Categories
Istanbul

2018 DOKTER PANCASILA

Hasil gambar untuk hari lahir pancasila

 

DOKTER  PANCASILA

fx. wikan indrarto*)

 

Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2016 telah menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Presiden ingin agar seluruh masyarakat Indonesia mengetahui asal-usul Pancasila yang menjadi ideologi dan dasar negara Indonesia. Apa yang harus kita sadari, termasuk oleh para dokter?

 

 

Hasil gambar untuk sutaryo

 

Prof. Dr. dr. Sutaryo, SpA(K), seorang dokter spesialis anak dan guru besar UGM Yogyakarta yang biasa disapa Prof. Taryo menegasakan, bahwa Pancasila merupakan salah satu warisan dari para pendiri bangsa. Terdapat tiga hal yang digariskan dalam warisan Pancasila yang disebut sebagai Trisakti Pancasila.  Tiga hal tersebut adalah berdaulat di bidang politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya. Melalui Trisakti bangsa Indonesia mampu untuk hidup damai dan sejahtera.

 

 

Gambar terkait

 

 

Prof. Taryo adalah dokter yang menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pancasila I di UGM Yogyakarta Tahun 2009. Dengan melakukan kajian secara ilmiah di PTN ternama, Trisakti Pancasila tentu saja akan terus semakin teranalisis, terwujud dan tidak ketinggalan jaman. Kongres Pancasila II diadakan di Universitas Udayana, Denpasar Tahun 2010, III di Universitas Airlangga Surabaya Tahun 2011, dan IV kembali di UGM, Yogyakarta. Berikutnya, Kongres Pancasila V Tahun 2013 dan VI di Universitas Pattimura, Ambon Tahun 2014, VII, VIII dan IX di UGM Yogyakarta. Bahkan Presiden Joko Widodo tampil langsung saat menjadi pembicara kunci Kongres Pancasila IX, di halaman Balairung UGM Yogyakarta yang legendaris, pada hari Sabtu, 9 Mei 2018.

 

Hasil gambar untuk T. A. Hassan dan soekarno

 

Kita diingatkan bahwa lima butir Pancasila lahir dalam pemikiran Soekarno di  Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, ketika diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada 14 Januari 1934, Bung Karno bersama sang istri, Inggit Garnasih serta ibu mertua, Ibu Amsi dan anak angkatnya, Ratna Djuami, tiba di rumah tahanan yang terletak di Kampung Ambugaga, Ende. Di Ende Soekarno jadi lebih banyak berpikir daripada sebelumnya, termasuk mempelajari lebih jauh soal agama Islam, hingga belajar soal pluralisme dengan bergaul bersama pastor-pastor Katolik di Ende. Dengan berkirim surat berulang dengan tokoh Islam di Bandung, yaitu Ahmad Hassan dan berdiskusi cukup sering dengan pastor Gerardus Huijtink, SVD, maka Pancasila yang dirumuskannya merupakan gagasan brilian untuk semua umat beriman di Indonesia.

 

Hasil gambar untuk T. A. Hassan dan soekarno

 

 

Gagasan Bung Karno yang disampaikan pada Pidato 30 September 1960 di Muka Sidang Umum PBB di New York USA : To Build The World A New’, dimaknakan sebagai membangun dunia kembali, yaitu membangun fitrah manusia di dunia. Sebelumnya juga sudah ditegaskan dalam gagasan perjuangan kebebasan, yaitu Let a New Asia and Africa be Born’ dalam Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung, 18 April 1955. Keduanya menegaskan bahwa cita-cita Pancasila sebagai Dasar Negara tidak semata untuk Indonesia, melainkan untuk peradaban dunia.

 

 

Dalam situasi saat ini, dimana pergolakan ideologi menjadi sangat luas dan beragam, Pancasila tetaplah harus menjadi pemersatu bangsa. Sebagai contoh beragamnya banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi alasan pemicu konflik horizontal antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari sistem kekeluargaan menjadi sistem kapitalisme dimana keuntungan merupakan tujuan utama, fenomena ‘proxy war’, masifnya terorisme dan radikalisme, dan masih banyak lagi masalah lain. Dalam perspektif ideologi, berbagai masalah tersebut, perlu dicari solusi pemecahannya secara mendasar, salah satunya dengan meletakkan kembali Pancasila sebagai bagian dari perangkat geopolitik dan geostrategi.

 

 

Gambar terkait

 

 

Untuk itu, Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia harus diketahui asal usulnya, dijaga kelestarian dan kelanggengan, serta senantiasa diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setiap warga negara Indonesia, seharusnya tidak lagi mempersoalkan keberadaan dasar ideologi negara, agar sebagai bangsa kita dapat maju mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain yang telah berlari kencang. Dengan demikian, mempermasalahkan dasar negara sebagai warisan para pendiri bangsa, justru akan menyebabkan kita hanya saling bersitegang, bertikai, dan berjalan di tempat. Oleh sebab itu, kita semua layak tampil membela, mendukung, dan mengamalkan Pancasila, sedangkan sebagai dokter, kita dapat meneladan kiprah Prof. Taryo.

 

Dari pengalaman Prof. Taryo menangani pasien anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD), muncul ide melakukan pemeriksaan limfosit warna biru dan mengantarkannya meraih gelar doktor tahun 1991 di UGM, dengan disertasi berjudul : Limfosit Plasma Biru (Arti Diagnostik dan Sifat Imunologik pada Infeksi Dengue). Selain itu, Prof. Taryo juga merumuskan tata cara pengelolaan DBD yang sederhana, yakni dengan monitor DBD gaya Yogyakarta. Intinya adalah kombinasi pemeriksaan setiap enam jam plus laboratorium sederhana, yang ’murah tur slamet, tak perlu ICU (intensive care unit).’ Karena jiwa sosialnya tinggi, Prof. Taryo sering menggratiskan biaya bagi pasien. ”Yang penting mereka sembuh lahir-batin,” sebagaimana ditulis oleh Djoko Poernomo di Harian Kompas, 27 Januari 2006.

 

Gambar terkait

 

Dilahirkan pada 6 Maret 1949 di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta, Sutaryo kecil memperoleh didikan ayah (Sastrodibroto, pegawai sosial di kantor desa) dan ibunya (dipanggil Simbok) dalam suasana keprihatinan. ”Simbok saya itu buta huruf, lho. Tetapi, mata batinnya sejuk dan pandangannya jauh ke depan.” Seluruh anak keluarga Sastrodibroto (11 orang, Sutaryo nomor tujuh) adalah lulusan UGM. ”Ayah memberi olah batin yang kuat. Simbok memberi semangat ketekunan.”  Itulah modal moral, amunisi hati, dan niat kuat Prof. Taryo dalam penyelenggaraan berbagai Kongres Pancasila untuk mewujudkan Trisakti Pancasila.

 

Hasil gambar untuk hari lahir pancasila

 

Momentum Hari Lahir Pancasila pada hari Jumat, 1 Juni 2018, mengingatkan kita semua, termasuk para dokter, akan peran Pancasila yang mempersatukan segenap komponen bangsa Indonesia, untuk hidup damai dan sejahtera.

Sudahkah para dokter terpanggil terlibat?

 

Dr. Wikan 2

Sekian

Yogyakarta, 31 Mei 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

 

 

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply