FROM RUSSIA WITH LOVE
(penutup)
fx. wikan indrarto
Selesai mengikuti International Conference on Pediatric Allergy and Immunology (ICPAI) di Moscow, Rusia kami segera menikmati hari terakhir sebelum pulang dengan kasih (From Russia with Love) pada Jumat, 10 Mei 2024. Apa yang menarik?
From Russia with Love adalah film James Bond tahun 1963 dan peran kedua Sean Connery sebagai agen MI6 007 James Bond. Film ini berdasarkan novel dengan judul sama karya Ian Fleming tahun 1957. Dalam film tersebut, Bond dikirim untuk membantu pembelotan Tatiana. Daniela Bianchi berperan sebagai Tatiana Romanova, pegawai Konsulat Soviet di Turki.
Tidak sempat pamit pulang kepada Bapak Drs. Berlian Helmy, M.Ec Wakil Duta Besar atau DCM (Deputy Head of Mission) Indonesia di Moskow, karena hari itu adalah hari libur nasional Rusia.
Atas kebaikan hati Bapak Drs. Berlian Helmy, M.Ec Wakil Duta Besar atau DCM (Deputy Head of Mission) Indonesia di Moskow, Bapak Theo Sunarjaya (sekretaris, asli Malang Jawa Timur yang beristri Ny Tatiana asli Rusia) dan Bapak German Anusopati (staf lokal bidang transportasi yang menjadi sopir, pernah kuliah di Odessa Ukraina) diutus untuk menemani kami keliling Moskow dengan sedan elite Mercedez Benz E200 4 MATIC. Kami segera menikmati tujuan utama kami yang belum berhasil kami jangkau, karena hujan salju kemarin dulu dan sterilisasi lokasi terkait parade militer kemarin, yaitu Lapangan Merah. Lapangan yang telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1990, dahulu digunakan untuk acara penobatan Raja dan Tsar Rusia, tetapi sekarang merupakan pusat kegiatan masyarakat seperti upacara, pidato kenegaraan, pelantikan presiden, perayaan hari besar nasional, konser musik, dan parade militer negara.
St. Basil Cathedral yang kubahnya warnawarni dan Kremlin istana Presiden Rusia yang temboknya merah dan dijaga ketat tentara.
Di sekitar lapangan Red Square yang menjadi ikon kota Moscow ini terdapat St. Basil Cathedral, GUM Department Store, State Historical Museum, Lenin Mausoleum dan juga Kremlin. Kami segera memasuki area yang sangat luas dan hampir selalu ramai pengunjung dan turis. Di area Red Square banyak personil militer berseragam camouflage biru putih dan bertopi ushanka khas Rusia. Dua parade militer Rusia paling terkenal telah diselenggarakan di Lapangan Merah ini. Pertama adalah Parade Revolusi Oktober 1941, ketika kota itu dikepung oleh tentara Jerman dan kedua adalah Parade Kemenangan pada tahun 1945, ketika spanduk tentara Nazi Jerman yang telah kalah dikibarkan, lalu dijatuhkan ke depan Mausoleum Lenin. Pada tanggal 9 Mei 2010, untuk memperingati 65 tahun penyerahan Jerman pada tahun 1945, angkatan bersenjata Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat ikut berbaris dalam parade Hari Kemenangan untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Katedral Santo Basil di Lapangan Merah Moscow yang menjadi ikon kota
Segera kami berpose wajib, yaitu foto berdua dengan latar belakang Katedral Santo Basil yang cerah, karena sebelumnya kami berfoto dalam hujan salju dan hanya sendirian. Kami tidak dapat melanjutnya petualangan kami untuk mengunjungi Mausoleum Lenin, karena arena tersebut masih ditutup untuk umum, terkait parade militer kemarin. Bangunan megah yang hanya dapat kami lihat tidak dapat kami kunjungi tersebut merupakan tempat jenazah Vladimir Lenin disimpan. Tubuhnya dipindahkan ke mausoleum ini tak lama setelah meninggal tahun 1924 dan telah diawetkan agar dapat dilihat oleh publik.
Bertopi ploretar era Lenin di Rusia dengan bendera lambang palu arit sesuai dengan teori ekonomi Marxisme–Leninisme.
