Categories
COVID-19 Healthy Life vaksinasi

2021 Kalahkan Meningitis

Hasil gambar untuk meningitis disebabkan oleh

KALAHKAN  MENINGITIS

fx. wikan indrarto*)

Pada Sesi ke-73 Majelis Kesehatan Dunia Rabu, 13 Januari 2021, diserukan tindakan segera untuk mencegah dan mengalahkan meningitis pada tahun 2030. Peta jalan global ini adalah intervensi pengendalian meningitis terpadu jangka panjang untuk pengurangan kasus dan kematian karena meningitis. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/08/02/2020-bahaya-tanpa-imunisasi/

.

Meskipun upaya pengendalian meningitis cukup berhasil di beberapa wilayah di dunia, meningitis terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang menyebabkan hingga 5 juta kasus setiap tahun, di seluruh dunia. Beban meningitis bakterial sangat tinggi, menyebabkan 300.000 kematian setiap tahun dan menyisakan satu dari lima orang yang terkena, berupa dampak kesehatan jangka panjang yang menghancurkan, yaitu kecacatan.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/01/02/2020-menurunkan-angka-kematian-anak/

.

Meningitis adalah infeksi serius pada meninges, yaitu selaput tipis yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Ini adalah penyakit yang menghancurkan harapan hidup dan tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang utama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai patogen termasuk bakteri, jamur atau virus, tetapi beban global tertinggi terlihat pada meningitis bakterial.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Bakteri Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Neisseria meningitidis adalah bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis. N. meningitidis, penyebab meningitis meningokokus, berpotensi menimbulkan epidemi yang luas. Ada 12 serogrup N. meningitidis yang telah teridentifikasi, 6 diantaranya (A, B, C, W, X dan Y) dapat menyebabkan epidemi. Meningitis meningokokus dapat menyerang siapa saja dari segala usia, tetapi terutama menyerang bayi, anak prasekolah, dan remaja. Beban meningitis meningokokus terbesar terjadi di sabuk meningitis, suatu wilayah di sub-Sahara Afrika, yang membentang dari Senegal di barat hingga Ethiopia di timur. 

.

Hasil gambar untuk meningitis disebabkan oleh
.

Bakteri yang menyebabkan meningitis ditularkan dari orang ke orang melalui tetesan cairan pernapasan atau ‘droplet’, sepeti COVID-19. Kontak dekat dan lama – seperti mencium, bersin, batuk, atau tinggal dekat dengan orang yang terinfeksi, memungkinkan proses penyebaran penyakit. Masa inkubasi rata-rata adalah 4 hari, tetapi dapat berkisar antara 2 dan 10 hari.

.

Meskipun demikian, N. meningitidis sebenarnya dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, yaitu penyakit meningokokus invasif, termasuk septikemia, artritis, dan meningitis. Demikian pula, bakteri S. pneumoniae dapat menyebabkan penyakit invasif lainnya termasuk otitis dan pneumonia. N. meningitidis hanya menginfeksi manusia dan menyebar melalui aliran darah untuk sampai ke otak. Sebagian besar populasi di sabuk meningitis, antara 5 dan 10%, memiliki bakteri N. meningitidis yang menetap di tenggorokan.

.

Gejala meningitis yang paling umum adalah leher kaku, demam tinggi, sensitif terhadap cahaya, kebingungan, sakit kepala, dan muntah. Meningitis sangat berbahaya, bahkan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang memadai sekalipun, 5-10% pasien akan meninggal, biasanya dalam 24-48 jam setelah timbulnya gejala. Meningitis bakterial dapat menyebabkan kerusakan otak, gangguan pendengaran, atau ketidakmampuan belajar pada 10-20% pasien yang berhasil selamat. Bentuk penyakit meningokokus yang lebih jarang, tetapi bahkan lebih parah dan seringkali fatal adalah septikemia meningokokus, yang ditandai dengan bercak kemerahan di kulit atau ruam hemoragik dan kolaps sirkulasi darah yang cepat.

.

Diagnosis awal meningitis meningokokus dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis, diikuti dengan pungsi lumbal yang menunjukkan cairan otak di tulang belakang bernanah. Bakteri kadang-kadang dapat dilihat dalam pemeriksaan mikroskopis pada cairan otak di tulang belakang tersebut. Diagnosis dipastikan dengan menumbuhkan bakteri dari spesimen cairan otak di tulang belakang atau darah. Diagnosis juga dapat didukung oleh tes diagnostik cepat seperti tes aglutinasi antibodi, walaupun tes yang tersedia saat ini memiliki beberapa keterbatasan. Identifikasi serogrup meningokokus dan pengujian kepekaan terhadap antibiotik penting untuk menentukan jenis antibiotika yang diberikan dan tindakan pengendalian lainnya.

.

Penyakit meningokokus berpotensi fatal dan merupakan keadaan darurat medis. Diperlukan pemberian antibiotik yang tepat dan harus dimulai sesegera mungkin, idealnya setelah dilakukan pungsi lumbal. Jika pengobatan dimulai sebelum pungsi lumbal, mungkin sulit untuk menumbuhkan bakteri dari cairan otak di tulang belakang dan memastikan diagnosisnya. Namun demikian, konfirmasi diagnosis tidak boleh menunda pengobatan. Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk mengobati meningitis bakterial, termasuk penisilin, ampisilin, dan seftriakson yang tersedia cukup mudah, murah dan tersebar luas, dengan ceftriaxone sebagai obat pilihan utama.

.

Vaksin berlisensi untuk mencegah penyakit meningokokus telah tersedia selama lebih dari 40 tahun. Menactra buatan Sanofi, Trumenba dari Pfizer, dan Menivax buatan PT Biofarma Indonesia adalah contoh vaksin untuk meningitis. Menactra (vaksin meningitis konjugat) diindikasikan untuk imunisasi aktif mencegah penyakit meningokokus invasif yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis serogrup A, C, Y, dan W-135. Pada anak-anak usia 9 hingga 23 bulan, Menactra diberikan sebagai seri 2 dosis, dengan interval antar dosis 3 bulan. Sedangkan pada anak usia 2 hingga 55 tahun, diberikan sebagai dosis tunggal. Menivax dapat diberikan 1x (single dose) pada dewasa dan anak usia di atas 2 tahun. Berlaku 2 tahun, sebagai perlindungan jangka pendek terhadap Infeksi Meningococcal Group A, apabila MCV4 (Vaksin Meningitis Konjugat) tidak tersedia.

.

Hasil gambar untuk merk vaksin meningitis

Seiring waktu, telah terjadi peningkatan besar dalam cakupan strain dan ketersediaan vaksin, tetapi hingga saat ini, belum ada vaksin tunggal untuk melawan semua jenis penyakit meningokokus. Vaksin masih bersifat serogrup tertentu dan perlindungan yang diberikan bervariasi dalam durasi, bergantung pada jenis yang digunakan.

.

Rekomendasi WHO, UNICEF dan Gavi (the Global Vaccine Alliance), untuk meneruskan program imunisasi rutin, termasuk untuk melawan meningitis saat pandemi COVID-19, akan mampu mengalahkan meningitis di seluruh dunia, termasuk di wilayah Indonesia.

Sudahkah kita siap?

Sekian

Yogyakarta, 25 Januari 2021

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Categories
Healthy Life Istanbul

2021 Tangani Hepatitis C

Image result for hepatitis c

TANGANI  HEPATITIS  C

fx. wikan indrarto*)

Pada Rabu, 27 Januari 2021 mulai dikampanyekan akses global ke layanan tes diagnosis dan pengobatan hepatitis C yang lebih terjangkau. Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah telah mampu menekan jumlah penderita hepatitis C, berkat peningkatan akses ke layanan tes diagnostik dan pengobatan. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/07/27/2020-hari-hepatitis-sedunia/

.


Virus hepatitis B dan C mempengaruhi 325 juta orang di seluruh dunia yang menyebabkan 1,4 juta kematian per tahun, sedangkan sebanyak 2.850.000 orang menjadi terinfeksi baru pada tahun 2017 yang lalu. Hepatitis adalah penyakit menular yang merupakan penyebab kematian atau pembunuh kedua terbesar setelah TBC. Orang yang terinfeksi hepatitis 9 kali lebih banyak daripada HIV, pada hal hepatitis sebenarnya dapat dicegah, diobati, dan bahkan hepatitis C dapat disembuhkan secara tuntas. Namun demikian, ternyata lebih dari 80% penderita hepatitis masih memiliki keterbatasan akses pada layanan pencegahan, pemeriksaan atau tes diagnosis, dan pengobatan.

.

Menurut Jurnalis, Sayoeti, dan Russelly (2014) infeksi virus hepatitis C (HCV) merupakan persoalan yang serius. Penularan infeksi HCV pada anak yang utama adalah melalui transfusi darah atau produk darah yang bertanggung jawab menyebabkan kasus hepatitis C kronis pada anak. Selain itu infeksi HCV pada anak dapat disebabkan oleh transmisi perinatal (vertikal). Infeksi HCV akut dapat berakhir dengan sirosis dan karsinoma hepatoselular setelah dekade ketiga (sekitar 20%), karena progresivitas infeksi HCV lebih lambat dari infeksi hepatitis B virus. Pada umumnya infeksi HCV pada anak bersifat asimptomatik. Karena tidak ada gejala klinis yang jelas pada infeksi HCV, maka diagnosis infeksi HCV pada anak perlu ditegakkan dengan pemeriksaan awal di laboratorium klinis dengan uji serologi, dan bila perlu dilanjutkan dengan uji molekuler pada pasien anak dengan risiko tinggi. 

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/03/21/2019-menumpas-hepatitis/

.

Di antara orang yang hidup dengan hepatitis C, sekitar 19% (13,1 juta) mengetahui status infeksi mereka pada tahun 2017, di mana 15% (2 juta) mendapatkan penyembuhan karena pengobatan yang tuntas pada tahun yang sama. Secara keseluruhan, antara tahun 2014 dan 2017, sekitar 5 juta orang telah mengalami penyembuhan dari hepatitis C di seluruh dunia. Namun demikian, pada tahun 2017 sekitar 1,75 juta orang tidak sembuh dan mengalami infeksi hepatitis C kronis. Secara bersama-sama, hepatitis B dan C merupakan jumlah tertinggi infeksi baru pada penyakit menular utama, dibandingkan infeksi HIV dan TBC.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/01/29/2021-obat-hiv-baru-untuk-anak/

.

Negara berpenghasilan rendah dan menengah sekarang dapat menyediakan obat sofosbuvir generik dan daclatasvir, yaitu obat antivirus langsung atau ‘Direct Acting Antiviral’ (DAA) yang telah memenuhi kualifikasi WHO, dengan harga hanya US $ 60 per pasien untuk pengobatan 12 minggu. Biaya layanan tes diagnostik cepat Hepatitis C dengan prakualifikasi WHO berkisar antara US $ 1 dan US $ 8 per tes. Bahkan beberapa negara mencapai peningkatan 20 kali lipat dalam jumlah orang yang diobati dengan DAA yang aman dan efektif antara 2015 dan 2018, termasuk di Indonesia. Ada tiga jenis obat DAA yang beredar di Indonesia, yaitu sofosbuvir, simeprevir, dan daclatasvir, sehingga bukan lagi menggunakan obat kombinasi pegylated interferon dan ribavirin.

.

Pada tahun 2018, lebih dari 120 negara telah mengadopsi strategi hepatitis virus nasional, meningkat dari hanya 20 negara pada tahun 2012. Hal ini telah dipercepat sejak penerapan Strategi Sektor Kesehatan Global pertama WHO untuk Hepatitis Virus 2016-2021. Banyak negara juga telah membuat kemajuan dalam meningkatkan komitmen pemerintah, menyusun rencana strategis nasional, menyederhanakan pedoman, serta meningkatkan ketersediaan pilihan tes diagnosis dan pengobatan yang lebih murah dan terjamin kualitasnya.

.

Image result for hepatitis c

Terlepas dari tantangan pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, kemajuan yang dicapai saat ini termasuk mengesankan, namun sebenarnya rapuh karena akses ke layanan tes diagnosis dan pengobatan hepatitis C belum mencapai tingkat cakupan yang memadai, untuk mencapai tujuan global memberantas virus hepatitis sebagai masalah kesehatan masyarakat utama pada tahun 2030. Secara global, pada akhir tahun 2017, hanya 5 juta atau 7% dari 71 juta orang yang terinfeksi HCV secara kumulatif menerima pengobatan dengan DAA.

.

Oleh karena banyak negara masih terus terbebani berbagai penyakit dan gangguan layanan kesehatan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, sangat penting untuk memastikan bahwa momentum bagus dalam mengatasi hepatitis C tidak hilang. Selain itu, upaya global untuk meningkatkan akses layanan hepatitis C harus dipertahankan dan dipercepat dalam dekade mendatang, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas menuju cakupan kesehatan semesta atau ‘Universal Heath Couverage’ (UHC).

.

Tes diagnostik dan DAA yang terjamin kualitasnya terus meningkat ketersediaannya dengan harga yang terus menurun sampai batas terjangkau. Namun demikian, masih banyak negara tidak mampu mengakses harga yang sudah serendah ini. Transparansi pasar yang lebih besar, bersama dengan bimbingan dan berbagi pengalaman dari seluruh dunia dalam memberikan contoh praktis bagi negara lain dan komunitas penderita hepatitis C, diperlukan untuk memperluas akses dan mengatasi hambatan yang ada.

.

Meskipun terjadi penurunan harga obat dan layanan, ketersediaan dan keterjangkauan tes diagnosis tetap menjadi penghalang utama, untuk peningkatan skala pengobatan di beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sangat penting untuk memperluas akses ke layanan tes diagnosis in vitro hepatitis C yang sederhana, terjangkau dan terjamin kualitasnya. Jenis pemeriksaan diagnosis yang umumnya diperlukan adalah anti HCV rapid atau stick, anti HCV EIA, HCV RNA kualitatif ataupun kuantitatif. Dengan demikian akan ada lebih banyak negara yang dapat melakukan pemeriksaan skrining atau menyaring lebih banyak orang, mengidentifikasi pasien Hepatitis C yang membutuhkan pengobatan, dan akhirnya memberikan perawatan yang tepat. 

Image result for obat hepatitis c

Program kerja Kementrian Kesehatan RI untuk mewujudkan masa depan Indonesia yang bebas hepatitis adalah mengkampanyekan lingkungan bersih dan sehat, melakukan deteksi dini Hepatitis C pada kelompok berisiko, dan melakukan pengobatan yang tepat pada penderita Hepatitis C dengan DAA, yaitu sofosbuvir dan daclatasvir gratis untuk semua jenis penjaminan biaya pasien, ditambah dengan upaya meningkatkan akses masyarakat pada layanan kesehatan yang terjangkau.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 4 Februari 2021

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
COVID-19 Healthy Life

2021 Hari Orang Sakit Sedunia

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2021

HARI  ORANG SAKIT  SEDUNIA   2021

fx. wikan indrarto*)

Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema peringatan tahun 2021 : Hanya satu Gurumu dan kamu semua adalah saudara (Mat 23: 8). Puncak acara akan diselenggarakan pada Pesta Santa Perawan Maria di Lourdes, Perancis pada hari Kamis, 11 Februari 2021. Apa yang sebaiknya dilakukan?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/02/05/2020-hari-orang-sakit-sedunia/

.

Ketiga subtema yang terus-menerus didengungkan pada setiap Hari Orang Sakit Sedunia adalah pertama, mengingatkan semua orang beriman, untuk berdoa secara khusuk bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia, dan ketiga, penghargaan bagi semua petugas kesehatan.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2018/12/27/2018-bayi-sakit/

.

Melayani saudara kita yang sedang sakit, seharusnya diawali dengan kemurnian hati sampai kita mampu bersikap seperti Ayub “Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” (Ayub 29:15), kepada sesama yang sakit. Kita semua diajak untuk mampu menjadi “mata untuk orang buta” dan “kaki bagi orang lumpuh”. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekedar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini, terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/01/31/2019-paska-rumah-sakit/

.

Meskipun tidak ada yang menginginkannya, namun setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan dan bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun, sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan, menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat, untuk datang pada Tuhan. Dalam pertemuannya dengan Tuhan melalui caranya masing-masing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian.

.

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2021
.

Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit, sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat, kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain, sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal yang sama dari semua orang di sekitar kita, sebagaimana pergerakan dan putaran roda kehidupan.

.

Pada Selasa, 2 Februari 2021 terdapat penambahan 10.379 kasus baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir di Indonesia. Penambahan tersebut menyebabkan jumlah pasien yang terinfeksi COVID-19 di seluruh Indonesia telah mencapai 1.099.687 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus perdana COVID-19 pada 2 Maret 2020. Pandemi COVID-19 ini juga menyerang tenaga medis bahkan yang wafat akibat COVID-19 mencapai 363 orang, termasuk 202 dokter.

.

Selain itu, keterbatasan tempat tidur di RS menyebabkan banyak pasien COVID-19 yang tidak tertangani secara layak, baik dan lengkap. Juga para penderita COVID-19 bergejala ringan ataupun tanpa gejala, diharuskan melakukan isolasi mandiri di rumah atau fasilitas lain yang disediakan oleh Dinas Kesehatan setempat. Dampak ekonomi dan sosial pandemi COVID-19 sebenarnya jauh lebih menghancurkan, melemahkan dan memberatkan bagi masyarakat luas, tidak hanya dampak sakit oleh para penyintas saja. Namun demikian, kita semua yang terdampak secara ekonomi dan sosial tetap diingatakan untuk tetap membantu semua saudara kita yang terdampak pandemi COVID-19 secara medis dan menjadi pasien, dengan terapi yang lengkap.

.

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2021

.

Jika terapi ingin efektif, Paus Fransiscus berpesan agar terapi harus mempunyai aspek relasional, karena aspek ini memampukan pendekatan holistik kepada pasien. Aspek relasional dapat membantu dokter, perawat, tenaga profesional dan relawan untuk merasa bertanggung jawab mendampingi pasien di jalan penyembuhan yang didasarkan pada hubungan antarpribadi yang saling percaya. Aspek relasional ini menciptakan perjanjian antara mereka yang membutuhkan layanan medis dan mereka yang menyediakan layanan itu, dalam sebuah perjanjian yang didasarkan pada rasa saling percaya, hormat, keterbukaan dan kesiapsediaan diri. Hal ini akan membantu mengatasi sikap defensif, menghormati martabat orang sakit, menjaga profesionalisme dokter dan petugas kesehatan lainnya, bahkan mampu berperan dalam membina hubungan yang baik dengan keluarga pasien, karena kita semua adalah saudara (Mat 23: 8).

.

Hasil gambar untuk hari orang sakit sedunia 2021
.

Dalam menangani orang sakit, dokter dan petugas kesehatan profesional lain agar memprioritaskan kata benda ‘orang’, dibandingkan kata sifat ‘sakit’. Oleh sebab itu, para petugas kesehatan profesional hendaknya meniru teladan Guru kita yang satu (Mat 23: 8), yaitu selalu berusaha meningkatkan martabat dan kehidupan setiap orang. Selain itu, juga menolak kompromi ke arah euthanasia, bunuh diri yang dibantu atau penindasan hidup, bahkan dalam kasus penyakit terminal, termasuk COVID-19 yang mematikan.

.

Momentum Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) Kamis, 11 Februari 2021, mengingatkan kita agar menciptakan relasi terapeutik yang didasarkan pada rasa percaya, memiliki kebijaksanaan hati dan memberikan kelegaan bagi para orang sakit yang berbeban berat. Selain itu, saat terjadi sakit juga tidak perlu putus asa, karena adanya kemuliaan dan kasih Tuhan sampai pada akhir kehidupan.

Sudahkah kita menemani orang sakit di sekitar kita?

Sekian

Yogyakarta, 3 Februari 2021

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,

Categories
COVID-19 Healthy Life

2021 COVID-19 pada anak

Hasil gambar untuk COVID-19 PADA ANAK

COVID-19  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Ada berbagai jenis gambaran klinis COVID-19 berdasarkan usia orang yang terinfeksi virus ini. Beruntung anak dan remaja cenderung mengidap penyakit yang lebih ringan dibandingkan orang dewasa. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 mengalami gejala pernapasan, misalnya batuk, sakit tenggorokan, atau bersin. Apa yang perlu dicermati pada anak?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/12/08/2020-kematian-anak-karena-covid-19/

.

Pada beberapa anak mungkin memiliki gejala gangguan perut atau gastrointestinal seperti diare atau muntah, tetapi cenderung lebih ringan. Anak lain mungkin kehilangan indra penciuman atau indra pengecap, bahkan kebanyakan anak cenderung mengalami infeksi tanpa gejala sama sekali.

.

Pada anak manifestasi klinis COVID-19 dapat meliputi gejala sistemik di luar sistem respirasi, seperti demam, diare, muntah, ruam kulit, syok, gangguan jantung dan organ lain, yang dikenal sebagai ‘Multisystem Inflammatory Syndrome’ pada COVID-19 (MIS-C). Untuk itu, para dokter klinisi perlu mengetahui kondisi MIS-C pada anak dan menatalaksananya. Apabila menemukan tanda dan gejala MIS-C pada anak, klinisi dapat menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan serologi antibodi. Pemeriksaan rapid antibodi positif pada anak dengan kecurigaan MIS-C, walaupun hasil PCR SARS-CoV2 negatif, diagnosis MIS-C tetap dapat ditegakkan. Hal ini didasarkan atas manifestasi klinis MIS-C dapat timbul setelah 2-4 minggu pasca awitan.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/12/02/2020-obat-covid-19/

.

Tatalaksana klinis MIS-C pada anak mirip dengan pasien dewasa. Pemberian suplemen Vitamin C (1-3 tahun maksimal 400 mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600 mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2 gram/hari; 12-18 tahun maksimal 1,8 gram/hari) dan Zink 20mg/hari atau obat suplemen lain dapat dipertimbangkan untuk diberikan, meskipun ‘evidence’ pada anak belum menunjukkan hasil yang meyakinkan.

.

Antibiotik empirik lebih disukai yang dosis tunggal atau sekali sehari, karena alasan ‘infection control’, yaitu ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus pneumonia komunitas atau terduga ko-infeksi dengan bakteri. Selain itu, juga dapat menggunakan Azitromisin 10 mg/kg, hanya jika dicurigai disertai dengan pneumonia atipikal.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/11/12/2020-sekolah-saat-pandemi-covid-19/

.

Jika COVID-19 dicurigai ko-infeksi dengan virus influenza, dapat diberikan oseltamivir. Untuk bayi < 1 tahun, oseltamivir 3 mg/kg/dosis setiap 12 jam dan untuk anak > 1 tahun diberikan dengan panduan dosis BB < 15 kg : 30 mg setiap 12 jam, BB 15-23 kg : 45 mg setiap 12 jam, BB 23-40 kg : 60 mg setiap 12 jam, dan > 40 kg : 75 mg setiap 12 jam.

.

Hasil gambar untuk COVID-19 PADA ANAK
.

Terapi definitif untuk COVID-19 masih terus diteliti, namun laporan efektivitas dan keamanan obat antivirus seperti remdesivir, favipiravir, tocilizumab, IVIG, dan plasma konvalesens, sementara ini hanya pada pasien dewasa, sedangkan pada anak masih belum cukup banyak data. Pemberian obat anti SARS-CoV-2 pada anak harus mempertimbangkan derajat beratnya penyakit dan komorbid, serta persetujuan orang tua.

.

Varian virus SARS-CoV-2 saat ini sudah terdeteksi, tetapi perubahan ini tidak berdampak hebat pada anak dalam hal kemampuannya untuk menularkan atau gejala klinis penyakit yang ditimbulkannya. Namun demikian, beberapa varian yang disebut “varian yang menjadi perhatian” (variants of concern) membutuhkan lebih banyak penelitian. Gejala klinis penyakit terlihat sama dan tingkat keparahannya juga terlihat sama dengan virus SARS-CoV-2 lainnya.

.

Varian virus SARS-CoV-2 diidentifikasi pertama kali di Inggris memperlihatkan peningkatan penularan di semua kelompok umur, termasuk anak, di wilayah yang mungkin terkait dengan banyak sekolah yang telah dibuka. Masih diperlukan banyak penelitian tentang varian virus ini, tetapi penelitian di Inggris tidak menunjukkan bahwa virus tersebut secara khusus menargetkan populasi anak, yang berarti bahwa varian itu tidak menginfeksi anak lebih banyak, dibandingkan virus lain yang sedang mengancam di daerah tersebut.

.

Hasil gambar untuk COVID-19 PADA ANAK

Cara terbaik untuk menjaga keamanan dan kesehatan anak adalah dengan pencegahan penularan COVID-19, karena vaksinasi COVID-19 belum dapat dilakukan. Memastikan anak memiliki tangan yang bersih dan mereka mampu mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air, adalah hal penting. Atau dapat juga gunakan cairan oles berbahan dasar alkohol (alcohol-based rub).

.

Selain itu, orang tua wajib memastikan anak agar mempraktikkan etika batuk, yaitu bersin dan batuk ditutup dengan siku. Anak terkecil yang dapat dilatih adalah sekitar usia dua tahun, mampu untuk terbiasa batuk dan bersin di sikunya. Etika batuk ini adalah kebiasaan baik yang harus dibentuk sejak anak. Pastikan sesuai dengan usia anak agar anak mengikuti panduan setempat tentang penggunaan masker dengan tepat. Dengan tangan yang bersih, pastikan masker menutupi hidung dan mulut anak serta anak diajari untuk tidak menyentuh bagian luar masker. Pastikan tangan mereka bersih saat melepas masker.

.

Selain itu, orang tua wajib berbicara dengan anak sebaik mungkin dalam menjawab pertanyaan mereka. Ada banyak informasi yang membingungkan dan menakutkan, sehingga ciptakan waktu untuk berbicara dan menjawab pertanyaan mereka secara benar, untuk mengurangi rasa takut anak dan memeilihara optimisme. Hal penting lainnya adalah mengingatkan anak agar selalu menjaga jarak secara fisik dengan temannya, karena cara-cara itulah yang terbaik untuk mencegah penyebaran SARS-CoV-2 pada anak.

.

Sudahkah kita bijak mendampingi anak dari bahaya COVID-19 ?

Sekian

Yogyakarta, 1 Februari 2021

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161