Categories
anak dokter Healthy Life medicolegal UHC

2022 Hari Orang Sakit Sedunia

Paus Fransiskus: Setiap Orang Kristen Wajib Merawat Orang Sakit dan Lemah -  Katolikku

HARI  ORANG SAKIT  SEDUNIA   2022

fx. wikan indrarto*)

Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema peringatan tahun 2022 : Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk. 6:36). Apa yang sebaiknya dilakukan?

.

Ketiga subtema yang terus-menerus didengungkan pada setiap Hari Orang Sakit Sedunia adalah pertama, mengingatkan semua orang beriman, untuk berdoa secara khusuk bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia, dan ketiga, penghargaan bagi semua petugas kesehatan.

.

Melayani saudara kita yang sedang sakit, seharusnya diawali dengan kemurnian hati sampai kita mampu bersikap seperti Ayub “Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” (Ayub 29:15), kepada sesama yang sakit. Kita semua diajak untuk mampu menjadi “mata untuk orang buta” dan “kaki bagi orang lumpuh”. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekedar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini, terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan.

.

Meskipun tidak ada yang menginginkannya, namun setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan dan bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun, sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan, menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat, untuk datang pada Tuhan. Dalam pertemuannya dengan Tuhan melalui caranya masing-masing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian. Banyak sekali orang sakit atau lansia yang tinggal sendirian di rumah  menunggu kunjungan kita. Pelayanan kunjungan dan penghiburan adalah tugas bagi setiap orang yang dibaptis : “ketika Aku sakit, kamu melawat Aku” (Mat 25:36).

.

Ekaristi Hari Orang Sakit Sedunia ke-27 - Gembala Yang Baik Limpung

Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit, sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat, kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain, sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal yang sama dari semua orang di sekitar kita, sebagaimana pergerakan dan putaran roda kehidupan. 

.

Dampak ekonomi dan sosial pandemi COVID-19 sebenarnya jauh lebih menghancurkan, melemahkan dan memberatkan bagi masyarakat luas, tidak hanya dampak sakit oleh para penyintas saja. Namun demikian, kita semua yang terdampak secara ekonomi dan sosial tetap diingatkan untuk tetap membantu semua saudara kita, yang terdampak pandemi COVID-19 secara medis dan menjadi pasien, dengan terapi yang lengkap. Jika terapi ingin efektif, Paus Fransiscus berpesan agar terapi harus mempunyai aspek relasional, karena aspek ini memampukan pendekatan holistik kepada pasien.

.

Aspek relasional dapat membantu dokter, perawat, tenaga profesional dan relawan untuk merasa bertanggung jawab mendampingi pasien, di jalan penyembuhan yang didasarkan pada hubungan antarpribadi yang saling percaya. Aspek relasional ini menciptakan perjanjian antara mereka yang membutuhkan layanan medis dan mereka yang menyediakan layanan itu, dalam sebuah perjanjian yang didasarkan pada rasa saling percaya, hormat, keterbukaan dan kesiapsediaan diri. Hal ini akan membantu mengatasi sikap defensif, menghormati martabat orang sakit, menjaga profesionalisme dokter dan petugas kesehatan lainnya, bahkan mampu berperan dalam membina hubungan yang baik dengan keluarga pasien.

.

Dalam menangani orang sakit, dokter dan petugas kesehatan profesional lain hendaknya memprioritaskan kata benda ‘orang’, dibandingkan kata sifat ‘sakit’. Oleh sebab itu, para petugas kesehatan profesional haruslah bermurah hati, karena Allah “kaya akan belas kasih” (Ef. 2:4). Dia selalu menjaga anak-anak-Nya dengan kasih seorang Bapa, bahkan ketika mereka berpaling dari-Nya. Allah memelihara kita dengan kekuatan seorang ayah dan kelembutan seorang ibu.

.

Hari Orang Sakit Sedunia Archives • BMV Katedral Bogor

Puncak acara Hari Orang Sakit Sedunia ke-30 akan diselenggarakan pada Pesta Santa Perawan Maria, karena pandemi COVID-19, tidak jadi diselenggarakan di Arequipa, Peru seperti yang direncanakan, namun dipindahkan di Basilika Santo Petrus di Vatikan, pada hari Jumat, 11 Februari 2022. Momentum Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) 2022, mengingatkan kita agar mendampingi meraka yang menderita sakit dengan murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk. 6:36). Selain itu, saat kita sakit juga tidak perlu putus asa, karena adanya kemuliaan dan kasih Tuhan sampai pada akhir kehidupan.

.

Sudahkah kita menemani orang sakit di sekitar kita?

Sekian

Yogyakarta, 25 Januari 2022

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,

Categories
anak antibiotika COVID-19 resisten obat

2022 Ada kusta di antara kita

Kusta - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter

2022  ADA  KUSTA  DI  ANTARA  KITA

fx. wikan indrarto*)

Hari Kusta Sedunia (World Leprosy Day) Minggu, 30 Januari 2022 memiliki  tema “United for Dignity” (Bersatu untuk Martabat).  Apa yang harus dilakukan?

.

Masih ada 127.558 kasus kusta baru yang terdeteksi secara global pada tahun 2020 dari 139 negara, termasuk 8.629 anak di bawah 15 tahun. Pada hal kampanye ‘ending transmission among children’ dengan target global yaitu nol infeksi pada anak, paling lambat harus dicapai pada tahun 2020 lalu. Tingkat deteksi kasus baru di antara populasi anak tercatat 4,4 per juta populasi anak. Di antara kasus baru 7.198 kasus baru terdeteksi dengan disabilitas grade2 (G2D) dan tingkat G2D baru tercatat 0,9 per juta penduduk.  

.

Kantong endemisitas kusta masih tetap tinggi di beberapa negara, yaitu Angola, Bangladesh, Brazil, Republik Rakyat Cina, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Madagaskar, Mozambik, Myanmar, Nepal, Nigeria, Filipina, Sudan Selatan, Sri Lanka, Sudan dan Republik Tanzania. Pandemi COVID-19 telah mengganggu pelaksanaan program penurunan penemuan kasus baru sebesar 37% pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019, dan pencapaian target ambisius nol infeksi pada anak tersebut.

.

Tinggal Satu Atap dengan Pasien Kusta Apa yang Harus Dilakukan? – Info  Sehat FKUI

Kusta atau lepra adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Kusta tercatat dalam peradaban kuno di Cina, Mesir dan India pada 600 SM. Bakteri M. leprae sebagai penyebab kusta ditemukan oleh Dr. Gerhard Henrik Armauer Hansen dari Norwegia pada tahun 1873 dan merupakan bakteri pertama yang dikenali sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia. Pada Kitab Imamat (13,3) disebutkan penyakit kusta ditandai bulu putih dan lebih dalam dari kulit. Saat ini seseorang harus dicurigai kusta jika menunjukkan satu dari tanda utama atau kardinal sebagai berikut, (1) lesi kulit berwarna putih atau leukoderma yang disertai dengan kehilangan sensorik atau anestesi yang pasti, dengan atau tanpa penebalan saraf dan (2) pemeriksaan apusan kulit positif bakteri kusta.

.

Terobosan terapi pertama terjadi pada tahun 1940-an dengan pengembangan dapson, obat kusta pertama. Namun durasi pengobatan dengan dapson itu bertahun-tahun dan bahkan seumur hidup, sehingga sulit bagi pasien untuk mematuhinya. Pada awal 1960-an, ditemukan obat kusta lainnya, yaitu rifampisin dan clofazimine. Sejak tahun 1981, WHO merekomendasikan MDT (multidrug therapy) yang terdiri dari 3 obat : dapson, rifampisin dan clofazimine, dan kombinasi obat ini mampu mematikan bakteri patogen dan menyembuhkan pasien.

.

Penggunaan MDT mampu mengurangi beban penyakit kusta secara dramatis, seperti Yesus yang membuat tahir (Luk:5,13). Selama 20 tahun terakhir, lebih dari 14 juta penderita kusta telah sembuh, sekitar 4 juta dari mereka sembuh sejak tahun 2000.  Kusta telah mampu dieliminasi di 119 dari 122 negara di mana penyakit ini dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 1985. Sebanyak 11 provinsi di Indonesia belum eliminasi kusta, yaitu Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, serta Papua Barat. Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah eliminasi kusta, dengan penambahan terbaru yaitu Aceh dan Kalimantan Utara. Tingginya angka cacat tingkat 2 (G2D) menunjukkan keterlambatan dalam penemuan kasus di lapangan. Indikator lain yang digunakan pada penyakit kusta yaitu proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun), di antara penderita baru. Provinsi dengan proporsi kusta pada anak tertinggi yaitu Papua Barat (28,73%), Nusa Tenggara Timur (27,96%), dan Maluku Utara (23,27%).

.

Target global untuk 2030 adalah 120 negara tanpa kasus asli baru (new autochthonous cases), pengurangan 70% dalam jumlah tahunan kasus baru yang terdeteksi, 90% pengurangan tingkat per juta populasi kasus baru dengan G2D, dan 90% pengurangan angka per juta anak dari kasus anak baru dengan kusta. Pilar strategis dan komponen utama meliputi pertama, menerapkan peta jalan nol kusta yang terintegrasi dan milik negara di semua negara endemik. Kedua, komitmen politik dengan sumber daya yang memadai untuk kusta dalam konteks terpadu. Ketiga, kemitraan nasional untuk ‘zero leprosy’ dan ‘zero leprosy roadmap’ yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Ketiga, peningkatan kapasitas dalam sistem perawatan kesehatan untuk layanan berkualitas. Keempat, pengawasan yang efektif dan sistem manajemen data yang ditingkatkan. Kelima, pemantauan resistensi antimikroba (AMR) dan reaksi obat yang merugikan.

.

Selain itu, beberapa tindakan untuk pencegahan kusta dilakukan bersama dengan deteksi kasus aktif terintegrasi. Pertama, pelacakan kontak untuk semua kasus baru. Kedua, kemoterapi preventif ditingkatkan. Ketiga, penemuan kasus aktif terintegrasi dalam populasi yang ditargetkan. Keempat, pengembangan vaksin baru yang ada dan potensial.

.

Sedangkan untuk menangani penyakit kusta dan komplikasinya serta mencegah kecacatan baru, diperlukan beberapa langkah. Pertama, deteksi kasus dini, diagnosis yang akurat dan pengobatan yang cepat. Kedua, akses ke fasilitas rujukan yang komprehensif dan terorganisir dengan baik. Ketiga, diagnosis dan manajemen reaksi kusta, neuritis dan kecacatan. Keempat, pemantauan, dukungan dan pelatihan dalam perawatan diri. Kelima, kesejahteraan mental melalui pertolongan pertama psikologis dan konseling terapeutik.

Penyakit Kusta dan sejarahnya | Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

.

Yang terakhir adalah memerangi stigma dan memastikan hak asasi manusia dihormati. Diperlukan persatuan (United for Dignity) dalam menghormati martabat penderita kusta dengan cara berbagi cerita tentang pemberdayaan mereka, mengadvokasi kesejahteraan mental dan mendukung hak untuk hidup bermartabat bebas dari stigma terkait penyakit kusta. Selain itu, kita diingatkan tentang target nol infeksi pada anak yang belum tercapai, karena ternyata masih ada kusta di antara kita.

Sudahkah kita bertindak?

Yogyakarta, 26 Januari 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih dan Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter resisten obat vaksinasi

2022 OBAT BARU UNTUK COVID-19

Ilmuwan India Teliti Obat Baru Covid-19, kombinasi Umifenovir dan  Molnupiravir

OBAT  BARU  UNTUK  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Jumat, 14 Januari 2022 WHO merekomendasikan dua obat baru, sehingga saat ini terdapat lebih banyak pilihan pengobatan COVID-19. Sejauh mana obat baru ini akan menyelamatkan nyawa pasien, tergantung pada seberapa banyak tersedia dan terjangkau. Apa yang menarik?

.

Obat pertama adalah baricitinib, sangat direkomendasikan untuk pasien COVID-19 derajat parah atau kritis. Obat dalam kelas inhibitor Janus Kinase (JAK) ini mampu menekan stimulasi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. WHO merekomendasikan agar diberikan dengan kortikosteroid. Baricitinib adalah obat oral atau ditelan, yang selama ini telah digunakan untuk pengobatan radang sendi atau rheumatoid arthritis. Baricitinib ini mirip dengan obat radang sendi lain dalam kelas penghambat reseptor Interleukin-6, yang sebelumnya telah direkomendasikan oleh WHO pada Juli 2021.

.

WHO juga secara kondisional merekomendasikan penggunaan obat antibodi monoklonal, yaitu sotrovimab, untuk mengobati COVID-19 ringan atau sedang pada pasien yang berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Ini termasuk pasien lansia, immunocompromised, memiliki komorbid seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas, dan mereka yang tidak divaksinasi COVID-19. Sotrovimab adalah alternatif untuk casirivimab-imdevimab, sebuah antibodi monoklonal yang sebelumnya telah direkomendasikan oleh WHO pada September 2021. Penelitian sedang berlangsung tentang efektivitas antibodi monoklonal terhadap varian Omicron.

.

WHO sedang bernegosiasi dengan produsen untuk mengamankan kapasitas pasokan global dan akses yang adil dan berkelanjutan ke obat baru yang direkomendasikan ini. Pilar Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A) Therapeutics telah bernegosiasi dengan perusahaan farmasi untuk mencari rencana akses yang komprehensif untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga pengobatan ini dapat diterapkan dengan cepat, tidak hanya di negara kaya. ACT-A juga ingin memperluas cakupan lisensi untuk membuat produk lebih terjangkau. Dua obat baru yang direkomendasikan, yaitu baricitinib dan sotrovimab, telah diundang untuk masuk pada proses Prakualifikasi WHO, yang menilai kualitas, kemanjuran dan keamanan produk kesehatan prioritas, untuk meningkatkan akses bagi negara berpenghasilan rendah.

.

Pilihan pengobatan lain yang sedang dipelajari untuk COVID-19 derajat parah dan kritis, yaitu ruxolitinib dan tofacitinib. Mengingat efeknya yang tidak pasti, sampai saat ini WHO memberikan rekomendasi bersyarat terhadap penggunaannya. Sedangkan Uji Klinis Solidaritas PLUS WHO saat ini sedang mengevaluasi 3 jenis obat lainnya, yaitu artesunat, infliximab dan imatinib. Obat-obatan ini dipilih, karena potensinya untuk mengurangi angka kematian.

.

Ketiga obat tersebut disumbangkan oleh produsen masing-masing untuk uji klinis, melalui Surat Perjanjian antara WHO dan produsen obat. Perusahaan farmasi Ipca, Johnson dan Johnson dan Novartis, telah setuju untuk mendukung akses ke obat tersebut dengan harga yang wajar jika terbukti efektif.

.

Obat Artesunat diproduksi oleh Ipca, digunakan untuk mengobati malaria. Obat ini akan diberikan secara intravena selama 7 hari, menggunakan dosis standar yang direkomendasikan untuk pengobatan malaria berat. Artesunat adalah turunan dari artemisinin, obat antimalaria yang diekstrak dari ramuan Artemisia annua. Artemisinin dan turunannya telah digunakan secara luas dalam pengobatan malaria dan penyakit parasit lainnya selama lebih dari 30 tahun, dan dianggap sangat aman. Kelompok Penasihat Terapi COVID-19 WHO merekomendasikan untuk mengevaluasi sifat anti-inflamasi artesunat.

.

Obat imatinib diproduksi oleh Novartis, digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker tertentu. Obat ini akan diberikan secara oral, sekali sehari, selama 14 hari. Dosis yang digunakan adalah dosis pemeliharaan standar, yaitu dosis terendah yang diberikan pada pasien dengan keganasan hematologi dalam jangka waktu yang lama. Imatinib adalah inhibitor tirosin kinase molekul kecil, diformulasikan sebagai obat kemoterapi oral yang digunakan untuk mengobati jenis kanker tertentu. Data klinis eksperimental dan awal menunjukkan bahwa imatinib membalikkan kebocoran kapiler paru. Sebuah uji klinis acak yang dilakukan di Belanda melaporkan bahwa imatinib dapat memberikan manfaat klinis pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, tanpa adanya masalah keamanan.

.

Obat infliximab diproduksi oleh Johnson dan Johnson, digunakan untuk mengobati penyakit pada sistem kekebalan tubuh. Obat ini akan diberikan secara intravena sebagai dosis tunggal. Dosis yang digunakan adalah dosis standar yang diberikan pada pasien dengan Penyakit Crohn dalam waktu yang lama. Infliximab adalah penghambat alfa TNF, antibodi monoklonal chimeric yang mengenali alfa TNF manusia. Biologi anti-TNF telah disetujui untuk pengobatan kondisi peradangan autoimun tertentu selama lebih dari 20 tahun, menunjukkan kemanjuran dan keamanan yang menguntungkan dalam membatasi peradangan spektrum luas, termasuk pada populasi lanjut usia yang paling rentan secara klinis terhadap COVID-19.

.

WHO Setujui Dua Obat Baru Covid-19

Obat baricitinib dan sotrovimab dalam rekomendasi kali ini, yang merupakan pembaruan kedelapan pedoman WHO tentang terapi COVID-19, didasarkan pada bukti dari tujuh uji klinis yang melibatkan lebih dari 4.000 pasien dengan COVID-19 derajat yang tidak parah, parah, dan kritis.

Sudahkah kita bertindak bijak dalam pengobatan COVID-19?

Sekian

Yogyakarta, 17 Januari 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
COVID-19 dokter Healthy Life sekolah

2022 VAKSINASI BOOSTER COVID-19

BKAD - UNTUK TINGKATKAN IMUN PEGAWAI BKAD IKUTI PROGRAM VAKSIN COVID-19  BOOSTER

BOOSTER  VAKSINASI  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Tulisan ini sudah dimuat di kompas digital :

https://www.kompas.id/baca/bebas-akses/2022/01/17/booster-vaksin-covid-19

Rabu, 12 Januari 2022 rencana akan dilakukan booster vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Pada hal, dalam beberapa pekan terakhir varian Omicron SARS-CoV2 telah muncul. Data yang ada saat ini tidak cukup untuk menilai dampak kekhawatiran varian baru ini terkait efektivitas vaksin, khususnya terhadap terjadinya penyakit derajat parah. Apa yang menarik?

.

Dosis booster diberikan kepada seseorang yang telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 primer, pada suatu saat ketika seiring waktu, kekebalan dan perlindungan klinis telah turun di bawah tingkat yang dianggap cukup. Tujuan dari dosis booster adalah untuk mengembalikan efektivitas vaksin, dari yang dianggap tidak cukup lagi. Sebaliknya, dosis tambahan vaksin diberikan sebagai bagian dari seri primer yang diperluas, untuk populasi target di mana tingkat respons imun yang mengikuti seri primer standar dianggap tidak mencukupi. Tujuan dari dosis tambahan dalam seri primer adalah untuk meningkatkan respon imun pada tingkat efektivitas yang cukup. Secara khusus, individu dengan gangguan kekebalan dan juga lansia sering gagal untuk meningkatkan respon imun protektif setelah seri primer standar, sehingga diperlukan dosis vaksin tambahan yang bukan disebut booster.

.

Direktur Jenderal WHO telah menyerukan moratorium vaksinasi booster untuk orang dewasa yang sehat, guna mengatasi ketidakadilan yang berkelanjutan dan mendalam dalam akses vaksin global. Sementara banyak negara masih jauh dari mencapai target cakupan 40% pada akhir tahun 2021, beberapa negara lainnya telah memvaksinasi jauh melampaui ambang batas ini, telah menjangkau kelompok anak, dan bahkan menerapkan program vaksinasi booster yang ekstensif. Pada saat ini secara global sekitar 20% dosis vaksin COVID-19, setiap hari digunakan untuk vaksinasi booster atau dosis tambahan.

.

Data menunjukkan penurunan efektivitas vaksin terhadap infeksi SARS-CoV2 dan meningkatnya risiko infeksi COVID-19 seiring waktu sejak vaksinasi, dan penurunan yang lebih signifikan terjadi pada kelompok usia lansia. Bukti ini sebagian besar didasarkan pada penelitian observasional yang mungkin dipengaruhi oleh faktor perancu (confounding factors). Tingkat penurunan kekebalan berbeda berdasarkan jenis vaksin dan populasi target. Virus yang beredar, khususnya varian yang menjadi perhatian seperti delta dan omicron, tingkat infeksi sebelumnya dalam suatu komunitas pada saat vaksinasi primer; jadwal vaksinasi utama yang digunakan (yaitu interval dosis) dan intensitas paparan, semuanya mungkin memainkan peran dalam temuan tentang berkurangnya perlindungan, tetapi tidak dapat dinilai secara sistematis dari data yang tersedia saat ini.

.

