Categories
Istanbul

2019 Epidemi Rokok Global

Image result for who report on the global tobacco epidemic 2019

EPIDEMI  ROKOK  GLOBAL

fx. wikan indrarto*)

Pada hari Jumat, 26 Juli 2019 dilaporkan adanya banyak kemajuan yang telah dibuat dalam memerangi rokok, tetapi peningkatan tindakan terus diperlukan, untuk membantu lebih banyak orang keluar dari produk yang mematikan ini. Laporan WHO ketujuh tentang epidemi rokok global 2019, menganalisis upaya nasional di berbagai negara, untuk menerapkan berbagai langkah dari Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC), yang telah terbukti mampu mengurangi permintaan akan rokok. Apa yang perlu disadari?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/27/2019-hari-tanpa-tembakau-sedunia/

.

Banyak pemerintah telah membuat kemajuan dalam perang global melawan tembakau. Sekitar 5 miliar orang saat ini tinggal di beberapa negara yang telah memperkenalkan aturan larangan merokok, paling tidak empat kali lebih banyak orang daripada satu dekade yang lalu. Namun demikian, banyak negara lainnya masih belum menerapkan kebijakan secara memadai, termasuk membantu orang untuk berhenti merokok.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/07/12/2018-rokok-gelap/

.

Langkah FCTC yang disebut intervensi “M-POWER”, telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. M-POWER diluncurkan pada tahun 2007 untuk mempromosikan tindakan pemerintah terhadap 6 buah strategi pengendalian tembakau. M (Monitor tobacco use and prevention policies) pemantauan penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahannya. P (Protect people from tobacco smoke) melindungi orang dari asap rokok. O (Offer help to quit tobacco use) menawarkan bantuan untuk berhenti merokok. W (Warn people about the dangers of tobacco) peringatan tentang bahaya rokok. E (Enforce bans on tobacco advertising promotion and sponsorship) terapkan larangan untuk iklan, promosi, dan sponsor tembakau, juga R (Raise taxes on tobacco) atau meningkatkan pajak tembakau.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/24/1819/

.

Fokus laporan global 2019 ini adalah pada kemajuan yang telah dibuat oleh beberapa negara, dalam membantu perokok untuk berhenti. Untuk itu, layanan berhenti merokok harus ditingkatkan (tobacco cessation services must be stepped up). Program ini mulai diluncurkan di Brasil pada hari Jumat, 26 Juli 2019, sebuah negara yang telah menjadi yang kedua setelah Turki, untuk sepenuhnya menerapkan semua langkah M-POWER pada tingkat pencapaian tertinggi. Bahkan Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, mendesak semua pemerintah untuk menerapkan layanan berhenti merokok, sebagai bagian dari upaya untuk memastikan cakupan kesehatan semesta atau ‘Universal Health Couverage’ (UHC) bagi segenap warganya. “Berhenti merokok adalah salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan oleh siapa pun, untuk kesehatan mereka sendiri,” kata Dr. Tedros.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/24/1819/

.

Saat ini 2,4 miliar orang tinggal di negara yang telah menyediakan layanan berhenti merokok komprehensif, atau 2 miliar lebih banyak dibandingkan pada tahun 2007. Namun demikian, hanya 23 negara yang menyediakan layanan berhenti merokok pada tingkat praktik terbaik. Layanan berhenti merokok mencakup layanan telephone hotline berhenti merokok secara nasional yang bebas pulsa, layanan “m-Cessation” untuk menjangkau populasi yang lebih besar, karena menggunakan aplikasi telepon seluler, konseling oleh petugas layanan kesehatan, termasuk hipnotherapi, dan terapi penggantian nikotin dengan biaya yang terjangkau.

.

Michael R. Bloomberg, ‘Global Ambassador for Noncommunicable Diseases and Injuries’ dan pendiri ‘Bloomberg Philanthropies’, memuji upaya setiap pemerintah untuk membantu orang berhenti merokok. Semakin banyak negara yang menjadikan pengendalian tembakau sebagai prioritas program, tentu akan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa. Peredaran rokok juga menurun secara proporsional di sebagian besar negara. Namun demikian, di beberapa negara pertumbuhan populasi tetap tinggi, yang berarti bahwa jumlah perokok tetap tinggi. Saat ini, diperkirakan ada 1,1 miliar perokok, sekitar 80% di antaranya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

.

Dibandingkan laporan terakhir yang dikeluarkan pada tahun 2017, laporan epidemi tembakau global tahun 2019 ini menemukan bahwa 36 negara telah memperkenalkan satu atau lebih langkah M-POWER, pada tingkat pencapaian tertinggi. Lebih dari setengah populasi dunia, sekitar 3,9 miliar orang yang tinggal di 91 negara, telah mendapat manfaat dari peringatan bahaya rokok berupa grafik besar, menjadikannya ukuran M-POWER dengan cakupan populasi tertinggi. Selain itu, ada 14 negara lagi yang telah menerapkan undang-undang peringatan grafik yang besar di tingkat praktik terbaik. Pertumbuhan cakupan populasi terbesar terlihat pada langkah peningkatkan pajak tembakau. Cakupan populasi dari kebijakan M-POWER ini hampir dua kali lipat dari 8% pada 2016 menjadi 14% pada 2018. Meskipun langkah ini adalah cara paling efektif untuk mengurangi peredan rokok, tetapi peningkatan pajak rokok masih merupakan kebijakan M-POWER dengan cakupan populasi terendah.

.

Dari 5 miliar orang warga dunia yang dilindungi oleh setidaknya satu kebijakan M-POWER, 3,9 miliar orang tinggal di negara berkembang, atau 61% dari semua orang di negara berkembang. Terdapat 59 negara yang belum mengadopsi satupun langkah M-POWER pada tingkat pencapaian tertinggi, dimana 49 di anataranya adalah negara berkembang. Di 34 negara berpenghasilan rendah di dunia, 17 negara pada hari ini memiliki setidaknya satu kebijakan M-POWER, pada tingkat praktik terbaik dibandingkan dengan 3 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat tidak menjadi penghalang bagi pengendalian tembakau.

.

Sebanyak 7 negara, yaitu Antigua, Benin, Burundi, Gambia, Guyana, Niuegini, dan Tajikistan, telah mengadopsi undang-undang bebas asap rokok lengkap yang mencakup semua tempat umum dalam ruangan dan tempat kerja. Sebanyak 4 negara lainnya, yaitu Czechia, Arab Saudi, Slovakia dan Swedia, telah melangkah maju ke praktik terbaik layanan berhenti merokok. Namun demikian, selama periode yang sama, sebanyak 6 negara lain turun peringkat dari kelompok tertinggi.

.

Sebanyak 14 negara lainnya, yaitu Barbados, Kamerun, Kroasia, Siprus, Georgia, Guyana, Honduras, Luksemburg, Pakistan, Saint Lucia, Arab Saudi, Slovenia, Spanyol dan Timor-Leste, telah mengadopsi aturan wajib peringatan bahaya tembakau secara grafik besar pada bungkus rokok. Sebanyak 10 negara, yaitu Antigua, Azerbaijan, Benin, Kongo, Republik Demokratik Kongo, Gambia, Guyana, Niuegini, Arab Saudi dan Slovenia, telah memperkenalkan larangan komprehensif untuk iklan, promosi, dan sponsor rokok. Selain itu, sebanyak 10 negara laiinnya, yang meliputi Andorra, Australia, Brasil, Kolombia, Mesir, Mauritius, Montenegro, Selandia Baru, Makedonia Utara, dan Thailand, telah menaikkan pajak yang mencakup setidaknya 75% dari harga eceran rokok.

.

Apakah kita sudah terlibat membantu menurunkan epidemi rokok di sekitar kita?

Sekian

Gunung Bromo, Batok dan Semeru Jawa Timur hari Sabtu dini hari, 24 Agustus 2019

Yogyakarta, 30 Agustus 2019

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *