Categories
Istanbul

2018 SENJANG IMUNISASI

Gambar terkait

 

SENJANG  IMUNISASI

fx. wikan indrarto*)

Di Genuksari Semarang Jawa Tengah pada Jumat, 20 Juli 2018 terjadi kasus difteri, 5 anak  dirawat di RSUP Dr. Kariadi, sementara 2 lainnya meninggal dunia. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menegaskan, para balita yang terserang difteri adalah mereka yang sejak lahir tidak diimunisasi, karena orang tuanya menolak. Apa yang perlu dicermati?

 

Kejadian difteri tersebut mengingatkan tentang laporan global yang diluncurkan pada Juli 2018, dengan judul ‘Ketidaksetaraan dalam Imunisasi Anak’ (Explorations of inequality: Childhood immunization), yang menjelaskan bagaimana kemungkinan anak untuk tidak divaksinasi yang dipengaruhi oleh beberapa karakter sosial ekonomi, demografi dan geografis. Laporan ini didasarkan pada survei kesehatan rumah tangga internasional yang dilakukan di 10 negara, yaitu Afghanistan, Chad, Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Kenya, Nigeria, Pakistan dan Uganda, antara 2012 dan 2016.

 

Gambar terkait

 

Semua negara tersebut, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan imunisasi paling berat, dan secara bersama mencakup lebih dari 70% anak yang tidak mendapatkan vaksinasi lengkap pada program imunisasi dasar. Pola ketidaksetaraan ternyata berbeda, misalnya di Uganda ketidaksetaraan cenderung sangat kecil untuk sebagian besar karakteristik yang diteliti, sedangkan di Nigeria ketidaksetaraan ditemukan untuk sebagian besar karakteristik, dan di 8 negara lainnya beberapa karakteristik umum dapat ditemukan.

 

Ketidaksetaraan berdasarkan status ekonomi rumah tangga adalah yang paling sering terjadi. Anak dari keluarga miskin lebih kecil kemungkinannya untuk menerima vaksinasi daripada mereka yang mampu. Hampir semua negara menunjukkan berbagai pola ketidaksetaraan tersebut, pada seluruh kuintil kekayaan rumah tangga. Di Nigeria cakupan imunisasi pada anak meningkat terus, baik pada keluarga miskin maupun kaya. Di Indonesia dan Pakistan, kuintil termiskin (20%) rumah tangga memiliki cakupan yang jauh lebih rendah daripada yang lain. Untuk anak di Nigeria pada tahun 2013 dan Pakistan pada tahun 2012, peluang untuk divaksinasi Diphtheria Tetanus Pertussis (DPT3) adalah 7 kali lebih besar di antara mereka di rumah tangga terkaya, dibandingkan dengan rumah tangga termiskin. Sebaliknya, karakteristik lainnya sama.

 

Gambar terkait

 

Anak yang ibunya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi secara seragam memiliki cakupan imunisasi yang lebih tinggi juga. Di Indonesia dan Nigeria, perbedaan pendidikan ibu menunjukkan ketidaksetaraan ditandai dalam cakupan imunisasi pada anak. Di Nigeria pada tahun 2013, anak dari ibu berpendidikan sekolah menengah, lebih dari 6 kali lebih mungkin untuk divaksinasi DPT3 dibandingkan dengan anak yang ibunya tidak memiliki pendidikan. Sebaliknya, karakteristik lain adalah sama.

 

Gambar terkait

 

Usia seorang ibu pada saat melahirkan adalah prediktor penting, apakah seorang anak akan diimunisasi. Anak akan bernasib paling buruk ketika ibu mereka berusia lebih muda dari 20 tahun, ketika mereka dilahirkan. Di Etiopia pada tahun 2016, peluang divaksinasi untuk DTP3 lebih dari dua kali lipat pada anak yang ibunya melahirkan saat berusia antara 20 dan 34 tahun, dibandingkan dengan anak yang ibunya melahirkan pada usia 15-19 tahun. Sebaliknya, karakteristik lainnya sama.