Bertambah Dua, Ini Daftar Terbaru Kombinasi Vaksin Booster Covid-19 -  Nasional Katadata.co.id

Tinjauan sistematis dan analisis meta-regresi, khususnya pada empat vaksin dengan data terbanyak (yaitu vaksin BNT162b2, mRNA 1273, Ad26.COV2.S dan ChAdOx1-S), efektivitas vaksin terhadap COVID-19 parah menurun sekitar 8% selama periode 6 bulan di semua kelompok umur. Pada orang dewasa di atas 50 tahun, efektivitas vaksin terhadap penyakit parah menurun sekitar 10% selama periode yang sama. Efektivitas vaksin terhadap penyakit simtomatik menurun sebesar 32%  untuk mereka yang berusia di atas 50 tahun. Untuk beberapa vaksin yang tidak aktif (Vaksin CoronaVac dan vaksin COVID-19 BIBP), WHO telah mengeluarkan rekomendasi pemberian dosis tambahan kepada mereka yang berusia 60 tahun atau lebih, sebagai bagian dari seri primer untuk membuat kekebalan awal lebih kuat.

.

Setidaknya 126 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah mengeluarkan rekomendasi tentang vaksinasi booster dan 120 telah memulai implementasi program ini. Mayoritas negara-negara ini diklasifikasikan sebagai berpenghasilan tinggi, atau berpenghasilan menengah ke atas. Belum ada negara berpenghasilan rendah yang memperkenalkan program vaksinasi booster. Populasi target yang paling sering diprioritaskan untuk dosis booster adalah para lansia, petugas kesehatan dan individu dengan gangguan kekebalan. Pada individu dengan gangguan kekebalan, dosis booster dianggap sebagai dosis vaksinasi seri primer tambahan oleh WHO. 

.

Pada hal di beberapa negara yang memberikan dosis booster, tingkat cakupan untuk vaksinasi primer lengkap ada yang masih di bawah 30%. Mengingat ketidakpastian pasokan yang berkelanjutan dalam akses dan kesetaraan vaksin global, keputusan kebijakan dosis booster vaksin masing-masing negara perlu menyeimbangkan manfaat kesehatan masyarakat bagi populasi mereka, dengan dukungan kesetaraan global dalam akses vaksin yang diperlukan, untuk mengatasi evolusi virus dan dampak pandemi secara global.

.

Penggunaan vaksin booster secara pemodelan matematika, sesuai dengan  optimalisasi dampak kesehatan masyarakat terkait pasokan vaksin yang terbatas. Pemodelan ini menunjukkan bahwa pengurangan kematian yang lebih besar dapat dicapai dengan memberikan dosis booster pada populasi berisiko tinggi, daripada menggunakan dosis yang sama untuk imunisasi primer pada populasi berisiko rendah. Pada saat pasokan meningkat dan vaksinasi diperluas ke kelompok usia dengan prioritas lebih rendah, pertukaran mungkin perlu dipertimbangkan untuk memprioritaskan vaksinasi booster untuk populasi berisiko tinggi, daripada memperluas cakupan imunisasi primer ke populasi yang lebih muda. WHO saat ini tidak merekomendasikan vaksinasi umum pada anak dan remaja, karena beban penyakit parah pada kelompok usia ini rendah, dan cakupan yang tinggi belum tercapai pada lansia di semua negara, yang merupakan kelompok yang berisiko tinggi terkena penyakit parah.

.

Keputusan untuk merekomendasikan dan menerapkan dosis booster adalah kompleks dan membutuhkan, di luar data klinis dan epidemiologis, pertimbangan prioritas strategis dan program nasional. Namun demikian, yang terpenting adalah penilaian terhadap prioritas pasokan vaksin yang masih terbatas. Dalam konteks ini, prioritas harus diberikan pada pencegahan penyakit yang parah, dengan mempertahankan layanan dan sistem kesehatan agar tetap dapat berfungsi baik, tanpa kewalahan lagi.

.

Menerapkan dosis booster harus benar-benar didorong oleh bukti dan ditargetkan untuk kelompok populasi dengan risiko tertinggi penyakit serius. Sampai saat ini, bukti menunjukkan pengurangan minimal hingga sedang dari perlindungan vaksin terhadap penyakit parah selama 6 bulan setelah vaksinasi seri primer. Berkurangnya efektivitas vaksin dan durasi perlindungan terhadap varian Omicron, sedang dalam penelitian. Bukti tentang berkurangnya efektivitas vaksin, khususnya penurunan perlindungan terhadap penyakit parah pada populasi berisiko tinggi, memerlukan lebih banyak data. Selain itu, juga data dampak potensial dari vaksinasi booster pada durasi perlindungan, tidak hanya terhadap penyakit parah, tetapi juga terhadap penyakit ringan, infeksi ulang, dan kecepatan penularan.

.

Bersama dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, mendapatkan vaksinasi COVID-19, baik seri pertama ataupun booster, akan membuat semua orang aman dari risiko penularan COVID-19.

Sudahkah kita bertindak bijak?

Sekian

Yogyakarta, 4 Januari 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life Pendukung ASI UHC

2021 Momentum Kesehatan

Hari Kesehatan Nasional ke-57 Momentum Lakukan Transformasi Kesehatan

MOMENTUM  KESEHATAN  2021

fx. wikan indrarto*)

Semua negara terus berjuang melawan COVID-19, yang merenggut lebih banyak nyawa pada tahun 2021 daripada pada tahun 2020. Terdapat beberapa momentum kesehatan global pada tahun 2021, yang sungguh menginspirasi untuk ditindaklanjuti di tahun 2022. Apa yang menarik?

Pertama, inovasi dan ketidaksetaraan dalam menghadapi pandemi COVID-19, termasuk ketimpangan dalam akses ke alat kesehatan, obat, vaksin dan RS. Lebih dari 8 miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di seluruh dunia tetapi pada akhir November 2021, hanya 1 dari 4 petugas kesehatan di Afrika yang divaksinasi dengan dosis penuh dan hanya 0,4% tes COVID-19 mampu dilakukan oleh negara berpenghasilan rendah. Target vaksinasi global telah ditetapkan dan prioritas di setiap negara harus melindungi populasi mereka yang paling berisiko, seperti petugas kesehatan dan lansia. Mulai 20 Desember 2021, telah divalidasi 10 jenis vaksin COVID-19 yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi, serta terus memperbarui pedoman terapi sesuai data klinis terkini.

.

Kedua, kolaborasi adalah kunci sukses menghadapai pandemi COVID-19. Otak ilmiah terbaik dunia telah berkumpul dan berkolaborasi untuk menjawab pertanyaan penelitian kritis dalam mengatasi COVID-19. Kolaborasi lainnya berupa ACT-Accelerator, yang mampu mengurangi separuh biaya tes cepat COVID-19 dan menyediakan lebih dari 148 juta tes untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Kolaborasi dalam hal vaksin disebut COVAX, telah mengirimkan lebih dari tiga perempat miliar dosis secara global, meskipun masih ada tantangan besar, seperti penimbunan vaksin dan rendahnya transparansi dari produsen. Kolaborasi lainnya berupa hub transfer teknologi mRNA yang merupakan contoh yang bagus tentang perjanjian yang transparan, global, non-eksklusif, yang akan memungkinkan semua negara untuk membuat tes serologis untuk diagnosis COVID-19.

.

Ketiga, keadaan darurat kemanusiaan lainnya masih terus bertahan. Di tengah pandemi COVID-19, bantuan untuk masyarakat yang terjebak dalam krisis kemanusiaan yang berkepanjangan, seperti yang terjadi di Yaman, Suriah, Afghanistan dan Ethiopia Utara, juga terus diberikan. Di Yaman, COVID-19 semakin memperketat sistem kesehatan yang telah dilanda konflik dan wabah penyakit lainnya, di mana hanya setengah dari fasilitas kesehatan negara yang dilaporkan berfungsi. Setelah lebih dari satu dekade terjadi krisis politik, telah terjadi peningkatan pengiriman pasokan medis dan dukungan kesehatan mental di Suriah. Keadaan darurat kemanusiaan terbesar di dunia saat ini terjadi di Afghanistan, karena tidak hanya menghadapi pandemi COVID-19 tetapi juga diare akut, demam berdarah, campak, polio, dan malaria. Kesulitan berat  berupa kekurangan bahan bakar, makanan dan obat, telah menimpa Etiopia Utara. 

.

Vaksinasi Covid-19 Akan Menjadi Momentum Positif bagi Sektor Kesehatan dan  Perekonomian

Keempat, mengatasi tantangan dalam layanan kesehatan, karena pandemi COVID-19 menghentikan dua dekade kemajuan global menuju cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couverage (UHC). Sekitar 23 juta anak balita melewatkan layanan imunisasi rutin pada tahun 2020, jumlah terbesar dalam lebih dari satu dekade, yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah seperti campak dan polio. Lebih dari setengah negara pada Juni sampai Oktober 2021 melaporkan adanya gangguan pada layanan kesehatan untuk diabetes, skrining dan pengobatan kanker, dan manajemen hipertensi. Bahkan sebelum pandemi COVID-19, dunia telah gagal mencapai target mencapai 1 miliar lebih banyak orang mendapat manfaat dari UHC, karena setengah miliar orang jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem terkait pembayaran yang harus mereka lakukan untuk layanan kesehatan.

.

Kelima, peran lebih besar oleh para wanita. Sistem dan layanan kesehatan dalam dua tahun terakhir cukup berhasil, karena pengorbanan besar para wanita yang merupakan 70% tenaga kesehatan dan sosial. Para wanita juga memainkan peran utama dalam mendorong terobosan ilmiah. Namun demikian, wanita dan anak perempuan menghadapi tantangan kesehatan baru atau yang lebih tinggi, karena pandemi COVID-19 telah memperburuk ketidaksetaraan yang dialami para wanita dan mengganggu akses ke layanan kesehatan.

.

Keenam, vaksin COVID-19 dan malaria menjadi harapan baru dalam memerangi berbagai penyakit menular. Penggunaan vaksin COVID-19 secara global dan vaksin malaria untuk anak berisiko, khususnya di sub-Sahara Afrika, menandai momen penting bagi kesehatan anak dan pengendalian malaria. Program percontohan vaksin RTS,S untuk mengendalikan malaria yang sedang berlangsung di Ghana, Kenya dan Malawi yang telah menjangkau lebih dari 800.000 anak sejak 2019. Vaksin telah menghidupkan kembali semangat berperang melawan malaria, yang telah merenggut nyawa lebih dari 600.000 orang di Afrika pada tahun 2020, terutama pada anak balita yang mencapai 80% kasus kematian. Vaksinasi juga merupakan langkah yang harus diambil ketika resistensi obat antimikroba mencapai ambang kritis.

.

Ketujuh, dorongan baru untuk memerangi diabetes, bertepatan dengan tahun 2021 sebagai peringatan 100 tahun penemuan insulin yang merupakan obat diabetes utama. Tahun 2021 telah menyatukan banyak orang yang hidup dengan diabetes, akademisi, masyarakat sipil, komunitas bisnis dan banyak lagi, untuk mengurangi risiko diabetes dan memastikan bahwa semua orang diabetes memiliki akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas baik. Harga  insulin masih berada di luar jangkauan sebagian besar orang yang membutuhkannya.   

.

Kedelapan, penggunaan tembakau menurun, karena sejumlah besar orang memutuskan untuk berhenti merokok. Antara tahun 2000 dan 2020, jumlah orang yang menggunakan tembakau turun 69 juta, dari sekitar sepertiga populasi global menjadi di bawah seperempat. Dua tahun lalu, hanya 32 negara yang berada di jalur untuk menurunkan penggunaan tembakau sebesar 30% antara 2010 dan 2025. Sekarang, 60 negara berada di jalur untuk mencapai target pengurangan tembakau tersebut.

.

Kesembilan, tantangan demensia atau pikun. Setiap lansia dapat melakukan banyak hal sendiri untuk tetap sehat, tetapi mereka tidak dapat melakukan semuanya sendiri. Respons global kesehatan masyarakat terhadap demensia, ternyata hanya seperempat negara di dunia yang memiliki kebijakan, strategi, atau rencana nasional untuk mendukung penderita demensia dan keluarganya. Kesenjangan ini semakin mengkhawatirkan, karena jumlah orang yang hidup dengan demensia terus bertambah. Lebih dari 55 juta orang (8,1% wanita dan 5,4% pria di atas 65 tahun) hidup dengan demensia dan dengan meningkatnya harapan hidup di seluruh dunia, jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 78 juta pada tahun 2030, bahkan akan menjadi 139 juta pada tahun 2050.

.

Momentum kesehatan sepanjang tahun 2021 mengingatkan kita akan pentingnya berinvestasi dalam bidang kesehatan sebagai motor pembangunan. Negara tidak perlu memilih prioritas apakah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keadilan sosial terlebih dahulu, atau pembangunan masyarakat yang berkelanjutan, ketahanan pangan dan nutrisi yang memadai, mengatasi perubahan iklim atau menggenjot roda ekonomi. Semua hasil penting ini ternyata berjalan seiring, tidak terpisahkan, dan saling terkait (hand in hand), dalam menciptakan dunia yang lebih sehat dan adil setelah pandemi COVID-19 usai.

 Sudahkah Anda terlibat membantu?

Sekian

Yogyakarta, 31 Desember 2021

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, WA: 081227280161,