Categories
Istanbul

2019 UHC Sektor Swasta

Hasil gambar untuk uhc

UHC  OLEH  SWASTA

fx. wikan indrarto*)

Cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couveraga (UHC), didasarkan pada prinsip bahwa semua individu dan warga masyarakat, harus memiliki akses yang setara ke layanan kesehatan esensial berkualitas, tanpa menderita kesulitan keuangan (financial hardship). Banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam mewujudkan UHC menjadi kenyataan, dan sektor swasta adalah pemain kunci di semua negara, termasuk di Indonesia. Apa yang perlu dicermati?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/06/30/2019-capaian-uhc/

.

Melibatkan sektor swasta, bukan sekedar sektor publik milik pemerintah, harus menjadi bagian dari upaya untuk mencapai UHC. Oleh karena itu pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu melibatkan sektor swasta dan mengidentifikasi kepentingan bersama. UHC2030 adalah sebuah kemitraan berbagai pemangku kepentingan untuk mempromosikan kerja kolaboratif di semua negara dan secara global, pada penguatan sistem kesehatan untuk mencapai UHC. Dipandu oleh prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam ‘UHC2030 Global Compact’ untuk kemajuan menuju UHC, kemitraan ini mencakup pemerintah, organisasi internasional, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, akademisi, dan media.

.

Dengan tema : Pelibatan Sektor Swasta (UHC2030 Private Sector Constituency), kerja besar ini berupa koordinasi sektor swasta bidang layanan kesehatan, untuk mendorong adanya dialog dan kolaborasi, agar tercapai UHC. ‘World Economic Forum’ di Davos, Swiss adalah sebuah organisasi internasional untuk kerja sama sektor publik atau pemerintah dengan swasta, yang telah menyelenggarakan Konstituensi atau pelibatan Sektor Swasta untuk mencapai UHC2030. Konstituensi ini memiliki dua tingkat pemerintahan, yaitu ‘The Core Action Group’ dan ‘The Consultative Group.’ Kelompok Aksi Inti (The Core Action Group) menentukan arahan umum dan bertanggung jawab atas manajemen strategis di suatu daerah tertentu. Ini terdiri dari minimal enam perusahaan anggota dan dua asosiasi. Kelompok Konsultatif memberikan input strategis kepada Grup Aksi Inti.

.

UHC2030 telah memprakarsai Dialog Multi-stakeholder secara Global tentang Keterlibatan Sektor Swasta. Forum tersebut bertujuan untuk menyatukan semua pemangku kepentingan dalam mengidentifikasi bidang yang dapat diselaraskan atau dapat disejajarkan. Selain itu, juga untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kemitraan baru menuju UHC, termasuk akses yang adil ke layanan kesehatan esensial yang berkualitas dan perlindungan jaminan kesehatan keuangan. Untuk tujuan dialog ini, sementara akan fokus pada sektor swasta nirlaba, yaitu yang bukan murni kegiatan bisnis, yang secara langsung menyediakan layanan kesehatan, obat dan alat kesehatan. Ini termasuk penyedia layanan medis, asuransi kesehatan, produsen dan distributor obat dan produk kesehatan, bahkan penyedia teknologi inovatif dan aplikasi layanan kesehatan.

.

Dialog multi-stakeholder global tentang keterlibatan sektor swasta akan menyatukan semua pemangku kepentingan, untuk menjawab peran apa yang dapat dan harus dimainkan oleh sektor swasta, dalam mencapai UHC. Lebih khusus lagi, perlu dirumuskan langkah untuk menyelaraskan tujuan bisnis sektor swasta, terutama dalam kalkulasi pengembalian investasi. Tujuannya adalah terbitnya kebijakan publik dari peningkatan akses layanan kesehatan yang adil dan perlindungan akan jaminan keuangannya, untuk fasilitas kesehatan sektor swasta.

.

UHC2030 seharusnya juga memfasilitasi dialog semua pemangku kepentingan tentang bagaimana sektor swasta dapat terlibat untuk mencapai tujuan UHC di berbagai negara percontohan. Dialog akan memungkinkan pemerintah untuk mengambil pendekatan kebijakan berbasis permintaan, untuk keterlibatan sektor swasta, khususnya yang berfokus pada pemberian layanan kesehatan primer. Hasil akhirnya adalah bahwa pemerintah menjadi lebih siap untuk membuat keputusan yang tepat, tentang peran yang tepat oleh sektor swasta, dalam memenuhi prioritas kesehatan nasional, melalui dialog publik dengan sektor swasta untuk mencapai UHC.

.

UHC2030 sedang mencari mitra untuk bekerja sama dengan komunitas sektor swasta nirlaba, yang menyediakan barang dan jasa dalam rantai layanan kesehatan, seperti fasilitas kesehatan, asuransi kesehatan, dan produsen dan distributor obat dan produk kesehatan, serta teknologi inovatif yang mengganggu (disruptive) dengan aplikasi seluler dalam bidang kesehatan.

.

Di Indonesia peserta Program JKN pada Kamis, 1 Agustus 2019 telah mencapai 223.347.554 orang, yang dilayani di 27.229 Fasilitas Kesehatan (faskes) provider JKN. Faskes sektor swasta terdiri dari 5.241 Dokter Praktek Perorangan (DPP) dan 6.615 buah Klinik Pratama, selain faskes publik 9.989 buah puskesmas di seluruh Indonesia. Semua sektor swasta di Indonesia diharapkan menjadi pemain kunci dalam mewujudkan UHC.

Sudahkah kita bertindak bijak?

Sekian

Yogyakarta, 26 Agustus 2019

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, dan Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2019 REUNI PROBOLINGGO

REUNI PROBOLINGGO 2019

fx. wikan indrarto*)

Jumat pagi, 23 Agustus 2019, suasana peron Stasiun Lempuyangan Yogyakarta sangat riuh. Stasiun Lempuyangan adalah stasiun kereta api kelas besar tipe B yang terletak pada ketinggian +114 meter, diresmikan pada tanggal 2 Maret 1872 oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), dan direncanakan sebagai titik akhir jalur kereta api rute Semarang–Solo–Yogyakarta. Apa yang menarik?

Pagi itu saya mengantar kaos, tiket KA dan nasi dos sebagai konsumsi untuk 17 orang Forsinowan senior. Saat saya mengangkut perbekalan tersebut, saya jadi ingat bahwa pembangunan stasiun Lempuyangan ini dilatarbelakangi oleh kebijakan pengangkutan gula, dengan menggunakan moda transportasi kereta api, terlebih karena pada dekade 1870-an telah banyak industri gula bermunculan di Yogyakarta, yang kesemuanya dikelola oleh Kolonial Belanda. Nama stasiun ini berasal dari nama kampung yang terletak di selatan stasiun, yakni Kampung Tegal Lempuyangan dan dijadikan sebagai stasiun keberangkatan KA kelas ekonomi dari Yogyakarta, yaitu KA Progo jurusan Jakarta Pasar Senen dan KA Sri Tanjung jurusan Banyuwangi.

Pagi itu saya mengantar perbekalan untuk para Forsinowan penumpang KA Sri Tanjung, yaitu Bapak Fx. Ronny Dwi Agusulistyo (SeV 79, dosen USD), Bapak Thomas Dicky Hastjarjo (SeV 67, guru besar FPsi UGM), Bapak Eduardus Bambang Susetyo (SeV 82), Bapak Robertus Setiawan (SeV 67, dokter hewan Wonosari), Bapak Jacobus Joseph Lelyemin (SeV 82, arsitek) dan isterinya Ny. Servatia Herlina, Bapak C. Agus Haryanto (SeV 76, wiraswastawan), Bapak Frans Bunandi (SeV 68, wiraswastawan), Bapak Leonard M.H. Hutapea (SeV 82, Lurah Bumijo), Bapak Agus Sujono (SeV 67, dosen UNS) dan isterinya Ny. Enny MS, dan Bapak August Tristiyono (SeV 81, pensiunan banker nasional), Bapak FX. Eddy Arinto (SeV 75, dosen UJAY) dan isterinya Marie Ning Murdiyanti (arsitek). Para Forsinowan yang sudah saya belikan tiketnya tetapi batal berangkat adalah Bapak Gunawan Hari Sutopo (SeV 80),Bapak Suyoto HS (SeV 65) dan isteri Ny. Dwi Setyowati Suyoto, Bapak Apriadi Ujiarso (SeV 84) teman seangkatan saya, dan Bapak Bambang Trenggono (SeV 67).

Mengantar perbekalan untuk Forsinowan Kontingen Yogyakarta Istimewa
di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta

Para bapak tersebut adalah anggota Forsino (Forum Komunikasi Realino), yaitu asosiasi dari para mantan penghuni Realino. Realino adalah nama asrama untuk mahasiswa Indonesia, yang dikelola oleh para pastor Jesuit. Didirikan pada tahun 1952 di Yogyakarta, asrama mahasiswa akhirnya ditutup pada tahun 1991. Totalnya telah menampung sekitar 1.400 orang dalam waktu 39 tahun keberadaannya dengan slogan “Sapientia et Virtus” (kebijakan dan kebajikan), sehingga tahun masuk setiap warganya ditulis di belakang huruf SeV. Tujuan pendirian asrama adalah untuk mendidik mahasiswa Indonesia pada saat NKRI yang relatif masih muda, untuk hidup dalam lingkungan komunitas Indonesia kecil yang nyata, atau Bangsa Indonesia kecil. Warga asrama terdiri dari mahasiswa dari berbagai latar belakang etnik, agama, dan lintas disiplin, dengan mempraktikkan moto Bangsa Indonesia “Diversity in Unity”.

Di cabin Bis Cepat EKA Hino new RN 285 yang mewah dan longgar

Para Forsinowan tersebut akan menghadiri reuni akbar Realino di BJBR (Bee Jay Bakau Resort) Probolinggo, Jawa Timur, sedangkan saya akan menyusul naik bis PATAS pada siang hari, setelah isteri saya pulang bekerja. Setelah melepas semua Forsinowan dalam lambaian tangan diiringi suara gesekan roda besi KA Sri Tanjung di atas rel, saya langsung bergegas pulang, untuk bersiap visite pasien di RS Panti Rapih dan mengemas barang. Setelah makan siang, akhirnya kami naik bis Cepat EKA dari Terminal Giwangan Yogyakarta, tepatnya di Jalan Imogiri Timur Km 6, di dekat perbatasan antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul. Terminal Bis Giwangan merupakan terminal tipe A terbesar di Indonesia yang merupakan tempat singgah bus dari seluruh kota besar di Pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Terminal ini diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2004, dengan rata-rata jumlah penumpang yang dilayani berkisar 20.000 per hari, sedangkan jumlah bus yang melaluinya, berdatangan maupun bertujuan ke provinsi lain, mencapai 850 buah per hari.

Bis Cepat EKA siap mengantar kami meninggalkan Terminal Giwangan Yogyakarta

Bis Cepat EKA jurusan Purwokerto Surabaya PP yang kami naiki adalah sebuah bis Hino new RN 285 airsuspension berplat nomer Sidoarjo, yaitu S 7853 US, berangkat pk. 13.10 ke Surabaya pk.  bertarif Rp. 105 K/orang. Bis ini sempat masuk Tol Trans Jawa di gerbang Karanganyar dan keluar di gerbang tol Sragen, dengan beristirahat makan malam di RM Duta Ngawi pk. 17.35, dan lewat Kota Madiun yang ramai dan setelah menempuh 325 km, kami mencapai Terminal Purabaya, atau lebih populer dengan nama Terminal Bungurasih di Surabaya pada tengah malam. Terminal Bis Purubaya merupakan terminal bus tersibuk di Indonesia, dengan jumlah penumpang hingga 120.000 per hari, dan merupakan terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Terminal ini berada di luar perbatasan Kota Surabaya, tepatnya berada di Desa Bungurasih, Kecamatan Waru, Sidoarjo. Terminal ini melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh AKAP (Antar Kota Antar Provinsi).

Di Terminal Bis Purubaya Surabaya pada Sabtu, 24 Agustus 2019 dini hari

Pada saat beristirahat sejenak di Terminal Bis Purubaya pada pergantian hari Jumat ke Sabtu, 23 Agustus 2019, saya jadi teringat akan Peraturan Asrama Realino  yang diterbitkan Tahun 1957. Kata-katanya jelas, yaitu MUKADIMAH : Dengan ini kami, penghuni Asrama Mahasiswa Realino yang sedang mempersiapkan diri untuk masyarakat Indonesia dengan tugas tertentu, terutama belajar dan memperkembangkan diri sebaik-baiknya, karena sadar dan insaf akan perlunya dan adanya suatu pegangan dalam kekeluangaan kami, menyatakan mengakui sebagai asas dan dasar Asrama Realino adalah Ketuhanan yang Maha Esa dan Rasa tanggungjawab terhadap kepentingan dan kebaikan sesama teman, di dalam asrama khususnya dan terhadap sesama manusia umumnya.

Detail isi aturan sudah lupa, tetapi saya masih ingat akan hal tidur sesudah makan siang sampai pk. 16. Tidur malam mulal pk. 22 dan sesudah pk. 23 semua lampu harus dipadamkan. Pada pk. 05.30 dan pk. 16 tanda bangun dibunyikan.       Kemudian saya juga ingat hal makan pagi pk. 6-7.30, siang pk. 12.30-13.30, dan malam pk. 19.30-20.30. Di sela-sela itu ada kesempatan untuk minum teh pk. 10–11.30 dan pk. 16-17.30. Warga asrama yang terlambat dating di ruang makan karena alasan apapun, wajib menanti gelombang pertama selesai makan. Bila ada mahasiswa yang tidak dapat hadir makan, hendaknya memberitahu terlebih dahulu kepada Pemimpin. 

Segera kami melanjutkan perjalanan dari Terminal Bis Purubaya, naik Bis PATAS Surabaya Jember. Pada pagi buta iru, suasana terminal dan bis tetap ramai penumpang. Bis PATAS AKAS RK keluar dari gerbang Terminal Purubaya Surabaya dengan kecepatan sedang, masuk ke Gerbang Tol Sidoarjo, yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans-Jawa. Tol trans-Jawa sepanjang ±1.000 kilometer tersebut  termasuk dalam Asian Highway 2 (AH2) atau Jaringan Jalan Asia yang menghubungkan Asia dari Denpasar, Bali, Indonesia hingga Khosravi di Iran. Pada tanggal 20 Desember 2018, Jakarta dan Surabaya resmi tersambung dengan jalan tol ini. Kami memasuki jalan tol di Solo, lanjut menuju Kertosono dan Mojokerto, terus ke utara menuju Surabaya. Dari situ kembali ke arah Gempol, keluar tol menuju Probolinggo.

Bis Scania double garden belakang yang panjang, stabil dan elit

Di dalam bis yang melaju di atas ruas tol itu, saya kembali teringat akan kehadiran Asrama Realino (1952 – 1991) yang tidak dapat lepas dari pergumulan yang dialami oleh UNGM (Universitas Nasional Gadjah Mada), yang sekarang disebut UGM. Realino dan UGM lahir dalam kancah revolusi kemerdekaan, meski tanpa fasilitas yang memadai, tetap dengan semangat yang menggelora. Ruang kuliah UGM dipinjami oleh Sultan Hamengku Buwono IX, terpencar dari Ngasem dan Pagelaran sampai Jetis. Mahasiswanya pun hanya beberapa ribu, tetapi sudah kewalahan mencari pondokan. Sebenarnya saat itu Yogyakarta sebagai “kota pelajar” belum siap menjadi “kota universitas”.

Dalam situasi sederhana penuh tantangan seperti itulah REALINO lahir. Para pastor memohon kepada ‘Rama Kanjeng’ Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ (Uskup Agung Semarang) agar didirikan asrama untuk mahasiswa Katolik. Pada tahun 1952 Pastor Yoop Beek, SJ ditunjuk menjadi Pator Mahasiswa Yogyakarta, Direktur Kongregasi Maria Mahasiswa dan Moderator PMKRI sambil memulai suatu asrama untuk mahasiswa Katolik. Dengan dibantu oleh bruder Yakobus van Zon, SJ, Pastor Beek mengelola asrama Realino menggunakan separuh gedung di Jl. Code (sekarang disebuta Jl. Amat Jajuli) No. 2 Kotabaru, Yogyakarta yang bagian utaranya digunakan untuk Seminari Tinggi. Di gedung itulah, pada tanggal 3 Juli 1952, ASRAMA MAHASISWA REALINO mulai membuka pintu bagi 34 mahasiswa UNGM sebagai angkatan pertarna.

Sejak tahun 1947 ketika ia bersama Yohanes de Britto, SJ dinyatakan orang kudus dan diberi gelar ‘Santo’, umat Katolik pada tanggal 3 Juli itu rnemperingati Bernardinus Realino, SJ (1530-1616). Ia seorang Italia, yang semula menjadi seorang sarjana hukum cerdas dengan sukses meniti karirnya. Pada umur 34 tahun, selaku pejabat dan pemerintah kota Ferrara, ia sudah dinilai begitu ‘bijaksana’ hingga diutus mewakili kotanya dalam perundingan dengan kota Napoli. Disana Ia bertemu dengan Ignatius dari Loyola Spanyol, yang mengajaknya menjalani latihan rohani. Realino menemukan arah “kebijakannya’: ia masuk Ordo Serikat Jesus, menjadi imam, rektor, pelayan umat yang tak kenal lelah

Pada tahun 1956 “ASRAMA REALINO UNTUK MAHASISWA U.N.G.M.” pindah ke bangunan baru di Jl. Gejayan, Mrican, Sleman DIY dan melandaskan peraturannya pada (1) Ketuhanan Yang Maha Esa dan (II) Rasa Tanggung Jawab, seperti penuh semangat suci dirumuskan dalam MUKADIMAH (lihat hal. 11). Dengan demikian REALINO menjunjung tinggi PANCASILA sebagai ‘asas tunggal’ jauh sebelum diundangkan oleh Pemerintah Indonesia. ‘Kerukunan umat beragama’ pun dihayati benar, misalnya dalan ibadah puasa Ramadhan dinjamin bahwa para warga yang melaksanakannya dapat (bangun dan) ‘sahur’ dan ‘buka puasa’ pada waktunya.

Di kompleks Jl. Gejayan itu para warga asrama menempati dua unit, masing-masing disebut Villa Utara dan Villa Selatan dengan 20 kamar berukuran 4 x 4 m, untuk 3 orang mahasiswa yang berbeda agama, suku dan fakultasnya. Sebuah pelaksanaan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sistim ‘pengurus’ dan ‘ketua kamar’, dengan 3 orang warga setiap kamar disebut anak buah (warga baru masuk), kakak buah (pertengahan) dan bapak buah (paling senior), sehingga memungkinkan latihan kepemimpinan dan mengesankan adanya ‘demokrasi’. Asrama REALINO pada tahun 1962 mulai mempunyai kelompok koor atau paduan suara, bahkan juga suatu group orkes.

REALINO lahir dan bertumbuh dalam masa ‘Orde Lama’, dipacu oleh retorik Bung Karno yang menuntut kita berpikir ‘progresif revolusioner’. Mungkin gagasan Pater Beek sebenarnya juga sedikit terlalu maju dan berani. Konsepnya tentang ‘Kerasulan Intelektual’ melalui asrama yang serba terbuka dan penuh dialog. Usaha itu dilanjutkan oleh pemimpin ke-5, Pastor Johan Casutt, SJ (1967-1971) yang memberi impuls baru melalui proyek kerjasama REALINO-UGM, yakni pembuatan saluran air minum di lereng Gunung Merapi. Proyek ini memberi inspirasi terbentuknya LSM “Dian Desa”, dan juga mempengaruhi pelaksanaan program KKN di semua perguruan tinggi. Prestasi ini sesuai dengan tujuan Realino semula didirikan, yakni menunjang, menggenapi dan ‘menggarami’ dunia perguruan tinggi di Yogyakarta dan sekitarnya.

Sejak tahun 1971 itu asrama Realino tidak terbatas untuk mahasiswa UGM saja, tetapi juga terbuka untuk IKIP Negeri Karangmalang yang sekarang disebut UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) Selain itu, IKIP (sekarang Universitas) Sanata Dharma mulai 1974, UAJY (Universitas Atma Jaya Yogyakarta) sejak tahun 1976, UPN (Universitas Pembangunan Nasional) Veteran mulai tahun 1980, dan ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta mulai tahun 1988, mahasiswanya dapat mmenjadi warga Asrama Realino.

Asrama Realino tetap terjaga perannya sebagai lembaga pendidikan, yang melatih para penghuni untuk hidup tertib dan bertanggungjawab, yaitu melalui aneka kegiatan wajib seperti RDC (Realino Discussion Club), fungsi ‘bapak buah’ dan khususnya interaksi antara suku, agama dan disiplin ilmu dan kampus PT yang berbeda-beda. Semuanya diatur untuk usaha menggembleng para warga menjadi calon pemimpin yang “berpengetahuan luas, berpendidikan tinggi, bertanggungjawab, dan berguna bagi masyarakat”.

Setelah bergulat dengan semua pergolakan, tantangan dan dinamika dalam aspek pendidikan, kehidupan, dan kepemimpinan mahasiswa DIY, pada hari Sabtu, 30 Juni 1991, ASRAMA MAHASISWA REALINO secara resmi ditutup. Pada malam itu, dibacakan puisi perpisahan : “ada malam rembulan di balik awan, ada realino membara dalam kenangan  yang penuh harapan’. Karya pembinaan generasi muda yang selama 39 tahun telah berdampak sebagus itu, digagas tidak boleh pupus dengan begitu saja, tetapi harus mengalami peningkatan sebagai bagian integral dan proyek pelayanan akademik lebih menyeluruh, sehingga diteruskan oleh karya baru yang secara resmi dinamakan LEMBAGA STUDI REALINO, di bawah koordinasi USD Yogyakarta.

Namun demikian, para mantan warega Asrama Mahasiswa Realino tetapi bertumbuh dalam kesatuan baru yang disebut Forsino (Forum Komunikasi Realino), yang dalam usianya yang semakin senja, tetapi ingin memberikan sumbangsih bagi negeri. Misi Forsino adalah menggali dan mensosialisasikan nilai-nilai Sapientia et Virtus (kebijakan dan kebajikan), mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa, mewujudkan kepedulian kepada mereka yang kurang beruntung, dan mempererat kebersamaan sesama alumni. Salah satu kegiatannya adalah reuni setiap 2 tahun dan pada tahun 2019 ini akan diselenggarakan di Probolinggo, Jawa Timur.

Malam itu kami masih tetap terjaga di atas roda bis PATAS Suarabaya Jember, saat mengingat terpilihnya kembali Jokowi menjadi presiden periode 2019-2024, karena memberikan kepastian berlanjutnya program pembangunan infrastruktur yang mengkoneksikan jalur-jalur perekonomian, termasuk Probolinggo. Pembangunan infrastruktur jalan adalah salah satu ikhtiar pencapaian tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pada tataran teknis, tujuan pembangunan masih meneruskan nomenklatur Millenium Development Goals (MDGs) dengan menerapkan konsep Sustainable Development Goals (SDGs). Pada hari Sabtu, 24 Agustus 2109 menjelang pk. 1 dini hari, bis kami meluncur keluar dari pintu tol Probolinggo Barat.

Kota Probolinggo terletak sekitar 100 km sebelah tenggara Surabaya, ibukota Jawa Timur, yang kami tempuh tidak sampai 1 jam. Probo dalam bahasa Sanskerta berarti sinar, sedang Lingga berarti tanda, dalam hal ini adalah tanda perdamaian. Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk) raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, nama sungai yang mengalir di tengah daerah Banger ini. Pada saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan berkuasa, Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan, dikuasai pula oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.

Pada tahun 1746 VOC Belanda mengengkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung. Pada tahun 1770 nama Banger oleh Tumenggung Djojonegoro (Kanjeng Djimat) diubah menjadi “Probolinggo”. Kota Probolinggo merupakan daerah transit yang menghubungkan kota-kota di sebelah timur, yaitu Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota di sebelah barat, yaitu  Pasuruan, Malang, dan Surabaya. Setelah berkoordinasi dengan para panitia dan senior di WAG Forsino, kami segera turun di terminal bis Probolinggo, berjalan kaki keluar ke pinggir jalan, serta menunggu di sebuah gerai Indomaret yang masih padat pengunjung pada dini hari itu.

Melawan dingin udara pagi dalam panorama indah
Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru Jawa Timur

Segera kami bergabung dalam sebuah bis Pariwisata, bersama sekitar 60 orang warga Forsino yang masih terkantuk dan kedinginan, untuk menuju ke area pendakian Gunung Bromo. Nama Gunung Bromo berasal dari bahasa Sanskerta: Brahma, yaitu salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu, atau dalam bahasa Tengger dieja “Brama”, adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Kedinginan di puncak Penanjakan 1,
dengan panorama Gunung Bromo, Batok dan Semeru.

Sebagai sebuah objek wisata, Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Mengikuti arahan koreografer di areal Pasir Berbisik Gunung Bromo
Saat flashmob peserta Reuni Forsino Nusantara

Setelah kami mencapai areal parker di samping Polsek Sukapura di lereng Gunung Bromo, segera kami dibagi ke dalam 18 buah Jeep 4×4 Toyota Land Cruiser Hard Top ataupun Daihatsu TAFT, menuju ke lokasi berikutnya. Malam itu hamper sekitar 1250 buah Jeep dan 261 sepeda motor secara bersama-sama mendaki punggung gunung. Kami turun dari Jeep Daihatsu TAFT di spot Dingklik, lanjut naik ojek motor dengan 2 orang penumpang sekligus, mendaki ke pos Penanjakan 1. Kemacetan lalu lintas karena padatnya pengunjung, membuat kami berdebar dalam jalan zigzag yang mendaki, oleh pengojek lokal warga Tengger, yang dapat kami kenali dari logatnya bicara, kain sarung yang dikenakan di wajah, bukan di pantat dan pipinya yang kemerahan karena hemokonsentrasi adaptif.

Setelah melawan hembusan angin dingin pada suhu 3 derajad, juga mengambil foto panoramik Gunung Bromo, Batok dan Semeru yang ikonik, kami bergegas turun gunung. Perjalanan kami menuju area pasir berbisik, sebuah dataran luas dengan pasir vulkanik yang terhampar sangat luas, sangat menantang adrenalin bagi pengemudi dan penumpang. Kami segera berkumpul untuk melakukan flashmob yang direkam dari semua sisi, termasuk menggunakan drone, untuk menunjukkan kekompakkan Keluarga Besar Forsino Nusantara. Kami segera menuju Bukit Teletubbies di samping Kawah Bromo, untuk melakukan sesi dokumentasi dengan Gunung Batok yang ikonik dan Jeep yang berjajar, sebagai bagian dari panorama wajib.  Selanjutnya kami segera kembali ke bis di dekat Polsek Sukapura, untuk menuju areal reuni di dalam Kota Probolinggo.

Bersama Bang Benyamin Mangitung (bertopi, SeV 75, owner BJBR) dan Prof. Mardiasmo (sebelahnya, SeV 77)

Reuni Realino 2019 yang sudah dibuka saat kami sedang memulai perjalanan dari Yogyakarta, diselenggrakan di Bee Jay Bakau Resort (BJBR), di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Berawal dari kawasan bakau yang dipenuhi oleh sampah dengan bau yang menyengat, kini kawasan ini telah disulap menjadi kawasan ekowisata yang sangat indah. BJBR atau Mangrove BeeJay Bakau Resort yang merupakan sebuah wisata hutan bakau, dengan luas 5 hektar dan terletak di pesisir pantai Probolinggo, di dekat Pelabuhan Mayangan. BeeJay Bakau Resort ini tidak hanya menawarkan eksotisnya hutan bakau.

Siap ikut reuni Realino bersama Forsino Nusantara 2019

Setelah berkumpul dalam kemeriahan, kami segera santap pertengahan pagi dan siang (breanch) pada hari Sabtu, 24 Agustus 2019. Santap breanch itu kami selengi dengan sesi foto bersama, karena Prof. DR. Mardiasmo, Akt, SeV 79 yang saat ini menjabat Wakil Menteri Keuangan RI, telah hadir di BJBR, yang juga memiliki Mejangan Bakau Beach. Atau zona pantai pasir buatan seluas 8.000 m2 yang dilengkapi dengan berbagai wahana bagi wisatawan. Wahana Bee Jay Bakau Resort diantaranya Flying fox, Water boom, Water Splash, Futsal Pantai dan voli pantai. Juga ada fasilitas lain seperti Fantasy Land, The Caterpillar, Gedung Serba Guna, Rest-O-Tent Resto, Kafe Tenda, Kedai Digital BJ Mart, dan Mushola. Sedangkan untuk ekowisatanya ada Study Lingkungan, Outbond Pantai, Ekowisata Bakau, Ladang Bunga Matahari dan banyak lagi yang lainya. Wisatawan juga dapat menyusuri Lorong Seribu Payung dan Jalur Bersepeda.

Jalan setapak dari kayu kelapa di anatar pohon bakau
Menuju kamar di bungalouw Griya Hinggil 2 kamar atas

Setelah selesai santap breanch, kami memasuki sesi bebas yang kami gunakan untuk menikmati fasilitas yang ikonik BJBR, yaitu patung kuda raksasa yang terbuat dari bagian luar kayu kelapa. Patung kuda itu dinamai Kuda Cipta Wilaha yang terinspirasi dari mitologi Yunani. Wisatawan juga dapat berfoto dari atas patung kuda ini dengan naik melewati tangga di sisi belakang. BeeJay Bakau Resort masih memiliki spot foto instagramable seperti Spot Gembok Cinta, Piramida BJBR dari kumpulan botol bekas dengan kolam yang berisi ikan hiu hidup. Selanjutnya kami masuk bungalouw di Griya Hinggil 2 kamar atas, untuk mandi dan beristirahat.

Para isteri Forsinowan yang ikut reuni
Tanpa mereka, acara tidak akan berhasil baik

Setelah puas beristirahat dan mandi sore, segera kami kembali ke area reuni di dalam resto, yang harus kami tempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalanan dari kayu kelapa di atas air laut. Dalam hembusan angina laut di sela-sela pohon bakau, kami harus menempuh hamper 100 m dari bungalow ke resto, untuk makan siang dan mengobrol dengan para peserta reuni Realino. Dari sekitar 102 orang peserta, sebagian besar sempat menikmati spot foto di hutan bakau yang juga bagus, karena merupakan jalur pejalan kaki dari papan kayu, yang melewati kawasan hutan bakau.

RDC (Realino Discussion Club) yang santai tetapi inspiratif

Tepat pk. 16 dimulai acara RDC (Realino Discussion Club) yang dipimpin oleh mas Budiman Tanurejo (SeV 83), wakil pemimpin umum KKG (Kelompok Kompas Gramedia Group) dan host acara Satu Meja di Kompas TV. RDC menampilkan topik Medis oleh Dr. Iwan Kristian, SpBD dari FK UNAIR Siurabaya (SeV 82) dan topik Kebijakan oleh Prof. Mardiasmo. Acara yang santai tetapi berbobot tersebut, diakhiri untuk istirahat sore dan sholat mahrib. Setelah acara makan malam, acara reuni dilanjutkan dengan sesi kesenian, karaoke, polonice, joget poco-poco dan diakhiri dengan pemilihan pengurus Forsino periode selanjutnya. Mas Yohanes Turyanro SeV86 terpiliha menjadi Ketua Pengurus dan akan menyelenggarakan reuni selanjutnya di tahun 2021 di Yogyakarta.

Sesi foto bersama seusai RDC (Realino Discussion Club)

Malam itu kami segera menikmati jalan-jalan dalam hembusan hawa di lokasi resort yang sangat nyaman. Lebih indah lagi pada malam hari, karena pengunjung akan serasa berjalan di atas lampu laser. Juga ada Globe BJBR yang tidak kalah indah dibandingkan Singapura, karena air dingin murni yang mengalir dan dapat digunakan untuk terapi kesehatan. Spot foto kekinian lainnya ada Ikon I Love BJBR, Lampion Karakter, Lukisan 3D dan Foto Booth. Bee Jay Bakau Resort juga menyediakan wahana Becak Wisata dan Perahu Catamaran. Dengan wahana ini wisatawan dapat puas menikmati keindahan area hutan bakau di BJBR.

Patung Kuda Cipta Wilaha yang terinspirasi dari mitologi Yunani,
Pada malam hari yang bermandikan cahaya lampu dan berangin kuat

Rombongan Forsinowan dan keluarga,
sebelum berangkat misa kudus hari Minggu pagi

Minggu pagi, 25 Agustus 2019, kami segera bangun dalam bugar untuk menikmati matahari terbit di ufuk laut, dengan Patung Kuda Cipta Wilaha sebagai latar depan. Segera kami naik bis Pariwisata, yang mengalami banyak kendala aur, karena adanya sesi car free day, untuk mencapai Gereja Katolik Maria Bunda Karmel. Diselingi berjalan kaki sambal berlari karena bis tidak dapat mencapai areal gereja dalam car free day zone, kami memasuki gerbang gereja yang digunakan sejak dan 24 Februari 1944 dan beralamat di Jl. Suroyo No. 5, Probolinggo, Jawa Timur.

Di depan Gereja Katolik Maria Bunda Karmel Probolinggo

Meskipun sedikit terlambat mengikuti misa kudus hari Minggu dan dalam keringat yang tertahan karena AC yang telah terpasang, kami tetap mampu menikmati Gereja Maria Bunda Karmel yang mempunyai konsep filosofis agak berbeda dengan gereja katolik yang lain, tetapi tetap berpedoman pada liturgi gereja katolik sesuai dengan konsili Vatikan II. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ‘metaphore intangible’, baik dalam bentuk bangunan ataupun seragam liturgy para petugas yang lebih formal, yaitu jas dan rompi.

Bersama Romo Hugo Sudiyanto, OCarm (kemeja putih di tengah)
di depan gerbang gereja Maria Bunda Karmel Probolinggo,

Setelah misa kudus yang dipimpin oleh Romo Toto Hartaja, SJ (SeV 74), kami sempatkan berfoto bersama dengan Pastor Paroki Maria Bunda Karmel Probolinggo, Romo Hugo Sudiyanto, OCarm, di depan gerbang gereja. Kami segera bergegas kembali ke BJBR, untuk menikmati sarapan menu khusus, yaitu ikan baronang hitam dalam olahan tangan dingin Bang Benjamin Mangitung (SeV 76), owner BJBR yang penuh semangat dan baik hati.

Kami bersama 106 penumpang dalam sebuah gerbong kelas ekonomi
Di KA Ekonomi Sri Tanjung yang meninggalkan Probolinggo.

Selanjutnya kami diantar ke Stasiun Probolinggo, bersama ke 14 orang peserta dari Yogyakarta, untuk naik KA Ekonomi Sri Tanjung dari Banyuwangi, pulang kembali ke Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, melalui Stasiun Gubeng, Surabaya dan akan tiba di tujuan hari Minggu, 25 Agustus 2019, pk. 19.30

Saat mendarat di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta

Terimakasih atas semua kebersamaan, dukungan dan koordinasi semua pihak, sehingga acara Reuni Realino 2019 dan petualangan ke Probolinggo, Jawa Timur, dapat kami ikuti. Sampai jumpa dalam petualangan dan reuni selanjutnya.

Ditulis di kursi 22D Gerbong D KA Ekonomi Sri Tanjung, yang melaju di atas rel meninggalkan Stasiun Probolinggo Jawa Timur.

Salam kompak SeV

-wikan

Categories
Istanbul

2019 Dengue Berat

Image result for dengue shock syndrome

http://news.detik.com/read/2020/03/13/132205/4937583/103/ancaman-dbd-di-tengah-wabah-corona

DENGUE  BERAT

fx. wikan indrarto*)

Saat pandemi COVID-2019 yang menakutkan, sebenarnya kita juga diancam oleh KLB DBD (Demam Berdarah Dengue). DBD, selanjutnya disebut Dengue, adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini juga menularkan chikungunya, demam kuning dan Zika. Apa yang perlu disadari?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/02/04/2019-dengue-dalam-era-jkn/

.

Kejadian dengue telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatis), sehingga jumlah kasus dengue tidak diketahui pasti dan banyak kasus justru salah diklasifikasikan. Perkiraan global menunjukkan 390 juta infeksi dengue per tahun, dimana 96 juta bermanifestasi secara klinis, dengan tingkat keparahan penyakit bervariasi, dari ringan sampai berat. Prevalensi dengue global diperkirakan 3,9 miliar orang, dan warga di 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/06/22/2019-dengue-dalam-era-digital/

.

Dengue berat pertama kali dikenal pada era 1950-an, selama epidemi dengue di Filipina dan Thailand. Saat ini dengue telah menyebar dengan cepat, ke semua wilayah global dalam beberapa tahun terakhir. Dengue berat mempengaruhi sebagian besar negara di Asia dan Amerika Latin, bahkan telah menjadi penyebab utama rawat inap di RS dan juga kematian, pada pasien anak dan dewasa.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/02/08/2019-eliminasi-dengue/

.

Jumlah kasus dengue yang dilaporkan meningkat dari 2,2 juta pada tahun 2010 menjadi lebih dari 3,34 juta pada tahun 2016. Sebelum tahun 1970, hanya terdapat 9 negara yang mengalami epidemi dengue berat. Namun demikian, dengue sekarang endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat, dengan Wilayah Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat adalah yang paling parah terkena dampaknya. Pada tahun 2015, terdapat 2,35 juta kasus dengue yang dilaporkan di Amerika saja, di mana 10.200 kasus didiagnosis menderita dengue berat yang menyebabkan 1.181 kematian. Kasus di seluruh Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta pada tahun 2008 dan lebih dari 3,34 juta pada tahun 2016.

.

Tidak hanya jumlah kasus yang meningkat saat dengue menyebar ke banyak daerah baru, tetapi wabah eksplosif justru sedang terjadi. Ancaman kemungkinan wabah dengue sekarang ada di Eropa karena penularan lokal dilaporkan terjadi untuk pertama kali di Perancis dan Kroasia pada tahun 2010 dan kasus impor terdeteksi di 3 negara Eropa lainnya. Pada tahun 2012, wabah dengue terjadi di pulau Madeira dalam teritorial Portugal, mengakibatkan lebih dari 2.000 kasus, selanjutnya kasus dengue impor terdeteksi di daratan Portugal dan 10 negara lainnya di Eropa. Di antara para pelancong Eropa yang kembali dari negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengue adalah penyebab demam tersering kedua setelah malaria.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/30/2019-tantangan-kesehatan-global/

.

Setelah penurunan jumlah kasus dengue pada periode tahun 2017-18, terjadi peningkatan tajam pada awal tahun 2019. Di Pasifik Barat, peningkatan kasus dengue terjadi di Australia, Kamboja, Cina, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam dan Kaledonia Baru oleh virus Den-2 dan Den-1 di Polinesia Prancis. Wabah dengue juga terjadi di Kongo, Pantai Gading, dan Tanzania di Afrika. Beberapa negara di Amerika juga telah mengamati peningkatan jumlah kasus pada tahun 2019, diperkirakan 500.000 orang dengan dengue berat bahkan memerlukan rawat inap di RS setiap tahun, dengan perkiraan 2,5% kasus kematian. Namun demikian, banyak negara telah mengurangi tingkat fatalitas kasus dengue menjadi kurang dari 1% dan secara global terjadi 28% penurunan kematian telah terjadi antara tahun 2010 dan 2016.

.

Dengue harus dicurigai ketika terjadi demam tinggi, dapat mencapai 40 °C disertai dengan 2 gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan persendian, mual, muntah, kelenjar yang bengkak atau ruam kulit. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari dengan masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi.

.

Dengue berat adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena terjadinya kebocoran plasma darah, akumulasi cairan tubuh, gangguan pernapasan, perdarahan hebat, atau kerusakan organ penting. Tanda bahaya klinis biasanya terjadi pada hari ke 3–7 demam, bersamaan dengan penurunan hebat suhu tubuh menjadi di bawah 38 °C. Pada saat itu biasanya disertai gejala klinis khas, yaitu sakit perut parah, muntah terus-menerus, pernapasan cepat, gusi berdarah, kelelahan, gelisah dan perdarah saluran cerna. Pada periode 24-48 jam ini disebut tahap kritis yang dapat mematikan, sehingga perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian.

.

Sampai saat ini tidak ada pengobatan spesifik untuk dengue. Pada kasus dengue berat, perawatan medis oleh tim dokter dan perawat yang berpengalaman atas perjalanan penyakit dengue, dapat menyelamatkan nyawa dan menurunkan angka kematian dari lebih dari 20% menjadi kurang dari 1%. Dalam hal ini, pemeliharaan volume cairan tubuh pasien sangat penting untuk perawatan dengue.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/02/27/2019-vaksin-dengue/

.

Vaksin dengue pertama, Dengvaxia® (CYD-TDV) yang dikembangkan oleh Sanofi Pasteur dilisensikan pada bulan Desember 2015 dan sekarang telah disetujui oleh otoritas pengawas obat di 20 negara, dapat digunakan di daerah endemis pada orang yang berusia mulai 9-45 tahun. Pada bulan April 2016, WHO mengeluarkan rekomendasi bersyarat, tentang penggunaan vaksin Dengvaxia® (CYD-TDV) untuk daerah dengue sangat endemik, yaitu seroprevalensi 70% atau lebih tinggi. Pada November 2017, hasil analisis tambahan secara retrospektif dalam menentukan serostatus pada saat vaksinasi, telah dikeluarkan. Status seronegatif pada saat vaksinasi pertama, ternyata memiliki risiko lebih tinggi terkena dengue berat dan rawat inap di RS, dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/18/2019-vaksin-dengue-fda/

.

Vaksin dengue hidup yang dilemahkan Dengvaxia® (CYD-TDV) dalam uji klinis terbukti manjur dan aman (efficacious and safe) pada orang yang memiliki infeksi virus dengue sebelumnya, yaitu individu seropositif, tetapi justru menyebabkan peningkatan risiko dengue berat pada mereka yang mengalami infeksi dengue pertama setelah vaksinasi, yaitu pada individu seronegatif. Untuk semua negara yang mempertimbangkan vaksinasi sebagai bagian dari program pengendalian dengue, skrining pra-vaksinasi adalah strategi yang direkomendasikan. Dengan strategi ini, hanya orang dengan bukti infeksi dengue sebelumnya berdasarkan tes antibodi, yang boleh diberikan vaksin.

.

Pada Selasa, 29 Januari 2019 sejumlah daerah di Indonesia ditetapkan sebagai wilayah Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue setelah 115 orang meninggal dunia. Sejak awal Januari 2019, Kementerian Kesehatan RI menerima laporan sebanyak 12.240 orang terjangkit dengue di sejumlah daerah, meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sesuai penjelasan Kepala Biro Humas Kementerian Kesehatan RI, Widyawati Rokom.

Pada tahun 2020 ini, Kementerian Kesehatan RI mencatat sejak Januari hingga 11 Maret 2020, terdapat 17.820 kasus penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) di seluruh Indonesia. “Jumlah kasus DBD per 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 17.820 kasus,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (11/6/2020). Dari jumlah itu, tercatat angka kematiannya berjumlah 104 kasus.

.

Keputusan tentang penerapan strategi skrining pra-vaksinasi membutuhkan penilaian yang cermat, untuk mencegah dengue berat di Indonesia. Hal ini termasuk pertimbangan sensitivitas dan spesifisitas metode tes skrining yang tersedia, epidemiologi dengue, tingkat rawat inap dengue, dan keterjangkauan anggaran untuk penyediaan vaksin CYD-TDV dan tes skrining. 

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Diedit di Yogyakarta, 13 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, dan Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
dokter Healthy Life Istanbul

2019 Dokter Proklamasi

Image result for moewardi wikipedia

DOKTER  PROKLAMASI

fx. wikan indrarto*)

Moewardi adalah seorang dokter yang turut memberikan sambutan setelah Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu, pada momentum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Dr. Moewardi membacakan sebuah teks, yang kini kita kenal dengan nama ‘Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945’, sebelum Bung Karno, Sang Proklamator membacakan naskah Proklamasi.  Apa yang sebaiknya kita sadari?

.

Image result for moewardi wikipedia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta

.

Dr. Moewardi lahir di Pati, Jawa Tengah di tahun 1907 dan lulusan School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA), cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan mengambil semacam spesialisasi  di sekolah Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT). Selain menjadi dokter, Moewardi juga aktif berorganisasi pada Barisan Pelopor, bahkan pernah menjadi Pemimpin Umum Pandu Kebangsaan (Kepanduan Bangsa Indonesia), cikal bakal PRAMUKA yang berperan dalam pendidikan karakter pemuda. Barisan Pelopor bertugas untuk mengamankan para pemimpin perjuangan, seperti Soekarno dan Hatta. Muwardi diserahi tugas untuk memimpin Barisan Pelopor di daerah Jakarta. Markas Barisan Pelopor Jakarta adalah rumah milik pribadi Moewardi di jalan Cik Di Tiro No 7 Jakarta. Di rumah berkamar 11 buah tersebut, setiap hari rapat digelar untuk mempersiapkan strategi bagi kemerdekaan Indonesia. Di situ selalu hadir Chaerul Saleh, Sudiro, Suwiryo, Suharto dan Moewardi. Sering kali Moewardi menjual beberapa barang miliknya dan membeli makanan untuk para pemuda itu.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/13/2019-peran-lengkap-dokter/

.

Dalam peristiwa mengamankan Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Muwardi mendapat tugas untuk membangunkan Bung Karno. Pada tanggal 16 Agustus 1945 dia memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monas), yang rencananya akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi. Pada 17 Agustus 1945 di rumah kediaman Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta ramai dikunjungi orang, Moewardi menjamin keadaan aman. Waktu sudah mendekati pukul 10, tetapi Bung Hatta belum juga datang. Moewardi yang tidak sabar mendesak Bung Karno agar segera mengumumkan Proklamasi sendirian saja, tanpa menunggu kedatangan Bung Hatta, dengan alasan karena Bung Hatta sudah menandatangani teks Proklamasi. Moewardi melakukan itu karena khawatir kalau Proklamasi belum dibacakan sudah diserbu tentara Jepang, tentu akhirnya Proklamasi gagal. Tetapi memang Bung Hatta adalah seorang yang selalu memegang teguh janji, sebelum pukul 10 dia sudah tiba. Setelah masuk dalam kamar Bung Karno, tidak lama kemudian mereka berdua keluar rumah menuju halaman depan di mana sudah tersedia mikrofon, tiang bendera dan para hadirin yang akan menjadi saksi pembacaan Proklamasi tepat pada pukul 10.

.

Profil dan Kisah Dr Moewardi, 'Dokter Gembel' dari Pati yang Namanya Abadi  Jadi RSUD di Kota Solo - Tribun Solo
Dr. Moewardi saat mendampingi Bung Karno

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/07/2018-dokter-pahlawan/

Sesudah 18 Agustus 1945 Barisan Pelopor ditugaskan untuk menjaga rumah proklamator Presiden dan Wakil Presiden  (Soekarno-Hatta). Saat Bung Karno menjadi Presiden dan hendak menyusun Kabinet, Moewardi mendapat tawaran langsung dari Bung Karno untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan, namun dia menolak karena hendak meneruskan kariernya sebagai dokter.  Waktu itu Pemerintah Republik Indonesia telah siap-siap hendak hijrah ke Yogyakarta mengingat kota Jakarta yang menjadi tidak aman. Oleh karena itu, kepada Moewardi dianjurkan supaya kedudukan BPRI dipindahkan dari Jakarta. Setelah Pemerintah RI hijrah ke Yogyakarta tanggal 4 Januari 1946, pengurus BPRI mengadakan perundingan untuk memindahkan markasnya ke Solo. BPRI pada bulan Desember 1945 mengadakan konggres di Gedung Habiproyo, Singosaren (sekarang Matahari Singosaren), Solo, Jawa Tengah. Dalam konggres 15-16 Desember 1945 itu diputuskan untuk mengganti nama dari BPRI menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). BBRI bermarkas di Solo dengan Dr. Moewardi sebagai Pemimpin Umum.

.

Menilik Kiprah Dokter Moewardi, Bapak Pandu Indonesia - Siedoo
Dr. Moewardi adalah Bapak Pandu Indonesia

Dr. Moewardi tetap menjalankan tugasnya sebagai dokter, sekaligus tetap aktif di berbagai organisasi kenegaraan. Saat Sekolah Tinggi Kedokteran kelanjutan dari STOVIA di Jakarta dipindah ke Solo, pada 4 Maret 1946 Dr. Moewardi berperan dalam pendirian Sekolah Tinggi Kedokteran di RS Jebres (sekarang RSUP Dr. Moewardi) Solo untuk bagian klinis, dan pada 5 Maret 1946 di RS Tegalyoso (sekarang RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro) di Klaten untuk bagian pre-klinis. Selanjutnya pada 1 November 1949, Dr. Moewardi tidak lagi dapat berperan dalam pemindahan perguruan tinggi kedokteran RI ke Yogyakarta, yang kemudian pada 19 Desember 1949 menjadi bagian dari Universitas Negeri Gadjah Mada, sekarang UGM.

.

Sejak pertengahan tahun 1946, di Solo mulai tampak partai dan badan perjuangan yang menjurus ke paham Sosialis Kiri dan Komunis. Polarisasi partai-partai dan golongan itu terlihat pada peritiwa perebutan kedudukan Residen Solo. Indikasi Solo dalam keadaan gawat adalah peristiwa diculiknya Perdana Menteri Syahrir tanggal 27 Juni 1946, dan berlanjut dengan kudeta militer yang dilakukan oleh Jenderal Mayor Soedarsono tanggal 3 Juli 1946, beruntunglah kudeta tersebut dapat digagalkan.

.

Untuk mengatasi keadaan yang rawan di Solo sekitar pertengahan tahun 1946 dan untuk menghadapi pemberontakan PKI, Dr. Moewardi mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner. Pada peristiwa Madiun Jawa Timur, 11 September 1948 salah satu tokoh yang dikabarkan hilang dan diduga dibunuh oleh pemberontak PKI adalah Gubernur Jawa Timur, Soeryo. Pada tanggal 13 September 1948 di Solo PKI juga melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan. Dr. Moewardi turut menjadi korban kebiadaban PKI tersebut, dia diculik dibunuh dan jenazahnya tidak ditemukan sampai sekarang, pada saat akan pergi menjalankan praktik sebagai dokter di RS Jebres.