 

Hasil gambar untuk imunisasi difteri

 

Di negara yang memiliki banyak anak yang tidak divaksinasi, cakupan imunisasi bervariasi berdasarkan provinsi, negara bagian atau wilayah. Misalnya, di 34 provinsi Afghanistan pada tahun 2015, cakupan imunisasi pada anak berbeda dengan lebih dari 80 poin persentase. Namun di Kenya dan Uganda, variasi subnasional tidak begitu terasa.

 

Di beberapa negara, anak sulung cenderung memiliki tingkat cakupan imunisasi yang lebih tinggi dari pada adiknya. Di Indonesia pada tahun 2012, lebih dari tiga perempat anak sulung mendapatkan imunisasi DTP3, sedangkan lebih dari sepertiga bukan anak sulung tidak terlindungi. India (2015-2016), Nigeria (2013) dan Pakistan (2012) melaporkan kesenjangan cakupan imunisasi DTP3 terkait urutan kelahiran, yang membentang lebih dari 20 poin persentase. Di Chad dan Kongo sebaliknya, hampir tidak ada perbedaan dalam cakupan imunisasi pada anak oleh urutan kelahiran.

 

Hasil gambar untuk imunisasi difteri

 

Imunisasi adalah strategi kunci untuk meningkatkan kesehatan selama usia anak dan setelahnya, dan imunisasi dianggap sebagai layanan kesehatan penting untuk semua anak. Cakupan imunisasi anak hampir sama untuk anak laki-laki dan perempuan dengan karakteristik keluarga dan kondisi kehidupan yang sama. Dengan kata lain, tidak ada ketidaksetaraan terkait jenis kelamin dalam imunisasi pada anak.

Anak yang memiliki berbagai karakter (multiple forms of advantage) lebih mungkin divaksinasi daripada anak yang mempunyai hanya satu jenis keuntungan karakteristik. Di Afghanistan, Chad, Nigeria, dan Pakistan, seorang anak yang ibunya berpendidikan sekolah menengah, berusia 20-34 tahun, dan yang berasal dari 20% populasi terkaya, memiliki antara 7 hingga 51 kali peluang lebih tinggi untuk menerima dosis ketiga vaksin DTP, dibandingkan dengan anak yang ibunya tidak memiliki pendidikan formal, berusia 15-19 tahun dan yang berasal dari 20% penduduk termiskin.

 

Gambar terkait

 

Laporan terperinci atas ketidaksetaraan di bidang kesehatan dan faktor yang memengaruhi pencapaian, berkontribusi pada penyusunan program  pembangunan berkelanjutan. Dengan tekad tidak ada yang akan tertinggal (no one will be left behind), Agenda 2030 PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan memerlukan pemahaman yang komprehensif, tentang  peluang yang hilang dan hambatan terhadap kemajuan. Saat ini telah tersedia alat untuk memantau ketimpangan layanan kesehatan yang dapat diintegrasikan ke dalam sistem informasi kesehatan nasional. ‘Health Equity Assessment Toolkit’, adalah sebuah aplikasi perangkat lunak yang memungkinkan setiap negara, untuk menilai ketidaksetaraan menggunakan ‘Health Equity Monitor database,’ sehingga dapat diketahui di mana ketidaksetaraan masih terjadi.

 

Gambar terkait

 

Kejadian difteri di Semarang dan laporan ‘Ketidaksetaraan dalam Imunisasi Anak’ menginspirasi kita semua, agar sebanyak mungkin anak mendapatkan haknya, memperoleh imunisasi dasar lengkap.

 

Sudahkah kita bijak?

Gua Kristal 1 Sekian

Yogyakarta, 19 Juli 2018

*) dokter spesialis anak, Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW

WA : 081227280161,

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *