Categories
anak antibiotika dokter Healthy Life UHC vaksinasi

2024 Dengue Regional

DENGUE  REGIONAL

fx. wikan indrarto

Telah diunggah juga pada media online nasional Jumat, 26 Jul 2024 10:30 WIB, pada artikel detiknews, “Kasus Demam Berdarah di Regional Asia”

https://news.detik.com/kolom/d-7455015/kasus-demam-berdarah-di-regional-asia.

Pada tanggal 30 April 2024, lebih dari 7,6 juta kasus demam berdarah dengue (DBD atau Dengue) telah dilaporkan secara global, termasuk 3,4 juta kasus terkonfirmasi, lebih dari 16.000 kasus dengue parah, dan lebih dari 3.000 kematian. Bagaimana situasi dengue regional Asia? 

.

Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Kasus paling sering tidak menunjukkan gejala atau mengakibatkan penyakit demam ringan. Namun, beberapa kasus akan berkembang menjadi dengue parah, yang mungkin menyebabkan syok, pendarahan hebat, atau kerusakan organ parah. Mengingat skala wabah dengue saat ini, potensi risiko penyebaran internasional lebih lanjut, dan kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi penularan, risiko keseluruhan di tingkat global masih dinilai tinggi, sehingga dengue tetap menjadi ancaman global terhadap kesehatan masyarakat.

.

Faktor-faktor yang terkait dengan peningkatan risiko epidemi dengue dan penyebarannya ke berbagai negara meliputi musim penularan dengue yang dimulai lebih awal dan lebih lama di daerah endemis, perubahan distribusi dan peningkatan kelimpahan vektor nyamuk, konsekuensi perubahan iklim dan fenomena cuaca berkala (El Nino dan La Nina) yang menyebabkan curah hujan tinggi, kelembapan, dan kenaikan suhu yang mendukung reproduksi vektor dan penularan virus. Selain itu, juga perubahan serotipe virus dengue yang beredar di suatu negara yang mempengaruhi kekebalan penduduk, sistem kesehatan yang rapuh di tengah ketidakstabilan politik dan keuangan di beberapa negara, dan juga perpindahan penduduk dalam skala besar yang mengganggu respons kesehatan masyarakat.

.

baca juga : 2024 Dengue Global

.

Secara regional, semua negara di Asia Tenggara dan Timur Jauh mempunyai kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya penularan endemik dengue, dan semuanya telah melaporkan kasus dengue secara sistematis, kecuali Republik Demokratik Rakyat Korea atau Korea Utara. Terdapat pola musiman yang jelas dalam kejadian dengue, terkait dengan pola iklim di masing-masing negara.

Indonesia mengalami lonjakan kasus dengue dengan 88.593 kasus terkonfirmasi dan 621 kematian pada Selasa, 30 April 2024. Angka ini sekitar tiga kali lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Pada tahun 2024 Bangladesh, Nepal, dan Thailand melaporkan jumlah kasus dengue yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Dari Januari hingga April 2024, CFR bervariasi dari 0% di Nepal hingga 1,09% di Bangladesh. Namun, penafsiran nilai-nilai ini memerlukan kehati-hatian karena definisi kasus dengue yang digunakan berbeda-beda di setiap negara. Beberapa negara hanya melaporkan kasus rawat inap (dikonfirmasi laboratorium) (dibandingkan negara lain yang melaporkan kemungkinan kasus dari masyarakat), sehingga menyebabkan tingkat kematian kasus yang lebih tinggi di antara mereka yang dirawat di rumah sakit atau menderita dengue parah.

.

Lonjakan kejadian dengue kemungkinan besar dipicu oleh berbagai faktor, antara lain pergeseran serotipe yang beredar dan perubahan iklim. Setidaknya lima negara (Bangladesh, India, Myanmar, Nepal dan Thailand) saat ini sedang bergulat dengan permulaan musim hujan, yang menciptakan kondisi yang cocok untuk perkembangbiakan dan kelangsungan hidup nyamuk Aedes. Selain itu, urbanisasi dan perpindahan penduduk juga memainkan peran penting dalam meningkatnya beban dengue di wilayah tersebut. Perubahan pada serotipe dengue dominan yang bersirkulasi tidak hanya meningkatkan kejadian, tetapi juga risiko populasi terkena serotipe DENV yang heterolog, yang pada gilirannya meningkatkan risiko tingginya angka dengue parah dan kematian.

.

Demam berdarah dengue pada dasarnya adalah penyakit perkotaan di daerah tropis dan virus dengue yang menyebabkannya berada dalam siklus yang melibatkan manusia dan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama tersebut juga menularkan virus chikungunya dan Zika. Kedekatan tempat perkembangbiakan vektor nyamuk dengan tempat tinggal manusia merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap infeksi virus dengue. Nyamuk spesies Aedes dapat tertular virus setelah menggigit individu yang terinfeksi DENV dan kemudian menularkan virus tersebut ke orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, siklus ini membuat nyamuk yang infektif mampu menyebarkan virus dengue di dalam rumah tangga dan lingkungan sekitar, sehingga menyebabkan terjadinya klaster.

.

Intervensi pengendalian vektor yang efektif adalah kunci pencegahan dan pengendalian dengue. Kegiatan pengendalian vektor harus menyasar seluruh area dimana terdapat risiko kontak manusia-vektor, seperti tempat tinggal, tempat kerja, sekolah, dan bahkan rumah sakit. Manajemen Vektor Terpadu untuk mengendalikan spesies Aedes harus mencakup menghilangkan potensi tempat perkembangbiakan, mengurangi populasi vektor, dan meminimalkan paparan individu. Hal ini harus melibatkan strategi pengendalian vektor untuk larva dan serangga dewasa (yaitu pengelolaan lingkungan dan pengurangan sumber air), terutama pemantauan praktik penyimpanan air, pengeringan dan pembersihan wadah penyimpanan air rumah tangga setiap minggu, larvasida dalam air yang tidak dapat diminum menggunakan larvasida  dengan dosis yang tepat, penggunaan kelambu berinsektisida bagi pasien dengue  rawat inap di RS, untuk membendung penyebaran virus dari RS. Penyemprotan di dalam ruangan untuk mengusir nyamuk yang terinfeksi dengue mungkin sulit dilakukan di daerah padat penduduk. Kota Yogyakarta menjadi kota pertama di Indonesia yang mengimplementasikan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam pengendalian dengue. Sejak program ini dimulai pada tahun 2016 lalu, angka kasus dengue di Kota Yogyakarta berangsur menurun, dan pada tahun 2023 mencatatkan rekor terendahnya sepanjang sejarah, yaitu di angka 67 kasus saja.

Tindakan perlindungan diri selama beraktivitas di luar ruangan meliputi penggunaan pengusir nyamuk topikal pada kulit yang terbuka atau penggunaan pakaian pelindung, misalnya lengan kemeja dan celana panjang. Selain itu, perlindungan di dalam ruangan dapat mencakup penggunaan produk aerosol insektisida rumah tangga, atau obat nyamuk bakar di siang hari; tirai jendela dan pintu dapat mengurangi kemungkinan masuknya nyamuk ke dalam rumah dan kelambu yang mengandung insektisida memberikan perlindungan yang baik terhadap gigitan nyamuk saat tidur di siang hari. Tindakan perlindungan pribadi dianjurkan dari fajar hingga senja, karena Aedes aegypti bersifat diurnal. Langkah-langkah dan pengendalian nyamuk ini juga harus mencakup tempat kerja dan sekolah, karena vektor dengue adalah nyamuk yang menggigit di siang hari. Surveilans entomologi harus dilakukan untuk menilai potensi perkembangbiakan nyamuk Aedes dalam wadah, sebagai target kegiatan pengendalian vektor dan memantau resistensi insektisida, untuk membantu memilih intervensi berbasis insektisida yang paling efektif.

.

Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi dengue. Namun demikian, deteksi dini dan akses terhadap layanan kesehatan yang tepat dapat mengurangi angka kematian dengue. Begitu pula deteksi cepat kasus dengue dengan pengenalan tanda bahaya, yang disertai dengan rujukan tepat waktu, untuk kasus dengue parah ke RS tersier.

.

Vaksinasi dengue harus juga dilakukan sebagai bagian dari strategi terpadu untuk mengendalikan penyakit ini. WHO merekomendasikan penggunaan TAK-003, satu-satunya vaksin dengue yang saat ini tersedia untuk anak usia 6–16 tahun di semua wilayah dengan intensitas penularan dengue yang tinggi. Vaksin dengue TAK-003 (backbone DEN-2) ini dapat diberikan pada semua anak, baik pernah sakit dengue (seropositif) maupun belum pernah sakit (seronegatif), yang disuntikkan di bawah kulit (subkutan) mulai usia 6 tahun, sebanyak dua dosis dengan interval tiga bulan. Vaksin dengue TAK-003 merupakan vaksin tetravalen, vaksin hidup yang dilemahkan dan mempergunakan teknologi DNA rekombinan dengan back-bone virus Dengue-2, sehingga keamanan vaksin ringan sampai sedang, tetapi masih dapat ditoleransi dan tidak dilaporkan KIPI serius. Untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas infeksi dengue, vaksinasi dengue harus diberikan integrasi dengan pencegahan vektor.

Semua negara dalam regional Asia didorong untuk saling belajar dan mengadopsi contoh-contoh keberhasilan manajemen kasus yang efektif, pencegahan, dan pengendalian dengue dan arbovirus lainnya, melalui berbagai proyek penelitian yang lebih baik, terutama uji klinis. Penerapan surveilans klinis serta laporan kasus dan kematian dengue dapat sangat berguna dalam memahami penyakit ini dengan lebih baik, dan juga menjadi dasar untuk mengembangkan uji klinis, untuk terapi baru.

WHO tidak merekomendasikan penerapan pembatasan perjalanan warga atau perdagangan apapun antar negara regional. Namun demikian, Kementerian Kesehatan dan mitranya harus meninjau secara cermat kebijakan lokal yang selama ini diterapkan, untuk menerima dan merekomendasikan intervensi baru meniru negara lain yang telah lebih berhasil, dalam program kesehatan masyarakat mengendalikan dengue.

Sudahkah kita siap melawan dengue?

Sekian

Yogyakarta, 29 Juni 2024

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161.

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply