Categories
Istanbul

2013 Main di Bali

BALI 2013

fx. wikan indrarto, b. sari prasetyati & a. larasati pangarsaning utami indrarto*)

Dalam rangka ‘7th Asia Respirology Disease Forum’ (ARDF) 2013, kami mengadakan serangkaian acara di Bali. Acara diadakan di Nikko Bali Hotel and Spa, Nusa Dua Bali, Jum’at dan Sabtu, 26 dan 27 April 2013. Setelah pembahasan berbagai penyakit pada saluran napas anak oleh Prof. Bambang Supriyatno (Jakarta, Indonesia), Prof. Liu Enmai (Chongqing, China), Dr. Arnel Gerald Jiao (Manila, Philippines), Prof. Chen Yuzhi (Beijing, China) dan Dr. Darmawan (Jakarta, Indonesia), kami bertiga menikmati semua pesona alam dan keindahan arsitektural hotel Nikko.

 DSC02257  DSC02259

keelokan hotel nuansa Bali (gambar 1)

keelokan taman hotel (gambar 2)

Selain itu, juga pengalaman tak terlupakan sebagai sopir bis Pariwisata (gambar 6) dan keindahan Tanjung Benoa. Dik Laras (Agatha Larasati Pangarsaningutami Indrarto, saat itu kelas 5 SD), juga ikut mengagumi keelokan struktur bangunan lobi dan restoran di dalam hotel, yang bernuansa Bali (gambar 1 sampai 5). Setelah itu, kami juga terkagum-kagum dengan performans tarian Barong yang magis di Banjar Sari Budaya di Jl. By Pass, Denpasar selatan (gambar 7 dan 8). Pertunjukan tarian yang mulai pk. 9.30 setiap hari, ditonton banyak wisatawan asing, di panggung sebuah banjar (tempat berdoa sesuai agama Hindu).

 DSC02269  DSC02255

hotel yang bernuansa Bali (gambar 3)

lansekap hotel di Bali (gambar 4)

 DSC02271  DSC02275

Panorama laut dari hotel (gambar 5)

sopir bis Pariwisata (gambar 6)

 DSC02295  DSC02288

Barong di Banjar Sari Budaya di Jl. By Pass, Denpasar selatan (gambar 7).

Tarian Barong yang magis di Banjar Sari Budaya di Denpasar (gambar 8).

Perjalanan kami lanjutkan melintasi Jl. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra By Pass (Bali Golden Line), melewati Sanur dan akhirnya menuju ke Gianyar. Kami masuk ke areal luas yang megah di KM 19,8, yaitu Bali Safari & Marine Park. Kami menikmati sajian drama gajah, keahlian elang Jawa, kegagahan harimau putih, kejinakan unta, kengerian singa, kemalasan komodo, keganasan ikan arowana, kebesaran ular phyton, dan kebesaran gajah Sumatera (gambar 9-17).

 DSC02322  DSC02297

Kebesaran ular phyton di Bali Safari & Marine Park (gambar 9).

Kemalasan komodo di Bali Safari & Marine Park (gambar 10).

 DSC02312  DSC02307

Drama gajah Sumatera di Bali Safari & Marine Park (gambar 11).

Patung Gajah di Bali Safari & Marine Park (gambar 12).

 DSC02318  DSC02302

Kegagahan harimau putih di Bali Safari & Marine Park (gambar 13).

Keganasan ikan arowana di Bali Safari & Marine Park (gambar 14).

 DSC02308  DSC02316

Kejinakan unta di Bali Safari & Marine Park (gambar 15).

Sajian drama gajah di Bali Safari & Marine Park (gambar 16).

Setelah diselingi makan siang menu Bali aslei, berupa srombotan (semacam urap atau gudangan di Jawa) dan kerupuk batu (kerupuk dari ubi yang cukup keras) di RM Satriya Jl. Haryono Denpasar Timur, kami lanjutkan perjalanan nostalgia ke kamar kost, yang digunakan mama di tahun 1990 (gambar 18). Kami jalan lagi ke Jl. Kebudayaan di daerah Renon, untuk mengunjungi dik Nila yang merayakan mitoni (syukuran usia kehamilan 7 bulan), di rumah Bulik Sudilah. Sekejap dalam obrolan akrab, kami segera lanjut untuk menikmati sore yang indah di Pantai Kuta (gambar 19) dan mengikuti misa kudus Sabtu sore di Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Kuta yang megah, artistik dan full AC (gambar 20).