Vladimir Ilyich Ulyanov (22 April 1870 – 21 Januari 1924), lebih dikenal sebagai Vladimir Lenin, adalah seorang tokoh revolusioner komunis, politikus, dan teoretikus politik berkebangsaan Rusia. Nama Lenin sebenarnya adalah nama samaran yang diambil dari nama Sungai Lena di Siberia. Ia menjabat sebagai kepala pemerintahan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (RSFS Rusia) dari tahun 1917 hingga kematiannya dan juga sebagai kepala pemerintahan Uni Soviet dari tahun 1922 hingga akhir hayatnya di tahun 1924. Lenin berhaluan politik Marxis dan telah ikut menyumbangkan gagasan politiknya dalam pemikiran Marxis yang disebut sebagai Leninisme. Gagasannya itu bila digabung dengan teori ekonomi Marx dikenal dengan sebutan Marxisme–Leninisme. Majalah Time mengangkat Lenin menjadi salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh pada abad ke-20 dan juga sebagai salah satu dari 25 ikon politik terbesar sepanjang masa. Pada bulan Oktober 1923 Lenin berkunjung ke Moskow dan Kremlin untuk yang terakhir kalinya dan pulang ke dacha Gorki dan meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 1924. Penyebab kematian resminya adalah penyakit pembuluh darah yang tak dapat disembuhkan. Jenazahnya lalu diangkut dengan menggunakan kereta api menuju Moskow dan dibawa ke Gedung Serikat Buruh. Selama tiga hari berikutnya, sekitar satu juta pelayat datang untuk melihat jasadnya, dan banyak yang mengantre selama berjam-jam di tengah cuaca yang sangat dingin. Upacara pemakaman Lenin diadakan pada hari berikutnya: jenazahnya dibawa ke Lapangan Merah, diiringi oleh musik, dan kerumunan mendengarkan sejumlah pidato sebelum jenazahnya dimasukkan ke dalam sebuah mausoleum yang dibangun khusus untuknya.
Panorama 360° Lapangan Merah Moskow. Dari kiri ke kanan: Katedral Santo Basil, Kremlin, Mausoleum Lenin, Museum Sejarah Negara, mall GUM
Diantar Pak German dan Pak Theo dengan sedan Mercedes E 400 untuk tamu KBRI menjelajah Moskow
Selanjutnya kami dalam laju sedan Mercedes E 400 menjelajah Moskow yang memiliki 63 stadion olahraga, di mana Stadion Luzhniki adalah stadion terbesar di Rusia dan terbesar ke-4 di Eropa, menjadi tuan rumah Piala UEFA 1998–99, final Liga Champions UEFA 2007–08, Olimpiade Musim Panas 1980, dan Piala Dunia FIFA 2018. Prancis menjuarai Piala Dunia 2018 di Rusia setelah pada babak final di Stadion Luzhniki Moskow, Minggu, 15 Juli 2018 malam menundukkan Kroasia 4-2. Bagi Prancis ini adalah gelar juara yang kedua di ajang turnamen akbar Piala Dunia. Mereka pertama kali merebut gelar ini pada 1998 di kandang sendiri.
Stadion Luzhniki adalah stadion olahraga terbesar di Rusia berkapasitas 84.745 kursi, dibangun pada tahun 1955 yang kembar dengan Gelora Bung Karno di Jakarta. Di stadion tersebut Prancis menjuarai Piala Dunia 2018 setelah pada babak final Minggu, 15 Juli 2018 malam menundukkan Kroasia 4-2
Stadion Luzhniki adalah stadion olahraga terbesar di Rusia berkapasitas 84.745 kursi, dibangun pada tahun 1955 dan selesai hanya dalam 90 hari, oleh arsitek Alexander Vlasov, Igor Rozhin, Nikolai Ullas, Alexander Khryakov dan insinyur Vsevolod Nasonov, Nikolai Reznikov, Vasily Polikarpov. Bahan bangunan berasal dari Leningrad dan Armenia, balok listrik dan kayu ek untuk bangku penonton dari Ukraina, furnitur dari Riga dan Kaunas, kaca didatangkan dari Minsk, peralatan listrik dari Podolsk di Oblast Moskow, dan kayu larch dari Irkutsk di Siberia. Karena tanahnya tergenang air, hampir seluruh area pondasi kompleks harus ditinggikan setengah meter, 10.000 tiang pancang ditancapkan ke dalam tanah dan kapal keruk mereklamasi sekitar 3 juta meter kubik tanah.
.
Selain untuk olahraga, stadion ini juga digunakan untuk aktifitas politik. Pada 18 Maret 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan rapat umum di stadion tersebut untuk memperingati ulang tahun kedelapan aneksasi Krimea oleh Federasi Rusia dan untuk menarik dukungan bagi invasi Rusia ke Ukraina. Aksi tersebut dihadiri oleh sekitar 200.000 orang pendukung. Selain teringat akan perang Ukrania Rusia yang diinisasi stadiun itu, wajar saja kalau kita juga jadi ingat dengan stadion kembarannya, yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Senayan, Jakarta.
.
Tiba di depan Stadion Luzhniki, Moskow, jadi langsung teringat dengan satu stadion kebanggaan Indonesia, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), yaitu atap bundar yang saling terhubung. Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, memang terinspirasi oleh stadion Luzhniki dalam membangun SUGBK. Waktu itu, Indonesia memang memiliki hubungan erat dengan Uni Soviet. Soekarno-lah yang meminta secara langsung bantuan dana kepada Uni Soviet dalam pidatonya di acara peletakan batu pertama pada 1956. Kala itu, Uni Soviet langsung memberikan bantuan dana 12,5 juta dolar AS untuk membangun kompleks Gelora Bung Karno (GBK). Tujuannya untuk mendukung Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 1962. Selain bantuan dana, arsitek dan insinyur Uni Soviet pun dikerahkan untuk membantu pembangunan GBK mulai 8 Februari 1960 dan selesai 21 Juli 1962. Pembangunan kompleks GBK memang tak sekadar untuk menyambut Asian Games, tapi juga dianggap sebagai alat politik bagi Soekarno untuk menunjukkan kekuatannya sebagai pemimpin Indonesia pertama.
GBK Jakarta dibuat mirip dengan Stadion Luzhniki Moskow dengan panorama kota baru di sekitarnya (New Moscow City).
GBK pun dibuat mirip dengan Luzhniki yakni memiliki trek lari dan berkapasitas lebih dari 100 ribu penonton. Luzhiniki pada awal dibuka mampu menampung penonton sebanyak itu dengan rekor yakni 102.538 orang saat Uni Soviet menghadapi Italia tahun 1963. Setelah jatuhnya Uni Soviet, Luzhniki pun menjadi tempat konser artis papan atas seperti Michael Jackson, Madonna, Metallica, dan Red Hot Chili Peppers. Pada tanggal 20 Oktober 1982, bencana terjadi saat pertandingan Piala UEFA antara FC Spartak Moscow Rusia dan HFC Haarlem Belanda. Saat itu ada 66 orang penonton tewas dalam kerumunan massa, yang menjadikannya bencana olahraga terburuk di Rusia dan upaya menutup-nutupi paling terkenal pada saat itu.
Setelah puas berfoto dan menikmati kemegahan Stadion Luzhniki di Moskow, kami segera melanjutkan penjelajahan ke Universitas Negeri Moskow atau MV Lomonosov Moscow State University (MSU) yang memiliki 15 lembaga penelitian, 43 fakultas, lebih dari 300 departemen, dan enam cabang (termasuk lima cabang asing di negara-negara pecahan Uni Soviet. Dalam pemeringkatan dunia, MSU menduduki peringkat 101–150 menurut Academic Ranking of World Universities 2022, 75 oleh QS World University Rankings 2023, dan 355 oleh US News & World Report 2023.
Alumni universitas ini mencakup para pemimpin masa lalu Uni Soviet dan pemerintahan lain. Sampai tahun 2019 terdapat 13 pemenang hadiah Nobel, 6 pemenang Fields Medal, dan 1 pemenang Turing Award adalah dosen di universitas. Sejarah mencatat bahwa Ivan Shuvalov dan Mikhail Lomonosov adalah penggagas universitas ini dan Permaisuri Rusia Elizabeth mendekritkan pendiriannya pada tanggal 23 Januari 1755.
MV Lomonosov Moscow State University (MSU) adalah salah satu dari Seven Sisters (‘Stalin’s high-rises’), yaitu 7 buah gedung pencakar langit kembar di Moskow yang dirancang dengan gaya Stalinis, yang dibangun dari tahun 1947 hingga 1953.
Pada era pasca Perang Dunia II, Joseph Stalin memerintahkan pembangunan tujuh menara neoklasik berjenjang di sekitar kota. Dibangun dengan menggunakan tenaga kerja Gulag, Gedung utama MSU merupakan gedung tertinggi di Eropa hingga tahun 1990. Menara pusatnya setinggi 240 m, setinggi 36 lantai. Seven Sisters (‘Stalin’s high-rises’) adalah 7 buah gedung pencakar langit kembar di Moskow yang dirancang dengan gaya Stalinis, yang dibangun dari tahun 1947 hingga 1953. Ketujuhnya adalah: Hotel Ukraina, Apartemen Kotelnicheskaya, Kudrinskaya Square, Hotel Hilton Moscow, gedung Kementerian Luar Negeri, Universitas Negeri Moskow, dan Gedung Administrasi Gerbang Merah. Ada dua gedung pencakar langit lagi dengan gaya yang sama yang direncanakan namun tidak pernah dibangun: Gedung Administrasi Zaryadye dan Istana Soviet.
Jalan-jalan di Arbatskaya Street, pusat kesenian jalanan, kuliner dan souvenir di tengah kota Moskow
Selanjutnya kami mengunjungi Arbatskaya Street, yaitu nama jalan terkenal di Moskow dengan banyak restoran, kafe, klub malam hingga penjual suvenir dan seniman. Kami sempat melihat patung dan rumah Alexander Sergeyevich Pushkin (6 Juni 1799 – 10 Februari 1837) yaitu seorang penyair, penulis drama, dan novelis Rusia pada era Romantis. Ia dianggap oleh banyak orang sebagai penyair Rusia terhebat, serta pelopor sastra Rusia.
Bepose meniru seniman besar Rusia Alexander Pushkin dan istrinya Natalya Pushkina di seberang rumahnya di Arbatskaya Street, Moskow.
Kurang lengkap ke Moskow tanpa menyusuri jalan ini dengan jalan kaki saat siang maupun malam hari. Relatif aman bagi turis, dan jalanannya pun cukup lebar untuk dilalui wisatawan. Tapi nggak ada salahnya selalu waspada di mana pun. Kami makan siang dengan minum teh hijau dengan rempah khas Uzbekistan, menu makanan berupa plov = nasi biryani sapi khas Uzbekistan, sup bubur kacang lentil merah, khaacapuri (pizza full keju khas Georgia), lipyohka (roti bulat khas Uzbekistan), iga kambing bakar, salad kacang merah, salad terong bakar, paprika bakar, dan timun.
Makan siang menu Uzbekistan di sebuah rumah makan bergaya Turki di Arbatskaya Street, Moskow
Sebelum ke bandara, kami mampir ke Crocus City Hall yang memilukan. Pada tanggal 22 Maret 2024, sekitar pukul 20 terjadi penembakan massal dan beberapa ledakan granat di ruang teater Crocus City Hall di Krasnogorsk, Oblast, di tepi barat Moskwa. Lima pria bersenjata bertopeng melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang berkumpul di tempat tersebut. Penyelidik mengatakan serangan itu telah menewaskan 144 orang, dan lebih dari 360 penonton konser terluka akibat luka tembak dan “keracunan” akibat kebakaran. Pada tanggal 28 Maret 2024, pihak berwenang Rusia juga mengklaim bahwa 95 orang lainnya hilang.
Tragedi Crocus City Hall yang memilukan karena menelan korban 144 orang meninggal, lebih dari 360 orang terluka dan 95 orang lainnya hilang. Kerusakan gedung belum juga diperbaiki.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan itu sebagai “aksi teroris biadab” dan mengatakan bahwa orang-orang bersenjata telah ditangkap. Ia juga mendeklarasikan 24 Maret 2024 sebagai hari berkabung nasional, dan menghubungkan para penyerang dengan Ukraina. Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut insiden tersebut sebagai serangan teroris. Itu adalah serangan teroris paling mematikan di tanah Rusia sejak pengepungan sekolah Beslan pada tahun 2004. Negara Islam Irak dan Syam Khorasan yang berbasis di Asia Tengah, telah mengaku bertanggung jawab. Penyidik menahan 11 orang terkait penyerangan tersebut, termasuk empat tersangka, yang didakwa melakukan terorisme.
Pamit pulang dengan membawa kasih (From Russia with Love by James Bond) kepada ‘Mr. Vladimir Putin, Presiden Rusia’ di Arbatskaya Street, Moskow
Selanjutnya kami kembali ke Yogyakarta melalui Sheremetyevo International Airport Terminal C Moscow, yang merupakan bandara tersibuk di Rusia, melayani sekitar 50 juta penumpang pada 2019, dan menduduki peringkat sebagai bandara tersibuk kedelapan di Eropa. Pemeriksaan penumpang secara ketat yang berbeda dengan di bandara lain adalah sepatu dilepas, sehingga para penumpang cekeran tanpa alas kaki saat masuk ‘metal detector’ dan laptop wajib dihidupkan di hadapan petugas.
Disampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memungkian terjadinya petualangan singkat di Doha, Qatar dan lanjut ke Moskow, Rusia ini dapat terlaksana dengan baik. Selain inspirasi dari International Conference on Pediatric Allergy and Immunology (ICPAI), dari Rusia kami bawa pulang kasih (From Russia with Love by James Bond) untuk kami bagikan kepada siapapun yang kami temui.
Sampai bertemu kembali dalam petualangan lain yang tidak kalah serunya.
Salam pengelana
wikan & sari
Jumat, 10 Mei 2024, pk. 23.45
Ditulis dan disebarkan di ruang tunggu C34 Hamad International Airport (HIA) Doha, Qatar, sambil menunggu penerbangan selanjutnya ke Jakarta