PEDOMAN BARU MELAWAN COVID-19
fx. wikan indrarto*)
Pada hari Jumat, 13 Januari 2023 WHO telah memperbarui pedoman melawan COVID-19. Dalam hal ini menyangkut tentang pemakaian masker di komunitas, perawatan COVID-19, dan manajemen klinis. Apa yang menarik?
.
Pedoman baru ini adalah bagian dari proses berkelanjutan dalam evaluasi rutin pedoman global dan bekerja sama pakar internasional independen. Pedoman disusun dengan mempertimbangkan bukti penelitian terbaru yang tersedia dan data epidemiologi yang terus saja berubah.
.
baca juga : https://dokterwikan.com/2022/01/28/2022-obat-baru-untuk-covid-19/.
Pertama, masker terus menjadi alat utama melawan COVID-19
WHO terus merekomendasikan penggunaan masker, terlepas dari situasi dan data epidemiologi lokal, mengingat penyebaran COVID-19 saat ini masih berlangsung secara global. Masker sangat direkomendasikan pada seseorang setelah terpapar COVID-19, dicurigai menderita COVID-19, dan berisiko tinggi terkena COVID-19 parah. Selain itu, masker juga sebaiknya digunakan untuk siapapun di dalam ruangan yang padat, tertutup, atau berventilasi buruk.
WHO juga menyarankan bahwa otoritas lokal, regional dan nasional terus melakukan penilaian risiko secara berkesinambungan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan termasuk tren epidemiologi lokal atau peningkatan tingkat rawat inap, tingkat cakupan vaksinasi COVID-19 dan kekebalan di masyarakat, dan situasi di mana orang berada.
.
.
Kedua, pengurangan jangka waktu isolasi untuk pasien COVID-19
WHO menyarankan bahwa pasien COVID-19 dapat keluar dari ruang isolasi lebih awal, jika mereka dites sudah negatif menggunakan tes cepat berbasis antigen, bukan lagi PCR. Namun demikian, tanpa tes antigen, untuk pasien dengan gejala klinis isolasi cukup selama 10 hari sejak tanggal timbulnya gejala. Pedoman sebelumnya adalah pasien dapat dipulangkan 10 hari setelah timbulnya gejala, ditambah setidaknya tiga hari tambahan, sejak gejala klinisnya hilang.
Bagi orang yang dites positif COVID-19 tetapi tidak memiliki tanda atau gejala apa pun, WHO sekarang menyarankan cukup 5 hari isolasi, dibandingkan 10 hari pada pedoman sebelumnya. Isolasi untuk orang dengan COVID-19 adalah langkah penting dalam mencegah orang lain terinfeksi. Ini dapat dilakukan di rumah atau di fasilitas khusus, seperti rumah sakit, klinik atau shelter. Bukti menunjukkan bahwa orang tanpa gejala jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus dibandingkan mereka yang memiliki gejala. Meskipun kepastiannya sangat rendah, bukti juga menunjukkan bahwa orang dengan gejala yang dipulangkan pada hari ke 5 setelah timbulnya gejala, berisiko menularkan orang tiga kali lebih banyak daripada mereka yang dipulangkan pada hari ke 10.
.
.
Ketiga, pengobatan COVID-19. WHO telah memperluas rekomendasi kuatnya untuk penggunaan nirmatrelvir-ritonavir (Paxlovid). Ibu hamil atau menyusui dengan COVID-19 yang tidak parah harus berkonsultasi dengan dokter, untuk menentukan apakah mereka harus menggunakan obat ini, karena ‘kemungkinan manfaatnya’ dan terjadinya efek samping obat yang telah dilaporkan.
Nirmatrelvir-ritonavir pertama kali direkomendasikan oleh WHO pada April 2022. WHO sangat merekomendasikan penggunaannya pada pasien COVID-19 ringan atau sedang yang berisiko tinggi untuk dirawat inap di rumah sakit. Pada Desember 2022, produsen obat generik nirmatrelvir-ritonavir untuk pertama kalinya telah diprakualifikasi oleh WHO.
WHO juga menganalisis bukti manfaat pada dua obat lain, sotrovimab dan casirivimab-imdevimab. Pedoman baru terus mempertahankan rekomendasi kuat untuk penggunaannya dalam mengobati COVID-19. Obat-obatan antibodi monoklonal ini terbukti mampu mengurangi aktivitas varian virus COVID-19 yang beredar global saat ini. Obat baricitinib dan sotrovimab dalam rekomendasi kali ini, yang merupakan pembaruan kedelapan pedoman WHO tentang terapi COVID-19, didasarkan pada bukti dari tujuh uji klinis yang melibatkan lebih dari 4.000 pasien dengan COVID-19 derajat yang tidak parah, parah, dan kritis.
.
Saat itu ada beberapa pilihan pengobatan yang terbukti baik untuk pasien COVID-19. Terdapat tiga jenis pengobatan untuk mencegah rawat inap pada orang berisiko tinggi dan tiga di antaranya terbukti mampu menyelamatkan nyawa pada pasien dengan penyakit parah atau kritis. Obat lain adalah baricitinib, sangat direkomendasikan untuk pasien COVID-19 derajat parah atau kritis. Obat dalam kelas inhibitor Janus Kinase (JAK) ini mampu menekan stimulasi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. WHO merekomendasikan agar diberikan dengan kortikosteroid. Baricitinib adalah obat oral atau ditelan, yang selama ini telah digunakan untuk pengobatan radang sendi atau rheumatoid arthritis. Baricitinib ini mirip dengan obat radang sendi lain dalam kelas penghambat reseptor Interleukin-6, yang sebelumnya telah direkomendasikan oleh WHO pada Juli 2021.
Panduan penggunaan masker dan pengurangan masa isolasi pasien COVID-19 tentu tidak sulit kita lakukan. Sebaliknya untuk pengobatan terbaru COVID-19 adalah hal yang subngguh sulit, karena kecuali kortikosteroid, akses ke obat anti COVID-19 lainnya tetap tidak memuaskan secara global.
Sudahkah kita bertindak bijak dalam pengendalian dan pengobatan COVID-19?
Sekian
Yogyakarta, 16 Januari 2023
*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161