Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life sekolah

2023 Polusi dan Pneumonia

Udara 3 Kota di Indonesia Tidak Sehat dan Berbahaya

POLUSI  DAN  PNEUMONIA

fx. wikan indrarto*)

Ringkasan naskah ini telah dimuat di Harian Nasional Media Indonesia Kamis, 31 Agustus 2023.

https://m.mediaindonesia.com/opini/609327/polusi-dan-pneumonia

Dalam dua pekan terakhir Agustus 2023, Jakarta adalah peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data IQAir. Pada musim kemarau seperti ini juga bertiup angin timur yang kering serta membawa debu dan partikel berbahaya yang lebih banyak. Apa yang mencemaskan?

.

Polusi udara akan meningkatkan risiko anak mengalami pneumonia atau radang paru-paru. Ini adalah satu-satunya penyebab kematian oleh penyakit infeksi terbesar pada pasien dewasa dan anak, termasuk saat pandemi COVID-19 yang lalu. Tidak ada infeksi lain yang menyebabkan beban kematian setinggi ini, sehingga pneumonia bahkan disebut sebagai pembunuh terlupakan selama COP 26, Konferensi Perubahan Iklim PBB yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo di Glasgow, Skotlandia. Konferensi tersebut adalah momen penting untuk menyatukan komunitas kesehatan global, memperbaiki kualitas udara dan iklim, untuk mengatasi pneumonia sebagai pembunuh menular terbesar di planet ini.

.

Polusi udara adalah faktor risiko utama kematian akibat pneumonia di semua kelompok umur. Hampir sepertiga dari semua kematian akibat pneumonia disebabkan oleh udara yang tercemar, menewaskan sekitar 749.200 pada tahun 2019. Polusi udara rumah tangga berkontribusi pada 423.000 kematian ini, sementara polusi udara luar ruangan berkontribusi pada 326.000 kematian lainnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/11/12/2021-hari-pneumonia-sedunia/

.

Bayi atau yang paling muda dan lansia atau yang sangat tua adalah kelompok usia yang paling berisiko. Bayi dan anak lebih rentan terhadap polusi udara rumah tangga, terutama yang tinggal di rumah yang secara teratur menggunakan bahan bakar dan teknologi yang berpolusi, untuk memasak, memanaskan dan penerangan. Sementara polusi udara luar ruangan, terutama dari polutan yang dikeluarkan oleh industri dan asap knalpot mobil, secara tidak proporsional mempengaruhi kesehatan organ pernapasan di antara orang dewasa yang lebih tua.

.

Sembilan puluh persen kematian terkait polusi udara terkonsentrasi di 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di banyak negara Afrika, polusi udara menyumbang lebih dari 50 persen dari semua kematian akibat pneumonia. Dan sementara kematian pneumonia akibat polusi udara dalam rumah tangga menurun di Afrika, pada saatyang bersamaan secara tragis justru meningkat sebagai akibat dari polusi udara luar ruangan. Hal serupa ini juga berlaku untuk Asia, termasuk Indonesia.

.

Pneumonia tidak hanya berdampak pada individu anak, tetapi juga saudara kandung yang mungkin tidak lagi dapat bersekolah, karena orang tua mereka merawat anak yang sakit, atau sumber keuangan yang sudah semakin langka, harus dialihkan dari biaya sekolah menjadi untuk membayar biaya pengobatan. Itulah mengapa sangat penting untuk mempromosikan serangkaian praktik kesehatan untuk menghindari pneumonia sejak awal kehidupan anak, yaitu dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, nutrisi yang cukup, dan suplementasi vitamin A.

.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan merupakan komponen kunci untuk memperkuat sistem kekebalan bayi. Bayi yang disusui secara eksklusif memiliki risiko infeksi dan penyakit parah, termasuk pnemonia, yang lebih rendah daripada mereka yang kekurangan sumber antibodi penting ini dari ibu. ASI eksklusif dapat menyebabkan penurunan 23% kejadian pneumonia. Bayi antara usia 0-5 bulan yang tidak disusui sama sekali menghadapi risiko kematian akibat pneumonia yang sangat besar, bahkan mencapai 15 kali lebih mungkin meninggal, karena pneumonia daripada bayi yang disusui secara eksklusif.

.

Waspada Pneumonia pada Anak, Akibat Polusi Udara

Nutrisi yang cukup membantu memastikan sistem kekebalan berfungsi dengan baik untuk melindungi anak dari pneumonia, serta penyakit lainnya. Anak yang kekurangan gizi menghadapi risiko penyakit yang lebih tinggi, durasi penyakit yang lebih lama, dan kemungkinan kematian akibat penyakit yang lebih besar. Tanpa akses ke makronutrien yang cukup seperti protein, lemak, dan karbohidrat, dan mikronutrien seperti seng dan vitamin A, anak lebih rentan terhadap pneumonia, dan anak yang bergizi baik memiliki risiko lebih rendah untuk meninggal karena pneumonia.

Selain itu, penggunaan masker sangat penting pada saat ada polusi udara. Namun demikian, WHO dan UNICEF menyarankan anak balita (berusia 5 tahun ke bawah) tidak diwajibkan memakai masker. Hal ini didasarkan pada keselamatan, minat, dan kemampuan anak untuk menggunakan masker secara tepat dengan bantuan minimal. Selain itu, WHO dan UNICEF menyarankan bahwa keputusan untuk mewajibkan penggunaan masker untuk anak yang berusia 6-11 tahun, harus didasarkan pada beberapa faktor terkait, misalnya kemampuan anak untuk menggunakan masker secara aman dan tepat, akses mendapatkan masker, serta tersedianya fasilitas pencucian dan penggantian masker di tempat-tempat tertentu, seperti sekolah dan layanan penitipan anak.

Penggunaan masker untuk anak dari segala usia dengan gangguan perkembangan, difabel atau kondisi kesehatan tertentu lainnya, tidak boleh diwajibkan. Namun demikian, sebaiknya dinilai berdasarkan kasus per kasus oleh orang tua, wali, guru dan atau tenaga medis. Bagaimanapun juga, anak dengan gangguan kognitif dengan kesulitan menoleransi masker, seharusnya tidak diwajibkan memakai masker. Anak tidak boleh memakai masker saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, seperti berlari, melompat, atau bermain di taman bermain, sehingga tidak mengganggu pernapasan mereka.

Vaksin adalah tindakan pencegahan pneumonia paling penting bagi anak, agar juga membantu keluarga terhindar dari biaya pengobatan dan beban keuangan lainnya akibat sakit. Pneumonia memiliki banyak patogen penyebab, tetapi sebagian besar yang paling mematikan sudah dapat dicegah dengan vaksin terhadap patogen ganas Streptococcus pneumoniae (vaksin pneumokokus), Haemophilus influenzae tipe b (vaksin Hib), pertusis (vaksin DPT), dan campak (MR). Semua vasin tersebut sudah tersedia di Indonesia, dan direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bahkan masuk dalam program imunisasi dasar nasional.

Obat antibiotik amoksisilin saat ini merupakan satu-satunya pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk pneumonia. Obat ini dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan dapat mencegah sebagian besar kematian akibat pneumonia, dengan biaya hanya sekitar USD $ 0,21-0,42 per paket pengobatan. Tablet dispersi amoksisilin adalah terjangkau dan sesuai untuk digunakan pada anak kecil. Namun waktu adalah esensi, karena pengobatan yang tertunda mungkin tidak memadai untuk mencegah dampak yang menghancurkan dari pneumonia, yaitu kematian anak. Perang melawan pneumonia harus dipertimbangkan juga untuk memerangi resistensi antimikroba. Pemberian antibiotik secara tepat untuk mengobati infeksi bakteri yang didiagnosis dengan benar, dapat membantu mengatasi pneumonia yang menjadi masalah global ini. Faktanya adalah lebih banyak anak meninggal karena kurangnya akses ke antibiotik, daripada karena resistensi antibiotik.

Polusi dan musim kemarau tidak hanya mengingatkan kita akan pentingnya memperbaiki kualitas udara dan iklim sesaui COP 26 Glasgow, tetapi juga meningkatkan penggunaan masker secara tepat dan cakupan imunisasi pneumokokus, Hib, DPT, dan MR dalam melawan pneumonia sebagai pembunuh terlupakan.

Sudahkah kita bijak mendampingi anak dari bahaya pneuomonia?

Sekian

Yogyakarta, 14 Agustus 2023

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak bayi prematur dokter Healthy Life Pendukung ASI sekolah

2023 Gawai dan Bicara pada Anak

Waspada, Kecanduan Gawai Ancam Anak-anak -

GAWAI  DAN  BICARA  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Pengaruh gawai atau gadget pada perkembangan bicara anak adalah negatif. Mari kita mencegah ‘speech delay’ dengan menggunakan gawai secara tepat. Apa yang perlu dicermati?

.

baca juga : https://www.kompas.id/baca/opini/2023/07/14/gawai-dan-kemampuan-bicara-pada-anak

.

Kata gawai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kerja, pekerjaan, alat atau perkakas. Gawai digunakan untuk suatu perangkat elektronik yang memiliki model penggunaan cukup praktis dan fungsi khusus, untuk mempermudah berbagai pekerjaan manusia, sebagai alat komunikasi, ataupun media hiburan. Sedangkan menurut Kemdikbud RI, gawai adalah alat atau perkakas yang dapat menunjang pekerjaan dan komunikasi dengan menghadirkan teknologi terbaru, yang dapat membantu aktivitas manusia menjadi lebih mudah.

.

Ketrampilan berbicara dan berinteraksi sosial adalah hal yang sangat penting pada perkembangan anak. Hal ini karena dengan berinteraksi sosial dua arah, anak belajar dua hal, yaitu ‘recasting’ dan ‘expansion’. ‘Recasting’ artinya si anak belajar mengucapkan sesuatu dengan mengulang apa yang lawan bicaranya ucapkan. Misalnya, saat ibu mengatakan “sayur,” anak mengulang perkataan ibu dengan mengucap “sayul,” dan ibu sebaiknya membetulkan cara pengucapan anak, “Saaaa yuuuurrrr.” Anak tentu mencoba lagi mengulang apa yang diucapakan ibu, meskipun mungkin tetap salah. Yang terpenting bukan apakah yang diucapkan anak salah atau benar, melainkan anak sudah mencoba dan mengetahui ‘kebenaran’ dari yang ibu katakan. Kalaupun masih salah, itu mungkin karena otot motorik anak yang belum sempurna atau ada penyebab lain.

.

Pada ‘expansion’ anak memberikan respons dari kata atau kalimat yang diucapkan lawan bicaranya, serta mengungkapkan ide atau isi hatinya. Anak menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan perbendaharaan kata yang sudah dimiliki, tidak sekadar menjawab dengan tatapan, lambaian tangan, atau anggukan saja.

.

Jika anak lebih lama berinteraksi dengan gawai dibandingkan orang di sekitarnya, maka ‘recasting’ dan ‘expansion’ tidak terjadi dan perkembangan komunikasi anak akan terhambat. Hal ini karena anak tidak belajar berkomunikasi dua arah, tetapi hanya satu arah saja. Dampak lain yang mungkin dialami anak adalah keterlambatan bicara atau ‘speech delay’. Tentu saja bukan gawai yang menjadi penyebab keterlambatan bicara anak, melainkan waktu yang digunakan terlalu lama yang memengaruhi anak dalam belajar berkomunikasi. Sebaliknya, gawai jika digunakan dengan bijak, justru dapat menjadi media belajar anak. Misalnya saja, pada anak dengan gangguan autisme yang terhambat konsentrasinya, dengan menonton tayangan atau main game di gawai mereka jadi lebih mudah belajar untuk fokus.

.

Menyoal Larangan Pemakaian Gawai pada Anak Generasi Internet

.

Dr. Catharine M Sambo, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (2016) memberikan panduan pencegahan terlambat bicara pada anak. Kuncinya adalah stimulasi perkembangan yang baik dan ketepatan waktu dalam menemukan tanda awal penyimpangan perkembangan anak. Stimulasi perkembangan bicara dan bahasa seharusnya dilakukan sejak dini. Contoh kegiatannya adalah membaca dengan suara jelas, mangajak bayi dan anak bercakap–cakap, memberi respon terhadap ocehan bayi dengan kata–kata sederhana, menjawab pertanyaan, atau bernyanyi. Gawai dan televisi bukan metode stimulasi yang baik.

Selain itu, batasi ‘screen time’ anak. ‘Screen time’ adalah waktu yang digunakan untuk menggunakan komputer, menonton televisi, ataupun bermain video games. Berbagai ahli menganjurkan ‘screen time’ tidak lebih dari 2 jam setiap hari, untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Hal ini tidak sehat, dan waktu yang dihabiskan dengan menyendiri memandangi layar gawai, lebih baik digunakan untuk bergaul dengan teman sebaya ataupun melakukan aktivitias fisik.

.

Komunikasi adalah perilaku di mana pembicara dan pendengar bertukar informasi melalui dialog. Sementara itu, arus informasi di gawai hanya satu arah, sehingga gawai tidak sesuai sebagai sarana komunikasi bagi anak yang sedang belajar berbicara. Selain itu, ilustrasi atau gambar pada gawai merupakan rangsangan visual cepat yang melibatkan perubahan objek setiap menit, hal ini tidak membantu perkembangan kognitif pada anak, apabila dibandingkan dengan aktivitas menggambar. Selain itu, anak yang terlalu sering menggunakan gawai akan memiliki kuantitas dan kualitas interaksi dengan orang lain, yang kurang.

.

Faktor yang menyebabkan gangguan perkembangan bicara sangat kompleks dan belum teridentifikasi secara jelas, mungkin terkait pola asuh, jenis kelamin, faktor genetik, dan faktor lingkungan. Beberapa penelitian tentang dampak penggunaan gawai dalam perkembangan bicara pada balita dapat menjadi peringatan penting bagi orang tua untuk bijak dalam menggunakan gawai.

Yulsyofriend, Anggraini, Yeni, dan Anwar (2021) dari FKM Unair Surabaya melaporkan penelitiannya yang berjudul ‘Dampak Gawai Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini’. Sesuai dengan tujuan utama pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, dengan cara memberikan stimulus berupa kegiatan bermain yang menyenangkan dan mampu mengintegrasikan kemampuan anak usia dini secara optimal. Namun demikian, penggunaan gawai berdampak terhadap keterlambatan berbicara pada anak, hal ini disebabkan karena gawai menghambat komunikasi langsung terhadap lingkungan sekitar.

.

Laporan pada Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul ‘Pengaruh gawai Bagi Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini’ (Suryaningsih, 2021),  melaporkan pengaruh gawai bagi kemampuan Bahasa Anak Usia Dini, terutama dimasa Pandemi COVID-19. Pembelajaran sekolah pada masa Pandemi COVID-19 mengharuskan anak menggunakan gawai. Dengan subjek penelitian adalah anak usia 4-6 tahun berjumlah 25 anak yang menggunakan gawai untuk pembelajaran kelas online, melihat video pembelajaran dari guru, dan melihat youtube dengan durasi sekitar 2-4 jam perhari. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gawai sangat membantu perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini dengan dampingan orang tua yang mengarahkan serta membatasi penggunaan gawai dalam sehari maksimal 3 jam.

.

Laporan lain berjudul ‘Hubungan Penggunaan Gawai dengan Keterlambatan Bahasa pada Anak’, ditulis oleh Fernandez dan Lestari pada jurnal ilmiah Sari Pediatri Vol 21, No 4 (2019). Saat menggunakan gawai, teknologi yang dapat menyebabkan ketergantungan penggunanya, anak menjadi kurang interaktif dan komunikatif. Hal ini menyebabkan anak-anak mengalami keterlambatan perkembangan bahasa. Penelitian pada anak berusia 15 hingga 36 bulan di Manado, Sulut periode Februari hingga April 2018. Ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan gawai lebih dari 2 jam dan keterlambatan bahasa (p=0,034), sementara tidak ada hubungan bermakna antara frekuensi penggunaan gawai lebih dari 2 hari per minggu dan keterlambatan bahasa (p=0,144).

Gawai memang sangat berpengaruh terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak, karena anak menjadi lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain gawai, dibandingkan bermain bersama dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian, tetap ada dampak positif gawai bagi anak. Misalnya memudahkan belajar keterampilan baru dari game edukatif, mengakses informasi, baik dari teks ataupun berbagai video, asalkan tidak lebih dari 3 jam sehari, pada anak lebih dari 4 tahun. 

Apakah kita sudah bijak?

Sekian

Yogyakarta, 12 Juli 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, Ketua IDI Cabang KotaYogyakarta, 2016-2019).

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan sekolah UHC

2023 Pentingnya Aktivitas Fisik

PENTINGNYA AKTIVITAS FISIK – Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara

PENTINGNYA AKTIVITAS FISIK

fx. wikan indrarto

Pada Jumat, 31 Maret 2023 telah ditandatangani Memorandum of Understanding (MOU), antara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Federasi Dunia Industri Alat Olah Raga (WFSGI), untuk aktivitas fisik dan olahraga yang lebih baik, guna meningkatkan kesehatan masyarakat global, termasuk untuk anak yang ikut keluarga saat mudik Lebaran tahun ini. Apa yang menarik?

Tulisan ini telah dimuat di harian Kedaulatan rakyat Yogyakarta pada Minggu, 21 Mei 2023, halaman 5

Kesepakatan pertama dengan asosiasi bisnis olahraga internasional ini, berupaya memperkuat pesan kesehatan masyarakat tentang aktivitas fisik, berbagi pengetahuan dan praktik terbaik olah raga, dan memperkuat kapasitas pelatih aktivitas fisik untuk membantu masyarakat menjadi lebih aktif. Selain itu, fokus tamabahan khusus untuk memungkinkan pemuda, anak, dan perempuan dan bahkan orang-orang yang hidup dengan disabilitas memiliki lebih banyak akses ke olahraga, bermain, dan beraktivitas fisik. 

.

baca juga :https://dokterwikan.com/2018/06/06/2018-aktivitas-fisik/

MOU antara WFSGI dan WHO difokuskan untuk meningkatkan penerapan kebijakan efektif dalam Rencana Aksi Global WHO tentang Aktivitas Fisik (GAPPA) 2018-2030. Bermain, beraktivitas fisik dan olahraga secara teratur membantu mencegah penyakit jantung, diabetes, obesitas, kanker, dan penyakit tidak menular lainnya. Ini juga meningkatkan kesejahteraan, dan sangat efektif untuk mengelola gejala depresi dan kecemasan.

.

Biaya kesehatan masyarakat menghabiskan sekitar US$ 27 miliar setiap tahun untuk mengobati penyakit tidak menular, yang seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan bermain dan beraktivitas fisik. WHO juga memperkirakan bahwa ada tambahan hampir 500 juta orang  akan mengalami penyakit tidak menular yang disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik antara tahun 2020 dan 2030. Sekitar 81% anak tidak pernah mendapat manfaat dari bermain dan aktivitas fisik yang cukup. Selain itu, seiring berkembangnya negara secara ekonomi, tingkat ketidakaktifan fisik warganya justru meningkat dan dapat mencapai 70%. 

.

World Federation of the Sporting Goods Industry (WFSGI) adalah asosiasi bisnis nirlaba global dari produsen dan pengecer produk olahraga, termasuk pakaian, alas kaki, dan peralatan, yang keanggotaan kolektifnya mewakili 70% omzet industri global. Federasi ini mendorong kegiatan bermain dan olahraga yang sehat, untuk setiap warga negara dari semua negara, dan berupaya menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih sehat melalui permainan dan olahraga. Selain itu, juga memaksimalkan penggunaan alat dan inovasi digital yang dapat mendorong setiap orang untuk lebih banyak bergerak secara fisik, menyediakan akses yang terjangkau ke peralatan bermain dan olahraga, khususnya untuk remaja dan anak.

5 Aktivitas Fisik Sederhana Ampuh Cegah Penyakit Jantung dan Stroke - Jawa  Pos

Aktivitas fisik secara teratur terbukti membantu mencegah dan mengobati penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, serta kanker payudara dan usus besar. Ini juga membantu mencegah hipertensi, kelebihan berat badan dan obesitas dan dapat meningkatkan kesehatan mental, kualitas hidup dan kesejahteraan. Selain berbagai manfaat kesehatan dari aktivitas fisik, masyarakat yang lebih aktif dapat menghasilkan pengembalian investasi tambahan, yang meliputi pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, udara yang lebih bersih, dan jalan raya yang lebih aman dan tidak macet kendaraan, apalagi saat arus mudik Lebaran.

.

Sebaliknya, aktivitas fisik yang menggembirakan anak dan berlebihan karena kebersamaan dengan saudaranya saat mudik Lebaran, pada beberapa anak sebaiknya dialihkan ke aktivitas ketrampilan otot kecil, bukan kekuatan otot besar. Bermainlah bersama dengan mewarnai atau menggambar, permainan ular tangga, halma, scrable, kartu atau game digital, serta menghindari petak umpet, sepak bola dan lompat tali, khususnya untuk anak dengan riwayat asma dan kelainan jantung bawaan.

.

Rekomendasi WHO tentang aktivitas fisik untuk bayi (kurang dari 1 tahun) adalah pertama, aktif secara fisik beberapa kali sehari dalam berbagai cara, terutama melalui permainan di lantai yang interaktif, dengan lebih banyak dan lebih sering adalah lebih baik, menggunkan alat permainan  aman sesuai standar WFSGI. Bagi bayi yang belum dapat bergerak mandiri, setidaknya 30 menit dibantu dalam posisi tengkurap yang dilakukan sepanjang hari saat bayi terjaga. Kedua, tidak boleh lebih dari 1 jam setiap kali saat berada di kereta bayi, kursi tinggi, atau digendong di punggung pengasuh. Ketiga, waktu layar (sedentary screen time) tidak disarankan. Keempat, saat bayi tidak banyak bergerak, sangat dianjurkan dibacakan cerita oleh pengasuh. Kelima, tidur secara berkualitas selama 14-17 jam (usia 0–3 bulan) atau 12–16 jam (usia 4–11 bulan) sehari, termasuk tidur siang, dalam perjalanan mudik yang mungkin saja terjebak macet di jalan.

.

Anak-Anak Juga Perlu Melakukan Aktivitas Fisik - Info Sehat Klikdokter.com

Rekomendasi WHO untuk anak usia 1-2 tahun adalah pertama, meluangkan setidaknya 3 jam atau 180 menit untuk melakukan berbagai jenis aktivitas fisik pada intensitas apa pun, termasuk aktivitas fisik intensitas sedang hingga kuat, merata waktunya sepanjang hari, dan lebih banyak tentu lebih baik. Kedua, tidak boleh lebih dari 1 jam pada suatu waktu duduk dalam kereta bayi, kursi tinggi, atau digendong di punggung pengasuh. Untuk anak berusia 1 tahun, waktu layar yang membuat badannya tidak aktif bergerak, seperti menonton TV atau video dan bermain ‘game’ di komputer, tidak dianjurkan. Bagi mereka yang berusia 2 tahun, waktu tayang (sedentary screen time) tidak boleh lebih dari 1 jam, dan lebih sebentar terbukti justru lebih baik. Ketika anak tidak banyak bergerak, sebaiknya dilibatkan dalam aktivitas membaca dan bercerita dengan pengasuh. Selain itu, sebaiknya tidur berkualitas baik selama 11-14 jam, termasuk tidur siang, dengan waktu tidur dan bangun dilatih agar teratur, meski dalam perjalanan mudik.

Rekomendasi WHO untuk anak usia 3-4 tahun seharusnya pertama, menghabiskan setidaknya 180 menit dalam berbagai jenis aktivitas fisik  atau olahraga pada intensitas apa pun, menggunkan alat olahraga  aman sesuai standar WFSGI, di mana setidaknya 60 menit merupakan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat, menyebar sepanjang hari dan lebih banyak lebih baik. Kedua, tidak dianjurkan diam selama lebih dari 1 jam pada suatu waktu. Waktu tayang tidak lebih dari 1 jam, dan lebih sebentar, tentu lebih baik. Ketika anak tidak banyak bergerak, sebaiknya juga dilibatkan dalam aktivitas membaca dan bercerita dengan pengasuh. Selain itu, sebaiknya tidur berkualitas secara baik selama 10-13 jam sehari, termasuk tidur siang, dengan waktu tidur dan bangun dilatih agar lebih  teratur.

.

MOU antara WHO dan WFSGI untuk aktivitas fisik menggunkan alat permainan dan olah raga yang aman sesuai standar WFSGI, tentu juga seharusnya dilakukan saat anak ikut mudik Lebaran. Bermain dan beraktivitas fisik pada anak mampu mencegah penyakit jantung, diabetes, obesitas, kanker, dan sangat efektif untuk menghilangkan rasa bosan, jenuh, dan cemas saat liburan Lebaran.

Apakah kita sudah bijak?

Sekian

Yogyakarta, 16 April 2023

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life resisten obat sekolah vaksinasi

2022 Gagal Ginjal Akut pada Anak

GAGAL GINJAL AKUT PADA ANAK ORANG TUA JANGAN PANIK TAPI TETAP WASPADA  [Selasa Sehat] | Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

GAGAL  GINJAL  AKUT  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Kasus Gagal Ginjal Akut (GGA) banyak menyerang anak, terutama dalam kurun waktu 2 bulan terakhir ini. Rabu, 26 Oktober 2022 kasus GGA misterius pada anak telah mencapai 269 kasus, 73 anak masih menjalani perawatan di RS, 157 anak meninggal dunia, dan 39 anak telah sembuh. Apa yang perlu diketahui?

.

Saat ini orang tua diharapkan tetap waspada dan tidak panik, terutama ketika anak mengalami gejala yang mengarah pada GGA. Gejala klinis tahap awal yang umum adalah diare, muntah, demam akut selama 3 – 5 hari, batuk dan pilek. Selanjutnya gejala klinis tahap menengah yang berlangsung dua hingga enam hari, akan nampak lebih khas yaitu penurunan jumlah air seni yang semakin sedikit (oliguria). Ketika anak mulai mengalami gejala khas ini, anak sudah perlu diperiksakan ke dokter dengan tetap memastikan cairan tubuh anak terpenuhi. Pada tahap selanjutnya adalah gejala klinis menengah hingga berat dan lebih khas, yaitu perubahan warna air kemih anak yang menjadi kecoklatan atau pekat. Jika kondisi ini terjadi, atau bahkan anak tidak buang air kecil selama 6-8 jam di siang hari, segeralah membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat. Pada fase lanjut gejala  berat ini, anak sudah sangat membutuhkan perawatan medis sedini mungkin.

.

Penyebab utama kasus GGA pada anak sampai sekarang masih terus diteliti, dengan dugaan sementara adalah efek samping obat sirop yang diminum anak. Namun demikian, sejumlah pasien di Yogyakarta mengaku tak mengonsumsi obat yang telah dilarang beredar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yaitu yang memiliki kandungan zat kimia berbahaya Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE). Terdapat lima pasien yang memiliki riwayat mengonsumsi obat sirup, tetapi tidak masuk dalam daftar yang diumumkan BPOM. Delapan anak lainnya, bahkan mengonsumsi obat batuk pilek berbentuk tablet, bukan sirup.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/03/09/2020-hari-ginjal-sedunia/

BPOM sebelumnya telah merilis lima merek obat sirop dari tiga produsen berbeda yang memiliki kandungan bahan berbahaya EG, DEG, dan EGBE di atas ambang batas aman. Lima merek itu yakni Termorex Sirup pada batch yang awal diteliti dengan produk pada batch lainnya aman dari PT. Konimex, Florin DMP Sirup dari PT. Yarindo Farmatama, Unibebi Cough Syrup, Unibebi Demam Drop, dan Unibebi Demam Syrup dari Universal Pharmaceutical Industries. Menurut penelusuran BPOM, produsen obat melakukan perubahan komposisi dan penyuplai bahan baku obat. Selain perubahan tersebut tanpa izin, juga penyuplai bahan baku obat diganti pemasok bahan kimia yang bukan berstandar sertifikasi farmasi, bahkan mungkin terjadi sejak awal pandemi Covid-19. Soal dugaan adanya tindak pidana dalam kasus GGA ini, BPOM menyerahkannya kepada aparat kepolisian yang akan dinaikkan status kasus dari penyelidikan ke penyidikan, jika ditemukan barang bukti yang cukup.

.

Dugaan kuat GGA disebabkan oleh obat sirup semakin kuat, karena sejak obat sirup yang mengandung cemaran ditarik, jumlah kasus GGA yang masuk RS menurun lebih dari 95 persen. Pemerintah juga telah mendapatkan obat penawar bahan berbahaya penyebab GGA, yakni Fomepizol dari berbagai negara, yakni 30 obat dari Singapura, 16 obat dari Australia, dan 200 obat dari Jepang.

Beberapa langkah berikut perlu dilakukan orangtua untuk menjaga fungsi ginjal anak agar tetap sehat. Pertama adalah ajak anak rutin beraktivitas fisik secara teratur, karena dapat meningkatkan sirkulasi sel imunitas atau kekebalan. Tidak perlu berolahraga berat, cukup mengajak anak untuk bersepeda bersama, berenang atau sekedar bermain petak umpet di luar rumah, dan aktivitas fisik lain yang anak sukai, sehingga suasanya semakin menyenangkan. Kedua, memenuhi kebutuhan cairan tubuh anak, karena air sangat penting untuk mempertahankan fungsi ginjal. Cairan tubuh yang beredar lancar akan membantu membuang sisa metabolisme di dalam tubuh anak melalui air kemih. Pastikan anak terpenuhi kebutuhan cairannya, dengan minum berulang atau makanan berkuah seperti kaldu daging, sebagai cairan tambahan yang padat nutrisi.

.

Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak Meningkat, Kemenkes Imbau Orang  Tua Agar Waspada | Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

Ketiga, batasi asupan gula, karena konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko mengalami diabetes dan membebani fungsi ginjal anak. Oleh sebab itu, batasi anak mengkonsumsi minuman manis, seperti soda dan minuman kemasan, camilan manis, dan saus yang cenderung manis. Sebagai alternatif, dapat diberikan buah yang mengandung gula alami dan kaya nutrisi. Keempat, batasi asupan garam, karena kandungan garam tinggi dapat membuat tubuh anak menahan lebih banyak air, meningkatkan tekanan darah dan membebani ginjal. Cukup tambahkan sedikit garam pada masakan rumah dan hindari makanan atau camilan yang tinggi garam untuk anak. Kelima, pertahankan berat badan anak tetap ideal dengan mencegah penumpukan lemak, karena masukan kalori berlebih. Obesitas dan kelebihan berat badan anak akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular yang mematikan, seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.

.

Terakhir atau keenam, periksakan anak secara rutin ke dokter lengganan, terlebih jika anak sedang mengeluhkan gejala klinis di atas. Dokter tentu saja akan  memeriksa kondisi anak secara keseluruhan. Harap segera menemui dokter jika anak mengalami gejala klinis yang tidak biasa, seperti merasa lelah, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, nafsu makan buruk, kesulitan buang air kecil dan pembengkakan kaki.

.

Sebagai upaya pencegahan GGA pada anak karena dampak buruk obat, orang tua seharusnya lebih cermat dalam memberikan obat pada anak, dengan membaca aturan penggunaan obat yang tertera pada label atau sesuai petunjuk dan anjuran dokter. Selain itu, penggunaan obat sirup harus sesuai rekomendasi dokter, terkait masih adanya pembatasan edar obat sirop yang sedang diteliti oleh BPOM.

.

Sekian

Yogyakarta, 30 Oktober 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter sekolah UHC vaksinasi

2022 VAKSINASI COVID-19 UNTUK ANAK

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi - Tinjau Vaksinasi  Anak Usia 6-11 Tahun, Presiden Harap Anak Terlindungi COVID-19

VAKSINASI  COVID-19  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Pada Kamis, 11 Agustus 2022 WHO memberikan bukti baru tentang vaksinasi COVID-19 pada anak dan remaja, dengan vaksin yang tersedia saat ini dan telah masuk dalam Daftar Penggunaan Darurat (Emergency Use Listing atau EUL). Apa yang menarik?

.

Kemajuan signifikan telah terjadi dengan hampir setiap negara telah menerapkan vaksinasi COVID-19 dan lebih dari 12 miliar dosis telah diberikan secara global, sehingga cakupan setiap negara rata-rata mencapai 60% dari populasi. Penyebaran vaksin COVID-19 yang besar dan belum pernah terjadi sebelumnya ini, telah menyebabkan pengurangan besar dalam penyakit parah, rawat inap dan kematian, bahkan memungkinkan masyarakat untuk beraktivitas kembali dan mencegah sekitar 19,8 juta kematian pada tahun 2021.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2022/01/22/2022-vaksinasi-booster-covid-19/

.

Namun, kesenjangan global dalam vaksinasi terus berlanjut. Masih banyak negara belum mencapai cakupan vaksin yang tinggi dari populasi yang paling berisiko. Secara khusus, hanya 25% dari populasi orang dewasa yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis primer secara lengkap di negara berpenghasilan rendah, karena akses layanan kesehatan juga lebih terbatas. Pada hal, vaksinasi global menargetkan cakupan 100% untuk semua lansia dan tenaga kesehatan. Lebih jauh lagi, setiap negara harus berjuang menuju kekebalan kelompok yang lebih luas, minimal 70% dari total populasi nasional.

.

Beberapa negara telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin mRNA (Pfizer-BioNTech BNT162b2 dan Moderna mRNA-1273) untuk digunakan pada kelompok usia 6 bulan ke atas. Uji klinis pada anak usia 3 tahun sedang memasuki tahap akhir untuk dua vaksin dari virus yang tidak aktif (Sinovac-CoronaVac dan BBIBP-CorV) dan produk ini disetujui oleh otoritas China untuk anak usia 3-17 tahun. Meskipun vaksin COVID-19 seperti CoronaVac, Novavax dan BBIBP-CorV telah menerima EUL untuk orang dewasa, tetapi belum direkomendasikan WHO untuk diggunakan pada anak. Covaxin, vaksin inaktif adjuvant yang dikembangkan oleh Bharat, telah disetujui di India untuk anak usia 12-17 tahun, tetapi belum mendapatkan persetujuan WHO untuk digunakan pada anak usia tersebut, di luar India.

.

SARS-CoV-2 biasanya menyebabkan derajad penyakit yang kurang parah dan lebih sedikit kematian pada anak dan remaja, dibandingkan dengan orang dewasa. Selama fase pandemi COVID-19 awal, yaitu periode 30 Desember 2019 hingga 25 Oktober 2021, anak di bawah usia lima tahun hanya 2% (1.890.756 anak) dari kasus global dan kematian hanya 0,1% (1.797 kasus) dari kematian global. Anak dan remaja usia 5 hingga 14 tahun menyumbang 7% (7.058 748) dari kasus global dan 0,1% (1 328) dari kematian global. Sementara remaja dan dewasa muda (15 hingga 24 tahun) mencapai 15% (14.819.320) dari kasus global dan 0,4% (7.023) dari kematian global. Dengan demikian angka kematian untuk usia di bawah 25 tahun hanya kurang dari 0,5% dari kematian global.

.

Kasus COVID-19 pada anak melonjak secara dramatis pada tahun 2022 selama lonjakan varian Omicron, yaitu pada saat sebagian besar negara melonggarkan pembatasan sosial. Misalnya, di Amerika Serikat pada Juli 2022, terdapat 14.003.497 kasus COVID-19 pada anak dan mencapai 18,6% dari semua kasus yang dilaporkan. Secara global, pada 24 Juli 2022, anak di bawah usia 5 tahun dan remaja berusia 5-14 tahun mencapai masing-masing 2,47% dan 10,44%. Bahkan remaja dan dewasa muda berusia 15 sampai 24 tahun mencapai 13,91% dari semua kasus. Secara global anak berusia 5 tahun ke bawah menyumbang 0,11% dari semua kematian global, sementara anak berusia 5 hingga 14 tahun menyumbang 0,089%, dan remaja dan dewasa muda 0,37%.

IDI belum pastikan vaksin Sinovac aman untuk anak-anak - ANTARA News

Anak dengan gejala klinis yang lebih ringan dan bahkan tanpa gejala, sangat mungkin disebabkan karena lebih jarang anak diperiksa dokter, sehingga anak dan remaja cenderung lebih jarang dites dan kasus COVID-19 mungkin tidak dilaporkan. Anak dan remaja dapat mengalami gejala klinis yang berkepanjangan (long COVID-19), yaitu gangguan medis pasca COVID-19 atau gejala sisa akut dari infeksi SARS-CoV-2, namun, frekuensi dan karakteristik kondisi ini masih dalam penelitian luas dan sampai saat ini tampaknya lebih jarang terjadi pada anak, dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, sindrom hiperinflamasi meskipun jarang, telah dilaporkan terjadi di seluruh dunia dan mempersulit pemulihan anak dari COVID-19. Ini disebut sebagai ‘Paediatric Inflammatory Multisystem Syndrome Temporally associated with SARS-CoV-2’ (PIMS-TS) di Eropa dan ‘Multisystem Inflammatory Syndrome in children’ (MIS-C) di Amerika Utara.

.

Beberapa faktor risiko COVID-19 parah pada anak telah dilaporkan, termasuk usia yang lebih tua, obesitas, dan penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya. Penyakit yang sudah ada sebelumnya pada anak yang terkait dengan risiko COVID-19 parah yang lebih tinggi meliputi diabetes tipe 2, asma berat, penyakit bawaan pada jantung dan paru-paru, kejang demam, gangguan neurologis dan penyakit neuromuskular lainnya, Down Syndrome, dan gangguan kekebalan sedang hingga berat.

.

Dalam uji klinis fase 2 untuk kedua vaksin mRNA, kemanjuran dan imunogenisitas pada anak serupa atau lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Profil keamanan dan reaktogenisitas pada remaja serupa dengan dewasa muda. Selama uji klinis fase 3 pada anak kecil berusia 6 bulan hingga 5 tahun tidak ada tanda gangguan keamanan yang teridentifikasi, tetapi ukuran sampel terlalu kecil untuk mengidentifikasi kejadian langka.

.

Efek samping serius vaksinasi COVID-19 yang sangat jarang dilaporkan adalah miokarditis atau perikarditis pada jantung. Kasus miokarditis dan perikarditis lebih sering terjadi pada remaja laki-laki yang lebih muda (16-24 tahun) dan setelah dosis kedua vaksin, dibandingkan dengan orang dewasa dan anak. Kasus miokarditis dan perikarditis ini biasanya terjadi dalam beberapa hari setelah vaksinasi, umumnya ringan, merespons baik dengan pengobatan konservatif, dan tidak terlalu parah dengan hasil yang lebih baik daripada miokarditis klasik atau miokarditis terkait COVID-19.

.

Risiko Trombosis dengan Sindrom Trombositopenia (TTS) setelah vaksin, meskipun secara keseluruhan rendah, lebih tinggi pada orang dewasa yang lebih muda dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua, tetapi tidak ada data yang tersedia tentang risiko tersebut pada anak di bawah usia 18 tahun.

Efektivitas 2 dosis vaksin BNT162b2 yang diterima berselang >28 hari sebelum masuk rumah sakit dalam mencegah MIS-C, juga telah diteliti menggunakan desain kasus-kontrol uji-negatif di antara pasien rawat inap berusia 12-18 tahun selama dominasi varian Delta. Di antara 102 pasien kasus MIS-C dan 181 kontrol yang dirawat di rumah sakit, perkiraan efektivitas 2 dosis vaksin BNT162b2 terhadap MIS-C adalah 91%. Semua pasien MIS-C 38 anak yang membutuhkan ventilator elektrik atau dukungan alat bantu napas untuk bertahan hidup tidak divaksinasi. Penerimaan 2 dosis vaksin BNT162b2 dikaitkan dengan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap MIS-C pada remaja berusia 12-18 tahun.

Vaksinasi Jadi Harapan Lindungi Anak Usia 6-11 Tahun dari Covid-19 -  Kompas.id

Meskipun penilaian manfaat-risiko (benefit-risk assessments) jelas mendukung manfaat vaksinasi pada semua kelompok umur, termasuk anak dan remaja untuk mengurangi jumlah infeksi, rawat inap, kematian, dan COVID-19 jangka panjang, manfaat kesehatan langsung dari memvaksinasi anak dan remaja yang sehat, lebih rendah dibandingkan dengan memvaksinasi orang dewasa, karena insiden COVID-19 parah  dan kematian yang lebih rendah pada orang yang lebih muda. Oleh karena anak dan remaja cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan dibandingkan orang dewasa, kecuali jika mereka berada dalam kelompok yang berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 parah, maka vaksinasi untuk anak dan remaja tidak terlalu mendesak, dibandingkan orang yang lebih tua, mereka yang memiliki gangguan kesehatan kronis, dan tenaga kesehatan.

.

Vaksin COVID-19 yang telah menjalani uji klinis pada anak dan remaja aman dan efektif dalam mencegah penyakit COVID-19 pada anak dan remaja. Anak dengan komorbiditas dan kondisi immunocompromis yang parah harus ditawarkan vaksinasi. Meminimalkan gangguan terhadap proses pendidikan anak di sekolah dan pemeliharaan kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan anak secara keseluruhan, merupakan pertimbangan penting. Vaksinasi yang mengurangi penularan SARS-CoV-2 pada semua kelompok juga dapat mengurangi penularan dari anak dan remaja, ke orang dewasa di sekitarnya, dan dapat membantu mengurangi kebutuhan akan langkah mitigasi di sekolah. Namun demikian, selama periode dominanasi varian Omicron yang lalu, dampak vaksin terhadap penularan hanya sedikit dan berlangsung sebentar.

.

Strategi setiap negara dalam pengendalian COVID-19 seharusnya mendukung proses pendidikan anak di sekolah, aspek kehidupan sosial lainnya, dan meminimalkan penutupan sekolah, bahkan bila Negara tersebut menerapkan kebijakan tanpa memvaksinasi anak dan remaja sekalipun. UNICEF dan WHO telah mengembangkan panduan tentang cara meminimalkan penularan di sekolah dan menjaga sekolah tetap buka, tidak tergantung dari status vaksinasi anak usia sekolah. Guru, anggota keluarga, dan semua orang dewasa lainnya di sekitar anak dan remaja, idealnya harus divaksinasi untuk perlindungan langsung terhadap anak.

.

Pada Sabtu, 13 Agustus 2022 cakupan vaksinasi dosis 2 COVID-19 di Indonesia telah mencapai 170.486.755 dosis atau 72,65%. Cakupan ini meliputi vaksinasi lansia telah diberikan sebanyak 14.785.607 dosis atau mencapai 68,60%. Sedangkan cakupan vaksinasi tenaga kesehatan sebanyak 1.984.613 dosis atau mencapai 135,12%. Sebaliknya, upaya percepatan imunisasi penting mengingat ada lebih dari 1,7 juta anak di Indonesia belum mendapat imunisasi dasar lengkap pada 2019-2021. Imunisasi dasar lengkap mesti diberikan pada bayi berusia 0-11 bulan. Imunisasi itu mencakup, antara lain, DPT-HB-Hib, polio tetes, polio suntik, dan campak rubela. Setelahnya, anak usia 18-24 bulan diberi imunisasi DPT-HB-Hib dan campak rubela. Imunisasi masih perlu dilanjutkan saat anak menginjak usia SD. Anak kelas 1 SD diberi imunisasi campak rubela dan DT sementara anak kelas 2 dan 5 SD menerima imunisasi Td. Cakupan imunisasi Indonesia pada 2021 adalah yang terendah. Hanya enam provinsi yang berhasil mencapai target vaksinasi sebesar 93,6 persen, yaitu Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta, Banten, dan Bengkulu.

.

Keputusan untuk memvaksinasi COVID-19 untuk remaja dan anak harus memperhitungkan prioritas untuk sepenuhnya melindungi kelompok risiko tertinggi dengan vaksinasi primer, dan karena efektivitas vaksin menurun seiring waktu sejak vaksinasi, maka perlu juga memberikan dosis booster. Oleh karena itu, sebelum sebuah negara mempertimbangkan untuk menerapkan vaksinasi COVID-19 dosis primer pada remaja dan anak, mencapai cakupan primer dan booster yang tinggi pada kelompok prioritas, seperti orang dewasa dan tenaga kesehatan, harus dikejar terlebih dahulu. Selain itu, sangat penting bagi anak untuk terus diberikan imunisasi dasar untuk penyakit menular lainnya, yang justru lebih direkomendasikan.

Apakah kita sudah bertindak?

Sekian

Yogyakarta, 22 Agustus 2022

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih dan Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan sekolah UHC

2022 Bersepeda Dalam Kota

BERSEPEDA  DI  DALAM  KOTA

fx. wikan indrarto*)

Warga kota banyak yang menyatakan minat untuk bersepeda, tetapi khawatir tentang keselamatan di jalan. Meskipun sudah ada kemajuan pesat, namun kematian karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya terus saja meningkat, dengan kematian tahunan global mencapai 1,35 juta kasus. Apa yang sebaiknya dilakukan?

.

Cedera lalu lintas di jalan raya kini menjadi pembunuh utama bagi anak dan remaja yang berusia 5-29 tahun. Secara global, dari semua kematian karena kecelakaan lalu lintas, pejalan kaki dan pengendara sepeda merupakan 26% korban. Sedangkan pengendara sepeda motor dan penumpang kendaraan merupakan 28% korban. Risiko kematian karena kecelakaan lalu lintas di jalan, sampai sekarang tetap mencapai tiga kali lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah daripada di negara berpenghasilan tinggi, dengan tingkat tertinggi di Afrika (26,6 per 100.000 penduduk) dan terendah di Eropa (9,3 per 100.000 penduduk).

.

Pada tahun 2013 Pemerintah Kota Bangalore India mulai meluncurkan inisiatif Hari Bersepda (Cycle Day). Lalu lintas jalan diblokir pada satu hari Minggu  per bulan selama setengah hari di seluruh kota, menciptakan ruang yang aman untuk berjalan kaki dan bersepeda. Kampanye komunikasi melalui media sosial dan organisasi lokal mendorong orang untuk menggunakan semua ruas jalan untuk bersepeda dan berjalan kaki ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuannya adalah untuk mendorong warga menggunakan transportasi aktif, tetapi juga diharapkan penutupan jalan terhadap kendaraan bermotor (car free day) akan mengurangi polusi  udara di daerah terdekat. Popularitas acara ini tumbuh dalam hal frekuensi dan kegiatan, dan acara menjadi rutin mingguan dan diadakan di beberapa lokasi. Sepeda gratis disediakan, acara bersepeda jarak pendek (3–5 km) diselenggarakan dan acara lainnya dapat diadakan di sepanjang ruas jalan seperti olahraga, berkesnian, dan permainan untuk anak. 

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2022/05/26/2022-mudik-aman/

.

Lebih dari setengah populasi dunia sekarang tinggal di kota, menggerakkan lebih dari 60% aktivitas ekonomi dan emisi gas rumah kaca. Karena kota memiliki kepadatan penduduk yang relatif tinggi dan padat lalu lintas, sebenarnya banyak perjalanan dapat dilakukan dengan lebih efisien menggunakan transportasi umum, berjalan kaki, dan bersepeda, dibandingkan dengan mobil pribadi. Ini juga membawa manfaat kesehatan utama melalui pengurangan polusi udara, cedera lalu lintas di jalan raya, dan lebih dari tiga juta kematian tahunan akibat tidak aktif secara fisik. Beberapa kota terbesar dan paling dinamis di dunia, seperti Milan, Paris, dan London, telah menanggapi pandemi COVID-19 dengan membuat jalan bagi pejalan kaki, dan memperluas jalur sepeda secara besar-besaran. Hal ini memungkinkan terjadinya transportasi yang jauh dengan beraktivitas fisik selama pandemi, meningkatkan kegiatan ekonomi, dan kualitas hidup warganya.

.

Saat ini lebih dari setengah populasi dunia sudah tinggal di kota, baik besar maupun kecil. Pada tahun 2050, proporsi itu diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 70%. Pertumbuhan kota yang pesat ini menghadirkan tantangan dan peluang, juga terkait krisis perubahan iklim dan pandemi COVID-19, yang telah memperburuk ketidakadilan dan kerentanan sosial dan sistem kesehatan. Saat ini, lebih dari tujuh juta orang per tahun meninggal karena paparan polusi udara di kota, sekitar 1 dari 8 dari semua kematian. Lebih dari 90% orang menghirup udara luar ruangan dengan tingkat polusi yang melebihi nilai aman kualitas udara. Dua pertiga dari paparan polusi luar ruangan ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, yang juga yang mendorong perubahan iklim. Beberapa negara yang paling awal dan paling parah terkena COVID-19, seperti Italia dan Spanyol, dan negara yang paling berhasil mengendalikan penyakit ini, seperti Korea Selatan dan Selandia Baru, telah menempatkan pembangunan hijau di samping kesehatan sebagai jantung atas strategi pemulihan paska COVID-19.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/11/20/2021-kota-sehat-paska-covid-19/

.

Kemitraan untuk Kota Sehat (The Partnership for Healthy Cities) adalah jaringan global bergengsi dari 70 kota di dunia yang berkomitmen untuk menyelamatkan nyawa warganya dengan mencegah penyakit tidak menular (PTM) dan cedera di jalan raya. Saat ini hanya kota Bandung dan Jakarta dari Indonesia yang masuk dalam jaringan kemitraan tersebut. Michael R. Bloomberg sebagai inisiator utama ‘The Partnership for Healthy Cities’ telah menegaskan bahwa para pemimpin lokal, yaitu kepala pemerintah kota di seluruh dunia perlu memberlakukan kebijakan kota yang mampu meningkatkan derajat kesehatan dan menyelamatkan nyawa warganya.

Untuk Para Pesepeda, Ketahui Tiga Aturan Yang Akan di Buat Ini - JD News

Dengan mayoritas populasi dunia sekarang tinggal di daerah perkotaan, setiap pemerintah kota perlu untuk mengubah strategi perang melawan PTM dan cedera di jalan raya, dengan memfasilitasi segenap warga kota untuk berjalan kaki dan bersepeda secara aman dan menyenangkan.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 12 Juli 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, pengguna sepeda di dalam kota.

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan sekolah

2022 Anak Autis

Anak Laki-Laki Lebih Rentan Autisme, Ini Alasannya | Republika Online

ANAK  AUTIS

fx. wikan indrarto*)

WHO merilis versi online program pelatihan untuk para pengasuh anak dengan keterlambatan perkembangan, termasuk autisme. Program yang telah diujicobakan dalam format tatap muka di lebih dari 30 negara, seperti Brasil, India, Italia, dan Kenya, mengajarkan keterampilan sehari-hari kepada orang tua dan pengasuh, agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan anak autis dan gangguan perkembangan lainnya. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://openwho.org/courses/caregiver-skills-training

.

Di banyak bagian dunia, khususnya di wilayah berpenghasilan rendah, orang yang merawat anak autis sering kekurangan akses ke informasi dan layanan yang mereka butuhkan. Peluncuran modul pelatihan versi elektronik berarti bahwa ribuan keluarga sekarang akan dapat memperoleh manfaat darinya. Pelatihan online mencakup sesi informasi yang direkam sebelumnya, tentang topik umum untuk menggunakan kegiatan rutin sehari-hari sebagai kesempatan bagi anak untuk belajar, terlibat aktif dengan teman melalui permainan, dan pemecahan masalah. Program ini telah dikembangkan dengan kolaborasi bersama organisasi ‘Autism Speaks’, yang secara khusus dirancang untuk membantu komunitas dengan sumber daya rendah.

.

Gangguan Spektrum Autisme (ASD) adalah kelompok kondisi mental yang beragam, yang dicirikan dengan beberapa tingkat kesulitan interaksi sosial dan komunikasi. Karakteristik lainnya adalah pola aktivitas dan perilaku yang tidak biasa, seperti kesulitan transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, fokus pada detail, dan reaksi yang tidak biasa terhadap sensasi. Karakteristik autisme dapat dideteksi pada anak usia dini, tetapi autisme sering tidak terdiagnosis sampai jauh di kemudian hari. Anak dengan autisme sering memiliki penyakit saraf pusat lainnya yang terjadi bersamaan, seperti epilepsi, depresi, kecemasan, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku yang berbahaya seperti kesulitan tidur dan keinginan melukai diri sendiri. Derajat intelektual anak autis sangat bervariasi, mulai dari gangguan berat hingga tingkat yang lebih tinggi.

.

Diperkirakan di seluruh dunia sekitar satu dari 100 anak menderita autisme. Prevalensi autisme di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak diketahui. Bukti ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa mungkin ada banyak faktor yang membuat anak lebih mungkin menderita autisme, termasuk faktor lingkungan dan genetik. Data epidemiologi yang tersedia menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan sebab akibat antara vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) dengan autisme. Penelitian sebelumnya diklaim menunjukkan hubungan sebab akibat, ternyata penelitian tersebut ditemukan penuh dengan kelemahan metodologis. Juga tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin masa balita lainnya dapat meningkatkan risiko terjadinya autisme. Tinjauan bukti tentang hubungan potensial antara pengawet thiomersal dan ajuvan aluminium yang terkandung dalam vaksin yang tidak aktif dan risiko autisme, telah disimpulkan bahwa dengan sangat meyakinkan bahwa vaksin tidak meningkatkan risiko autisme.

.

Berbagai intervensi medis dan psikologis pada anak usia dini dan sepanjang rentang kehidupan, dapat mengoptimalkan perkembangan, kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup anak autis. Akses tepat waktu ke intervensi psikososial, memiliki bukti awal dapat meningkatkan kemampuan anak autis untuk berkomunikasi secara efektif dan berinteraksi secara sosial. Pemantauan perkembangan anak sebagai bagian dari perawatan kesehatan ibu dan anak secara rutin, sangatlah direkomendasikan.

.

Kenali Tanda Awal Autisme pada Balita | Semen Padang Hospital

Semua anak, termasuk penyandang autisme, berhak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai. Namun, anak autis sering mengalami stigma dan diskriminasi, termasuk perampasan perawatan kesehatan yang tidak adil, pendidikan dan kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam komunitas mereka. Anak dengan autisme memiliki masalah kesehatan yang sama dengan populasi umum. Namun demikian, anak autis memiliki kebutuhan perawatan kesehatan khusus yang berkaitan dengan autisme atau penyakit lain yang terjadi bersamaan. Anak autis mungkin lebih rentan untuk mengalami penyakit kronis tidak menular, karena faktor risiko gangguan perilaku seperti aktivitas fisik yang aneh dan pilihan diet yang buruk, dan mengalami risiko yang lebih besar mengalami kekerasan, cedera dan pelecehan.

.

Anak dengan autisme memerlukan layanan kesehatan untuk kebutuhan perawatan kesehatan umum, termasuk layanan promotif dan preventif serta pengobatan penyakit akut dan kronis. Namun demikian, anak autis memiliki tingkat kebutuhan perawatan kesehatan yang tidak terpenuhi, justru lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Program pelatihan versi online bagi pengasuh anak autis yang dikembangkan ‘Autism Speaks’ pada komunitas dengan sumber daya rendah, akan membantu anak autis mendapatkan haknya dalam layanan kesehatan, kesejahteraan dan juga pendidikan.

.

Apakah kita sudah terlibat berperan?

Sekian

Yogyakarta, 26 Mei 2022

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW.

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan Pendukung ASI resisten obat sekolah UHC

2022 Hari Makanan Sehat Dunia

Top] 25 World Food Safety Day 2022: Quotes, Slogans, Images, Pictures,  Photo, Poster, Wallpaper

Tulisan ini juga dimuat di link :

https://news.detik.com/kolom/d-6114206/beban-penyakit-bawaan-makanan

HARI  MAKANAN  SEHAT  SEDUNIA  2022

fx. wikan indrarto*)

Hari Keamanan Pangan Sedunia (World Food Safety Day) pada Selasa, 7 Juni 2022 adalah gerakan memobilisasi tindakan untuk mencegah, mendeteksi dan mengelola risiko penyakit yang ditularkan melalui makanan dan meningkatkan derajat kesehatan manusia. Tema peringatan adalah makanan yang lebih aman, kesehatan yang lebih baik (safer food, better health). Apa yang harus dilakukan?

.

Makanan yang aman adalah salah satu penjamin paling penting untuk kesehatan yang baik. Makanan yang tidak aman adalah penyebab banyak penyakit (foodborne illnesses), gangguan pertumbuhan dan perkembangan, defisiensi mikronutrien, penyakit tidak menular atau menular dan penyakit mental. Secara global, satu dari sepuluh orang terkena penyakit bawaan makanan setiap tahunnya. Diperkirakan 600 juta (hampir 1 dari 10 orang di dunia) jatuh sakit setelah makan makanan yang terkontaminasi dan 420.000 meninggal setiap tahun, mengakibatkan hilangnya 33 juta tahun hidup sehat (DALYs). Bahkan dana sebesar US$ 110 miliar hilang setiap tahun dalam produktivitas dan biaya pengobatan akibat makanan yang tidak aman, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada anak balita menyebabkan 40% dari beban penyakit bawaan makanan, dengan 125.000 kematian setiap tahun.

.

Penyakit bawaan makanan biasanya bersifat menular atau beracun dan disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau zat kimia yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi. Bakteri Salmonella, Campylobacter dan enterohaemorrhagic Escherichia coli adalah beberapa patogen bawaan makanan yang paling umum yang mempengaruhi jutaan orang setiap tahun, kadang-kadang dengan derajat klinis yang parah dan fatal. Gejala klinisnya dapat berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut dan diare. Bakteri tersebut sering berada pada telur, daging unggas dan produk lain yang berasal dari hewan, susu mentah, daging unggas mentah atau setengah matang, dan air minum, susu yang tidak dipasteurisasi, daging yang kurang matang, serta buah dan sayuran segar yang terkontaminasi.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/10/13/2020-makanan-sehat-saat-covid-19/

Infeksi bakteri Listeria dapat menyebabkan keguguran pada ibu hamil atau kematian bayi baru lahir. Listeria ditemukan dalam produk susu yang tidak dipasteurisasi dan berbagai makanan siap saji dan dapat tumbuh pada suhu dingin. Bakteri Vibrio cholerae dapat menginfeksi orang melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Gejala klinisnya adalah sakit perut, muntah dan diare berair yang banyak, yang dengan cepat menyebabkan dehidrasi parah dan bahkan kematian. Beras, sayuran, bubur millet dan berbagai jenis makanan laut telah terkait dengan wabah kolera.

.

Beberapa virus dapat ditularkan melalui konsumsi makanan. Norovirus dan Virus Hepatitis A dapat ditularkan melalui makanan dan dapat menyebabkan penyakit hati dan menyebar biasanya melalui makanan laut mentah atau setengah matang, atau produk mentah yang terkontaminasi. Beberapa parasit, seperti trematoda, cacing pita seperti Echinococcus spp, atau Taenia spp, Ascaris, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica atau Giardia, memasuki tubuh melalui makanan atau kontak langsung dengan hewan air atau tanah dan produk tanaman segar.

.

World Food Safety Day 2022 | CareOurEarth

Beban penyakit bawaan makanan (foodborne illnesses) terhadap kesehatan masyarakat dan ekonomi sering kali diremehkan karena pelaporan yang kurang. Selain itu, juga adanya kesulitan untuk membuktikan hubungan sebab akibat antara kontaminasi makanan dan penyakit atau kematian yang diakibatkannya. Laporan WHO tahun 2015 tentang perkiraan beban global penyakit bawaan makanan menyajikan perkiraan pertama beban penyakit yang disebabkan oleh 31 agen bawaan makanan (bakteri, virus, parasit, racun, dan bahan kimia) di tingkat global. Ternyata lebih dari 600 juta kasus penyakit bawaan makanan dan 420.000 kematian dapat terjadi dalam setahun. Beban penyakit bawaan makanan menimpa secara tidak proporsional pada kelompok dalam situasi rentan dan terutama pada anak balita, dengan beban tertinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

.

Laporan Bank Dunia 2019 tentang beban ekonomi penyakit bawaan makanan menunjukkan bahwa, total kerugian produktivitas yang terkait dengan penyakit bawaan makanan di negara berpenghasilan rendah dan menengah, diperkirakan mencapai US$ 95,2 miliar per tahun. Selain itu, biaya tahunan untuk mengobati penyakit bawaan makanan diperkirakan mencapai US$ 15 miliar.

.

Pasokan makanan yang aman mendukung kesehatan ekonomi nasional, berkontribusi pada ketahanan pangan dan gizi, dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Pada hal, urbanisasi dan perubahan kebiasaan konsumen telah meningkatkan jumlah orang yang membeli dan makan makanan yang disiapkan di tempat umum. Selain itu, globalisasi telah memicu meningkatnya permintaan konsumen akan variasi makanan yang lebih luas, mengakibatkan rantai makanan global yang semakin kompleks dan panjang. Perubahan iklim juga diprediksi berdampak pada keamanan pangan.

.

Setiap pemerintah harus menjadikan keamanan pangan sebagai prioritas kesehatan masyarakat, dengan menyusun kebijakan dan menerapkan sistem keamanan pangan yang efektif. Momentum Hari Keamanan Pangan Sedunia (World Food Safety Day) pada Selasa, 7 Juni 2022 mengingatkan kita akan peran penting negara dalam menjamin ketersediaan makanan yang aman dan sehat.

Sekian

Yogyakarta, 6 Juni 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life sekolah UHC vaksinasi

2022 Cacar Monyet

Waspada, Berikut Gejala Awal Cacar Monyet yang Kerap Diabaikan oleh Banyak  Orang

CACAR  MONYET

fx. wikan indrarto*)

Monkeypox (cacar monyet) disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae adalah penyakit zoonosis virus yang terjadi terutama di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat. Cacar monyet biasanya memiliki gejala klinis demam, ruam kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi medis. Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu. Kasus yang parah dapat terjadi dengan rasio kasus kematian meningkat sekitar 3-6%. Apa yang mencemaskan?

.

Manifestasi klinis cacar monyet mirip dengan cacar, infeksi orthopoxvirus  yang telah dinyatakan dapat diberantas di seluruh dunia pada tahun 1980. Cacar monyet kurang menular daripada cacar dan menyebabkan penyakit yang kurang parah. Berbagai spesies hewan telah diidentifikasi rentan terhadap virus cacar monyet, yaitu tupai tali, tupai pohon, tikus, dormice, primata non-manusia dan spesies lainnya. Cacar monyet pertama kali diidentifikasi pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo pada seorang anak laki-laki berusia 9 tahun di wilayah di mana cacar telah dieliminasi pada tahun 1968. Sejak itu, kasus cacar monyet telah dilaporkan pada manusia di 11 negara Afrika, yaitu Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone , dan Sudan Selatan.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/08/04/2020-bebas-cacar-dan-covid-19/

.

Pada tahun 2003, wabah cacar monyet pertama di luar Afrika terjadi di Amerika Serikat dan dikaitkan dengan kontak dengan anjing padang rumput peliharaan yang terinfeksi. Hewan peliharaan ini telah ditempatkan dengan tikus berkantung Gambia dan dormice yang telah diimpor ke negara itu dari Ghana. Wabah ini menyebabkan lebih dari 70 kasus cacar monyet di AS. Cacar monyet juga telah dilaporkan pada pelancong dari Nigeria ke Israel pada September 2018, ke Inggris pada September 2018, Desember 2019, Mei 2021 dan Mei 2022, ke Singapura pada Mei 2019, dan ke Amerika Serikat pada bulan Juli dan November 2021. Pada Mei 2022, beberapa kasus cacar monyet diidentifikasi di beberapa negara non-endemik.

.

Penularan dari hewan ke manusia (zoonotik) dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa dari hewan yang terinfeksi. Makan daging yang tidak dimasak dengan baik dan produk hewani lainnya dari hewan yang terinfeksi merupakan faktor risiko yang mungkin. Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi akibat kontak dekat dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi. Penularan melalui partikel pernapasan biasanya memerlukan kontak tatap muka yang berkepanjangan, yang menempatkan petugas kesehatan, anggota rumah tangga dan kontak dekat lainnya dari kasus aktif pada risiko yang lebih besar. Penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin (yang dapat menyebabkan cacar monyet bawaan) atau selama kontak dekat selama dan setelah kelahiran.

.

Penyebab Cacar Monyet yang Perlu Diwaspadai, Ini Gejala dan Cara  Mencegahnya | merdeka.com

Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari. Infeksi dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode pertama disebut periode invasi berlangsung antara 0-5 hari yang ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia yang hebat (kekurangan energi). Limfadenopati adalah ciri khas cacar monyet dibandingkan dengan penyakit lain yang awalnya mungkin tampak serupa (cacar air, campak, cacar). Periode kedua disebut periode erupsi kulit biasanya dimulai dalam 1-3 hari setelah munculnya demam. Ruam cenderung lebih terkonsentrasi di wajah dan ekstremitas daripada di badan. Ini mempengaruhi wajah (dalam 95% kasus), dan telapak tangan dan telapak kaki (dalam 75% kasus). Juga terkena adalah selaput lendir mulut (dalam 70% kasus), alat kelamin (30%), dan konjungtiva (20%), serta kornea. Ruam berkembang secara berurutan dari makula (lesi dengan dasar rata) menjadi papula (lesi keras yang sedikit terangkat), vesikel (lesi berisi cairan bening), pustula (lesi berisi cairan kekuningan), dan krusta yang mengering dan rontok. Jumlah lesi bervariasi dari beberapa hingga beberapa ribu. Dalam kasus yang parah, lesi dapat menyatu sampai sebagian besar kulit terkelupas.

.

Pengelolaan medis untuk monkeypox harus dioptimalkan sepenuhnya untuk meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala sisa jangka panjang. Diperlukan pemberian cairan dan makanan bergizi untuk mempertahankan status gizi yang memadai. Infeksi bakteri sekunder harus diobati sesuai indikasi. Obat antivirus yang dikenal sebagai tecovirimat yang dikembangkan untuk cacar atau smallpox, dilisensikan oleh European Medical Association (EMA) untuk cacar monyet pada tahun 2022, tetapi sampai sekarang obat ini belum tersedia secara luas. Pada Juli tahun 2018, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah memberikan persetujuan kepada SIGA Technology untuk TPOXX (Tecovirimat), obat anti cacar pertama yang disetujui FDA. TPOXX (Tecovirimat) adalah obat penghambat protein pembungkus amplop ortopoxvirus VP37 dengan memblok interaksinya dengan seluler Rab9 GTPase dan TIP47, sehingga mencegah pembentukan bentuk ortopoxvirus kompoten yang diperlukan dalam penyebaran virus di dalam tubuh.

.

Pengobatan Tecovirimat diindikasikan pada orang dewasa dan pasien anak-anak dengan berat setidaknya 13 kg. Obat ini poten, spesifik, aman, mudah dibuat, stabil, tersedia secara oral, memiliki rejimen dosis langsung yang tidak memerlukan pengawasan medis dan tidak mengganggu vaksin. Sediaan dibuat oral dalam kapsul gelatin padat yang berisi zat aktif kristal tecovirimat monohidrat dan bahan tambahan lainnya.

.

Vaksinasi cacar dalam beberapa penelitian observasional sekitar 85% efektif dalam mencegah cacar monyet dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan. Bukti vaksinasi sebelumnya terhadap cacar biasanya dapat ditemukan sebagai bekas luka di lengan atas. Saat ini, vaksin cacar (generasi pertama) yang asli tidak lagi tersedia untuk masyarakat umum. Vaksin yang masih lebih baru berdasarkan virus vaccinia yang dilemahkan dan dimodifikasi (strain Ankara) telah disetujui untuk pencegahan monkeypox pada tahun 2019. Ini adalah vaksin dua dosis yang ketersediaannya masih terbatas. Meningkatkan kesadaran akan faktor risiko dan mendidik masyarakat tentang langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk mengurangi paparan virus adalah strategi pencegahan utama cacar monyet.

Jumat, 20 Mei 2022 terjadi wabah cacar monyet yang dilaporkan di 11 negara yang tidak biasa, karena terjadi di negara-negara non-endemik di Eropa, Amerika dan Australia. Ada sekitar 80 kasus yang dikonfirmasi dan 50 kasus sedang dalam penyelidikan. Lebih banyak kasus kemungkinan akan dilaporkan saat pengawasan meluas.

Apakah kita sudah bertindak bijak?

Yogyakarta, 23 Mei 2022

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM. WA :  081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan sekolah

2022 MUDIK AMAN

Tips Mudik Aman 2022 dengan Mobil Pribadi, Tenang Saat Perjalanan - Suara  Merdeka

MUDIK  AMAN

fx. wikan indrarto*)

Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Inspektur Jenderal Firman Shantyabudi mengatakan, angka kecelakaan selama mudik Lebaran 2022 menurun 31% dibandingkan pada 2019. Pada hal jumlah kendaraan yang melintas mencapai 170.078 unit, naik 1,2% dibandingkan 166.444 unit pada tahun 2019. Cidera lalu lintas sudah dapat ditekan. Apa lagi yang harus ditingkatkan?

.

Sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahun secara global akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Lebih dari setengah dari semua kematian tersebut menimpa pejalan kaki, pengendara sepeda, dan pengendara sepeda motor. Sekitar 93% kematian dunia di jalan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, meskipun di negara ini memiliki sekitar 60% kendaraan dunia. Cedera lalu lintas jalan adalah penyebab utama kematian anak, remaja dan dewasa muda yang berusia 5-29 tahun.

.

Faktor risiko kecelakaan lalu lintas adalah usia, jenis kelamin, kecepatan, penggunaan zat adiktif dan alat keselamatan, fasilitas keamanan kendaraan, perawatan medis paska kecelakaan, dan penegakan hukum yang kurang tegas. Cedera lalu lintas jalan adalah penyebab utama kematian anak, remaja, dan dewasa muda berusia 5-29 tahun, karena mobilitas mereka lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, anak dan remaja laki-laki lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan lalu lintas daripada perempuan. Sekitar tiga perempat (73%) dari semua kematian lalu lintas di jalan terjadi pada laki-laki muda di bawah usia 25 tahun, yang hampir 3 kali lipat lebih mungkin meninggal dalam kecelakaan lalu lintas dibandingkan perempuan muda.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2018/06/09/2018-tradisi-mudik/

Peningkatan kecepatan kendaraan secara langsung berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan akibat dari kecelakaan tersebut. Misalnya, setiap 1% peningkatan kecepatan rata-rata menghasilkan 4% peningkatan risiko kecelakaan fatal dan 3% peningkatan risiko kecelakaan serius. Risiko kematian pejalan kaki yang tertabrak bagian depan mobil meningkat pesat (4,5 kali pada peningkatan kecepatan dari 50 km/jam menjadi 65 km/jam). Pada benturan samping mobil ke mobil, risiko kematian bagi penumpang mobil adalah 85% pada kecepatan 65 km/jam.

.

Penggunaan helm yang benar oleh pengendara sepeda motor dapat mengurangi risiko cedera fatal sebesar 42% dan pengurangan risiko cedera kepala sebesar 69%. Mengenakan sabuk pengaman mengurangi risiko kematian di antara pengemudi dan penumpang kursi depan mobil  sebesar 45 – 50%, dan risiko kematian dan cedera serius di antara penumpang kursi belakang mobil sebesar 25%. Penggunaan kursi pengaman anak dapat menurunkan 60% kematian.

.

Pengemudi yang menggunakan ponsel kira-kira 4 kali lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan. Menggunakan telepon cerdas saat mengemudi memperlambat waktu reaksi, terutama waktu reaksi pengereman, tetapi juga reaksi terhadap sinyal lalu lintas, dan menyulitkan untuk tetap berada di jalur yang benar, dan menjaga jarak kendaraan yang aman. Telepon hands-free tidak jauh lebih aman daripada perangkat telepon genggam.

Terpaksa Harus Mudik, Ini Tips Mudik Aman saat Wabah Corona Covid-19

Desain jalan dapat memiliki dampak yang cukup besar pada keselamatan penggunanya. Idealnya ada fasilitas yang memadai untuk pejalan kaki, pengendara sepeda, dan pengendara sepeda motor. Pembangunan jalan setapak, jalur bersepeda, titik persimpangan yang aman, dan tindakan pengaturan lalu lintas lainnya seperti ‘one way’, ‘contra flow’ dan ganjil genap sangat penting untuk mengurangi risiko cedera.

.

Kendaraan yang aman memainkan peran penting dalam mencegah kecelakaan dan mengurangi kemungkinan cedera serius. Ini termasuk mengharuskan produsen kendaraan untuk memenuhi peraturan benturan depan dan samping, untuk memasukkan kontrol stabilitas elektronik untuk mencegah kemudi yang liar (over-steering) dan untuk memastikan ‘airbag’ dan sabuk pengaman dipasang di semua jenis kendaraan.

.

Keterlambatan dalam mendeteksi dan memberikan perawatan medis bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan meningkatkan keparahan cedera. Perawatan medis untuk cedera setelah kecelakaan terjadi, adalah sangat sensitif terhadap waktu, karena penundaan beberapa menit dapat membuat perbedaan hasil klinis antara hidup dan mati. Meningkatkan perawatan medis pasca kecelakaan memerlukan jaminan akses ke rumah sakit tepat waktu, dan kualitas perawatan medis yang bermutu, seperti melalui program pelatihan oleh dokter spesialis.

.

Jika undang-undang lalu lintas tentang mengemudi dalam keadaan mabuk, penggunaan sabuk pengaman, batas kecepatan, helm, dan pengaman anak tidak ditegakkan, peraturan tersebut tidak dapat mengurangi kematian dan cedera lalu lintas yang terkait dengan perilaku tertentu. Namun demikian, adanya tilang elektronik (e-tilang) atau electronic traffic law enforcement (ETLE) di sejumlah ruas jalan tol di Pulau Jawa yang mulai berlaku sejak 1 April 2022, diprediksi akan  mempengaruhi perilaku pengemudi.

.

Kecelakaan lalu lintas jalan dapat dicegah dengan keterlibatan dari berbagai sektor seperti transportasi, polisi, kesehatan, pendidikan, dan hukum, untuk menciptakan jalan raya yang aman bagi semua penggunanya, tidak hanya saat mudik Lebaran saja.

Apakah kita sudah terlibat berperan?

Sekian

Yogyakarta, 10 Mei 2022

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, pengguna sepeda dan pemudik jarak dekat, WA: 081227280161,