Categories
Istanbul

2020 Bukan Obat COVID-19

Hydroxychloroquine is Ineffective for Post-Exposure Prophylaxis - REBEL EM  - Emergency Medicine Blog

BUKAN  OBAT  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Sabtu, 4 Juli 2020 WHO merekomendasikan penghentian penggunaan obat hydroxychloroquine dan kombinasi lopinavir dengan ritonavir, untuk penanganan COVID-19. Keputusan tersebut berdasarkan rekomendasi dari Komite Pengarah Solidaritas atau ‘Solidarity Trial’s International Steering Committee’, yang dibentuk WHO untuk menemukan regimen pengobatan pasien COVID-19 yang efektif, saat dirawat di rumah sakit. Apa yang menarik?

.

baca juga : 2020 Dexamethason untuk COVID-19

.

Lebih dari 100 negara telah menyatakan minat untuk berpartisipasi dalam uji klinis kolaboratif internasional. Pada Rabu 3 Juni 2020, lebih dari 3.500 orang pasien COVID-19 telah direkrut di 35 negara, dengan lebih dari 400 rumah sakit secara aktif merekrut pasien, dalam sebuah uji klinis kolaboratif. Hasil uji klinis sementara ini menunjukkan bahwa regimen pengobatan yang mengandung hydroxychloroquine dan kombinasi lopinavir dengan ritonavir, hanya menghasilkan sedikit atau tidak ada pengurangan, dalam tingkat kematian pasien COVID-19 yang dirawat inap di rumah sakit, jika dibandingkan dengan pengobatan standar. Untuk masing-masing obat, hasil sementara memang tidak memberikan bukti kuat akan adanya peningkatan mortalitas. Namun demikian, ada beberapa tanda awal dampak buruk pada keselamatan pasien.

.

baca juga : 2020 Langkah Sehat Paska Pandemi COVID-19

.

Penggunaan hydroxychloroquine dan chloroquine diterima karena umumnya aman untuk digunakan pada pasien dengan penyakit autoimun atau malaria. Bahkan sejumlah perhimpunan profesi dokter di Indonesia  pada hari Jumat, 5 Juni 2020 pernah mengeluarkan rekomendasi penggunaan hydroxychloroquine atau klorokuin fosfat untuk pasien COVID-19.

.

Kelima perhimpunan profesi dokter Indonesia itu antara lain Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Kumpulan perhimpunan dokter itu melayangkan surat rekomendasi penggunaan hydroxychloroquine atau klorouin fosfat ke Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo, dan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih.

.

Rekomendasi penggunaan hydroxychloroquine atau klorokuin fosfat untuk pasien COVID-19, berisi 5 hal penting. Pertama, pemberian hydroxychloroquine untuk penatalaksanaan COVID-19 di Indonesia masih dapat dilakukan dengan dosis sesuai protokol tatalaksana COVID-19 dari lima organisasi profesi. Kedua, untuk pasien COVID-19 anak dengan kondisi berat-kritis, pemberian hydroxychloroquine harus dengan pemantauan dan pertimbangan khusus. Ketiga, pemberian hydroxychloroquine tidak dianjurkan kepada pasien COVID-19 yang berusia lebih dari 50 tahun dan tidak diberikan pada pasien kritis yang masih dalam keadaan syok dan aritmia. Keempat, memperhatikan komorbid (penyakit penyerta), terutama komorbid kardiovaskular, perlu adanya penjelasan informasi terkait indikasi dan efek samping obat yang mungkin dapat terjadi, sebelum diberikan obat hydroxychloroquine. Pasien yang mendapatkan hydroxychloroquine perlu dipantau secara ketat interval QT dari EKG, sesuai protokol tatalaksana COVID-19 dari lima organisasi profesi. Kelima, hydroxychloroquine tidak diberikan kepada pasien COVID-19 rawat jalan.

.

Keputusan WHO tentang penghentian penggunaan obat hydroxychloroquine dan kombinasi lopinavir dengan ritonavir ini, hanya berlaku untuk pelaksanaan uji klinis dalam koordinasi Tim Solidaritas, pada pasien COVID-19 yang dirawat inap di rumah sakit. Namun demikian, hal ini tidak mempengaruhi penelitian lain untuk obat yang sama, yaitu regimen pengobatan yang mengandung hidroksi kloroquine ataupun kombinasi lopinavir dengan ritonavir, pada pasien COVID-19 yang tidak dirawat inap di rumah sakit, atau sebagai profilaksis pra atau pasca pajanan untuk COVID-19. Hasil uji klinis Tim Solidaritas sekarang sedang disiapkan untuk tahap publikasi peer-review.

.

Sebulan sebelumnya, yaitu pada hari Rabu, 17 Juni 2020, WHO mengumumkan bahwa sebuah bagian dari penelitian payung tentang hydroxychloroquine (HCQ) oleh ‘Solidarity Trial’ untuk menemukan pengobatan COVID-19 yang efektif, sedang dihentikan. Keputusan tersebut diambil berdasarkan bukti dari kajian Tim Solidaritas, yaitu uji klinis di Inggris (UK’s Recovery trial) dan tinjauan Cochrane terhadap bukti lain, tentang hidroksi kloroquine. Data menunjukkan bahwa hydroxychloroquine tidak menghasilkan pengurangan mortalitas pasien COVID-19 yang dirawat inap di rumah sakit, jika dibandingkan dengan pengobatan standar.

.

Keputusan untuk menghentikan penggunaan hydroxychloroquine dalam uji Solidaritas, tidak berlaku untuk penggunaan atau evaluasi hydroxychloroquine dalam profilaksis pra atau pasca pajanan, pada pasien yang terpajan COVID-19. Uji Solidaritas adalah uji klinis internasional untuk membantu menemukan pengobatan yang efektif untuk COVID-19, yang diluncurkan oleh WHO dan para mitra. Diharapkan bahwa satu atau lebih rejimen pengobatan dalam uji klinis tersebut, akan menghasilkan peningkatan luaran klinis pada pasien COVID-19 dan menyelamatkan nyawa. Uji coba lain sedang berlangsung di seluruh dunia selain Uji Solidaritas.

.

Rekomendasi WHO pada Sabtu, 4 Juli 2020 tentang penghentian penggunaan obat hydroxychloroquine dan kombinasi lopinavir dengan ritonavir, untuk penanganan pasien COVID-19 di RS, perlu dicermati. Kelima perhimpunan profesi dokter Indonesia perlu segera menerjemahkan rekomendasi tersebut, dalam protokol pengelolaan pasien COVID-19, yang masih juga belum berhasil dikendalikan di beberapa propinsi.

Sudahkah kita bijak?


Patung ‘Christ the Redeemer’ yang besar rancangan Insinyur Brasil, Heitor da Silva Costa (1873-1947) di puncak gunung Corcovado, Rio de Janeiro, Brasil kami kunjungi pada hari Rabu siang, 19 November 2015.

Hingga Selasa, 7 Juli 2020, di Brasil terdapat lebih dari 1,6 juta kasus yang dikonfirmasi COVID-19 dan lebih dari 65.000 kematian. Dengan angka ini, Brasil tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Presiden Bolsonaro berulang kali tampil di depan umum tanpa masker saat menyapa para pendukungnya, diduga menjadi penyebab peningkatan kasus COVID-19 di Brasil.

Sekian

Yogyakarta, 9 Juli 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *