Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life sekolah UHC vaksinasi

2022 Cacar Monyet

Waspada, Berikut Gejala Awal Cacar Monyet yang Kerap Diabaikan oleh Banyak  Orang

CACAR  MONYET

fx. wikan indrarto*)

Monkeypox (cacar monyet) disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae adalah penyakit zoonosis virus yang terjadi terutama di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat. Cacar monyet biasanya memiliki gejala klinis demam, ruam kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi medis. Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu. Kasus yang parah dapat terjadi dengan rasio kasus kematian meningkat sekitar 3-6%. Apa yang mencemaskan?

.

Manifestasi klinis cacar monyet mirip dengan cacar, infeksi orthopoxvirus  yang telah dinyatakan dapat diberantas di seluruh dunia pada tahun 1980. Cacar monyet kurang menular daripada cacar dan menyebabkan penyakit yang kurang parah. Berbagai spesies hewan telah diidentifikasi rentan terhadap virus cacar monyet, yaitu tupai tali, tupai pohon, tikus, dormice, primata non-manusia dan spesies lainnya. Cacar monyet pertama kali diidentifikasi pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo pada seorang anak laki-laki berusia 9 tahun di wilayah di mana cacar telah dieliminasi pada tahun 1968. Sejak itu, kasus cacar monyet telah dilaporkan pada manusia di 11 negara Afrika, yaitu Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone , dan Sudan Selatan.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/08/04/2020-bebas-cacar-dan-covid-19/

.

Pada tahun 2003, wabah cacar monyet pertama di luar Afrika terjadi di Amerika Serikat dan dikaitkan dengan kontak dengan anjing padang rumput peliharaan yang terinfeksi. Hewan peliharaan ini telah ditempatkan dengan tikus berkantung Gambia dan dormice yang telah diimpor ke negara itu dari Ghana. Wabah ini menyebabkan lebih dari 70 kasus cacar monyet di AS. Cacar monyet juga telah dilaporkan pada pelancong dari Nigeria ke Israel pada September 2018, ke Inggris pada September 2018, Desember 2019, Mei 2021 dan Mei 2022, ke Singapura pada Mei 2019, dan ke Amerika Serikat pada bulan Juli dan November 2021. Pada Mei 2022, beberapa kasus cacar monyet diidentifikasi di beberapa negara non-endemik.

.

Penularan dari hewan ke manusia (zoonotik) dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa dari hewan yang terinfeksi. Makan daging yang tidak dimasak dengan baik dan produk hewani lainnya dari hewan yang terinfeksi merupakan faktor risiko yang mungkin. Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi akibat kontak dekat dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi. Penularan melalui partikel pernapasan biasanya memerlukan kontak tatap muka yang berkepanjangan, yang menempatkan petugas kesehatan, anggota rumah tangga dan kontak dekat lainnya dari kasus aktif pada risiko yang lebih besar. Penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin (yang dapat menyebabkan cacar monyet bawaan) atau selama kontak dekat selama dan setelah kelahiran.

.

Penyebab Cacar Monyet yang Perlu Diwaspadai, Ini Gejala dan Cara  Mencegahnya | merdeka.com

Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari. Infeksi dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode pertama disebut periode invasi berlangsung antara 0-5 hari yang ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia yang hebat (kekurangan energi). Limfadenopati adalah ciri khas cacar monyet dibandingkan dengan penyakit lain yang awalnya mungkin tampak serupa (cacar air, campak, cacar). Periode kedua disebut periode erupsi kulit biasanya dimulai dalam 1-3 hari setelah munculnya demam. Ruam cenderung lebih terkonsentrasi di wajah dan ekstremitas daripada di badan. Ini mempengaruhi wajah (dalam 95% kasus), dan telapak tangan dan telapak kaki (dalam 75% kasus). Juga terkena adalah selaput lendir mulut (dalam 70% kasus), alat kelamin (30%), dan konjungtiva (20%), serta kornea. Ruam berkembang secara berurutan dari makula (lesi dengan dasar rata) menjadi papula (lesi keras yang sedikit terangkat), vesikel (lesi berisi cairan bening), pustula (lesi berisi cairan kekuningan), dan krusta yang mengering dan rontok. Jumlah lesi bervariasi dari beberapa hingga beberapa ribu. Dalam kasus yang parah, lesi dapat menyatu sampai sebagian besar kulit terkelupas.

.

Pengelolaan medis untuk monkeypox harus dioptimalkan sepenuhnya untuk meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala sisa jangka panjang. Diperlukan pemberian cairan dan makanan bergizi untuk mempertahankan status gizi yang memadai. Infeksi bakteri sekunder harus diobati sesuai indikasi. Obat antivirus yang dikenal sebagai tecovirimat yang dikembangkan untuk cacar atau smallpox, dilisensikan oleh European Medical Association (EMA) untuk cacar monyet pada tahun 2022, tetapi sampai sekarang obat ini belum tersedia secara luas. Pada Juli tahun 2018, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah memberikan persetujuan kepada SIGA Technology untuk TPOXX (Tecovirimat), obat anti cacar pertama yang disetujui FDA. TPOXX (Tecovirimat) adalah obat penghambat protein pembungkus amplop ortopoxvirus VP37 dengan memblok interaksinya dengan seluler Rab9 GTPase dan TIP47, sehingga mencegah pembentukan bentuk ortopoxvirus kompoten yang diperlukan dalam penyebaran virus di dalam tubuh.

.

Pengobatan Tecovirimat diindikasikan pada orang dewasa dan pasien anak-anak dengan berat setidaknya 13 kg. Obat ini poten, spesifik, aman, mudah dibuat, stabil, tersedia secara oral, memiliki rejimen dosis langsung yang tidak memerlukan pengawasan medis dan tidak mengganggu vaksin. Sediaan dibuat oral dalam kapsul gelatin padat yang berisi zat aktif kristal tecovirimat monohidrat dan bahan tambahan lainnya.

.

Vaksinasi cacar dalam beberapa penelitian observasional sekitar 85% efektif dalam mencegah cacar monyet dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan. Bukti vaksinasi sebelumnya terhadap cacar biasanya dapat ditemukan sebagai bekas luka di lengan atas. Saat ini, vaksin cacar (generasi pertama) yang asli tidak lagi tersedia untuk masyarakat umum. Vaksin yang masih lebih baru berdasarkan virus vaccinia yang dilemahkan dan dimodifikasi (strain Ankara) telah disetujui untuk pencegahan monkeypox pada tahun 2019. Ini adalah vaksin dua dosis yang ketersediaannya masih terbatas. Meningkatkan kesadaran akan faktor risiko dan mendidik masyarakat tentang langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk mengurangi paparan virus adalah strategi pencegahan utama cacar monyet.

Jumat, 20 Mei 2022 terjadi wabah cacar monyet yang dilaporkan di 11 negara yang tidak biasa, karena terjadi di negara-negara non-endemik di Eropa, Amerika dan Australia. Ada sekitar 80 kasus yang dikonfirmasi dan 50 kasus sedang dalam penyelidikan. Lebih banyak kasus kemungkinan akan dilaporkan saat pengawasan meluas.

Apakah kita sudah bertindak bijak?

Yogyakarta, 23 Mei 2022

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM. WA :  081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan sekolah

2022 MUDIK AMAN

Tips Mudik Aman 2022 dengan Mobil Pribadi, Tenang Saat Perjalanan - Suara  Merdeka

MUDIK  AMAN

fx. wikan indrarto*)

Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Inspektur Jenderal Firman Shantyabudi mengatakan, angka kecelakaan selama mudik Lebaran 2022 menurun 31% dibandingkan pada 2019. Pada hal jumlah kendaraan yang melintas mencapai 170.078 unit, naik 1,2% dibandingkan 166.444 unit pada tahun 2019. Cidera lalu lintas sudah dapat ditekan. Apa lagi yang harus ditingkatkan?

.

Sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahun secara global akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Lebih dari setengah dari semua kematian tersebut menimpa pejalan kaki, pengendara sepeda, dan pengendara sepeda motor. Sekitar 93% kematian dunia di jalan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, meskipun di negara ini memiliki sekitar 60% kendaraan dunia. Cedera lalu lintas jalan adalah penyebab utama kematian anak, remaja dan dewasa muda yang berusia 5-29 tahun.

.

Faktor risiko kecelakaan lalu lintas adalah usia, jenis kelamin, kecepatan, penggunaan zat adiktif dan alat keselamatan, fasilitas keamanan kendaraan, perawatan medis paska kecelakaan, dan penegakan hukum yang kurang tegas. Cedera lalu lintas jalan adalah penyebab utama kematian anak, remaja, dan dewasa muda berusia 5-29 tahun, karena mobilitas mereka lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, anak dan remaja laki-laki lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan lalu lintas daripada perempuan. Sekitar tiga perempat (73%) dari semua kematian lalu lintas di jalan terjadi pada laki-laki muda di bawah usia 25 tahun, yang hampir 3 kali lipat lebih mungkin meninggal dalam kecelakaan lalu lintas dibandingkan perempuan muda.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2018/06/09/2018-tradisi-mudik/

Peningkatan kecepatan kendaraan secara langsung berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan akibat dari kecelakaan tersebut. Misalnya, setiap 1% peningkatan kecepatan rata-rata menghasilkan 4% peningkatan risiko kecelakaan fatal dan 3% peningkatan risiko kecelakaan serius. Risiko kematian pejalan kaki yang tertabrak bagian depan mobil meningkat pesat (4,5 kali pada peningkatan kecepatan dari 50 km/jam menjadi 65 km/jam). Pada benturan samping mobil ke mobil, risiko kematian bagi penumpang mobil adalah 85% pada kecepatan 65 km/jam.

.

Penggunaan helm yang benar oleh pengendara sepeda motor dapat mengurangi risiko cedera fatal sebesar 42% dan pengurangan risiko cedera kepala sebesar 69%. Mengenakan sabuk pengaman mengurangi risiko kematian di antara pengemudi dan penumpang kursi depan mobil  sebesar 45 – 50%, dan risiko kematian dan cedera serius di antara penumpang kursi belakang mobil sebesar 25%. Penggunaan kursi pengaman anak dapat menurunkan 60% kematian.

.

Pengemudi yang menggunakan ponsel kira-kira 4 kali lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan. Menggunakan telepon cerdas saat mengemudi memperlambat waktu reaksi, terutama waktu reaksi pengereman, tetapi juga reaksi terhadap sinyal lalu lintas, dan menyulitkan untuk tetap berada di jalur yang benar, dan menjaga jarak kendaraan yang aman. Telepon hands-free tidak jauh lebih aman daripada perangkat telepon genggam.

Terpaksa Harus Mudik, Ini Tips Mudik Aman saat Wabah Corona Covid-19

Desain jalan dapat memiliki dampak yang cukup besar pada keselamatan penggunanya. Idealnya ada fasilitas yang memadai untuk pejalan kaki, pengendara sepeda, dan pengendara sepeda motor. Pembangunan jalan setapak, jalur bersepeda, titik persimpangan yang aman, dan tindakan pengaturan lalu lintas lainnya seperti ‘one way’, ‘contra flow’ dan ganjil genap sangat penting untuk mengurangi risiko cedera.

.

Kendaraan yang aman memainkan peran penting dalam mencegah kecelakaan dan mengurangi kemungkinan cedera serius. Ini termasuk mengharuskan produsen kendaraan untuk memenuhi peraturan benturan depan dan samping, untuk memasukkan kontrol stabilitas elektronik untuk mencegah kemudi yang liar (over-steering) dan untuk memastikan ‘airbag’ dan sabuk pengaman dipasang di semua jenis kendaraan.

.

Keterlambatan dalam mendeteksi dan memberikan perawatan medis bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan meningkatkan keparahan cedera. Perawatan medis untuk cedera setelah kecelakaan terjadi, adalah sangat sensitif terhadap waktu, karena penundaan beberapa menit dapat membuat perbedaan hasil klinis antara hidup dan mati. Meningkatkan perawatan medis pasca kecelakaan memerlukan jaminan akses ke rumah sakit tepat waktu, dan kualitas perawatan medis yang bermutu, seperti melalui program pelatihan oleh dokter spesialis.

.

Jika undang-undang lalu lintas tentang mengemudi dalam keadaan mabuk, penggunaan sabuk pengaman, batas kecepatan, helm, dan pengaman anak tidak ditegakkan, peraturan tersebut tidak dapat mengurangi kematian dan cedera lalu lintas yang terkait dengan perilaku tertentu. Namun demikian, adanya tilang elektronik (e-tilang) atau electronic traffic law enforcement (ETLE) di sejumlah ruas jalan tol di Pulau Jawa yang mulai berlaku sejak 1 April 2022, diprediksi akan  mempengaruhi perilaku pengemudi.

.

Kecelakaan lalu lintas jalan dapat dicegah dengan keterlibatan dari berbagai sektor seperti transportasi, polisi, kesehatan, pendidikan, dan hukum, untuk menciptakan jalan raya yang aman bagi semua penggunanya, tidak hanya saat mudik Lebaran saja.

Apakah kita sudah terlibat berperan?

Sekian

Yogyakarta, 10 Mei 2022

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, pengguna sepeda dan pemudik jarak dekat, WA: 081227280161,

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life vaksinasi

2022 Hepatitis Misterius

Waspada Hepatitis Misterius yang Picu 3 Anak Indonesia Meninggal Dunia

HEPATITIS   MISTERIUS

fx. wikan indrarto*)

Sabtu, 23 April 2022 telah dilaporkan merebaknya penyakit hepatitis akut dan parah. Penyakit radang hati ini tidak diketahui penyebabnya dan menyerang banyak anak di beberapa negara secara sekaligus. Wabah hepatitis akut misterius ini mulai terjadi di Inggris dan Irlandia Utara pada 15 April 2022. Apa yang mencemaskan?

.

Pada 21 April 2022, setidaknya 169 kasus hepatitis akut misterius ini telah dilaporkan dari 11 negara di Eropa dan 1 negara di Amerika. Kasus telah dilaporkan di Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Amerika Serikat (9), Denmark (6), Irlandia (< 5), Belanda (4), Italia (4), Norwegia (2), Prancis (2), Rumania (1), dan Belgia (1). Kasus hepatitis ini menyerang anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun, 17 anak (sekitar 10%) membutuhkan tindakan transplantasi hati, dan setidaknya satu kematian telah dilaporkan.

Kementerian Kesehatan RI telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus Hepatitis Akut yang menyerang anak-anak. Kasus ini terjadi di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.

Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/07/28/2021-hari-hepatitis-sedunia/

.

Hepatitis akut (peradangan hati) ini ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati dalam darah yang nyata. Banyak kasus memiliki gejala sakit perut, diare dan muntah, dan peningkatan kadar enzim hati (aspartate transaminase (AST) atau alanine aminotransaminase (ALT) lebih besar dari 500 IU/L) dan kulit kuning (ikterus). Sebagian besar kasus tidak mengalami demam. Virus umum yang menyebabkan hepatitis virus akut (virus hepatitis A, B, C, D dan E) belum terdeteksi dalam kasus ini. Namun demikian, Adenovirus telah terdeteksi dalam setidaknya 74 kasus, dengan pengujian molekuler, 18 telah diidentifikasi sebagai tipe F 41. SARS-CoV-2 diidentifikasi dalam 20 kasus yang diuji. Selanjutnya, 19 terdeteksi dengan koinfeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

.

Pemeriksaan dan penelitian lebih lanjut sedang berlangsung di berbagai negara yang telah melaporkan adanya kasus hepatitis tersebut. Data yang dikumpulkan mencakup riwayat klinis dan paparan yang lebih rinci, pemeriksaan toksikologi, yaitu toksisitas lingkungan dan makanan, serta pemeriksaan virologi atau mikrobiologi tambahan.

.

Sementara ini adenovirus merupakan salah satu hipotesis utama sebagai penyebab hepatitis akut, tetapi tidak sepenuhnya mampu menjelaskan tingkat keparahan klinis. Hal ini karena infeksi adenovirus tipe 41 di manapun, sebelumnya tidak pernah menyebabkan keparahan klinis semacam ini. Adenovirus adalah virus umum yang biasanya hanya menyebabkan infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri (self-limited). Virus penyebab ini menyebar antar anak dan juga sering menyebabkan gangguan pernapasan, gastroenteritis (radang lambung atau usus), konjungtivitis (mata merah), dan sistitis (infeksi kandung kemih).

.

Faktor peningkatan kerentanan pada anak, terjadi setelah tingkat penularan adenovirus lebih rendah selama pembatasan sosial terkait pandemi COVID-19. Kondisi inilah yang merupakan potensi munculnya adenovirus mutasi baru, serta koinfeksi dengan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, perlu diselidiki lebih lanjut. Hipotesis yang terkait dengan efek samping dari vaksin COVID-19 saat ini tidak didukung, karena sebagian besar anak yang terkena hepatitis tidak menerima vaksinasi COVID-19.

.

Hepatitis Misterius Tewaskan 3 Anak, Lapor Jika Temukan Gejalanya

Saat ini sedang diakukan pemantauan ketat lebih lanjut untuk mengidentifikasi kasus tambahan, baik di negara yang saat ini terkena dampak maupun di tempat lain. Prioritasnya adalah untuk menentukan penyebab kasus ini, dan untuk lebih menyempurnakan tindakan pengendalian maupun pencegahan. Langkah pencegahan umum untuk adenovirus dan infeksi umum lainnya adalah mencuci tangan secara teratur dan menjaga kebersihan lingkungan bermain anak.

.

WHO merekomendasikan bahwa pemeriksaan darah, urin, tinja, dan sampel pernapasan, serta sampel biopsi hati (bila tersedia) harus dilakukan, untuk menentukan virus penyebab infeksi. Juga penyebab non-infeksi lainnya perlu diselidiki secara menyeluruh. Saat ini WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan dan atau perdagangan dengan Inggris atau negara lain mana pun tempat kasus teridentifikasi, berdasarkan informasi yang tersedia saat ini.

.

Hepatitis misterius ini mengingatkan kita akan pneumonia Wuhan China, yang ternyata penyebabnya adalah coronavirus baru. WHO awalnya menamai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) pada 12 Januari 2020 dan kemudian secara resmi mengubahnya menjadi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) pada 12 Februari 2020. Sejak COVID-19 pertama kali muncul di China pada 1 Desember 2019, dalam 4 bulan virus dengan cepat menyebar ke negara lain di seluruh dunia sebagai ancaman global. Pada 11 Maret 2020, WHO akhirnya membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi, menyusul flu Spanyol 1918 (H1N1), flu Asia 1957 (H2N2), flu Hong Kong 1968 (H3N2), dan flu Pandemi 2009 (H1N1), yang masing-masing menyebabkan sekitar 50 juta, 1,5 juta, 1 juta, dan 300.000 kematian manusia.

.

Hepatitis misterius di Inggris ini juga mengingatkan kita akan wabah Hepatitis A di Pacitan dan Trenggalek Jawa Timur pada Minggu, 30 Juni 2019 lalu dengan jumlah penderita penyakit kuning itu nyaris menembus angka 1.000 orang. Kita diingatkan agar terus mengikuti perkembangan berita, mencermati penluran, dan melakukan tindakan pencegahan dengan mempromosikan perbaikan sanitasi, keamanan pangan, dan vaksinasi Hepatitis sesuai jadwal, untuk semua anak di sekitar kita.

Apakah kita sudah bertindak?

Yogyakarta, 30 April 2022

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM. WA :  081227280161