 DSC02330  DSC02333

Gerbang Bali Safari & Marine Park (gambar 17).

nostalgia kamar kost mama thn 1990 (gambar 18).

 DSC02338  DSC02339

Sore yang indah di Pantai Kuta yang berombak besar (gambar 19)

Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Kuta yang megah (gambar 20).

Malam itu kami akhiri dengan jamuan santap malam dengan segenap peserta ARFD di RM Klapa, Pecatu Indah Resort, dekat Pantai Dreamland yang padat pengunjung. Sampai ketemu di petualangan selanjutnya.

 DSC02344  DSC02346

Keluarga dik Saut Pakpahan, sepupu yang tinggal di Denpasar (gambar 21).

Pintu masuk pura Pura Goa yang paling kecil di seluruh Bali (gambar 22).

Hari Minggu, 28 April 2013 kami awali dengan berenang di kolam renang ‘nikko bali resort and spa’ yang artistik, futuristik dan berhasil mengeksploitasi lansekap pantai dan bukit di lantai dasar hotel. Luar biasa. Setelah sarapan, kami nikmati hangatnya persaudaraan dengan keluarga dik Saut Pakpahan, sepupu yang tinggal di Denpasar, yang datang ke lobi hotel dengan isteri dan ketiga anaknya yang lincah, sampai tidak terlihat dalam foto (gambar 21).

 DSC02350  DSC02361

Patung Arjuna yang sedang dikerjakan di Pantai Pandawa (gambar 23).

Mengajari dik Laras mencuci cumi di dekat Bale Bengong (gambar 24)

Berikutnya kami bermain dengan keluarga dik Aning Wahyuningtyas, sepupu lain yang tinggal di Jimbaran. Kami menikmati Pura Goa Gong, sebuah pura di atas bukit yang dirimbuni akar pohon lebat, dengan pintu masuk pura yang paling kecil di seluruh Bali (gambar 22). Sebelum makan siang, kami melanjutkan jalan-jalan ke Pantai Pandawa, sebuah pantai eksotis yang dibuat dalam rentang 4 tahun. Pantai ini diciptakan dengan pemotongan punggung bukit kapur putih, penataan semak, dan pengaturan muara sebuah sungai di Nusa Dua bagian selatan. Di bukit kapur yang dipotong, tersaji patung besar kelima orang satriya Pandawa yang sedang dikerjakan, termasuk patung Arjuna yang luwes (gambar 23).

 DSC02365  DSC02367

Berbagai menu makan siang khas Bali masak sendiri (gambar 25)

Bergaya di gerbang pura dan pantai Muaya (gambar 26)

Sampailah kami di acara yang ditunggu-tunggu dik Laras, yaitu masak dengan tangannya yang mungil, cumi, kepiting dan ikan laut segar. Bulik Aning yang jago memasak, mengajari dik Laras, mencuci cumi, memotong-motongnya di dekat Bale Bengong (gambar 24) dan memasaknya di dapurnya yang penuh aroma bumbu khas Bali. Siang itu kami dikenyangkan dengan cumi bakar, telor cumi goreng, ikan kerapu merah bakar, gule kaki babi tanpa santan, dan sayur asem Jawa (gambar 25). Wow.

Sore hari kami habiskan di pura dan pantai Muaya (gambar 26), dekat Four Season Hotel. Kami juga bersantai di pasir putih yang lembut, sambil menikmati pemandangan pura, tamu bule yang berjemur, pengunjung pantai yang bermain ombak, bahkan lalu lintas pesawat di landas pacu Bandara Ngurah Rai. Dari tempat kami berbaring kekenyangan dalam semilir angin tersebut, kecelakaan Lion Air yang terjadi 1 bulan sebelumnya, dapat kami bayangkan kehebatan tragedinya secara jelas (gambar 27 dan 28).

 DSC02370  DSC02371

Melihat lalu lintas pesawat di landas pacu Bandara Ngurah Rai (gambar 27)

Berbaring kekenyangan dengan semilir angin di pantai Muaya (gambar 28)

Kami akhiri ‘7th Asia Respirology Disease Forum’ (ARDF) 2013 dan jalan-jalan di Bali, dengan pulang ke Yogyakarta menggunakan GA 252, sebuah Boeing 737-800, yang menempuh jarak 5.425 km, dalam kecepatan rata-rata 757 km/jam (0,732 Match), pada ketinggian 8.229 m. Sampai ketemu dalam laporan perjalanan berikutnya. Terima kasih.

sekian

*) penikmat jalan-jalan dan foto diri

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *