Categories
anak COVID-19 Healthy Life HIV-AIDS UHC

2021 Hari ADIS Sedunia

Hari AIDS Sedunia: Sejarah, Tema Tahun Ini dan Ucapan

HARI  AIDS  SEDUNIA  2021

fx. wikan indrarto*)

Pada Hari AIDS Sedunia Rabu, 1 Desember 2021, WHO menyerukan para pemimpin dan warga global untuk bersatu, menghadapi ketidaksetaraan yang mendorong AIDS dan untuk menjangkau semua orang yang saat ini tidak menerima layanan HIV. Apa yang menarik?

.

Tema peringatan tahun 2021 adalah : Akhiri ketidaksetaraan. Akhiri AIDS. Akhiri pandemi (End inequalities. End AIDS. End Pandemics). Kita semua dihimbau untuk mengenakan kaos merah dan menyalakan lilin dalam memperingati Hari AIDS Sedunia yang sangat istimewa ini, bersama WHO dan UNAIDS.

.

Pada tahun 2020 yang lalu, diperkirakan terdapat 37.700.000 orang yang hidup dengan HIV, 680.000 orang meninggal karena penyebab terkait HIV, dan 1.500.000 orang terinfeksi baru. Selain itu, baru sekitar 73% orang yang hidup dengan HIV menerima terapi antiretroviral (ART) seumur hidup, sehingga HIV mungkin saja akan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama, yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/01/29/2021-obat-hiv-baru-untuk-anak/

.

Meskipun dunia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, tetapi target global yang penting untuk tahun 2020 ternyata tidak terpenuhi. Perpecahan, disparitas dan pengabaian hak asasi manusia adalah beberapa kegagalan yang memungkinkan HIV tetap menjadi krisis kesehatan global. Sekarang, ditambah pandemi COVID-19 semakin memperburuk ketidakadilan dan gangguan terhadap layanan, membuat kehidupan banyak orang yang hidup dengan HIV lebih menantang.

.

Hari AIDS Sedunia 1 Desember: Sejarah dan Tema Tahun Ini

Tanpa tindakan tegas terhadap ketidaksetaraan, dunia berisiko kehilangan target untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030, serta pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, bahkan krisis sosial dan ekonomi yang semakin meningkat. Empat puluh tahun sejak kasus AIDS pertama dilaporkan,  HIV masih mengancam dunia. Saat ini, dunia berada di luar jalur untuk mewujudkan komitmen bersama untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030, bukan karena kurangnya pengetahuan atau alat untuk mengalahkan AIDS, tetapi karena ketidaksetaraan struktural yang menghalangi penerapan solusi, yang telah terbukti untuk pencegahan dan pengobatan HIV.

.

Ketimpangan ekonomi, sosial, budaya dan hukum harus diakhiri sebagai hal yang mendesak, jika kita ingin mengakhiri AIDS pada tahun 2030. Meskipun ada persepsi bahwa masa krisis bukanlah waktu yang tepat untuk memprioritaskan penanganan ketidakadilan sosial yang mendasarinya, jelas bahwa tanpa hal itu krisis tidak dapat diatasi.

.

Mengatasi ketidaksetaraan adalah janji global yang sudah berlangsung lama, yang urgensinya semakin meningkat. Pada tahun 2015, semua kepala negara telah berjanji untuk mengurangi ketidaksetaraan di dalam dan antar negara, sebagai bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Strategi AIDS Global 2021–2026: Akhiri Ketimpangan, Akhiri AIDS dan Deklarasi Politik tentang AIDS yang diadopsi pada Pertemuan Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2021 tentang AIDS, pada intinya telah sepakat untuk mengakhiri ketidaksetaraan ini.

.

Selain menjadi pusat bagi program untuk mengakhiri AIDS, mengatasi ketidaksetaraan akan memajukan hak asasi manusia, khususnya dari populasi kunci dan orang yang hidup dengan HIV, membuat masyarakat lebih siap untuk mengalahkan COVID-19 dan pandemi lainnya serta mendukung pemulihan dan stabilitas ekonomi. Memenuhi janji untuk mengatasi ketidaksetaraan akan menyelamatkan jutaan nyawa dan akan bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Mengakhiri ketidaksetaraan membutuhkan perubahan transformatif. Kebijakan politik, ekonomi dan sosial perlu melindungi hak setiap orang dan memperhatikan kebutuhan masyarakat yang kurang beruntung dan terpinggirkan. Kebijakan untuk mengatasi ketidaksetaraan hanya dapat diterapkan, oleh pemimpin yang berani membuat keputusan.

.

Setiap jenjang pemerintahan, dari daerah sampai pusat, sekarang harus bergerak dari komitmen ke arah tindakan nyata. Pemerintah harus mendorong pertumbuhan sosial dan ekonomi yang inklusif. Negara harus menghilangkan undang-undang, kebijakan, dan praktik yang diskriminatif untuk memastikan kesempatan yang sama bagi setiap warganya, dan mengurangi ketidaksetaraan. Sudah saatnya setiap pemerintah menepati janji, harus bertindak sekarang, dan bertanggung jawab penuh dalam mengakhiri ketidaksetaraan. Jika langkah-langkah transformatif yang diperlukan untuk AIDS tidak diambil, maka dunia juga akan tetap terjebak dalam krisis karena pandemi COVID-19, dan tidak siap menghadapi pandemi yang akan datang.

.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi ketidaksetaraan meliputi infrastruktur kesehatan berbasis dan berpusat pada masyarakat, akses yang adil terhadap obat, vaksin, dan teknologi kesehatan. Juga penghormatan atas Hak Asasi Manusia, untuk membangun kepercayaan public dalam mengatasi pandemi, mengangkat tenaga kesehatan yang diperlukan disertai sumber daya dan alat yang mereka butuhkan. Terakhir, menyusun sistem data yang berpusat pada individu yang menyoroti ketidaksetaraan yang masih terjadi.

.

Momentum Hari AIDS Sedunia Rabu, 1 Desember 2021 juga mengingatkan tentang slogan kampanye global ‘Stop AIDS. Keep the Promise’. Slogan yang digunakan sepanjang tahun itu untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah atas komitmennya terkait HIV dan AIDS, khususnya untuk mengakhiri ketidaksetaraan, AIDS, dan pandemi.

Bagaimana sikap kita?

Sekian

Yogyakarta, 30 November 2021

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life Malaria resisten obat tuberkulosis vaksinasi

2021 Waspada Resistensi Antimikroba

Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) – HISFARSI DIY

WASPADA   RESISTENSI  ANTIMIKROBA

fx. wikan indrarto*)

Ringkasan tulisan tersebut di atas dimuat di Kompas Digital Jumat, 26 November 2021 :

https://www.kompas.id/baca/opini/2021/11/26/waspada-resistensi-antimikroba

Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia diadakan pada 18-24 November setiap tahun. Tema 2021 adalah ‘Spread Awareness, Stop Resistance’ (Sebarkan Kewaspadaan, Hentikan Resistensi) untuk menyerukan kepada pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat umum, untuk terlibat dalam kewaspadaan tentang Resistensi Antimikroba (AMR). Apa yang menarik?

.

Resistensi antimikroba (AMR) adalah ancaman kesehatan dan pembangunan global. Hal ini membutuhkan tindakan multisektoral yang mendesak untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), karena AMR adalah salah satu dari 10 besar ancaman kesehatan masyarakat global yang dihadapi umat manusia. Antimikroba meliputi antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit, yaitu obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

.

Pada tahun 2019, indikator AMR baru dimasukkan dalam kerangka pemantauan SDG. Indikator ini memantau frekuensi infeksi darah atau sepsis, yang disebabkan karena dua patogen yang telah resistan terhadap obat tertentu, yaitu Staphylococcus aureus (MRSA) yang resistan terhadap methicillin dan E. coli resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga (3GC). Pada tahun 2019, terdapat 25 negara memberikan data tentang infeksi aliran darah atau sepsis akibat MRSA dan 49 negara memberikan data tentang E. coli. Dengan demikian tingkat rata-rata MRSA adalah 12,11% dan 3GC adalah 36,0%.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/09/25/2021-libas-tifus/

.

Strain Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC yang resisten terhadap antibiotik mengancam kemajuan dalam mengatasi epidemi tuberkulosis global. Pada tahun 2018, ada sekitar setengah juta kasus baru TB yang resistan terhadap rifampisin (RR-TB), obat TB paling poten saat ini dan sebagian besar menjadi TB yang resistan terhadap berbagai obat (MDR-TB), suatu bentuk tuberkulosis yang resisten terhadap dua obat anti-TB yang paling kuat. Pada hal, hanya sepertiga dari sekitar setengah juta orang MDR/RR-TB pada tahun 2018 yang terdeteksi dan dilaporkan. MDR-TB memerlukan paket pengobatan yang lebih lama, kurang efektif dan jauh lebih mahal dibandingkan dengan TB yang tidak resistan. Selain itu, hanya kurang dari 60% MDR/RR-TB yang berhasil disembuhkan. Pada tahun 2018, diperkirakan 3,4% kasus TB baru dan 18% dari kasus yang sebelumnya diobati berubah menjadi TB-MDR/RR-TB dan munculnya resistensi terhadap obat TB ‘pilihan terakhir’ baru benar-benar merupakan ancaman besar.

.

Hati-hati! Sebelum Terapi Antibiotik, Pahami Dulu Tentang Resistensi  Antibiotik

Resistensi obat antivirus semakin mencemaskan, karena telah terjadi pada sebagian besar antivirus, termasuk obat antiretroviral (ARV) untuk HIV. Semua ARV, termasuk kelas yang lebih baru, berisiko menjadi sebagian atau seluruhnya tidak aktif karena munculnya HIV yang resistan terhadap obat (HIVDR). Pedoman ARV WHO terbaru sekarang merekomendasikan obat baru, dolutegravir, sebagai pengobatan lini pertama untuk orang dewasa dan anak. Munculnya jenis parasit yang resistan terhadap obat merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap pengendalian malaria dan mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas malaria. Terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT) adalah pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk malaria P. falciparum tanpa komplikasi, dan digunakan oleh sebagian besar negara endemik malaria. Prevalensi infeksi jamur yang resistan terhadap obat meningkat dan memperburuk situasi pengobatan yang sudah sulit. Banyak infeksi jamur memiliki masalah saat diobati seperti toksisitas, terutama untuk pasien dengan infeksi lain yang mendasarinya (misalnya HIV). Candida auris yang resistan terhadap obat, salah satu infeksi jamur invasif yang paling umum, sudah tersebar luas dengan meningkatnya resistensi yang dilaporkan terhadap flukonazol, amfoterisin B dan vorikonazol serta resistensi caspofungin yang muncul. Hal ini menyebabkan lebih sulit untuk mengobati infeksi jamur, kegagalan pengobatan, tinggal di rumah sakit lebih lama dan pilihan pengobatan yang jauh lebih mahal.

.

AMR merupakan masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multisektoral yang terpadu. Pendekatan ‘One Health’ menyatukan berbagai sektor dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam kesehatan hewan, tumbuhan, dan manusia, baik yang hidup di darat dan air, juga produksi makanan, pakan hewan dan lingkungan. Diharapkan setiap negara akan mengembangkan rencana aksi nasional mereka sendiri, untuk mengatasi resistensi antibiotik sejalan dengan rencana global. Untuk mencapai tujuan ini, rencana aksi global menetapkan lima tujuan strategis: (1) meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi antibiotik; (2) memperkuat pengetahuan melalui surveilans dan penelitian; (3) mengurangi kejadian infeksi; (4) mengoptimalkan penggunaan obat antibiotik; dan (5) memastikan investasi berkelanjutan dalam melawan resistensi antibiotik.

.

Para dokter, apoteker dan petugas kesehatan lainnya dapat berperan dengan mencegah infeksi dengan memastikan tangan, instrumen medis dan lingkungan RS bersih, memberikan vaksinasi terbaru kepada pasien (up to date), ketika terjadi dugaan infeksi bakteri, melakukan kultur bakteri dan pemeriksaan penunjang medik lainnya untuk konfirmasi, hanya meresepkan dan mengeluarkan antibiotika ketika benar-benar dibutuhkan, pada dosis dan durasi pengobatan yang tepat. Para pejabat dan pembuat kebijakan kesehatan dapat bertindak dengan menyusun rencana aksi regional atau nasional yang kuat untuk mengatasi resistensi antibiotika, meningkatkan pengawasan infeksi bakteri yang telah resisten terhadap antibiotika, memperkuat langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi, juga mengatur dan mempromosikan penggunaan  obat antibiotika yang tepat dan berkualitas. Selain itu, juga membuat informasi tentang dampak resistensi antibiotika dan memberikan apresiasi atas pengembangan obat, vaksin serta alat diagnostik yang baru.

Resistensi Antibiotik, Kelak Infeksi Bakteri Pun Bisa Jadi Penyebab  Kematian Halaman 1 - Kompasiana.com
.

Para petugas sektor pertanian dapat bertindak dengan memberikan antibiotika pada hewan, hanya saat digunakan untuk mengobati penyakit menular dan di bawah pengawasan seorang dokter hewan, vaksinasi hewan untuk mengurangi kebutuhan antibiotika dan mengembangkan alternatif tindakan, selain penggunaan antibiotika pada tanaman yang terinfeksi. Selain itu, mempromosikan dan menerapkan praktek yang baik di semua tahap produksi ataupun pengolahan makanan dari sumber hewan dan tumbuhan, mengadopsi sistem yang berkelanjutan dengan meningkatkan kebersihan, biosecurity dan penanganan hewan bebas infeksi, melaksanakan standar internasional untuk penggunaan antibiotika yang bertanggung jawab, yang ditetapkan oleh OIE, FAO dan WHO. Para pelaku industri bidang kesehatan dapat membantu dengan berinvestasi untuk pengembangan antibiotika, vaksin, dan alat diagnostik baru.

.

Momentum Pekan Kewaspadaan Antibiotik Sedunia (World Antibiotic Awareness Week) pada 18–24 November 2021, mengingatkan kita semua bahwa ‘Spread Awareness, Stop Resistance’ (sebarkan Kewaspadaan, Hentikan Resistensi) tergantung pada niat dan usaha kita bersama.

Sudahkah kita menyadari?

Sekian

Yogyakarta, 16 November 2021

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life sekolah UHC

2021 Kota Sehat paska COVID-19

Menuju Kota Sehat, Kota yang Ekonominya Maju - Semua Halaman - Intisari

KOTA  SEHAT  PASKA  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Pandemi COVID-19 memberikan pembelajaran yang sangat penting, untuk membangun kota kita yang lebih tangguh dan sehat. Apa yang menarik?

.

Saat ini lebih dari setengah populasi dunia sudah tinggal di kota, baik besar maupun kecil. Pada tahun 2050, proporsi itu diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 70%. Pertumbuhan kota yang pesat ini menghadirkan tantangan dan peluang, juga terkait krisis perubahan iklim dan pandemi COVID-19 yang telah memperburuk ketidakadilan dan kerentanan sosial dan sistem kesehatan.

.

Belajar dari pandemi COVID-19 setiap kota hendaknya fokus pada pembangunan transportasi umum, akses ke ruang hijau dan biru, dan tempat yang mudah bagi orang untuk berjalan kaki, memberikan akses yang lebih setara terhadap barang dan jasa, dan menyediakan lingkungan hidup yang lebih sehat. Pemerintah kota harus mengintegrasikan pertimbangan kesehatan, kesiapsiagaan darurat, dan kesetaraan alam ke dalam kebijakan dan intervensi perencanaan kota dan wilayah, termasuk dalam penilaian dampak ekonomi, biaya, dan manfaat. 

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/06/07/2021-pelan-di-jalan/

.

Inspirasi dari pandemi COVID-19 adalah masyarakat perlu melindungi diri mereka sendiri, dan memulihkan diri secepat mungkin. Negara ataupun kota yang mencoba menghemat anggaran dengan mengabaikan perlindungan lingkungan, kesiapsiagaan darurat, sistem kesehatan, dan jaring pengaman sosial, telah terbukti justru rugi berkali-kali lipat. Banyak pemerintah dan dewan kota sekarang berkomitmen memberikan anggaran besar untuk mempertahankan dan akhirnya menghidupkan kembali kegiatan ekonomi. Investasi ini penting untuk melindungi mata pencaharian masyarakat, dan karena itu juga meningkatkan derajad kesehatan mereka.

.

Ada 6 langkah utama untuk pemulihan kota paska pandemi COVID-19, menjadi kota yang sehat dan hijau. Pertama, melindungi dan melestarikan sumber kesehatan manusia, yaitu alam sekitar, yang merupakan sumber udara bersih, air, dan makanan. Tekanan manusia, mulai dari penggundulan hutan, praktik pertanian yang intensif dan menimbulkan polusi, hingga pengelolaan dan konsumsi satwa liar yang tidak aman, merusak keseimbangan ini. Hal itu juga meningkatkan risiko munculnya penyakit menular pada manusia,  karena lebih dari 60% di antaranya berasal dari hewan, terutama dari satwa liar.  

.

Kedua, berinvestasi dalam ketersediaan air bersih, sanitasi, sampai alat kesehatan. Di seluruh dunia, miliaran orang tidak memiliki akses ke layanan paling dasar yang diperlukan untuk melindungi kesehatan mereka, baik dari COVID-19, atau risiko lainnya. Fasilitas cuci tangan sangat penting untuk pencegahan penularan penyakit menular, tetapi sekitar 40% rumah tangga tidak memilikinya. Kuman resisten antimikroba tersebar luas di air dan udara, sehingga pengelolaan yang baik diperlukan untuk mencegah penyebaran kembali ke manusia. Secara khusus, fasilitas  kesehatan harus dilengkapi dengan layanan air dan sanitasi, termasuk sabun dan air yang merupakan intervensi paling dasar untuk memutus penularan SARS-CoV-2 dan infeksi lainnya. Selain itu, juga akses ke alat kesehatan yang andal yang diperlukan untuk keselamatan melaksanakan sebagian besar prosedur medis, dan perlindungan kerja bagi tenaga kesehatan.

.

Kota Sehat untuk Masyarakat Cerdas - Tribun-medan.com

Ketiga, memastikan transisi energi yang sehat dan cepat. Saat ini, lebih dari tujuh juta orang per tahun meninggal karena paparan polusi udara di kota, sekitar 1 dari 8 dari semua kematian. Lebih dari 90% orang menghirup udara luar ruangan dengan tingkat polusi yang melebihi nilai aman kualitas udara. Dua pertiga dari paparan polusi luar ruangan ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, yang juga yang mendorong perubahan iklim. Beberapa negara yang paling awal dan paling parah terkena COVID-19, seperti Italia dan Spanyol, dan negara yang paling berhasil mengendalikan penyakit ini, seperti Korea Selatan dan Selandia Baru, telah menempatkan pembangunan hijau di samping kesehatan sebagai jantung atas strategi pemulihan paska COVID-19.

.

Keempat, mempromosikan sistem pangan yang sehat dan berkelanjutan. Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya akses ke makanan atau konsumsi makanan berkalori tinggi yang tidak sehat oleh sebagian besar warga kota, sekarang menjadi penyebab tunggal terbesar dari gangguan kesehatan global. Hal tersebut juga meningkatkan kerentanan terhadap risiko lain, misalnya obesitas dan diabetes, yang juga merupakan komorbid dan salah satu faktor risiko terbesar terjadinya kematian, saat terkena COVID-19.

.

Kelima, membangun kota yang sehat dan layak huni. Lebih dari setengah populasi dunia sekarang tinggal di kota, menggerakkan lebih dari 60% aktivitas ekonomi dan emisi gas rumah kaca. Karena kota memiliki kepadatan penduduk yang relatif tinggi dan padat lalu lintas, banyak perjalanan dapat dilakukan dengan lebih efisien dengan transportasi umum, berjalan kaki, dan bersepeda, dibandingkan dengan mobil pribadi. Ini juga membawa manfaat kesehatan utama melalui pengurangan polusi udara, cedera lalu lintas di jalan raya, dan lebih dari tiga juta kematian tahunan akibat tidak aktif secara fisik. Beberapa kota terbesar dan paling dinamis di dunia, seperti Milan, Paris, dan London, telah menanggapi krisis COVID-19 dengan membuat jalan bagi pejalan kaki dan memperluas jalur sepeda secara besar-besaran. Hal ini memungkinkan terjadinya transportasi yang jauh dengan beraktivitas fisik selama krisis,  meningkatkan kegiatan ekonomi, dan kualitas hidup warganya.

.

Keenam, berhenti menggunakan pajak untuk mendanai polusi. Kerusakan ekonomi akibat COVID-19 dan langkah-langkah pengendalian yang diperlukan, menghabiskan keuangan negara. Reformasi keuangan harus dilakukan dan sektor terbaik adalah dengan memangkas subsidi bahan bakar fosil. Secara global selama dekade terakhir, sekitar US$ 400 miliar pajak dihabiskan setiap tahun secara langsung, untuk mensubsidi bahan bakar fosil, yang mendorong perubahan iklim dan menyebabkan polusi udara. Pada hal biaya pribadi dan sosial yang ditimbulkan oleh gangguan kesehatan dan dampak lain dari polusi tersebut, umumnya tidak dimasukkan ke dalam komponen harga bahan bakar dan energi. Kalau dihitung rinci gangguan kesehatan dan kerusakan lingkungan, maka nilai sebenarnya subsidi bahan bakar menjadi lebih dari US$ 5 triliun per tahun. Angka ini lebih besar dari yang dikeluarkan oleh semua pemerintah di dunia untuk sektor kesehatan, bahkan sekitar 2.000 kali anggaran WHO.

.

Pandemi COVID-19 telah menunjukkan, bahwa warga masyarakat akan mendukung kebijakan pembangunan kota sehat yang sulit sekalipun, jika pengambilan keputusan dilakukan secara transparan, berbasis bukti, dan inklusif, serta memiliki tujuan yang jelas untuk melindungi kesehatan, keluarga, dan mata pencaharian masyarakat. 

Apakah kita sudah bijak?

Sekian

Yogyakarta, 5 November 2021

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life vaksinasi

2021 Hari Pneumonia Sedunia

Berita pneumonia Terkini dan Terbaru Hari Ini - SINDOnews

HARI  PNEUMONIA  SEDUNIA  2021

fx. wikan indrarto*)

Pneumonia atau radang paru-paru adalah satu-satunya penyebab kematian oleh penyakit infeksi terbesar pada pasien dewasa dan anak, apalagi saat pandemi COVID-19. Tidak ada infeksi lain yang menyebabkan beban kematian setinggi ini. Apa yang harus dilakukan?

.

Hari Pneumonia Sedunia diperingati pada Jumat, 12 November 2021 dengan tema : Pneumonia (Pembunuh Terlupakan) Lawan dengan STOP Pneumonia, dan diadakan selama COP 26, Konferensi Perubahan Iklim PBB yang sempat dihadiri oleh Presiden Joko Widodo di Glasgow, Skotlandia. Ini adalah momen penting untuk menyatukan komunitas kesehatan, memperbaiki kualitas udara dan iklim untuk mengatasi pembunuh menular terbesar di planet ini.

.

baca juga :https://dokterwikan.com/2020/12/08/2020-kematian-anak-karena-covid-19/

.

Polusi udara adalah faktor risiko utama kematian akibat pneumonia di semua kelompok umur. Hampir sepertiga dari semua kematian akibat pneumonia disebabkan oleh udara yang tercemar, menewaskan sekitar 749.200 pada tahun 2019. Polusi udara rumah tangga berkontribusi pada 423.000 kematian ini, sementara polusi udara luar ruangan berkontribusi pada 326.000 kematian lainnya.

.

Bayi atau yang paling muda dan lansia atau yang sangat tua adalah kelompok usia yang paling berisiko. Bayi dan anak lebih rentan terhadap polusi udara rumah tangga, terutama yang tinggal di rumah yang secara teratur menggunakan bahan bakar dan teknologi yang berpolusi, untuk memasak, memanaskan dan penerangan. Sementara polusi udara luar ruangan, terutama dari polutan yang dikeluarkan oleh industri dan asap knalpot mobil, secara tidak proporsional mempengaruhi kesehatan organ pernapasan di antara orang dewasa yang lebih tua.

.

Pneumonia, Kenali Bahayanya bagi Anak-anak Halaman all - Kompas.com

Sembilan puluh persen kematian terkait polusi udara terkonsentrasi di 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di banyak negara Afrika, polusi udara menyumbang lebih dari 50 persen dari semua kematian akibat pneumonia. Dan sementara kematian pneumonia akibat polusi udara dalam rumah tangga menurun di Afrika, pada saatyang bersamaan secara tragis justru meningkat sebagai akibat dari polusi udara luar ruangan. Hal serupa ini juga berlaku untuk Asia, termasuk Indonesia.

.

Pneumonia tidak hanya berdampak pada individu anak, tetapi juga saudara kandung yang mungkin tidak lagi dapat bersekolah, karena orang tua mereka merawat anak yang sakit, atau sumber keuangan yang sudah semakin langka, harus dialihkan dari biaya sekolah menjadi untuk membayar biaya pengobatan. Itulah mengapa sangat penting untuk mempromosikan serangkaian praktik kesehatan untuk menghindari pneumonia sejak awal kehidupan anak, yaitu dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, nutrisi yang cukup, dan suplementasi vitamin A.

.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan merupakan komponen kunci untuk memperkuat sistem kekebalan bayi. Bayi yang disusui secara eksklusif memiliki risiko infeksi dan penyakit parah, termasuk pnemonia, yang lebih rendah daripada mereka yang kekurangan sumber antibodi penting ini dari ibu. ASI eksklusif dapat menyebabkan penurunan 23% kejadian pneumonia. Bayi antara usia 0-5 bulan yang tidak disusui sama sekali menghadapi risiko kematian akibat pneumonia yang sangat besar, bahkan mencapai 15 kali lebih mungkin meninggal, karena pneumonia daripada bayi yang disusui secara eksklusif.

.

Nutrisi yang cukup membantu memastikan sistem kekebalan berfungsi dengan baik untuk melindungi anak dari pneumonia, serta penyakit lainnya. Anak yang kekurangan gizi menghadapi risiko penyakit yang lebih tinggi, durasi penyakit yang lebih lama, dan kemungkinan kematian akibat penyakit yang lebih besar. Tanpa akses ke makronutrien yang cukup seperti protein, lemak, dan karbohidrat, dan mikronutrien seperti seng dan vitamin A, anak lebih rentan terhadap pneumonia, dan anak yang bergizi baik memiliki risiko lebih rendah untuk meninggal karena pneumonia.

.

Vaksin adalah tindakan pencegahan pneumonia penting bagi anak, agar juga membantu keluarga terhindar dari biaya pengobatan dan beban keuangan lainnya akibat sakit. Pneumonia memiliki banyak patogen penyebab, tetapi sebagian besar yang paling mematikan sudah dapat dicegah dengan vaksin terhadap patogen ganas Streptococcus pneumoniae (pneumokokus), Haemophilus influenzae tipe b (Hib), pertusis (batuk rejan), dan campak. Semua vasin tersebut sudah tersedia di Indonesia, dan direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), meskipun vaksin pneumokokus belum masuk dalam program imunisasi dasar nasional.

Ketahui Obat Pneumonia Sesuai Penyebabnya - Alodokter

Obat antibiotik amoksisilin saat ini merupakan satu-satunya pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk pneumonia. Obat ini dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan dapat mencegah sebagian besar kematian akibat pneumonia, dengan biaya hanya sekitar USD $ 0,21-0,42 per paket pengobatan. Tablet dispersi amoksisilin adalah terjangkau dan sesuai untuk digunakan pada anak kecil. Namun waktu adalah esensi, karena pengobatan yang tertunda mungkin tidak memadai untuk mencegah dampak yang menghancurkan dari pneumonia, yaitu kematian anak. Perang melawan pneumonia harus dipertimbangkan juga untuk memerangi resistensi antimikroba. Pemberian antibiotik secara tepat untuk mengobati infeksi bakteri yang didiagnosis dengan benar, dapat membantu mengatasi pneumonia yang menjadi masalah global ini. Faktanya adalah lebih banyak anak meninggal karena kurangnya akses ke antibiotik, daripada karena resistensi antibiotik.

.

Momentum Hari Pneumonia Sedunia 2021 tidak hanya mengingatkan kita akan pentingnya memperbaiki kualitas udara dan iklim sesaui COP 26 Glasgow, tetapi juga meningkatkan cakupan imunisasi pneumokokus, Hib, DPT, dan campak damlam melawan Pneumonia (Pembunuh Terlupakan).

Sudahkah kita melakukannya pada bayi di sekitar kita?

Sekian

Yogyakarta, 6 November 2021

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life sekolah vaksinasi

2021 Berdampingan dengan COVID-19

Disiplin Prokes Kunci Hidup Berdampingan dengan Covid-19 | merdeka.com

BERDAMPINGAN  DENGAN  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Tidak lama lagi COVID-19 akan berubah dari “pandemi” menjadi “endemi”. Momentum ini sebenarnya lebih subyektif daripada obyektif. Mengapa demikian?

.

Tidaklah realistis untuk berharap bahwa dunia akan benar-benar mampu membasmi virus COVID-19, tetapi cukup keluar dari fase pandemi dan masuk ke fase endemi. Pada kondisi endemi, virus akan terus ada di beberapa wilayah secara global selama bertahun-tahun, tetapi prevalensi dan dampaknya akan turun ke tingkat yang relatif dapat dikendalikan. Pada saat itu COVID-19 menjadi lebih mirip seperti influenza, daripada penyakit ganas yang sempat menghentikan semua aktivitas manusia di dunia. Ketika telah mencapai titik endemi itu, kita akan hidup jauh lebih mudah dan nyaman.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/10/29/2021-covid-19-di-sekolah/

.

Penyakit menular dapat disebut endemi apabila tingkat infeksi atau jumlah reproduksi stabil pada angka satu, yang berarti satu orang yang terinfeksi, rata-rata menginfeksi hanya satu orang lainnya. Selain itu, juga ‘fatality rate’ kurang lebih 2 persen, kasus aktif kurang lebih 100 ribu, serta ‘positivity rate’ kurang dari 5 persen. Syarat WHO sebuah wilayah mendapat status endemis dan dapat hidup berdampingan dengan COVID-19, sebenarnya tidaklah hanya laju penularan yang dapat dikendalikan ke tingkat kasus sporadis saja. Ada syarat lainnya termasuk sistem dan kapasitas layanan kesehatan memadai dan tersedia, juga mencakup deteksi kasus, tes, isolasi, dan karantina. Selain itu, risiko terjadinya wabah telah diminimalkan, tindakan pencegahan tersedia, risiko kasus impor dari wilayah dan luar negara dapat dikelola baik. Juga partisipasi masyarakat terwujud secara sadar dalam menerapkan protokol kesehatan.

.

Tingkat infeksi dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemberian vaksin COVID-19 yang luas, untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yaitu, ketika cukup banyak populasi telah memperoleh kekebalan untuk memberikan perlindungan kepada semua orang di sekitarnya. Namun demikian, harapan itu telah pupus di beberapa wilayah dan negara, karena kegagalan untuk memvaksinasi cukup banyak orang dan juga karena terjadinya varian COVID-19 lain yang lebih menular, telah beredar luas.

.

Menurunkan jumlah reproduksi virus COVID-19 menjadi hanya satu, sebenarnya hanyalah syarat “minimal” untuk menjadi endemik. Ada faktor lain yang ikut berperan, tetapi faktor tersebut lebih rumit, karena lebih subjektif.

.

COVID-19 menjadi endemik ketika pakar kesehatan, pemerintah, dan masyarakat secara bersama-sama, memutuskan untuk setuju dengan tingkat dampak buruk yang ditimbulkan virus. Jelas saja itu hal yang rumit, karena subyektivitasnya tinggi, terkait sangat mungkin orang akan berbeda pendapat tentang tingkat yang dapat diterima.

.

Indonesia, Sudah Siap Hidup Berdampingan dengan Covid-19?

Dampak terburuk infeksi COVID-19 jelas kematian. Banyak orang akan bersilang pendapat tentang tingkat kematian yang “dapat diterima”. Pada hal kematian bukan satu-satunya dampak COVID-19 yang perlu dianggap serius. COVID-19 dapat juga menyebabkan gejala jangka panjang pada sebagian kecil kasus, sekitar 10 persen pada orang yang tidak divaksinasi dan sejumlah kecil orang yang telah divaksinasi. Gejalanya meliputi penurunan fungsi otak, kehilangan ingatan, dan kelelahan, bahkan disabilitas yang disebut “Long COVID-19”.

.

Selain subyektivitas tingkat kematian dan ‘long COVID-19’ yang dapat diterima, juga tingkat ketersediaan obat anti COVID-19. Ada yang mensyaratkan ketersediaan obat produksi infustri farmasi Merck, yaitu molnupiravir, yang diklaim mampu memangkas setengah kejadian rawat inap di rumah sakit karena COVID-19 untuk orang yang berisiko, kemudahan persyaratan perjalanan dan aktivitas masyarakat. Selain itu, juga tingkat ketersediaan ICU, IGD dan tempat tidur rumah sakit, juga rantai pasokan obat dan alat kesehatan, yang tidak sepenuhnya obyektif.

