Categories
Istanbul

2020 Pencegahan TBC

Pencegahan Tuberkulosis Tuberkulosis... - Yayasan KNCV Indonesia ...

PENCEGAHAN  TBC

fx. wikan indrarto*)

Pada Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia Selasa, 24 Maret 2020 yang lalu, WHO mengeluarkan pedoman baru untuk membantu semua negara, dalam mempercepat upaya untuk menghentikan orang dengan infeksi tuberkulosis (TB), menjadi sakit TB. Dalam hal ini dilakukan dengan memberi mereka pengobatan pencegahan, yang bertujuan untuk menyelamatkan jutaan nyawa. Apa yang menarik?

.

baca juga https://dokterwikan.wordpress.com/2020/03/24/2020-hari-tuberkulosis-sedunia/

.

Seperempat populasi dunia diperkirakan terinfeksi bakteri TB. Orang-orang seperti ini sebenarnya tidak sakit dan juga tidak berisiko menularkan. Namun demikian, mereka berisiko lebih besar menjadi sakit TB, terutama mereka yang kekebalan tubuhnya melemah. Dengan demikian, menawarkan mereka untuk menjalani pengobatan pencegahan TB, tidak hanya akan melindungi mereka dari sakit TB yang mematikan, tetapi juga mengurangi risiko penularan TB di masyarakat sekitarnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/03/22/2019-lawan-tuberkulosis/

.

Pada awal tahun 2020 TB ini tetap menjadi pembunuh yang bersifat penyakit menular paling banyak di dunia. Pada tahun 2018, 10 juta orang jatuh sakit TB di seluruh dunia dan 1,5 juta orang kehilangan nyawa karena penyakit ini. “Pandemi COVID-19 menunjukkan seberapa rentan orang dengan penyakit paru-paru dan sistem kekebalan tubuh yang melemah, akan menjadi korban,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Oleh sebab itu, para pemimpin dunia telah berkomitmen untuk mengakhiri TB pada tahun 2030, salah satunya adalah dengan usaha meningkatkan tindakan pencegahan, sebagai kunci untuk mewujudkannya. Jutaan orang harus dapat mengikuti program pengobatan pencegahan TB, untuk menghentikan timbulnya penyakit, mencegah penderitaan lebih lanjut, dan menyelamatkan hidup mereka.

.

Kini kita diingatkan untuk melanjutkan upaya mengatasi masalah kesehatan yang sudah lama ada, termasuk TB, selama wabah global seperti pandemi COVID-19. Pada saat yang sama, program yang sudah ada untuk memerangi TB dan penyakit menular utama lainnya, dapat juga dimanfaatkan untuk melawan COVID-19 secara lebih efektif dan cepat.

.

Meskipun beberapa kemajuan telah dicapai, yaitu target yang ditetapkan pada Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang TB pada tahun 2018, namun pengobatan pencegahan TB sebagian besar telah diabaikan. Para pemimpin global telah berkomitmen untuk memastikan akses ke pengobatan pencegahan TB, untuk setidaknya 24 juta orang yang kontak dengan TB aktif, dan 6 juta orang yang hidup dengan HIV (ODHA) pada tahun 2022, termasuk di Indonesia. Sampai saat ini hanya sebagian kecil dari target ODHA yang telah tercapai, yaitu baru sekitar 430.000 anggota rumah tangga kontak dan 1,8 juta ODHA, pada program pengobatan pencegahan TB sepanjang tahun 2018 secara global.

.

TB tetap menjadi penyebab utama kematian di antara ODHA. Pada hal, pengobatan pencegahan TB bekerja secara sinergis dengan terapi antiretroviral (ARV) untuk HIV, sekaligus mencegah sakit TB dan menyelamatkan nyawa. Pedoman WHO yang baru merekomendasikan serangkaian pendekatan inovatif, untuk meningkatkan akses ke pengobatan pencegahan TB. Peningkatan pengobatan pencegahan TB diprioritaskan untuk populasi dengan risiko tertinggi termasuk kontak rumah tangga pasien TB, ODHA, dan orang lain yang berisiko karena kekebalan “rendah” atau hidup dalam lingkungan yang padat penghuni.

.

Selain itu, WHO merekomendasikan integrasi layanan perawatan pencegahan TB, ke dalam upaya penemuan kasus yang sedang berlangsung untuk TB aktif. Semua kontak rumah tangga pasien TB dan ODHA dianjurkan skrining untuk TB aktif, yang memerlukan pengobatan terapi TB, bukan pengobatan yang bersifat pencegahan. Jika TB aktif telah dapat disingkirkan, mereka tidak boleh dibiarkan saja, tetapi harus memulai pengobatan pencegahan TB.

.

WHO merekomendasikan agar tes kulit tuberkulin (Mantoux Test) atau pemeriksaan interferon-gamma dalam darah (IGRA), digunakan sebagai standar untuk memeriksa adanya infeksi TB. Kedua jenis tes ini membantu untuk menemukan orang yang sudah terinfeksi TB tetapi belum sakit, agar lebih mungkin untuk mendapatkan manfaat dari pengobatan pencegahan TB.

Selain itu, WHO merekomendasikan opsi baru dengan masa pengobatan yang lebih pendek untuk pengobatan pencegahan TB, selain menggunakan obat isoniazid (INH) harian selama 6 bulan, yang selama ini banyak digunakan. Pilihan yang lebih pendek yang sekarang direkomendasikan adalah rejimen rifapentine atau rifamycin plus isoniazid harian 1 bulan setiap hari, rifapentine mingguan 3 bulan plus isoniazid, rifampisin harian 3 bulan plus isoniazid, atau 4 bulan rifampisin harian saja.

.

Momentum Hari TB Sedunia Selasa, 24 Maret 2019 mengingatkan agar kita berada di jalur yang benar, untuk mencapai target TB global dalam SDG 2016-2030 dengan semboyan “Find. Treat. All. #EndTB.” Pengobatan pencegahan TB adalah intervensi yang lebih terjangkau, yang dapat mencegah keluarga, agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan, menjaga derajad kesehatan, dan kemampuan ekonomi seluruh masyarakat, dengan memastikan tidak ada seorangpun yang tertinggal (to ensure no one is left behind).

.

Sudahkah Anda terlibat membantu?

Menuju Wisata Alam Gua Kristal di Kabupaten Kupang, Pulau Timor, NTT, dengan prevalensi TB cukup tinggi

Sekian

Yogyakarta, 28 Maret 2020

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, WA: 081227280161,

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *