Categories
Istanbul

2019 Bebas Malaria

Hasil gambar untuk indonesia bebas malaria

BEBAS  MALARIA  DI  CHINA

fx. wikan indrarto*)

Pada hari Selasa, 18 Juni 2019 China merayakan pencapaian bidang kesehatan yang utama. China : mencatat tidak ada satupun kasus malaria asli (indigenous) sejak Agustus 2016. Ini adalah prestasi China yang hebat, karena malaria secara historis memakan banyak korban jiwa. Pada dekade 1940-an, diperkirakan ada 30 juta kasus dan 300.000 kematian terkait malaria setiap tahun di seluruh daratan China. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/04/18/2019-hari-malaria-sedunia/

.

China telah menurunkan secara dramatis kasus malaria asli dari 400.000 pada tahun 1953 menjadi nol pada tahun 2016. Upaya awal dilakukan pada tahun 1955, China membentuk Program Pengendalian Malaria Nasional. Komitmen Indonesia bebas malaria juga telah dicanangkan Presiden pertama RI Ir. Soekarno pada 12 November 1959, melalui komando pemberantasan penyakit malaria. Pada kesempatan itu, Presiden Soekarno melakukan penyemprotan insektisida pertama menggunakan DDT (dichloro diphenyl trichloroethane) di sebuah rumah penduduk di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/03/2019-vaksin-malaria/

.

Pada akhir dekade 1990, jumlah total kasus malaria di seluruh China telah merosot menjadi 117.000 dan kematian terkait malaria berkurang sebesar 95%. Dengan dukungan finansial dari Global Fund untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria mulai tahun 2003, China meningkatkan pelatihan, penempatan staf, peralatan laboratorium, obat dan berbagai langkah pengendalian nyamuk Anopeles, yang diperlukan untuk menemukan, merawat, dan mencegah kasus malaria dengan cepat. Dukungan Global Fund dengan total lebih dari US $ 100 juta, telah dicairkan selama rentang 10 tahun, untuk membantu mengakhiri malaria di 762 negara, termasuk Indonesia. Pada periode adanya dukungan finansial tersebut, jumlah kasus malaria turun menjadi kurang dari 5.000 kasus per tahun di seluruh daratan China.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/07/24/2018-china-sehat/

.

Pada tahun 2010, China berani menetapkan target ambisius, yaitu menghilangkan (to eliminate) malaria pada tahun 2020. Ini adalah respon terhadap kemajuan negara dalam pengendalian malaria dan sesuai dengan target Tujuan Pembangunan Milenium 2000 terkait malaria, yang menyerukan untuk menghentikan kejadian penyakit pada tahun 2015. Melalui program terpadu oleh 13 kementerian, target tersebut akan diwujudkan. Kementerian di China yang terlibat meliputi kesehatan, pendidikan, keuangan, penelitian dan sains, pengembangan, keamanan publik, tentara, polisi, perdagangan, industri dan teknologi informasi, serta media dan pariwisata, telah bergabung untuk mengakhiri malaria secara nasional. “Kami menyadari bahwa diperlukan kerja sama dengan semua departemen terkait dan melibatkan seluruh masyarakat, untuk mencapai tujuan eliminasi malaria,” kata He Qinghua, Wakil Direktur Jenderal Biro Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Komisi Kesehatan Nasional China.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/26/2019-hari-kedua-di-indochina/

.

Salah satu cara kerja birokrasi China adalah replikasi kementerian dan departemen dari ibukota hingga provinsi, prefektur, kabupaten, kota, dan desa. Jika Beijing membuat kebijakan, setiap level akan mengikuti. Di Kabupaten Meng La, di perbatasan dengan Republik Demokratik Rakyat Laos, mudah sekali menemukan kebijakan nasional yang diterjemahkan ke dalam tindakan lokal. Setiap tahun diadakan pertemuan kelompok kerja kabupaten dengan 13 kementerian, termasuk Kementerian Kesehatan dan Keuangan, yang membahas pencapaian, tantangan, dan perencanaan strategi untuk tahun mendatang. Dengan cara ini, birokrasi bekerja secara efisien untuk mencapai tujuan eliminasi malaria.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/05/18/2018-hari-malaria-dunia-2/

.

Dalam beberapa tahun terakhir, China juga telah berinvestasi penuh dalam upaya nasional untuk memberantas malaria. Sejak tahun 2014, China telah membiayai seluruh program eliminasi malaria melalui sumber daya domestik. Pemerintah China telah menunjukkan komitmennya untuk mengeliminasi malaria dengan mendedikasikan sejumlah dana. Komitmen pemerintah, bersama dengan dedikasi tinggi para ahli malaria China, dan dukungan awal, khususnya dari Global Fund, telah membawa kesuksesan besar.

.

China juga telah menerapkan strategi pengawasan yang sangat efektif untuk menemukan dan menghentikan malaria dengan cepat, sebelum kasus menyebar. Dikenal sebagai “1-3-7,” strateginya mencakup jadwal ketat yang harus diikuti. Dalam 1 hari, setiap kasus malaria harus dilaporkan. Pada akhir Hari 3, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) akan mengonfirmasikan dan menginvestigasi kasus malaria tersebut dan menentukan apakah ada risiko penyebaran. Pada akhir Hari 7, CDC tingakat kabupaten akan mengambil berbagai langkah untuk memastikan tidak ada penyebaran lebih lanjut, termasuk dengan memeriksa anggota masyarakat di sekitar penderita malaria.

.

baca juga :https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/29/2019-hari-kelima-di-indochina/

.

Sejak tahun 2010, China telah memilah 2.858 kabupaten di daratan berdasarkan beban malaria. Setiap tahun, jumlah kabupaten yang memiliki penularan malaria dalam 3 tahun terakhir, terus menurun menjadi nol. Pada tahun 2016 hanya ada 3 kasus malaria asli yang dilaporkan secara nasional. Selanjutnya, pada tahun 2017 dan 2018, tidak ada kejadian dan sejauh ini pada tahun 2019, tetap dengan nol kasus malaria asli yang dilaporkan di seluruh daratan China.

.

Luas wilayah China daratan adalah 10.996.960 km2 dengan jumlah penduduk 1.397.210.000 jiwa, sedangkan luas Indonesia sekitar 1/9-nya, yaitu 1.990.250 km2 dan jumlah penduduk sekitar 1/6-nya, yaitu 265.015.300 jiwa. Dalam 10 tahun terakhir, angka kejadian malaria di Indonesia turun hingga sepertiganya dari 2,89 per seribu penduduk di tahun 2007 hingga 0,84 per seribu penduduk di tahun 2018. Masih terdapat 224 kabupaten kota di Indonesia yang dalam 10 tahun ke depan harus mencapai status bebas malaria, 28 merupakan daerah endemis tinggi dan sangat tinggi, 33 merupakan daerah endemis sedang, dan 168 merupakan daerah endemis rendah.

.

Apakah kita mampu bertindak serupa dengan China?

Promosi lawan malaria di Seam Reap, Kerajaan Kamboja

Sekian

Yogyakarta, 21 Juni 2019

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *