta, dan Boeing 777 dibuat untuk menjadi pengganti Boeing 747, namun lebih efisien. Oleh karena itu, Boeing 777 menjadi pesawat twinjet (mesin ganda) terbesar di dunia. Edisi 777 yang terbesar adalah 777-300 dan dengan jarak terjauh adalah 777-200LR. Emirates, maskapai nasional UEA adalah operator terbesar pesawat Boeing 777.

 

Bandara Internasional John F. Kennedy sering disebut JFK, adalah bandara internasional utama yang melayani Kota New York, dan merupakan gerbang penumpang udara internasional tersibuk di Amerika Utara, bandara tersibuk ke 16 di dunia, bandara tersibuk ke 5 di Amerika Serikat, yang menangani lebih dari 59 juta penumpang pada tahun 2017. Lebih dari sembilan puluh maskapai dalam penerbangan non-stop atau langsung, ke destinasi di enam benua yang berpenghuni. JFK terletak di sekitar Jamaika di wilayah Queens, New York, sekitar 16 mil (30 km) tenggara pusat kota atau Midtown Manhattan. Bandara ini memiliki enam terminal penumpang dan empat landasan pacu. Pada awalnya dibuka sebagai Bandara Internasional New York pada tahun 1948 yang dikenal sebagai Bandar Udara Idlewild, sebelum diganti namanya pada tahun 1963 untuk mengenang John F. Kennedy, Presiden ke 35 Amerika Serikat, setelah pembunuhannya.

 Terminal 1  Terminal 8
Terminal 1 Bandara Internasional
John F. Kennedy di New York
Terminal 8 yang megah, gagah dan artistik di Bandara Internasional
John F. Kennedy di New York

 

Pesawat kami mendarat di Terminal 8 Bandara Internasional John F. Kennedy di New York,  pada Selasa, 19 Maret 2018. Terminal 8 ini dibuka secara bertahap sejak tahun 2005 dan pembukaan “resminya” pada bulan Agustus 2007. Terminal 8 ini adalah hub bagi Oneworld dan American Airlines yang merupakan pembawa dan pengelola terminal terbesar dan merupakan operator terbesar ketiga di JFK. Cathay Pacific  pindah ke Terminal 8 dari Terminal 7 pada tanggal 15 Januari 2017. Terminal 8 ini dua kali ukuran Madison Square Garden. Perusahaan ini menawarkan puluhan gerai ritel dan makanan, 84 loket tiket, 44 kios swalayan, 10 jalur pemeriksaan keamanan dan fasilitas Customs and Border Protection yang dapat memproses lebih dari 1.600 orang per jam. Terminal 8 memiliki kapasitas penumpang 12,8 juta tahunan dengan 29 gerbang

 

Kaki terasa gemetar saat menginjakkan kaki di daratan Amerika Serikat, karena teringat akan Kristoforus Kolumbus (nama asli dalam bahasa Italia adalah Christoffa Corombo), yang lahir 30 Oktober 1451 dan dianggap sebagai penemu Benua Amerika. Kolumbus adalah seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia, yang menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. Perjalanan tersebut didanai oleh Ratu Isabella dari Kerajaan Spanyol. Kolumbus sebenarnya bukanlah orang pertama yang tiba di daratan Amerika, dan ia juga bukan orang Eropa pertama yang sampai ke benua itu, karena orang-orang Viking dari Eropa Utara telah berkunjung ke Amerika Utara pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L’Anse aux Meadows untuk jangka waktu singkat. Namun demikian, nama besar Kolumbus tetaplah dalam ingatan, saat tanggal 11 Oktober 1492, rombongan Kolumbus dengan tiga kapal, yaitu Nina (dikapteni oleh Vicente Pinzon Yanes), Pinta (dimiliki dan kapten oleh Martin Alonzo Pinzon) serta Santa Maria (dikapteni oleh Kolumbus), mendarat di sebuah pulau di Karibia yang mereka sebut Guanahani, tetapi Kolumbus kemudian menamainya San Salvador.

 

Columbus  Pos

Kolumbus mendarat di sebuah pulau di Karibia yang mereka sebut Guanahani, tetapi Kolumbus kemudian menamainya San Salvador pada 11 Oktober 1492.

New York adalah pos dagang komersial Belanda pada tahun 1624 dan dinamai ‘Amsterdam Baru’ hingga 1664, ketika koloni ini dimiliki Inggris.

 

New York City (NYC) memang jauh dari San Salvador di Karibia yang berjarak total 2.913 km, tetapi sensasi Kolumbus tetap terpatri di hati. NYC yang kami kunjungi memiliki lima wilayah utama atau Borough. Kelima wilayah tersebut adalah Manhattan, The Bronx, Brooklyn, Queens, dan Staten Island. Saat inui New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat, dan pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Dengan luas 789 km² dan pada tahun 2016, memiliki penduduk sebanyak 8,538 juta (2016). Selain itu, New York adalah sebuah kota global terdepan, memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan tingkat dunia. Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting. Kota ini sering disebut New York City (NYC) atau City of New York untuk membedakannya dari negara bagian New York, tempat kota ini berada.

 

Peta 1 Peta 2
Peta New York yang langsung dipelajari

Jalur subway di New York yang informatif, jelas dan mudah dipelajari

 

New York pada mulanya didirikan sebagai sebuah pos dagang komersial oleh Belanda pada tahun 1624. Permukiman ini dinamai ‘Amsterdam Baru’ hingga 1664, ketika koloni ini berada di bawah kekuasaan Inggris. New York berperan sebagai ibukota Amerika Serikat pada tahun 1785 hingga 1790. New York telah menjadi kota terbesar di AS sejak 1790. Sebanyak 800 bahasa dipertuturkan di New York City, sehingga menjadikannya kota dengan bahasa paling beragam di dunia.

 

Wilayah ini sebelumnya dihuni oleh penduduk asli Amerika Lenape, ketika ditemukan bangsa Eropa tahun 1524 oleh Giovanni da Verrazzano, seorang penjelajah Italia yang bekerja untuk kerajaan Perancis, dan menamainya “Nouvelle Angoulême”. Permukiman Eropa dimulai dengan pendirian permukiman perdagangan bulu domba oleh orang Belanda yang kemudian dinamai “Nieuw Amsterdam” (Amsterdam Baru), di ujung selatan Manhattan pada tahun 1614. Direktur Jenderal kolonial Belanda Peter Minuit membeli pulau Manhattan dari suku Lenape tahun 1626, senilai 60 guilden atau sekitar $1.000 pada 2006. Namun demikian, sebuah legenda yang diragukan mengatakan, Manhattan dibeli senilai $24 dalam bentuk manik-manik kaca.

 

 Perang Poster

Pada akhir Perang Inggris dan Belanda Kedua, Belanda memperoleh kekuasaan atas Run di Indonesia, yang merupakan aset yang lebih berharga sebagai ganti terhadap kekuasaan Inggris di New Amsterdam (New York) di Amerika Utara.

See More, BeMore adalah Poster ‘This Is New York City’, menyambut kami di Terminal 8 Bandara Internasional John F. Kennedy di New York

 

Tahun 1664, kota ini menyerah kepada Inggris dan berganti nama menjadi “New York”. Pada akhir Perang Inggris dan Belanda Kedua, Belanda memperoleh kekuasaan atas Run di Indonesia, yang merupakan aset yang lebih berharga sebagai ganti terhadap kekuasaan Inggris di New Amsterdam (New York) di Amerika Utara. Pada waktu itu Pulau Run, sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda, Maluku, Indonesia, bernilai lebih tinggi daripada kota New York di Pulau Manhattan yang kala itu dinamakan Nieuw Amsterdam. Itulah ironi sejarah, pada paruh terakhir abad ke-17, bangsa Inggris dan Belanda berulang kali terlibat perebutan daerah penghasil rempah. Semasa itu, sekantong rempah bernilai lebih mahal dari sekantong emas dengan bobot yang sama. Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) dan Serikat Dagang Hindia Timur Inggris (EIC) bersaing ketat dan sering terlibat konflik terbuka. Bahkan, terjadi pembantaian warga Inggris di benteng Belanda di Ambon, Maluku yang dikenal sebagai Amboyna Massacre yang memicu kemarahan Inggris.

 

 Subway 1  Siap jalan

Di dalam Subway Line J dari Sutphin Blvd tujuan Broad Station, bertarif $2,75.

Siap jalan2 sore, setelah istirahat sejenak, untuk menembus suhu luar ruang 5 derejad Celcius

 

Dari Terminal 8 Bandara Internasional John F. Kennedy di New York kami berjalan kaki sekitar 3 menit menuju JFK Terminal 8 Air Train Station. Kemudian kami naik Air Train JFK Red Jamaica Airport selama 9 menit dengan 2 perhentian, yaitu Federal Circle Station dan turun di Jamaica Station. Dari situ kami ganti naik Subway Line J tujuan Broad Station. Kami melewati beberapa stasiun, yaitu Sutphin Blvd, 121 St, 104 St, Woodhaven Blvd, 85 St Forest, 75 St Elderts, Cypress Hill, sampai Marcy Av yang semuanya berada di Brooklyn. Selanjutnya subway Line J menyeberangi East River melalui Williamburg Bridge, salah satu dari 3 jembatan yang menghubungkan Brooklyn dengan Manhattan. Setelah sampai di Manhattan, kami melewati stasiun Delancay St Essex, dan kemudian turun di Bowery. Dari Stasiun Bowery itu kami berjalan kaki sekitar 2 menit dan sampai di New World Hotel, 101 Bowery #2, New York, NY 10002, Amerika Serikat. Kemudian kami segera mandi dan beristirahat sejanak, karena sudah hampir 2×24 jam kiami tidak berbaring dan ganti pakaian.

 

 Salju  Hotel

Menemukan sisa saju di pingir jalan yang belum mencair. Pemandangan pertama dalam pengalaman hidup

Mendarat dengan  selamat di New World Hotel, 101 Bowery # 2, New York, NY 10002, USA. Di Chinatown Manhattan New York, yang bersuhu luar ruang 6 derajad celcius.

 

 

Pada Selasa, 19 Maret 2018 sore hari yang dingin dan setelah cukup beristirahat sejenak, kami segera memulai petualangan pertama di New York, yaitu menuju The Church of St. Andrew is a Roman Catholic. Gereja katolik paling dekat dengan hotel kami menginap tersebut, beralamat di  20 Cardinal Hayes Pl, New York, NY 10007, sehingga kami cukup berjalan kaki selama 4 menit, untuk rencana berdoa dan mengucap syukur atas semua anugerah Tuhan Yang Maha Baik. Sayang sekali, gereja dengan arsitektur khas Georgian oleh arsitek Robert J. Reiley dari Maginnis and Walsh tersebut sudah terkunci rapat.

 

 Dinner  Gereja 1

Makan malam menu Malaysia di Chinatown Manhattan, ditraktir Ibu Elsye

Gerejea Katolik Bunda Para Malaikat atau Our Lady of Angels Churchdi di 7320 4th Ave, Brooklyn, NY 11209

 

 

Syukur sekali kami bertemu dengan Ibu Elsye, seorang Palembang, Sumatera selatan yang sudah menjadi warga New York selama 20 tahun dan baik hati. Ibu Elsye mengajak kami makan malam menu Malaysia di Chinatown, kemudian mengajak kami jalan2 ke rumahnya yang asri di lower Brooklyn. Kami berjalan ke stasiun subway di Canal Street, untuk naik subway Line N yang menyeberangi East River melalui Manhhattan Bridge di malam hari. Pemandangan panorama Manhattan yang gemerlap dengan pencakar langit yang berlampu warna-warni, sangat indah kami saksikan dari dalam kereta saay melintasi Manhattan Bridge malam itu.

 

 Rumah dalam  Rumah luar

Di rumah bu Elsye di 546 73rd Street. Brooklyn NY, yang hangat, damai dan tenang

Dengan jaket musim dingin pinjaman Ibu Elsye, siap berpetualang menghadapi perkiraan badai salju hari berikutnya.

 

Kereta kami melewati DeKalb Av, sebagai stasiun pertama di pulau Brooklyn, kemudian Atlantic Av, Union St, 4 Av9St, Prospect Av, 25 St, 36 St, 45 St 53 St dan turun di 59 St. Dari situ kami berganti subway Line R menuju Bay Ridge Av. Dari situ kami berjalan kaki menuju Gerejea Katolik Bunda Para Malaikat atau Our Lady of Angels Church di 7320 4th Ave, Brooklyn, NY 11209. Kami segere bersujud, bersyukur dan berdoa, mengucapkan terimakasih atas semua anugerah Tuhan Yang Maha Besar, sehingga kami dapat memiliki pengalaman yang luar biasa indah. Kami berdoa di dalam gereja yang indah, yang mana gereja pertama Our Lady of Angels didirikan di sudut Fourth Avenue dan 74th Street dan diresmikan pada tanggal 17 September 1893. Gereja yang baru dan sekarang yang jauh lebih megah diresmikan pada tanggal 23 Juni 1929.

 

Di gereja itulah Ibu Elsye menjadi prodiakon yang juga mengirimkomuni suci bagi para umat yang sakit dan tidak dapat berangkat ke gereja. Setelah puas berdoa, kami segera berjalan lagi menuju rumah bu Elsye di 546 73rd Street. Brooklyn NY. Di dalam rumah 2 lantai dalam areal perumahan tersebut, kami berjumpa dengan Andrew, putera tunggalnya dan kakak bu Elsye yang juga sudah menjadi warga AS. Kami diberinya berbagai hadiah menarik, Metrocard untuk kami yang dapat di-top up di mesin atau petugas subway, dipinjami jaket musim dingin, terkait perkiraan cuaca akan adanya badai sajlju di New York, dan dijelaskan tentang berbagai rute perjalanan yang harus kami tempuh. Setelah puas bercengkerama, kemudian kami diantar pulang ke stasiun subway di Bay Ridge, untuk memudian melanjutkan perjalanan pulang ke hotel menggunakan subway Line R dan berganti N, persis seperti berangkatnya, untuk turun di Canal Street Station.

 

Malam itu kami tidur pulas, setelah merasakan berbagai aktivitas baru yang sangat menyenangkan, dan menemui berbagai kebaikan hati Tuhan Yang Maha Besar melalui banyak orang yang baik hati.

 

Ditulis dan disebarkan dari kamar 211 New World Hotel, 101 Bowery #2, New York, NY 10002, Amerika Serikat.

 

*) penikmat jalan2 murah

NYC Selasa pagi, 20 Maret 2018 pk. 7.17 atau sewaktu dengan WIB Selasa sore, 20 Maret 2018 pk. 18.17