RSUD Dr. Moewardi | Daftar Online
RSUP Dr. Moewardi di Jl. Kolonel Sutarto No. 132, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah


Dr. Moewardi diberi gelar sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 4 Agustus 1964, sesuai Kepres No 190 Tahun 1964. Kiprah Dr. Moewardi dalam momentum proklamasi dan awal kemerdekaan dahulu, seharusnya menjadi inspirasi bagi para dokter Indonesia di jaman sekarang. Hendaklah para dokter tidak sekedar menjalankan praktek medis, tetapi juga terlibat dalam pendidikan dokter ataupun pembinaan karakter remaja, demi keamanan dan kemajuan negara.

Dirgahayu negeriku, jayalah dokter Indonesia.

Sekian

Yogyakarta, 14 Agustus 2019

Peringatan HUT RI pada Selasa, 17 Agustus 2019 di RS Panti Rapih Yogyakarta

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Categories
Istanbul

2019 OBAT HIV DTG

Hasil gambar untuk obat hiv untuk ibu hamil

OBAT  HIV  DTG

fx. wikan indrarto*)

Berdasarkan bukti baru yang menilai aspek manfaat dan risiko, WHO merekomendasikan penggunaan obat HIV dolutegravir (DTG), sebagai terapi antiretroviral (ART) atau pengobatan lini pertama dan lini kedua untuk semua populasi, termasuk ibu hamil. Apa yang perlu dicermati?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/30/akhiri-epidemi-hiv/

.

Penelitian awal telah menyoroti hubungan yang mungkin antara DTG dan cacat tabung saraf (neural tube defects), berupa kelainan bawaan pada otak dan tulang belakang, misalnya spina bifida, pada bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan obat DTG. Data ini dilaporkan pada Mei 2018 dari sebuah penelitian di Botswana, Afrika yang menemukan 4 kasus cacat tabung saraf dari 426 ibu hamil yang menggunakan DTG. Berdasarkan temuan awal ini, banyak negara telah menyarankan ibu hamil dalam terapi antiretroviral (ART), untuk menggunakan efavirenz (EFV) sebagai obat penggantinya.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/03/07/2019-bayi-sifilis/

.

HIV-AIDS tetap menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat paling signifikan di dunia, khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peningkatan akses ke terapi antiretroviral (ART), orang dengan HIV-AIDS (ODHA) sekarang hidup lebih lama dan lebih sehat. Selain itu, telah dikonfirmasi bahwa penggunaan ART mampu mencegah penularan infeksi HIV selanjutnya. Diperkirakan 23,3 juta ODHA menerima pengobatan HIV, Namun secara global, hanya 62% dari 37,9 juta ODHA pada 2018 yang menerima ART. Kemajuan juga telah dibuat dalam mencegah dan menghilangkan penularan dari ibu ke anak dan menjaga ibu tetap hidup. Pada tahun 2018, terdapat 8 dari 10 wanita hamil yang hidup dengan HIV, atau 1,1 juta wanita, yang menerima ART.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/26/bayi-bebas-hiv-dari-ibu/

.

Pada tahun 2018 terdapat 37,9 juta ODHA di seluruh dunia dan 1,7 juta di antaranya adalah anak. Sebagian besar ODHA tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, 1,9 juta ODHA baru pada tahun 2018, dan total 32 juta orang telah meninggal karena HIV, termasuk 770.000 pada tahun 2018. Cara utama untuk mencegah penularan HIV adalah mempraktikkan perilaku seksual yang aman seperti menggunakan kondom, dites dan diobati untuk semua jenis Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV untuk mencegah penularan selanjutnya, hindari narkoba suntik, dan memastikan bahwa setiap darah atau produk darah diuji untuk HIV. Juga ODHA harus segera memulai menggunakan ART sesegera mungkin, untuk kesehatan diri sendiri dan untuk mencegah penularan HIV ke pasangan seksual atau kepada bayi (jika ODHA sedang hamil atau menyusui), gunakan obat profilaksis pra pajanan sebelum melakukan perilaku berisiko tinggi, dan obat profilaksis pasca pajanan di lingkungan pekerjaan.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/07/17/2019-obat-dan-alat-diagnostik-baru/

.

Pada tahun 2016, WHO mengeluarkan beberapa rekomendasi baru, termasuk rekomendasi untuk memberikan ART seumur hidup untuk semua ODHA anak, remaja dan orang dewasa, termasuk semua wanita hamil dan menyusui, terlepas dari jumlah CD4, sesegera mungkin setelah diagnosis. WHO juga telah memperluas rekomendasi sebelumnya, untuk menawarkan profilaksis pra-pajanan HIV (PrEP) kepada orang tertentu yang berisiko besar tertular HIV, dan rejimen pengobatan berdasarkan lini.

.

Pada tahun 2018 diperkirakan 1,7 juta ODHA adalah anak, sebagian besar anak ini tinggal di Afrika sub-Sahara dan terinfeksi melalui transmisi dari ibu mereka yang HIV-positif selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Hampir 160.000 ODHA anak merupakan kasus baru pada tahun 2018 secara global. Untunglah, eliminasi penularan dari ibu ke anak dan menjaga ibu tetap hidup telah menjadi kenyataan, meskipun akses ke intervensi pencegahan masih terbatas, di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2018, sudah ada 8 dari 10 ODHA yang hamil dari sekitar 1,1 juta ODHA wanita, yang telah menerima ARV di seluruh dunia. Pada 2015, Kuba adalah negara pertama yang dinyatakan oleh WHO telah menghapuskan penularan HIV dan sifilis, dari ibu ke anak. Pada akhir 2018, sebanyak 8 negara lainnya telah divalidasi mampu menghilangkan penularan HIV dari ibu-ke-anak, termasuk Thailand.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Data baru dari dua penelitian uji klinis besar yang membandingkan kemanjuran dan keamanan ART yang menggunakan DTG dan EFV di Afrika, kini telah memperluas basis bukti. Risiko cacat tabung saraf pada bayi yang dilahirkan dari ibu ODHA secara signifikan lebih rendah, dari apa yang mungkin dibuktikan pada berbagai penelitian sebelumnya. DTG adalah obat HIV yang lebih efektif, lebih mudah digunakan dan memiliki efek samping yang lebih sedikit, daripada EFV dan obat lain yang saat ini digunakan, untuk ibu ODHA. DTG juga memiliki penghalang genetik yang tinggi untuk mencegah terjadinya resistensi obat, sebuah mekanisme yang penting mengingat tren terjadinya resistensi obat meningkat terhadap EFV dan rejimen lain yang berbasis nevirapine. Pada tahun 2019, terdapat 12 dari 18 negara yang disurvei oleh WHO melaporkan tingkat resistensi obat ART sebelum dimulainya pengobatan, melebihi ambang batas yang direkomendasikan yaitu 10%.

.

Pada tahun 2019, sebanyak 82 negara berpenghasilan rendah dan menengah dilaporkan sedang beralih ke rejimen pengobatan HIV berbasis DTG. Dokter berkewajiban untuk memberikan informasi dan pilihan obat kepada ibu ODHA, agar dapat membuat pilihan berdasarkan informasi yang utuh, termasuk penurunan risiko cacat tabung saraf pada bayi yang dilahirkan, terkait DTG.

.

Apakah kita sudah bertindak bijak?

Sekian

Yogyakarta, 3 Agustus 2019

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, dan Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161