Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life resisten obat tuberkulosis

2024 Hari TB Dunia

HARI  TUBERKULOSIS  DUNIA 2024

fx. wikan indrarto

Tema Hari Tuberkulosis (TBC atau TB) Sedunia 2024 : ‘Yes! Kita bisa mengakhiri TBC!’. Kampanye ini menyampaikan harapan agar kita kembali ke jalur yang benar untuk membalikkan keadaan terpuruk, dalam melawan epidemi TB. Diperlukan 3 hal pokok, yaitu kepemimpinan dengan komitmen tinggi, peningkatan investasi, dan penerapan rekomendasi WHO yang baru dengan lebih cepat. Bagaimana melakukannya?

.

Hari TB Dunia diadakan setiap tanggal 24 Maret untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak buruk TB dalam bidang kesehatan, sosial dan ekonomi, juga untuk meningkatkan upaya mengakhiri epidemi TB global. Pada 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch menemukan penyebab penyakit TB, yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada saat Dr. Koch mengumumkan penemuannya di Berlin, waktu itu TB mewabah di seluruh Eropa dan Amerika, bahkan menyebabkan kematian 1 dari setiap 7 orang penderitanya. Kemajuan yang telah kita dapatkan, 75 juta nyawa telah terselamatkan sejak tahun 2000 melalui upaya global untuk mengakhiri TB. Namun demikian, masih ada 10,6 juta orang terserang TB dan 1,3 juta orang meninggal karena TB pada tahun 2022 yang lalu.

.

Menyusul komitmen yang dibuat oleh para Kepala Negara pada pertemuan Tingkat Tinggi PBB pada tahun 2023 untuk mempercepat kemajuan dalam mengakhiri TB, fokus tahun 2024 ini beralih untuk mewujudkan komitmen tersebut menjadi tindakan nyata. Juga untuk membantu banyak negara dalam meningkatkan akses terhadap pengobatan pencegahan TB, WHO merekomendasikan untuk meningkatkan penerapan pengobatan pencegahan TB secepatnya. Selain itu, investasi sumber daya, dukungan, perawatan dan informasi yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan akses universal terhadap perawatan TB dan penelitian medis untuk mencapai Cakupan Kesehatan Semesta atau Universal Health Coverage (UHC).

.

Penerapan rekomendasi WHO yang baru dengan lebih cepat seharusnya dilakukan. Target jangak pendek rekomendasi tersebut adalah tersedianya lebih banyak investasi untuk pengobatan pencegahan TB, pemberian rejimen pengobatan TB yang lebih pendek, tes molekuler cepat untuk diagnostik infeksi TBC, dan inovasi alat medis digital.

.

Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi TB pada individu yang terpapar dan untuk menghentikan perkembangan dari infeksi TB ke arah TB aktif (sakit TB). Sasaran prioritas pemberian TPT sesuai rekomendasi WHO adalah populasi anak dan remaja yang berisiko tinggi menderita TB, yaitu anak dan remaja dengan HIV/AIDS, kontak serumah dengan pasien TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis, pasien imunokompromais selain HIV (misalnya kanker, dialisis, mendapat kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ) dan bersekolah atau tinggal di asrama, di lapas dan rumah singgah, tempat penitipan anak (daycare), pengguna narkoba, dll.

Syarat pemberian TPT TB adalah tidak sakit TB, tidak ada kontraindikasi TPT, misalnya hepatitis akut atau kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol biasa atau berat, dan terdapat bukti infeksi TB baik secara in vivo (uji kulit tuberkulin) ataupun in vitro (Interferon Gama Release Essay = IGRA). Rejimen obat untuk TPT TB tersedia lebih banyak pilihan, misalnya 6H (Isoniazid selama 6 bulan), 3RH (Rifampisin & Isoniazid selama 3 bulan), 3HP (Rifapentin & Isoniazid selama 3 bulan untuk usia >2 tahun), 4R (Rifampisin selama 4 bulan),  dan 1HP (Isoniazid & Rifapentin selama 1 bulan untuk usia >2 tahun). 

.

Untuk menegakkan diagosis TB, sebelum ini dilakukan dengan pemeriksaan bakteriologis dari spesimen dahak pasien. Belajar dari PCR COVID-19 saat pandemi, sekarang pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM) justru diprioritaskan, antara lain pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test/NAAT (misalnya Xpert MTB/RIF) dan Line Probe Assay/LPA (misalnya Hain GenoType). Pemeriksaan TCM mempunyai nilai diagnostik yang lebih baik daripada pemeriksaan mikroskopis dahak, tetapi masih di bawah uji biakan. Saat ini TCM direkomendasikan sebagai alat diagnosis utama untuk penegakan diagnosis TB (terkonfirmasi bakteriologis). Namun demikian, hasil negatif TCM tidak menyingkirkan diagnosis TB pada anak dan remaja.

.

Pemberian rejimen pengobatan TB sesuai rekomendasi WHO harus semakin digencarkan. Paduan pemberian Obat Anti TB (OAT) pada anak dan remaja jenis rejimen pertama adalah 2RHZ 4RH (2 bulan Rifampisin, Isoniazid dan pirazinamid dilanjutkan 4 bulan Rifampisin dan Isoniazid) untuk TB paru tidak terkonfirmasi bakteriologis, TB kelenjar intratoraks tanpa obstruksi saluran respiratori dan TB kelenjar. Rejimen kedua adalah 2RHZE 4RH (2 bulan Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid dan Ethambutol dilanjutkan 4 bulan Rifampisin dan Isoniazid) untuk kasus TB paru pada remaja usia ≥15 tahun tanpa memandang klasifikasi dan tingkat keparahan.  Dalam hal ini untuk kasus TB paru terkonfirmasi bakteriologis, TB paru kerusakan luas, TB paru dengan HIV, TB ekstra paru, kecuali TB milier, meningitis TB, dan TB tulang. Rejimen ketiga adalah 2RHZE 10 RH (2 bulan Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid dan Ethambutol dilanjutkan 10 bulan Rifampisin dan Isoniazid) untuk kasus TB paling berat, yaitu meningitis TB, TB tulang, dan TB paru milier. 

.

Momentum Hari Tuberkulosis (TB) Dunia Minggu, 24 Maret 2024 mengingatkan kita semua agar berinvestasi untuk mengakhiri TB dan menyelamatkan lebih banyak pasien. Selain itu, kita semua wajib menerapkan rekomendasi WHO yang baru dengan lebih cepat, baik dalam aspek diagnosis dengan TCM, terapi pencegahan (TPT) TB laten dan pengobatan TB sampai tuntas, untuk mengakhiri epidemi TB global.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 23 Maret 2024

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.

Categories
anak bayi prematur dokter Healthy Life Pendukung ASI vaksinasi

2024 Hari Pendengaran Dunia

HARI  PENDENGARAN  DUNIA  2024

fx. wikan indrarto

Hari Pendengaran Dunia Minggu, 3 Maret 2024 mengambil tema mewujudkan perawatan telinga dan fungsi pendengaran bagi semua orang. Hal ini disebabkan karena gangguan pendengaran atau “kecacatan yang tidak terlihat”, bukan hanya karena tidak adanya gejala yang terlihat, tetapi lebih karena gangguan ini telah lama mendapat stigma di masyarakat dan diabaikan oleh para pembuat kebijakan. Bagaimana sebaiknya?

.

Kampanye Hari Pendengaran Dunia tahun 2024 lebih fokus pada aksi mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh kesalahan persepsi masyarakat, dan pola pikir yang menstigmatisasi melalui peningkatan kesadaran, dengan berbagi informasi untuk masyarakat dan tenaga kesehatan. Kampanye ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, mengatasi kesalahan persepsi umum terkait masalah pendengaran. Kedua, memberikan informasi yang akurat dan berbasis bukti untuk mengubah persepsi masyarakat mengenai masalah telinga dan pendengaran. Dan ketiga, menyerukan semua negara untuk mengatasi kesalahan persepsi dan pola pikir stigmatisasi terkait gangguan pendengaran.

.

Secara global, lebih dari 80% kebutuhan layanan medis atas telinga dan pendengaran masih belum terpenuhi. Kesalahpahaman masyarakat yang mengakar dan pola pikir yang menstigmatisasi, merupakan faktor utama yang membatasi upaya pencegahan dan penanganan gangguan pendengaran. Lebih dari 1 miliar orang dewasa muda berisiko mengalami gangguan pendengaran permanen yang sebenarnya dapat dihindari, karena praktik mendengarkan yang tidak aman. Diperlukan investasi tambahan tahunan sekitar US$ 1,40 per orang untuk meningkatkan layanan medis gangguan pendengaran secara global. Selama periode 10 tahun ke depan, investasi ini menjanjikan pengembalian hampir US$ 16 untuk setiap dolar AS yang dikeluarkan. Lebih dari 5% populasi dunia – atau 430 juta orang – memerlukan rehabilitasi untuk mengatasi gangguan pendengaran yang mereka alami, termasuk 34 juta anak. Diperkirakan pada tahun 2050, lebih dari 700 juta orang, atau 1 dari setiap 10 orang, akan mengalami gangguan pendengaran.

.

Prevalensi gangguan pendengaran meningkat seiring bertambahnya usia, di antara mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, lebih dari 25% terkena tuli yang melumpuhkan. Seseorang yang tidak mampu mendengar sebaik orang normal, ambang pendengaran 20 dB atau lebih baik pada kedua telinga, dikatakan mengalami gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran dapat bersifat ringan, sedang, berat, atau sangat berat (tuli). Tuli adalah gangguan pendengaran yang lebih besar dari 35 desibel (dB). Hampir 80% orang tuli tinggal di negara berpendapatan rendah dan menengah. Hal ini dapat mempengaruhi satu telinga atau kedua telinga dan menyebabkan kesulitan dalam mendengar percakapan atau suara keras.

.

Penyebab gangguan pendengaran dapat ditemui sepanjang masa kehidupan. Penyebab pada periode sebelum melahirkan meliputi faktor genetik termasuk gangguan pendengaran herediter dan infeksi intrauterin, seperti rubella dan infeksi sitomegalovirus. Pada periode perinatal meliputi asfiksia neonatal (kekurangan oksigen pada saat lahir) dan hiperbilirubinemia (penyakit kuning parah), berat badan lahir rendah, dan morbiditas perinatal lainnya.

Pada masa anak dan remaja gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh infeksi telinga kronis (otitis media supuratif kronis), pengumpulan cairan di telinga (otitis media nonsupuratif kronis), meningitis dan infeksi lainnya. Pada dewasa dan lanjut usia dapat disebabkan oleh penyakit kronis, merokok, otosklerosis, degenerasi sensorineural terkait usia, dan gangguan pendengaran sensorineural mendadak. Sedangkan faktor yang terjadi sepanjang rentang hidup manusia meliputi impaksi serumen (kotoran telinga), trauma pada telinga atau kepala suara keras/suara keras, obat-obatan ototoksik, bahan kimia ototoksik yang berhubungan dengan pekerjaan, kekurangan gizi, infeksi virus dan kondisi telinga lainnya, gangguan pendengaran genetik yang tertunda atau progresif.

.

Banyak penyebab gangguan pendengaran dapat dihindari melalui strategi kesehatan masyarakat dan intervensi klinis yang diterapkan sepanjang hidup. Pencegahan gangguan pendengaran sangat penting, mulai dari periode prenatal dan perinatal hingga usia lanjut. Pada anak hampir 60% gangguan pendengaran disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah melalui penerapan langkah sederhana bidang kesehatan masyarakat. Demikian pula, sebagian besar penyebab umum gangguan pendengaran pada orang dewasa, seperti paparan suara keras dan obat-obatan ototoksik, sebenarnya dapat dicegah.

Strategi efektif untuk mengurangi gangguan pendengaran pada berbagai tahap kehidupan meliput beberapa hal. Yang utama dalah imunisasi lengkap pada bayi, praktik pengasuhan ibu untuk anak yang baik, konseling genetik, dan pengelolaan penyakit telinga yang umum. Selain itu, juga program konservasi pendengaran di tempat kerja untuk kebisingan dan paparan bahan kimia dan strategi mendengarkan musik yang aman untuk mengurangi paparan suara bising.

Strategi lainnya adalah pemeriksaan skrining untuk semua bayi baru lahir berupa pemeriksaan gangguan pendengaran pada usia 0-28 hari dengan OAE (otoacoustic emissions). Selain itu juga sekaligus dilakukan skrining gangguan penglihatan pada bayi prematur saat usia 2-4 minggu dengan pemeriksaan mata, skrining hipotiroid kongenital pada usia 48-72 jam dengan pemeriksaan darah pada tumit kaki, dan skrining penyakit jantung kritis bawaan pada usia usia <24 jam dengan pemeriksaan pulse oxymetry.

.

Skrining pendengaran bayi baru lahir sebenarnya termasuk skrining rutin, karena beberapa hal. Pertama, gangguan pendengaran pada bayi dan anak sulit diketahui sejak awal. Kedua, adanya periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara, yang dimulai dalam 6 bulan pertama kehidupan dan terus berlanjut sampai usia 2 tahun. Ketiga, bayi yang mempunyai gangguan pendengaran bawaan atau didapat yang segera diintervensi sebelum usia 6 bulan, pada usia 3 tahun sangat mungkin akan mempunyai kemampuan berbahasa normal, dibandingkan bayi yang baru diintervensi setelah berusia 6 bulan.

.

Ini adalah kriteria bayi yang lebih berisiko mengalami gangguan pendengaran dan lebih memerluan pemeriksaan skrining, yaitu riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran, kelainan bawaan bentuk telinga dan kelainan tulang tengkorak-muka, Infeksi janin ketika dalam kandungan (infeksi toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes). Selain itu, juga Sindrom tertentu seperti sindrom Down, berat lahir kurang dari 1.500 gram, Bayi yang mengalami kesulitan bernapas segera setelah lahir, perawatan di NICU, dan penggunaan obat tertentu yang bersifat toksik terhadap saraf pendengaran.

.

Momentum Hari Pendengaran Dunia (World Hearing Day) 2024 mengingatkan kita bahwa masalah telinga dan fungsi pendengaran, merupakan salah satu masalah yang paling sering diabaikan di masyarakat. Pemeriksaan skrining pendengar pada bayi baru lahir akan mampu menemukan “kecacatan yang tidak terlihat”, bukan hanya karena tidak adanya gejala yang nampak, tetapi juga mampu mencegah gangguan pendengarn pada bayi, agar tidak lagi menjadi stigma di masyarakat dan diabaikan oleh para pembuat kebijakan kesehatan.

Apakah kita sudah melakukannya?

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life vaksinasi

2024 Dengue Global

DENGUE  GLOBAL

fx. wikan indrarto*)

Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dengue atau DBD) secara global telah meningkat tajam selama dua dekade terakhir, sehingga menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat yang besar. Apa yang mencemaskan?

Dari tahun 2000 hingga 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendokumentasikan peningkatan sepuluh kali lipat kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, meningkat dari 500.000 menjadi 5,2 juta. Tahun 2019 menandai puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan kasus-kasus yang dilaporkan menyebar di 129 negara. Setelah terjadi sedikit penurunan kasus antara tahun 2020-2022 akibat pandemi COVID-19 dan tingkat pelaporan yang lebih rendah, pada tahun 2023, terjadi peningkatan kasus dengue secara global, yang ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah, skala, dan peningkatan kasus secara simultan, juga terjadinya beberapa wabah, menyebar ke wilayah yang sebelumnya tidak terkena dengue.

.

baca juga : 2022 Waspada Dengue

Afrika merupakan salah satu dari empat wilayah teratas yang paling terkena dampak dengue. Wabah telah dilaporkan di 15 dari 47 negara termasuk Benin, Burkina Faso, Cape Verde, Chad, Pantai Gading, Ethiopia, Ghana, Guinea, Mali, Mauritius, Niger, Nigeria, São Tomé dan Principe, Senegal dan Togo. Beban penyakit dengue di Afrika belum dipahami dengan baik karena 3 hal. Pertama, kemiripan gejala klinis dengue yang umum dan tidak spesifik, dengan malaria dan penyakit demam tropis lainnya. Kedua, terbatasnya kapasitas laboratorium untuk melakukan deteksi dan konfirmasi dengue secara tepat waktu, yang sangat penting untuk mendeteksi dan melaporkan kasus serta mencegah penyebarannya. Dan ketiga, pengawasan yang tidak memadai dan pelaporan kasus yang terbatas, terutama untuk dengue ringan.

Dengue di Amerika pada 1 Januari 2023 sampai 11 Desember 2023, total 4,1 juta kasus dugaan dengue, termasuk 6.710 kasus parah, dan 2.049 kematian (CFR 0,05%) dilaporkan terjadi di 42 negara di Amerika. Brasil telah melaporkan jumlah kasus suspek tertinggi per 100.000 penduduk di kawasan ini (1.359 kasus), diikuti oleh Peru (813 kasus), dan Meksiko (179 kasus). Dalam hal dengue berat, Kolombia melaporkan kasus terbanyak (1504), diikuti oleh Brasil (1474), Meksiko (1272), Peru (1065), dan Bolivia (640).

Dengue di Timur Tengah menyebabkan epidemi dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1998, dan sejak itu, frekuensi dan penyebaran geografisnya meningkat, dengan wabah terjadi di sembilan negara endemik. Di antaranya adalah negara yang rapuh terkena dampak konflik seperti Afghanistan, Pakistan, Sudan, Somalia, dan Yaman. Wabah ini diperburuk karena gangguan layanan kesehatan (Sudan), sistem kesehatan yang rapuh (Afghanistan, Somalia, Sudan, Pakistan dan Yaman), perpindahan penduduk secara massal, infrastruktur air dan sanitasi yang buruk, dan bencana alam yang berulang seperti banjir yang melanda Somalia, Sudan, Pakistan, dan Yaman, serta gempa bumi di Afghanistan.

.

Dengue bukan endemik di Eropa dan sebagian besar kasus terkait dengan perjalanan ke daerah lain. Namun demikian, sejak tahun 2010 terdapat laporan mengenai kasus asli di sejumlah negara Eropa, termasuk Kroasia, Perancis, Israel, Italia, Portugal dan Spanyol. Pada tahun 2018, tahun dengan data terlengkap yang tersedia, total 2.500 kasus dengue dilaporkan melalui mekanisme pengumpulan data pengawasan tahunan regional dengan Jerman, Perancis, dan Inggris menyumbang sebagian besar kasus dan ini merupakan kasus impor. Namun, perlu dicatat bahwa kelengkapan data masih menjadi tantangan.

.

Di kawasan Asia Tenggara, 10 dari 11 Negara Anggota merupakan endemis virus dengue. Pada tahun 2023, beberapa negara, termasuk Bangladesh dan Thailand, telah melaporkan lonjakan kasus dengue. Secara khusus, India, Myanmar, Sri Lanka dan Thailand termasuk dalam 30 negara dengan tingkat endemis tertinggi di dunia. Thailand mengalami peningkatan kasus dengue lebih dari 300% pada tahun 2023. Angka kematian (CFR) di Bangladesh meningkat dari 0,45% menjadi 0,52%, sedangkan di Thailand meningkat menjadi 0,11%, 0,04% di Nepal hingga tertinggi 0,72% di Indonesia. Penting untuk menafsirkan nilai-nilai ini dengan hati-hati karena adanya variasi dalam definisi kasus yang digunakan di berbagai negara.

.

Wilayah Pasifik Barat terus menghadapi tingginya dengue, dengan lebih dari 500.000 kasus dengue dan 750 kematian di Australia, Kamboja, Tiongkok, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Negara yang paling terkena dampaknya adalah Filipina (CFR 0.34%) dan Vietnam (CFR: 0.02%). Di Fiji ada 11.522 kasus pada tahun 2023, mencerminkan peningkatan sebesar 37%.

Virus dengue (DENV) memiliki empat serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4). Infeksi oleh satu serotipe memberikan kekebalan jangka panjang terhadap serotipe yang sama, dan hanya kekebalan sementara terhadap serotipe lainnya, tetapi infeksi sekunder dengan serotipe berbeda, justru akan  meningkatkan risiko dengue menjadi berat. Infeksi dengue paling sering tidak menunjukkan gejala atau hanya menyebabkan penyakit demam ringan. Namun, beberapa kasus akan berkembang menjadi demam berdarah dengue berat, terjadi syok, pendarahan hebat, atau kerusakan organ parah, dan bahkan kematian pasien. Tahap ini sering dimulai setelah demam hilang dan didahului dengan tanda bahaya sebagai peringatan dini, seperti sakit perut yang hebat, muntah terus-menerus, gusi berdarah, penumpukan cairan, lesu atau gelisah, dan pembesaran hati.

.

Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi dengue. Namun, deteksi dini dan akses terhadap layanan kesehatan yang tepat, untuk manajemen kasus dapat mengurangi angka kematian, begitu juga dengan deteksi cepat kasus dengue berat dan rujukan tepat waktu ke fasilitas kesehatan tersier. Kebanyakan penderita dengue memiliki gejala ringan atau tanpa gejala dan akan membaik dalam 1-2 minggu. Anak yang terinfeksi dengue untuk kedua kalinya mempunyai risiko lebih besar mengalami dengue berat. Gejala dengue berat seringkali muncul setelah demamnya hilang seperti sakit perut yang hebat, muntah berulang, napas cepat, gusi atau hidung berdarah, kelelahan umum, gelisah, darah dalam muntahan atau tinja, mengeluh sangat haus, kulit pucat dan dingin. Kasus dengue dengan gejala parah ini harus segera mendapatkan perawatan atau rujukan yang sesuai.

.

Inisiatif Arbovirus Global adalah rencana strategis terpadu untuk mengatasi dengue dan penyakit arbovirus yang ditularkan melalui nyamuk,  dengan potensi epidemi dan pandemi, yang fokus pada pemantauan risiko, pencegahan pandemi, kesiapsiagaan, deteksi dan respons, serta membangun koalisi mitra. Selain itu, juga mendukung semua negara anggota melalui penguatan pengawasan epidemiologi dan entomologi, diagnosis laboratorium dan pengawasan genom, manajemen klinis, komunikasi risiko dan keterlibatan komunitas, pengawasan dan pengendalian vektor, juga re-organisasi pelayanan kesehatan.

.

Yang tidak kalah penting adalah berbagi pedoman manajemen kasus dan pelatihan klinis, untuk dokter dan petugas kesehatan melalui webinar. Pengembangan pedoman WHO untuk manajemen klinis dan diagnosis dengue, chikungunya, Zika, dan demam kuning yang terus berlangsung, yang periode pertama akan selesai pada pertengahan tahun 2024. WHO telah menyelenggarakan kursus virtual pembelajaran mandiri selama 20 jam, mengenai manajemen klinis dengue dalam bahasa Spanyol dan Inggris, yang berfokus pada identifikasi prediktor awal terjadinya penyakit parah (tanda bahaya dengue) dan mencegah perkembangan kasus dengue menjadi beat dan bahkan kematian pasien. Kursus ini telah melatih lebih dari 312.000 dokter, termasuk para dokter Indonesia, sejak diluncurkan pada bulan September 2020.

.

Kemunculan dengue dan penyebarannya yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia, terkait dengan berbagai faktor penting. Yaitu faktot lingkungan meliputi perubahan distribusi dan adaptasi vektor nyamuk Aedes aegypti, meningkatnya urbanisasi yang tidak terencana, perubahan iklim, dan ko-sirkulasi beberapa serotipe virus. Faktor sistem layanan kesehatan meliputi kerapuhan di tengah ketidakstabilan politik dan keuangan, tantangan dokter dalam diagnosis klinis karena gejala yang tidak spesifik, kapasitas laboratorium yang tidak memadai, terjadi secara bersamaan dengan COVID-19, dan tidak adanya obat khusus. Faktor masyarakat meliputi perilaku dan persepsi risiko belum baik, kesadaran dan perilaku mencari layanan kesehatan masih rendah, kurangnya pendekatan yang berpusat pada masyarakat, keterlibatan dan mobilisasi masyarakat dalam kegiatan pengendalian vektor masih rendah, kurangnya kapasitas pengawasan dan pengendalian vektor,  kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan, kekurangan dana, rendahnya minat pendonor sukarela, dan pergerakan manusia dalam skala besar.

.

baca juga : 2023 Vaksin Dengue

Tantangan ini diperparah dengan terbatasnya persediaan penting untuk program pencegahan dan pengendalian, reagen di laboratorium untuk tes diagnostik, dan perlunya pelatihan berkelanjutan bagi dokter dan petugas kesehatan lainnya. Untuk mengatasi tantangan ini memerlukan pendekatan terpadu multidisiplin dan multisektoral, terutama di tingkat nasional untuk mencapai tujuannya dalam mengurangi dampak terhadap kesehatan masyarakat. Pengendalian vektor yang efektif adalah kunci pencegahan dan pengendalian dengue dengan 3M, harus mencakup Menutup bak air, Menguras air KM dan Menimbun benda berpotensi menampung air. Juga ditambah pemberian larvasida dalam air yang tidak diminum dengan dosis yang tepat, penggunaan kelambu berinsektisida, dan kadang penyemprotan insektisida.

Penyebaran nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia mampu menurunkan kasus dengue sebesar 77,1 persen. Selain itu, jumlah perawatan di rumah sakit akibat dengue juga mengalami penurunan sebanyak 86 persen. Nyamuk Wolbachia tidak mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti, tetapi dengan adanya nyamuk ini, akan menekan penyebaran virus dengue yang terbawa oleh nyamuk Aedes aegypti, sehingga metode penyebaran nyamuk ini menjadi pelengkap dari program 3M.

Sudahkah kita siap melawan Dengue?

Sekian

Yogyakarta, 15 Januari 2024

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161.

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life vaksinasi

2024 HAPUS POLIO

Ringkasan tulisan ini telah dimuat di harian nasional Kompas versi digital :

https://app.komp.as/DCvr2yodF6QNo8aw5

Sudut lain dari tulisan ini juga telah dimuat di portal nasional detik.com :

https://news.detik.com/kolom/d-7154465/mewujudkan-bebas-polio-2026

HAPUS  POLIO

fx. wikan indrarto*)

Kabupaten Klaten Jawa Tengah telah ditetapkan oleh Kemenkes RI sebagai daerah berstatus kejadian luar biasa (KLB) polio pada 22 Desember 2023. Hal itu menyusul temuan kasus polio pada anak di Kecamatan Manisrenggo, Klaten. Kondisi anak perempuan berumur enam tahun yang terjangkit polio itu saat ini terus membaik.

Anak perempuan itu mengalami gejala polio sepulang dari bepergian ke Sampang, Madura, Jawa Timur. Empat hari setelah kembali ke Klaten, anak tersebut tiba-tiba demam. Setelah demam turun, anak itu mengalami penurunan kekuatan pada kakinya atau kelumpuhan. Akhirnya anak tersebut dirujuk ke RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Bahaya apa yang mengancam?

.

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan tungkai secara total dalam hitungan jam. Virus ini ditularkan oleh orang-ke-orang yang menyebar terutama melalui rute faecal-oral (dari anus ke mulut) atau yang lebih jarang, oleh jalur umum misalnya, air atau makanan yang terkontaminasi, dan berkembang biak di usus. Gejala klinis awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada tungkai. Tidak ada obat untuk penyakit polio dan hanya dapat dicegah. Vaksin polio yang diberikan berulang kali, dapat melindungi anak seumur hidup.

.

Polio (poliomielitis) terutama menyerang anak balita, bahkan hampir 1 dari 200 infeksi polio akan menyebabkan kelumpuhan otot yang menetap atau ireversibel. Di antara mereka yang lumpuh, 5% hingga 10% mati ketika otot-otot pernapasan mereka menjadi tidak mampu bergerak. Infeksi virus polio liar telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari sekitar 350.000 kasus, menjadi 29 kasus yang dilaporkan pada tahun 2018. Dari 3 jenis virus polio liar (tipe 1, tipe 2, dan tipe 3), virus polio liar tipe 2 diberantas pada tahun 1999 dan tidak ditemukan kasus virus polio liar tipe 3 sejak kasus terakhir yang dilaporkan di Nigeria pada bulan November 2012.

.

baca juga : 2020 Polio Liar dan COVID-19

.

Pemberantasan polio memerlukan cakupan imunisasi yang tinggi di seluruh dunia, untuk memblokir penularan virus yang sangat menular ini. Sayangnya, banyak anak masih kehilangan kesempatan mendapatkan vaksinasi karena berbagai alasan, termasuk kurangnya infrastruktur, lokasi terpencil, perpindahan penduduk, konflik bersenjata, gangguan keamanan dan penolakan terhadap vaksinasi. Oleh karena virus ini sangat menular, kegagalan untuk memberantas virus polio liar di Klaten, dapat saja mengakibatkan kebangkitan penyakit polio. Bahkan kalkulasi dapat saja mencapai sebanyak 200.000 kasus baru di seluruh dunia setiap tahun, dalam 10 tahun ke depan.

Pada tahun 1994, Benua Amerika disertifikasi bebas polio, diikuti oleh Pasifik Barat pada tahun 2000 dan Eropa pada Juni 2002. Pada hal 27 Maret 2014, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah disertifikasi bebas polio. Bebas polio berarti bahwa penularan virus polio liar telah terputus di wilayah yang membentang dari Indonesia ke India. Prestasi ini menandai lompatan ke depan yang signifikan dalam pemberantasan global, dengan 80% populasi dunia sekarang tinggal di daerah bebas polio.

.

Lebih dari 16 juta orang anak tetap dapat berjalan hari ini, yang seharusnya lumpuh. Selain itu, diperkirakan 1,5 juta kematian anak juga telah dicegah, melalui pemberian vitamin A yang bersamaan dengan imunisasi polio. Pemodelan ekonomi telah menemukan bahwa pemberantasan dengan imunisasi polio untuk melawan virus terakhir, akan menghemat setidaknya US $ 40-50 miliar, sebagian besar di negara berpenghasilan rendah.

.

Di banyak negara lain, kepemimpinan dan inovasi yang kuat telah berperan penting dalam menghentikan penyebaran virus polio liar. Banyak negara berhasil mengoordinasikan upaya mereka untuk mengatasi tantangan utama dalam meningkatkan cakupan imunisasi dasar pada anak. Misalnya mobilitas populasi yang tinggi, konflik bersenjata, aliran anti vaksin, dan ketidak amanan wilayah dari konflik bersenjata, yang membatasi akses ke layanan imunisasi. Selain itu, juga kemampuan virus polio untuk menyebar dengan cepat dan melintasi perbatasan wilayah bahkan negara.

.

Sumber daya dan keahlian yang digunakan untuk menghilangkan virus polio liar, telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat luas. Selain itu, juga telah membentuk sistem respons atas wabah polio. Program pemberantasan polio telah memberikan manfaat kesehatan yang luas bagi komunitas lokal di banyak wilayah, mulai dari terbentuknya respons terhadap wabah, hingga memperkuat layanan imunisasi rutin terhadap penyakit infeksi lain, yang dapat dicegah dengan vaksin.

.

Dari penyelidikan epidemiologi terjadinya KLB polio pada 7 November 2022 di Kabupaten Pidie, Aceh, selain cakupan imunisasi polio yang rendah, didapati juga faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Di antaranya masih ada penduduk yang menerapkan buang air besar (BAB) terbuka di sungai. Meskipun tersedia jamban di beberapa rumah, lubang pembuangan jamban langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak-anak. Intervensi kesehatan masyarakat berdasarkan data epidomiologi ini tidak boleh diabaikan, yaitu mengatasi penyebab cakupan imunisasi polio yang rendah, meningkatkan perilaku masyarakat dalam hidup sehat, dan membangun infrastruktur limbah rumah tangga yang lebiuh higenis. Namun demikian, data epidemiologi di Klaten dan Sampang untuk KLB Polio Klaten kali ini belum disimpulkan.

.

Saat ini pemerintah sudah melakukan sejumlah tindakan awal yang penting. Termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus, pengambilan sampel tinja di wilayah terdampak untuk dilakukan pemeriksaan, memeriksa sampel air di tempat pembuangan limbah, dan survei cepat cakupan imunisasi. Juga dilakukan ‘outbreak respond’ imunisasi polio untuk 118.600 anak akan menjadi sasaran penerima imunisasi pada Subpekan Imunisasi Nasional secara serentak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, ditambah Kabupaten Sleman di DIY yang berbatasan dengan Kabupaten Klaten, dengan prioritas wilayah Madura Jawa Timur. Vaksin yang akan digunakan adalah vaksin polio tetes (OPV) sebanyak 2 tetes mulut, yang akan dimulai Senin, 15 Januari 2024. Vaksinasi polio dilakukan dua tahap, yaitu untuk tahap pertama ditargetkan selesai satu minggu, selanjutnya diulang lagi minimal satu bulan berikutnya, dengan target cakupan 95% anak secara merata pada setiap tingkatan. Selain itu, juga dilakukan imunisasi rutin untuk meningkatkan cakupan imunisasi polio menggunakan vaksin suntikan, yaitu Inactive Polio Vaccine (IPV), bukan vaksin tetes atau Oral Polio Vaccine (OPV).

.

Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran yang sangat berharga dalam mengatasi penyakit menular yang mematikan. Misalnya, pelacakan kasus (tracing) berupa penemuan kasus aktif dari rumah ke rumah, terbukti menjadi strategi yang jitu dalam mendukung program pengendalian COVID-19. Vaksinasi semua kontak erat bahkan dengan dosis booster telah membantu meningkatkan kekebalan tubuh melawan virus COVID-19 yang sangat mudah menular. Demikian pula, pengawasan, penemuan kasus, pemeriksaan, pelacakan kontak, karantina, dan kampanye dalam komunikasi massal untuk menghilangkan informasi yang salah, adalah hal yang penting untuk mengendalikan COVID-19. Semua hal baik tersebut seharusnya juga diterapkan untuk mengatasi munculnya virus polio liar di Pidie Aceh.

.

Pembelajaran lain dari pandemi COVID-19 adalah menjamin ketersedian vaksin yang cukup dan mampu menjangkau banyak orang di tempat yang sulit. Juga mengatasi keragu-raguan atas kehandalan vaksin, karena juga merupakan tantangan besar dalam menghentikan penyebaran COVID-19. Selain itu, adanya akses ke informasi dan pendidikan kesehatan masyarakat yang akurat sangatlah penting, untuk memastikan bahwa warga masyarakat memiliki pengetahuan, bukan termakan berita bohong terkait vaksin COVID-19, dalam menjaga diri mereka sendiri dan orang lain di sekitarnya. Hal serupa seharusnya juga dilakukan untuk memberikan imunisasi polio menggunakan Inactive Polio Vaccine (IPV) sebagai ‘outbreak respond’ di Aceh dan meningkatan cakupan imunisasi polio sebagai paket imunisasi dasar, untuk semua balita di seluruh Indonesia.

Target dunia, termasuk Indonesia, adalah pemberantasan atau eradikasi polio pada tahun 2026. Oleh sebab itu KLB polio di Klaten perlu disikapi secara tepat menggunakan pembelajaran kita dalam mengatasi pandemi COVID-19. Intinya adalah adanya kepemimpinan yang tegas, solidaritas semua lintas sektor, dan ilmu pengetahuan dalam wujud vaksin handal seperti IPV, yang disertai intervensi kesehatan masyakarat yang tegas dan cepat.

Sudahkah kita siap?

Sekian

Yogyakarta, 5 Januari 2024

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161.

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life vaksinasi

2023 Penangan COVID-18 pascapandemi

PENANGAN COVID-19  PASCA  PANDEMI

fx. wikan indrarto

Tulisan ini dimuat di Harian Nasional Kompas edisi cetak halaman 7 Kolom Opini pada hari Kamis, 23 November 2023.

https://www.kompas.id/baca/opini/2023/11/22/penanganan-covid-19-pascapandemi

Pada Jumat, 10 November 2023 WHO telah memperbaharui pedoman penanganan dan terapi COVID-19, setelah stetatus pandemi dicabut. Pedoman ini adalah rekomendasi untuk pasien dengan COVID-19 yang tidak parah, yang merupakan pembaruan ke-13. Apa yang menarik?

.

WHO masih merekomendasikan pemakaian masker sebagai alat utama melawan COVID-19. Penggunaan masker tetap direkomendasikan untuk masyarakat dalam situasi tertentu, misalnya di dalam areal RS, terlepas dari situasi epidemiologi wilayah setempat, mengingat penyebaran COVID-19 secara global saat ini masih ada. Penggunaan masker disarankan dilakukan setelah seseorang terpapar COVID-19, ketika seseorang mengidap atau mencurigai dirinya mengidap COVID-19, ketika seseorang berisiko tinggi terkena COVID-19 parah, dan bagi siapa saja yang berada di ruangan yang ramai, tertutup, atau berventilasi buruk. Sebelumnya, rekomendasi WHO tentang masker didasarkan pada situasi epidemiologi wilayah setempat.

.

Rekomendasi juga tentang pengurangan masa isolasi mandiri pasien COVID-19. Untuk pasien dengan gejala, pedoman baru menyarankan isolasi 10 hari sejak hari timbulnya gejala. Sebelumnya, WHO menyarankan agar pasien dipulangkan dari RS 10 hari setelah timbulnya gejala, ditambah setidaknya tiga hari tambahan sejak gejalanya hilang. Bagi mereka yang dinyatakan positif COVID-19 tetapi tidak menunjukkan tanda atau gejalaapa pun, WHO kini menyarankan isolasi cukup 5 hari saja, tidak harus selama 10 hari seperti rekomendasi sebelumnya. Pasien dapat dipulangkan dari isolasi di RS lebih awal, jika hasil tesnya negatif pada tes cepat berbasis antigen. Isolasi terhadap orang yang mengidap COVID-19 merupakan langkah penting dalam mencegah orang lain tertular. Hal ini dapat dilakukan di rumah atau di fasilitas khusus, seperti rumah sakit atau klinik.

.

baca juga : 2023 Pedoman Baru Melawan COVID-19

.

Bukti menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki gejala klinis, jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus, dibandingkan mereka yang memiliki gejala. Meskipun tingkat kepastiannya sangat rendah, bukti juga menunjukkan bahwa orang yang dipulangkan pada hari ke 5 setelah timbulnya gejala, berisiko menularkan penyakit masih tiga kali lebih banyak, dibandingkan mereka yang dipulangkan pada hari ke 10.

.

Varian virus COVID-19 yang ada saat ini cenderung menyebabkan penyakit yang lebih ringan sementara tingkat kekebalan tubuh lebih tinggi karena vaksinasi, sehingga telah mampu menurunkan risiko penyakit parah dan kematian bagi sebagian besar pasien. Panduan WHO terbaru mencakup tingkat risiko memerlukan rawat inap di rumah sakit, pada pasien dengan COVID-19. Perkiraan risiko akan membantu dokter dan tenaga profesional layanan kesehatan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi, sedang, atau rendah untuk dirawat inap di rumah sakit, dan mendapatkan pengobatan sesuai dengan pedoman WHO.

.

Risiko tinggi dirawat inap adalah orang yang mengalami imunosupresi jika tertular COVID-19, dengan perkiraan tingkat rawat inap sebesar 6%. Kategori risiko sedang mencakup orang yang sebelumnya dianggap berisiko tinggi, termasuk orang lanjut usia berusia di atas 65 tahun dan atau mereka yang memiliki kondisi penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit ginjal atau hati, kanker, dan penyandang disabilitas, dengan perkiraan tingkat rawat inap sebesar 3%. Sedangkan risiko rendah adalah orang yang tidak termasuk dalam kategori risiko tinggi atau sedang untuk dirawat di rumah sakit (0,5%). Kebanyakan orang berisiko rendah.

.

Pengobatan untuk orang terinfeksi COVID-19 yang tidak parah direkomendasikan menggunakan kombinasi nirmatrelvir dengan ritonavir (juga dikenal dengan merek dagangnya ‘Paxlovid’), yaitu orang yang berisiko tinggi dan sedang untuk dirawat di rumah sakit. Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa nirmatrelvir-ritonavir dianggap sebagai pilihan terbaik bagi sebagian besar pasien yang memenuhi syarat, mengingat manfaat terapeutiknya, kemudahan pemberiannya, dan lebih sedikit kekhawatiran mengenai potensi bahayanya. Nirmatrelvir-ritonavir pertama kali direkomendasikan WHO pada April 2022. Jika nirmatrelvir-ritonavir tidak tersedia untuk pasien berisiko tinggi dirawat di rumah sakit, WHO menyarankan penggunaan molnupiravir atau remdesivir. Namun demikian,  molnupiravir dan remdesivir tidak boleh digunakan untuk pasien dengan risiko sedang, mengingat potensi bahayanya lebih besar daripada manfaat. Bahkan bagi orang yang berisiko rendah untuk dirawat di rumah sakit, WHO tidak merekomendasikan terapi antivirus jenis apa pun. Gejala seperti demam dan nyeri dapat diatasi dengan obat analgesik seperti parasetamol.

.

WHO juga merekomendasikan untuk tidak menggunakan antivirus baru (VV116) pada pasien, kecuali dalam uji klinis. Sebaliknya, rekomendasi  penggunaan ivermectin untuk pasien dengan COVID-19 yang tidak parah tetap berlaku. WHO terus menyarankan bahwa pada pasien dengan COVID-19 yang parah atau kritis, ivermectin hanya boleh digunakan dalam uji klinis saja. WHO memberikan rekomendasi yang kuat dua obat lain untuk  COVID-19, yaitu sotrovimab dan casirivimab-imdevimab. Obat antibodi monoklonal ini kurang atau berkurang aktivitasnya melawan varian virus yang beredar saat ini. Saat ini terdapat 6 pilihan pengobatan yang terbukti untuk pasien COVID-19, tiga pilihan pengobatan mencegah rawat inap pada orang yang berisiko tinggi dan tiga pilihan pengobatan yang menyelamatkan nyawa pasien dengan penyakit parah atau kritis. Kecuali kortikosteroid, akses terhadap obat yang lain masih belum memuaskan secara global.

.

Sudahkah kita bertindak bijak dalam pengobatan COVID-19 paska pandemi?

Sekian

Yogyakarta, 18 November 2023

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak dokter vaksinasi

2023 Radang Otak

RADANG  OTAK

fx. wikan indrarto

.

Ringkasan tulisan ini dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta Minggu, 26 November 2023, kolom HUSADA

.

Lima anak diduga mengidap Japanese Encephalitis (JE) atau radang otak (Ensefalitis) di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelima kasus ini tercatat muncul sepanjang 2023. Satu kasus suspek dari anak itu akhirnya meninggal dunia. Apa yang perlu dicemaskan?

.

baca juga : 2023 Panduan Antibiotika

Virus Japanese Encephalitis (JE) adalah penyebab utama ensefalitis yang dapat dicegah dengan vaksin di Asia dan Pasifik bagian barat, termasuk Indonesia. Kebanyakan orang yang terinfeksi JE tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Namun, sebagian kecil orang yang terinfeksi mengalami peradangan otak (ensefalitis), dengan gejala termasuk sakit kepala mendadak, demam tinggi, disorientasi, koma, gemetar, dan kejang. Sekitar 1 dari 4 kasus berakibat fatal. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau WHO, diperkirakan terdapat sejumlah 67.900 kasus baru per tahun di 24 negara di kawasan Asia dan Oceania.

.

Di Indonesia kasus konfirmasi JE dalam periode tahun 2014 sampao 2023 dilaporkan sejumlah 145 kasus. Case Fatality Rate (CFR) atau tinfkat kematian penyakit ini mencapai 30%, tetapi 50% dari penderita yang mampu bertahan hidup akan mengalami gejala sisa seperti lumpuh atau kejang, perubahan perilaku, hingga kecacatan berat.

.

Radang otak ini disebabkan virus JE yang merusak otak. Sekalipun dapat menginfeksi siapa saja, kasusnya banyak ditemukan pada anak di bawah 15 tahun. Infeksi virus ini memunculkan gejala demam tinggi di hari-hari awal hingga terjadi kejang, penurunan kesadaran dan bahkan dapat meninggal. Memang tidak mudah mendiagnosis JE, sehingga setiap RS  diwajibkan memiliki sebuah tim untuk melakukan penapisan atau skrining kasus. Definisi kasus suspek JE atau Acute Encephalitis Sindrome (AES), yaitu adanya demam atau riwayat demam yang disertai dengan penurunan kesadaran dan atau kejang. Dalam hal ini tidak termasuk kejang demam sederhana (KDS), tetapi disertai gejala awal meningkatnya iritabilitas dan atau kelemahan otot tungkai atau paralisis.

.

Pasien AES diambil spesimennya untuk pemeriksaan konfirmasi JE. Spesimen berupa cairan otak atau LCS lebih direkomendasikan, karena imunoglobulin M atau IgM sebgai reaksi terhadap infeksi JE pada LCS lebih awal dapat terdeteksi dan lebih tinggi  kadarnya daripada di dalam darah (bahkan 2 sampai 4 kalinya). Namun demikian, tingkat kesulitan dan risiko dalam tindakan pengambilan spesimen LCS memang lebih tinggi. Spesimen darah memang lebih mudah diperoleh, juga penyimpanan dan transportasi ke laboratorium lebih mudah dilakukan. Namun demikian, pengambilannya baru ideal bila dilakukan pada lebih dari hari kelima sejak timbulnya gejala klinis.

.

Paling baik spesimen yang dianalisis di laboratorium adalah cairan otak atau LCS, tetapi kalau tidak memungkinkan dapat juga diperiksa darahnya sebanyak 2-3 ml. Pemeriksaan spesimen saat ini hanya dapat dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, berupa pemeriksaan ELISA IgM spesifik JE. Untuk deteksi IgM lebih baik dikirim sepasang (fase akut dan konvalescen).

.

Hasil pemeriksaan akan dilakukan umpan balik berupa laporan ke Subdit Arbovirosis Dinas Kesehatan setempat dan Rumah Sakit pengirim. Langkah selanjutnya adalah penyelidikan epidemiologi serta survei vector nyamuk, karena Virus JE umumnya dibawa oleh nyamuk Culex  tritaeniorhynchus, dan reservoir binatang peliharaan di sekitra rumah oleh Timja Arbovirosis Dinas Kesehatan setempat. Uji spesimen, hasil survei vector dan reservoir di Kabuaten Kulon Progo pada hari Selasa, 14 November 2023 dinyatakan tidak ditemukan IgM pada spesimen kasus, tidak ada virus JE pada nyamuk dan hewan di lingkungan penderita.

.

Penyakit JE merupakan penyakit yang bersumber dari binatang (zoonosis) dan disebar lewat hewan perantara, seperti nyamuk culex.  Nyamuk jenis ini biasa ditemukan di sekitar rumah, persawahan, kolam atau selokan. Reservoar virus adalah sapi, kerbau, kera hingga beberapa spesies burung.  Penyakit JE sejatinya bisa dicegah setelah mengetahui sumber dan penularannya. Masyarakat yang menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) akan terhindar dari penyakit ini. Selain itu, juga menggunakan obat anti nyamuk, mengenakan kemeja lengan panjang dan celana panjang, dan mendapatkan vaksinasi atau imunisasi.

.

Pemerintah Indonesia berkomitmen tinggi untuk melindungi seluruh masyarakat dari kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit-penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satunya dengan menambahkan imunisasi JE ke dalam program imunisasi rutin di wilayah endemis penyakit tersebut.

.

Pemberian imunisasi JE telah lebih dahulu dilaksanakan di Provinsi Bali pada tahun 2018 dan mulai September 2023 di seluruh Kabupaten kota di Provinsi Kalimantan Barat, sebagai provinsi kedua. Berdasarkan rekomendasi WHO dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), sebelum penambahan imunisasi JE ke dalam program imunisasi rutin bagi bayi usia 10 bulan dimulai, maka diberikan imunisasi tambahan massal JE terlebih dahulu yang menyasar seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan kurang 15 tahun, sebanyak 1,3 juta anak. Imunisasi tambahan massal JE diharapkan dapat selesai lebih cepat dan tepat sehingga pada akhir bulan November 2023 diharapkan sudah mulai imunisasi rutin pada anak usia 10 bulan di posyandu, puskesmas dan RS.

Vaksin JE yang digunakan merupakan virus hidup yang dilemahkan. WHO  merekomendasikan pemberian dosis tunggal vaksin JE di semua area endemis, sejak usia 9 bulan. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya. Vaksin JE juga direkomendasikan untuk wisatawan yang akan tinggal selama lebih dari 1 bulan di daerah endemis.

Sudahkah anak di sekitar kita terlindungi dari JE?

Sekian

Yogyakarta, 15 November 2023

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM,WA: 081227280161,

Categories
anak dokter Healthy Life Jalan-jalan UHC

2023 Menu Sehat Saat Menonton Pertandingan

Presiden Jokowi Tonton Langsung Pertandingan Indonesia Vs Argentina

MENU  SEHAT  SAAT  MENONTON  PERTANDINGAN

fx. wikan indrarto*)

Rangkuman tulisan ini telah dimuat di Harian Kedaulatan rakyat Yogyakarta pada hari Minggu, 8 Oktober 2023, di kolom Husada

.

Piala Dunia U-17 yang merupakan turnamen akbar level junior akan diikuti 24 negara pada 10 November-2 Desember 2023, di 4 stadion besar di Indonesia. Belajar dari Piala Dunia 2022 Qatar, perlu diciptakan menu dan lingkungan makanan yang lebih sehat di dalam dan sekitar stadion sepak bola. Apa yang perlu dicermati?

.

Pola makan yang sehat, aman, dan berkelanjutan penting bagi kesehatan, sehingga acara olahraga harus menjadi tempat yang ideal untuk memberi contoh dan mempromosikan pola makan sehat sebagai bagian dari gaya hidup sehat, juga bagi penonton anak. Tingginya visibilitas even besar sepakbola dan olahraga lainnya, merupakan peluang dan memiliki dampak yang lebih besar untuk menjangkau miliaran penggemar di seluruh dunia, sehingga perlu dimanfaatkan untuk menciptakan persepsi positif terhadap makanan dan minuman yang lebih sehat.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2023/01/07/2023-sepak-bola-dan-flu/

.

WHO telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat Qatar dan Fédération Internationale de Football Association (FIFA), untuk mendorong makanan yang lebih sehat di stadion selama Piala Dunia FIFA Qatar 2022. Kolaborasi ini memastikan bahwa lebih dari 30% menu yang disajikan pada acara penting waktu ini memiliki profil nutrisi sehat. Menu tersebut berguna untuk memerangi kelebihan berat badan atau obesitas, serta penyakit tidak menular terkait pola makan, dan untuk mendefinisikan kembali peran acara olahraga dalam upaya ini.

.

Perlu beberapa langkah untuk menciptakan lingkungan makanan yang lebih sehat pada konter penjualan di dalam dan sekitar stadion olahraga. Pertama, meningkatkan penawaran pangan sehat. Kedua, menetapkan harga sewa konter dengan memberi insentif pada pilihan makanan yang lebih sehat. Ketiga, mendorong mempromosikan pilihan makanan yang lebih sehat. Keempat, mengkomunikasikan dan mempromosikan makanan sehat dan pola makan sehat. Dan kelima, membatasi pemasaran makanan dan minuman tinggi lemak, gula atau garam.

.

Langkah tersebut dapat digunakan oleh pemerintah pusat, otoritas lokal, dan pengelola stadion olahraga untuk membuat kebijakan pengadaan dan layanan pangan publik yang sehat, di areal pertandingan olahraga. Langkah tersebut telah diterapkan selama Piala Dunia FIFA Qatar 2022. Waktu itu panitia penyelenggara menetapkan dan melaksanakan target penawaran makanan 30% lebih sehat sepanjang penyelanggaraan Piala Dunia 2022, karena makanan sehat adalah bagian penting dari pengalaman penonton yang dapat dilanjutkan dalam kesehariannya di rumah.

.

Menonton Indonesia vs Argentina Sambil Makan Es Krim Gratis

Mungkin tidak mudah untuk menerapkan kelima tindakan di atas secara cepat atau bersamaan. Panitia penyelenggara pertandingan olahraga memiliki peluang besar untuk menjadi penggerak terbentuknya makanan sehat pada acara olahraga. Melakukan langkah tersebut menjadi ‘win-win solution’ dengan menyediakan lebih banyak pilihan menu, meningkatkan kepuasan penonton, dan memenuhi tanggung jawab sosial untuk mempromosikan gaya hidup sehat. Kriteria makanan sehat pada saat pertandingan olahraga berperan dalam 3 hal. Pertama, mendorong asupan energi yang seimbang untuk mencegah kelebihan berat badan atau obesitas. Kedua, mendorong peningkatan konsumsi makanan sehat, seperti buah, sayur, bijian utuh, kacang, polongan, dan air putih untuk minum. Dan ketiga, membatasi asupan lemak, gula dan garam melalui profil nutrisi yang lebih sehat.

.

Asupan energi seimbang dan ambang batas maksimal telah ditetapkan, untuk mencegah asupan energi yang berlebihan. Tidak ada panduan WHO mengenai kandungan energi per makanan, namun WHO menyarankan untuk membatasi porsi dan kemasan ukuran, untuk mengurangi asupan energi, dan dengan demikian menekan risiko menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Meskipun kebutuhan energi harian bergantung pada faktor individu seperti usia dan tingkat aktivitas, namun demikian acuan asupan energi harian untuk masyarakat umum biasanya ditetapkan sebesar 2.000 kkal, yang mencakup semua makanan dan camilan. Oleh sebab itu, kandungan energi maksimum ditetapkan sebesar 700 kkal untuk makan dan 200 kkal untuk camilan.

.

WHO merekomendasikan konsumsi buah, sayur, bijian, kacang dan polongan, serta air untuk minum. Untuk buah dan sayur dianjurkan asupan harian minimal 400 g (yaitu lima porsi). WHO juga merekomendasikan penggunaan garam beryodium, dengan membatasi asupan lemak tidak sehat, gula dan garam.

.

Ambang batas profil gizi adalah kandungan energi ≤225 kkal/100 g, lemak total ≤8 g/100 g, lemak jenuh ≤3,5 g/100 g, lemak trans ≤1 g/100 g, lemak total dan ≤0,5 g per porsi, gula total ≤9 g/100 g dan garam ≤350 mg/100 g. Menu yang direkomendasikan meliputi makanan panas misalnya pizza, burger, shawarma, jollof, fatayer. Makanan dingin : salad segar, tabbouleh, sandwich, wraps, roti gulung, simit, ciabatta, burrito, dan gulungan sushi. Makanan ringan misalnya lumpia, stik sayur dengan saus. Makanan penutup misalnya buah dan yogurt, serta makanan ringan kemasan misalnya popcorn rendah garam, dan kacang tanpa garam. Sedangkan minuman yang dianjurkan adalah air minum gratis, air dengan rasa tanpa pemanis, susu skim atau susu rendah lemak.

.

Untuk mempromosikan pilihan menu, para penjaja makanan di stadion perlu meningkatkan proporsi buah dan sayur, atau kacang dan polong dalam makanan, yang bertujuan untuk mengurangi porsi atau kandungan lemak tidak sehat, gula dan garam. Misalnya, mengganti lauk kentang goreng dengan pilihan menu lain berbahan dasar sayuran, disertai mengurangi tambahan garam dan gula dalam bumbu. Perlu juga mewaspadai garam tersembunyi dalam soda kue, dan gula bebas yang tersembunyi dalam buah campur dan jus. Untuk meningkatan rasa dan aroma makanan dapat diperoleh dari tumbuhan dan rempah, jus lemon dan sumber alami lainnya, misalnya jamur. Selain itu, juga perlu mengurangi jumlah bumbu berlemak, saus manis atau asin yang ditambahkan atau disediakan sebagai menu pilihan, tetapi justru meningkatkan camilan panggang yang lebih sehat.

Juga minimalkan penggunaan bahan makanan tinggi lemak tidak sehat, gula atau garam, dengan menggunakan minyak sawit sebagai pengganti mentega atau margarin keras. Juga menggunakan tepung gandum sebagai pengganti tepung putih untuk roti dan makanan yang dipanggang, menggunakan produk susu rendah lemak dan sedikit pemanis dalam makanan penutup, dan mengunakan daging tanpa lemak, ikan, dan unggas sebagai pengganti produk daging olahan atau potongan daging berlemak.

.

Selain itu, juga menghindari proses menggoreng, misalnya mengganti hot dog, kentang goreng, dan menu serupa dengan pilihan yang mencakup sayuran, kacang atau bijian. Gantikan makanan penutup yang manis atau berlemak dengan buah segar atau pilihan sehat yang rendah gula dan lemak. Juga mengganti camilan asin dengan sayur stik atau kacang tanpa garam.

.

Berikut adalah beberapa contoh camilan sehat untuk disantap sambil menonton pertandingan sepakbola, juga untuk anak. Misalnya chicken strips tanpa tulang, salad buah, salad sayur, kacang kulit garing, kripik singkong, pisang sea atau rebus, lumpia, bakwan, perkedel kentang, tahu, cokelat, pizza mie pedas, popcorn rasa pedas, atau salmon mentai.

Marilah kita menyiapkan diri menonton Piala Dunia U-17 dengan menu makan dan minum yang sehat di stadion dan sekitarnya. Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 13 September 2023

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.

Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life sekolah

2023 Polusi dan Pneumonia

Udara 3 Kota di Indonesia Tidak Sehat dan Berbahaya

POLUSI  DAN  PNEUMONIA

fx. wikan indrarto*)

Ringkasan naskah ini telah dimuat di Harian Nasional Media Indonesia Kamis, 31 Agustus 2023.

https://m.mediaindonesia.com/opini/609327/polusi-dan-pneumonia

Dalam dua pekan terakhir Agustus 2023, Jakarta adalah peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data IQAir. Pada musim kemarau seperti ini juga bertiup angin timur yang kering serta membawa debu dan partikel berbahaya yang lebih banyak. Apa yang mencemaskan?

.

Polusi udara akan meningkatkan risiko anak mengalami pneumonia atau radang paru-paru. Ini adalah satu-satunya penyebab kematian oleh penyakit infeksi terbesar pada pasien dewasa dan anak, termasuk saat pandemi COVID-19 yang lalu. Tidak ada infeksi lain yang menyebabkan beban kematian setinggi ini, sehingga pneumonia bahkan disebut sebagai pembunuh terlupakan selama COP 26, Konferensi Perubahan Iklim PBB yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo di Glasgow, Skotlandia. Konferensi tersebut adalah momen penting untuk menyatukan komunitas kesehatan global, memperbaiki kualitas udara dan iklim, untuk mengatasi pneumonia sebagai pembunuh menular terbesar di planet ini.

.

Polusi udara adalah faktor risiko utama kematian akibat pneumonia di semua kelompok umur. Hampir sepertiga dari semua kematian akibat pneumonia disebabkan oleh udara yang tercemar, menewaskan sekitar 749.200 pada tahun 2019. Polusi udara rumah tangga berkontribusi pada 423.000 kematian ini, sementara polusi udara luar ruangan berkontribusi pada 326.000 kematian lainnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/11/12/2021-hari-pneumonia-sedunia/

.

Bayi atau yang paling muda dan lansia atau yang sangat tua adalah kelompok usia yang paling berisiko. Bayi dan anak lebih rentan terhadap polusi udara rumah tangga, terutama yang tinggal di rumah yang secara teratur menggunakan bahan bakar dan teknologi yang berpolusi, untuk memasak, memanaskan dan penerangan. Sementara polusi udara luar ruangan, terutama dari polutan yang dikeluarkan oleh industri dan asap knalpot mobil, secara tidak proporsional mempengaruhi kesehatan organ pernapasan di antara orang dewasa yang lebih tua.

.

Sembilan puluh persen kematian terkait polusi udara terkonsentrasi di 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di banyak negara Afrika, polusi udara menyumbang lebih dari 50 persen dari semua kematian akibat pneumonia. Dan sementara kematian pneumonia akibat polusi udara dalam rumah tangga menurun di Afrika, pada saatyang bersamaan secara tragis justru meningkat sebagai akibat dari polusi udara luar ruangan. Hal serupa ini juga berlaku untuk Asia, termasuk Indonesia.

.

Pneumonia tidak hanya berdampak pada individu anak, tetapi juga saudara kandung yang mungkin tidak lagi dapat bersekolah, karena orang tua mereka merawat anak yang sakit, atau sumber keuangan yang sudah semakin langka, harus dialihkan dari biaya sekolah menjadi untuk membayar biaya pengobatan. Itulah mengapa sangat penting untuk mempromosikan serangkaian praktik kesehatan untuk menghindari pneumonia sejak awal kehidupan anak, yaitu dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, nutrisi yang cukup, dan suplementasi vitamin A.

.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan merupakan komponen kunci untuk memperkuat sistem kekebalan bayi. Bayi yang disusui secara eksklusif memiliki risiko infeksi dan penyakit parah, termasuk pnemonia, yang lebih rendah daripada mereka yang kekurangan sumber antibodi penting ini dari ibu. ASI eksklusif dapat menyebabkan penurunan 23% kejadian pneumonia. Bayi antara usia 0-5 bulan yang tidak disusui sama sekali menghadapi risiko kematian akibat pneumonia yang sangat besar, bahkan mencapai 15 kali lebih mungkin meninggal, karena pneumonia daripada bayi yang disusui secara eksklusif.

.

Waspada Pneumonia pada Anak, Akibat Polusi Udara

Nutrisi yang cukup membantu memastikan sistem kekebalan berfungsi dengan baik untuk melindungi anak dari pneumonia, serta penyakit lainnya. Anak yang kekurangan gizi menghadapi risiko penyakit yang lebih tinggi, durasi penyakit yang lebih lama, dan kemungkinan kematian akibat penyakit yang lebih besar. Tanpa akses ke makronutrien yang cukup seperti protein, lemak, dan karbohidrat, dan mikronutrien seperti seng dan vitamin A, anak lebih rentan terhadap pneumonia, dan anak yang bergizi baik memiliki risiko lebih rendah untuk meninggal karena pneumonia.

Selain itu, penggunaan masker sangat penting pada saat ada polusi udara. Namun demikian, WHO dan UNICEF menyarankan anak balita (berusia 5 tahun ke bawah) tidak diwajibkan memakai masker. Hal ini didasarkan pada keselamatan, minat, dan kemampuan anak untuk menggunakan masker secara tepat dengan bantuan minimal. Selain itu, WHO dan UNICEF menyarankan bahwa keputusan untuk mewajibkan penggunaan masker untuk anak yang berusia 6-11 tahun, harus didasarkan pada beberapa faktor terkait, misalnya kemampuan anak untuk menggunakan masker secara aman dan tepat, akses mendapatkan masker, serta tersedianya fasilitas pencucian dan penggantian masker di tempat-tempat tertentu, seperti sekolah dan layanan penitipan anak.

Penggunaan masker untuk anak dari segala usia dengan gangguan perkembangan, difabel atau kondisi kesehatan tertentu lainnya, tidak boleh diwajibkan. Namun demikian, sebaiknya dinilai berdasarkan kasus per kasus oleh orang tua, wali, guru dan atau tenaga medis. Bagaimanapun juga, anak dengan gangguan kognitif dengan kesulitan menoleransi masker, seharusnya tidak diwajibkan memakai masker. Anak tidak boleh memakai masker saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, seperti berlari, melompat, atau bermain di taman bermain, sehingga tidak mengganggu pernapasan mereka.

Vaksin adalah tindakan pencegahan pneumonia paling penting bagi anak, agar juga membantu keluarga terhindar dari biaya pengobatan dan beban keuangan lainnya akibat sakit. Pneumonia memiliki banyak patogen penyebab, tetapi sebagian besar yang paling mematikan sudah dapat dicegah dengan vaksin terhadap patogen ganas Streptococcus pneumoniae (vaksin pneumokokus), Haemophilus influenzae tipe b (vaksin Hib), pertusis (vaksin DPT), dan campak (MR). Semua vasin tersebut sudah tersedia di Indonesia, dan direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bahkan masuk dalam program imunisasi dasar nasional.

Obat antibiotik amoksisilin saat ini merupakan satu-satunya pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk pneumonia. Obat ini dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan dapat mencegah sebagian besar kematian akibat pneumonia, dengan biaya hanya sekitar USD $ 0,21-0,42 per paket pengobatan. Tablet dispersi amoksisilin adalah terjangkau dan sesuai untuk digunakan pada anak kecil. Namun waktu adalah esensi, karena pengobatan yang tertunda mungkin tidak memadai untuk mencegah dampak yang menghancurkan dari pneumonia, yaitu kematian anak. Perang melawan pneumonia harus dipertimbangkan juga untuk memerangi resistensi antimikroba. Pemberian antibiotik secara tepat untuk mengobati infeksi bakteri yang didiagnosis dengan benar, dapat membantu mengatasi pneumonia yang menjadi masalah global ini. Faktanya adalah lebih banyak anak meninggal karena kurangnya akses ke antibiotik, daripada karena resistensi antibiotik.

Polusi dan musim kemarau tidak hanya mengingatkan kita akan pentingnya memperbaiki kualitas udara dan iklim sesaui COP 26 Glasgow, tetapi juga meningkatkan penggunaan masker secara tepat dan cakupan imunisasi pneumokokus, Hib, DPT, dan MR dalam melawan pneumonia sebagai pembunuh terlupakan.

Sudahkah kita bijak mendampingi anak dari bahaya pneuomonia?

Sekian

Yogyakarta, 14 Agustus 2023

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak dokter Healthy Life vaksinasi

2023 Vaksin Dengue

Artikel Kesehatan: Vaksin Dengue | SESAWI.NET

VAKSIN  DENGUE

fx. wikan indrarto*)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan rekomendasi Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun, yang berlaku sejak awal tahun 2023 ini. Apa yang perlu dicermati?

.

Ringkasan tulisan ini sudah dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta pada hari Minggu, 23 Juli 2023, halaman 8, kolom HUSADA.

.

Dibandingkan dengan rekomendasi sebelumnya, paling tidak ada 2 hal yang berbeda, yaitu pemberian imunisasi untuk melawan penyakit Tuberculosis (TB) yaitu BCG dan Demam Berdarah Dengue (Dengue). Vaksin BCG direkomendasikan untuk diberikan dengan disuntikan intrakutan segera setelah bayi lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Bayi dari Ibu TB aktif, maka BCG ditunda sampai terbukti bayi tidak terinfeksi TB, namun bayi diberikan terapi pencegahan TB. Pada bayi usia 3 bulan atau lebih, vaksin  BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG tetap diberikan, namun apabila timbul reaksi lokal pada bekas suntikan yang cepat pada minggu pertama, maka bayi harus  dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis TB.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2022/07/15/2022-waspada-dengue/

.

Untuk melawan dengue, telah agak lama tersedia Vaksin Chimeric Yellow Fever Dengue (CYD) merek Dengvaxia® berisi virus dengue tetravalen yang sudah dilemahkan, sehinga dapat memberikan kekebalan tubuh terhadap 4 tipe virus, yaitu dengue serotipe 1 hingga 4. Vaksin dengue bermanfaat untuk mencegah atau mengurangi resiko anak terkena infeksi dengue dalam derajad klinis berat. Vaksin bekerja dengan menurunkan risiko kebocoran plasma darah, yang menjadi penyebab terjadinya syok sindrom dengue, yaitu derajat klinis paling berat dan dapat berdampak kematian anak.

.

Vaksin Dengvaxia® ini memiliki hasil efikasi terbaik pada anak usia 9-16 tahun, sedangkan apabila diberikan pada anak di bawah usia 9 tahun, justru akan meningkatkan resiko mengalami dengue yang berat, khususnya pada anak pada kelompok usia 2-5 tahun. Vaksin ini disuntikkan secara intramuskular pada anak usia 9-16 tahun, sebanyak 3 dosis, dengan interval 6 bulan. Vaksin CYD ini hanya boleh diberikan pada anak yang pernah sakit dengue sebelumnya, yang dikonfirmasi dengan deteksi antigen (dengue rapid test NS-1 atau PCR ELISA hasilnya positif) atau tes serologi IgM anti dengue masih positif. Jika anak tidak pernah sakit dengue, harus dilakukan tes serologi IgG anti dengue yang harus positif.

.

Vaksin DBD: Apakah Efektif Cegah Demam Berdarah?

.

Sedangkan vaksin dengue terbaru, yaitu Vaksin TAK-003 (backbone DEN-2) dapat diberikan pada semua anak, baik seropositif maupun seronegatif dengan usia yang lebih awal, yaitu mulai usia 6 tahun, disuntikkan subkutan 2 dosis, dengan interval 3 bulan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada hari Jumat, 9 September 2022 telah mengeluarkan izin edar vaksin Dengue TAK-003 dengan merek dagang Qdenga® di Indonesia. Vaksin ini diproduksi oleh IDT Biologika GmbH Germany terdaftar atas nama Takeda GmbH Germany dan merupakan vaksin Dengue kedua yang disetujui izin edarnya oleh BPOM, setelah Dengvaxia® dari PT Aventis Pharma.

.

Vaksin Qdenga merupakan jenis Live Attenuated Tetravalent Dengue Vaccine (TDV) yang terdiri atas empat strain Virus Dengue hidup dan rekombinan. Empat strain virus Dengue tersebut yaitu strain Dengue serotipe 2 attenuated (TDV-2), rekombinan strain Dengue serotipe 2/1 (TDV-1), rekombinan strain Dengue serotipe 2/3 (TDV-3), dan rekombinan strain Dengue serotipe 2/4 (TDV-4). Efikasi vaksin Qdenga untuk pencegahan dengue secara keseluruhan sebesar 80,2 persen, untuk mencegah rawat inap di RS akibat virus Dengue sebesar 95,4 persen.

.

Oleh karena vaksin tersebut menunjukkan efikasi yang baik pada anak dengan seropositif atau memiliki antibodi terhadap virus Dengue, maupun anak dengan seronegatif atau belum memiliki antibodi terhadap virus Dengue, maka vaksin ini dapat diberikan kepada lebih banyak anak. Apalagi berdasarkan analisis terhadap data keamanan dari uji klinik fase 1, fase 2, dan fase 3, pada anak mulai usia 6 tahun menunjukkan bahwa vaksin Qdenga secara keseluruhan aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Oleh karena pada anak usia di bawah 6 tahun, data uji klinik yang ada menunjukkan efikasi vaksin Qdenga lebih rendah dibandingkan pada kelompok usia 6 ke atas, maka saat ini persetujuan registrasi vaksin Qdenga dalam rapat Komite Nasional (KOMNAS) Penilai Obat, hanya untuk anak usia 6 tahun ke atas.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/06/22/2019-dengue-dalam-era-digital/

.

Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus Dengue tertinggi di Asia Tenggara. Pada Senin, 19 Juni 2023 Kementrian Kesehatan RI masih menyatakan bahwa Dengue tetap merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Dengue pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968 dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI melaporkan jumlah kasus dengue di Indonesia mencapai sekitar 710 kasus di dua provinsi tertinggi pada awal tahun 2023, yaitu Nusa Tenggara Timur dan DKI Jakarta. Pada tahun sebelumnya, terdapat lima kabupaten/kota dengan angka kasus dengue tertinggi pada 2022, yang seluruhnya berada di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kabupaten Sumedang.

.

IDAI telah mengeluarkan rekomendasi pemberian vaksin Dengue Qdenga® untuk anak usia 6 tahun ke atas di Indonesia. Mari kita melindungi anak di sekitar kita terhadap bahaya dengue.

.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 19 Juni 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.

Categories
anak bayi prematur dokter Healthy Life Pendukung ASI sekolah

2023 Gawai dan Bicara pada Anak

Waspada, Kecanduan Gawai Ancam Anak-anak -

GAWAI  DAN  BICARA  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Pengaruh gawai atau gadget pada perkembangan bicara anak adalah negatif. Mari kita mencegah ‘speech delay’ dengan menggunakan gawai secara tepat. Apa yang perlu dicermati?

.

baca juga : https://www.kompas.id/baca/opini/2023/07/14/gawai-dan-kemampuan-bicara-pada-anak

.

Kata gawai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kerja, pekerjaan, alat atau perkakas. Gawai digunakan untuk suatu perangkat elektronik yang memiliki model penggunaan cukup praktis dan fungsi khusus, untuk mempermudah berbagai pekerjaan manusia, sebagai alat komunikasi, ataupun media hiburan. Sedangkan menurut Kemdikbud RI, gawai adalah alat atau perkakas yang dapat menunjang pekerjaan dan komunikasi dengan menghadirkan teknologi terbaru, yang dapat membantu aktivitas manusia menjadi lebih mudah.

.

Ketrampilan berbicara dan berinteraksi sosial adalah hal yang sangat penting pada perkembangan anak. Hal ini karena dengan berinteraksi sosial dua arah, anak belajar dua hal, yaitu ‘recasting’ dan ‘expansion’. ‘Recasting’ artinya si anak belajar mengucapkan sesuatu dengan mengulang apa yang lawan bicaranya ucapkan. Misalnya, saat ibu mengatakan “sayur,” anak mengulang perkataan ibu dengan mengucap “sayul,” dan ibu sebaiknya membetulkan cara pengucapan anak, “Saaaa yuuuurrrr.” Anak tentu mencoba lagi mengulang apa yang diucapakan ibu, meskipun mungkin tetap salah. Yang terpenting bukan apakah yang diucapkan anak salah atau benar, melainkan anak sudah mencoba dan mengetahui ‘kebenaran’ dari yang ibu katakan. Kalaupun masih salah, itu mungkin karena otot motorik anak yang belum sempurna atau ada penyebab lain.

.

Pada ‘expansion’ anak memberikan respons dari kata atau kalimat yang diucapkan lawan bicaranya, serta mengungkapkan ide atau isi hatinya. Anak menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan perbendaharaan kata yang sudah dimiliki, tidak sekadar menjawab dengan tatapan, lambaian tangan, atau anggukan saja.

.

Jika anak lebih lama berinteraksi dengan gawai dibandingkan orang di sekitarnya, maka ‘recasting’ dan ‘expansion’ tidak terjadi dan perkembangan komunikasi anak akan terhambat. Hal ini karena anak tidak belajar berkomunikasi dua arah, tetapi hanya satu arah saja. Dampak lain yang mungkin dialami anak adalah keterlambatan bicara atau ‘speech delay’. Tentu saja bukan gawai yang menjadi penyebab keterlambatan bicara anak, melainkan waktu yang digunakan terlalu lama yang memengaruhi anak dalam belajar berkomunikasi. Sebaliknya, gawai jika digunakan dengan bijak, justru dapat menjadi media belajar anak. Misalnya saja, pada anak dengan gangguan autisme yang terhambat konsentrasinya, dengan menonton tayangan atau main game di gawai mereka jadi lebih mudah belajar untuk fokus.

.

Menyoal Larangan Pemakaian Gawai pada Anak Generasi Internet

.

Dr. Catharine M Sambo, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (2016) memberikan panduan pencegahan terlambat bicara pada anak. Kuncinya adalah stimulasi perkembangan yang baik dan ketepatan waktu dalam menemukan tanda awal penyimpangan perkembangan anak. Stimulasi perkembangan bicara dan bahasa seharusnya dilakukan sejak dini. Contoh kegiatannya adalah membaca dengan suara jelas, mangajak bayi dan anak bercakap–cakap, memberi respon terhadap ocehan bayi dengan kata–kata sederhana, menjawab pertanyaan, atau bernyanyi. Gawai dan televisi bukan metode stimulasi yang baik.

Selain itu, batasi ‘screen time’ anak. ‘Screen time’ adalah waktu yang digunakan untuk menggunakan komputer, menonton televisi, ataupun bermain video games. Berbagai ahli menganjurkan ‘screen time’ tidak lebih dari 2 jam setiap hari, untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Hal ini tidak sehat, dan waktu yang dihabiskan dengan menyendiri memandangi layar gawai, lebih baik digunakan untuk bergaul dengan teman sebaya ataupun melakukan aktivitias fisik.

.

Komunikasi adalah perilaku di mana pembicara dan pendengar bertukar informasi melalui dialog. Sementara itu, arus informasi di gawai hanya satu arah, sehingga gawai tidak sesuai sebagai sarana komunikasi bagi anak yang sedang belajar berbicara. Selain itu, ilustrasi atau gambar pada gawai merupakan rangsangan visual cepat yang melibatkan perubahan objek setiap menit, hal ini tidak membantu perkembangan kognitif pada anak, apabila dibandingkan dengan aktivitas menggambar. Selain itu, anak yang terlalu sering menggunakan gawai akan memiliki kuantitas dan kualitas interaksi dengan orang lain, yang kurang.

.

Faktor yang menyebabkan gangguan perkembangan bicara sangat kompleks dan belum teridentifikasi secara jelas, mungkin terkait pola asuh, jenis kelamin, faktor genetik, dan faktor lingkungan. Beberapa penelitian tentang dampak penggunaan gawai dalam perkembangan bicara pada balita dapat menjadi peringatan penting bagi orang tua untuk bijak dalam menggunakan gawai.

Yulsyofriend, Anggraini, Yeni, dan Anwar (2021) dari FKM Unair Surabaya melaporkan penelitiannya yang berjudul ‘Dampak Gawai Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini’. Sesuai dengan tujuan utama pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, dengan cara memberikan stimulus berupa kegiatan bermain yang menyenangkan dan mampu mengintegrasikan kemampuan anak usia dini secara optimal. Namun demikian, penggunaan gawai berdampak terhadap keterlambatan berbicara pada anak, hal ini disebabkan karena gawai menghambat komunikasi langsung terhadap lingkungan sekitar.

.

Laporan pada Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul ‘Pengaruh gawai Bagi Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini’ (Suryaningsih, 2021),  melaporkan pengaruh gawai bagi kemampuan Bahasa Anak Usia Dini, terutama dimasa Pandemi COVID-19. Pembelajaran sekolah pada masa Pandemi COVID-19 mengharuskan anak menggunakan gawai. Dengan subjek penelitian adalah anak usia 4-6 tahun berjumlah 25 anak yang menggunakan gawai untuk pembelajaran kelas online, melihat video pembelajaran dari guru, dan melihat youtube dengan durasi sekitar 2-4 jam perhari. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gawai sangat membantu perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini dengan dampingan orang tua yang mengarahkan serta membatasi penggunaan gawai dalam sehari maksimal 3 jam.

.

Laporan lain berjudul ‘Hubungan Penggunaan Gawai dengan Keterlambatan Bahasa pada Anak’, ditulis oleh Fernandez dan Lestari pada jurnal ilmiah Sari Pediatri Vol 21, No 4 (2019). Saat menggunakan gawai, teknologi yang dapat menyebabkan ketergantungan penggunanya, anak menjadi kurang interaktif dan komunikatif. Hal ini menyebabkan anak-anak mengalami keterlambatan perkembangan bahasa. Penelitian pada anak berusia 15 hingga 36 bulan di Manado, Sulut periode Februari hingga April 2018. Ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan gawai lebih dari 2 jam dan keterlambatan bahasa (p=0,034), sementara tidak ada hubungan bermakna antara frekuensi penggunaan gawai lebih dari 2 hari per minggu dan keterlambatan bahasa (p=0,144).

Gawai memang sangat berpengaruh terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak, karena anak menjadi lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain gawai, dibandingkan bermain bersama dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian, tetap ada dampak positif gawai bagi anak. Misalnya memudahkan belajar keterampilan baru dari game edukatif, mengakses informasi, baik dari teks ataupun berbagai video, asalkan tidak lebih dari 3 jam sehari, pada anak lebih dari 4 tahun. 

Apakah kita sudah bijak?

Sekian

Yogyakarta, 12 Juli 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, Ketua IDI Cabang KotaYogyakarta, 2016-2019).