.

Faktor utama penentu berakhirnya pandemi adalah saat kita tidak khawatir lagi, terhadap gangguan kesehatan karena COVID-19. Pandemi berakhir ketika krisis berhenti, tidak hanya ketika mencapai penurunan laju penularan atau tingkat kematian saja, tetapi juga faktor lain yang sedikit subjektif.

.

Temuan kasus COVID-19 pertama di Indonesia disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo hari Senin, 2 Maret 2020 di Jakarta. Pada saat itu virus SARS COV-2 penyebab COVID-19 telah menyebar hingga ke lebih dari 60 negara, dengan jumlah kasus COVID-19 mencapai angka 88.382 kasus, terutama di Cina (79.826 kasus), Korea Selatan (3.736 kasus), Italia (1.694 kasus) dan Iran (978 kasus). Selanjutnya pada Senin, 11 Maret 2020 WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi. Segera setelah itu, banyak pemerintah di seluruh dunia satu per satu mengumumkan keadaan darurat nasional. Sebaliknya, pernyataan resmi yang mengatakan keadaan darurat, krisis, dan pandemi telah berakhir tentu tidak mudah terjadi, karena saat penentuan endemik proses tersebut terjadi secara terbalik arah.

.

Proses pertama, masing-masing negara akan mendeklarasikan berakhirnya keadaan darurat yang didasarkan pada kriteria obyektif reproduksi COVID-19 dan beberapa kriteria subjektif di atas. Beberapa negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, akan mencapai kondisi endemi lebih cepat daripada yang lain. Setelah banyak negara menjadi endemi, maka WHO pada akhirnya akan mengumumkan berakhirnya pandemi global COVID-19.

.

Saat sekelompok masyarakat sudah tidak lagi kawatir akan laju penularan dan dampak buruknya, maka kehidupan baru berdampingan dengan COVID-19 dapat dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan di 6 aktivitas utama masyarakat. Pertama, aktivitas di tempat perdagangan, mencakup pasar toko modern, maupun tradisional. Kedua, aktivitas perjalanan menggunakan transportasi publik di darat, laut, maupun udara. Ketiga, aktivitas wisata di destinasi pariwisata, hotel, restoran, dan ruang pertunjukan seni. Keempat, aktivitas produktif di kantor atau pabrik, baik pemerintah, swasta, bank, pabrik besar, maupun UKM/IRT. Kelima, aktivitas keagamaan di lokasi ibadah dan kegiatan keagamaan, serta keenam, aktivitas pendidikan utama di sekolah seperti PAUD, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, maupun pendidikan tambahan.

7 Alasan Singapura Berani Hidup Bersama Covid-19, Tidak Semua Negara Bisa  Tiru Halaman all - Kompas.com
.

Penerapan protokol kesehatan, terutama menggunakan masker di tempat umum adalah sangat bermanfaat karena berbagai alasan. Pertama, tingkat infeksi dan kematian lebih rendah. Penelitian yang membandingkan tingkat kematian di negara di mana orang diharuskan memakai masker dengan negara di mana masker adalah pilihan, terlihat perbedaan yang sangat mencolok. Tingkat kematian meningkat rata-rata 43 persen setiap minggu di negara di mana orang tidak diharuskan memakai masker, dibandingkan hanya 2,8 persen di negara yang mewajibkan masker.

.

Kedua, mencegah penularan dari Orang Tanpa Gejala (OTG), karena dibutuhkan rata-rata lima hari bagi orang yang terinfeksi COVID-19 untuk menunjukkan gejala. Bahkan 18 persen kasus COVID-19 tidak pernah mengalami gejala sama sekali, tetapi dapat menularkannya kepada orang lain. Selain itu, hampir setengah kasus COVID-19 terinfeksi dari orang yang tidak menunjukkan gejala apapun. Ketiga, melindungi orang dengan komorbid agar tidak terinfeksi, karena mereka paling berrisiko mengalami komplikasi yang sangat parah, saat terinfeksi virus corona. Keempat, menggunakan masker adalah pencegahan tertular yang paling mudah bagi orang yang belum divaksin COVID-19.

.

Bersama dengan mencuci tangan dan menjaga jarak fisik, marilah kita menggunakan masker dan mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis lengkap, sehingga akan membuat semua orang dapat kembali melakukan 6 aktivitas utama, dengan nyaman, senang dan aman dari risiko penularan COVID-19, sebelum resmi dinyatakan sebagai endemi.

Sudahkah kita bertindak bijak?

Sekian

Yogyakarta, 28 Oktober 2021

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161