Categories
Istanbul

2019 Ibu dan Bayi Lebih Banyak Hidup

Hasil gambar untuk ibu dan bayi

IBU  DAN  BAYI  LEBIH  BANYAK  HIDUP

fx. wikan indrarto*)

Kamis, 19 September 2019 UNICEF dan WHO melaporkan adanya lebih banyak ibu dan bayi yang mampu bertahan hidup hari ini, daripada sebelumnya. Meskipun ada kemajuan, saat ini masih tetap ada seorang ibu hamil atau bayi baru lahir yang meninggal di suatu tempat di seluruh dunia, setiap 11 detik. Apa yang perlu dicermati?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Sejak tahun 2000, kematian bayi telah berkurang hampir setengahnya dan kematian ibu lebih dari sepertiga, sebagian besar karena peningkatan akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas. “Di negara-negara yang menyediakan bagi semua warganya layanan kesehatan yang aman, terjangkau, berkualitas tinggi, maka ibu dan bayi mampu bertahan hidup dan berkembang,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. “Ini adalah kekuatan cakupan kesehatan semesta atau universal health couverage (UHC).”

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/03/22/2019-kehilangan-bayi/

.

Bayi menghadapi risiko kematian tertinggi pada bulan pertama, terutama jika mereka dilahirkan terlalu cepat (premature) atau terlalu kecil (BB lahir rendah = BBLR), mengalami komplikasi selama kelahiran, cacat bawaan, atau infeksi. Sekitar sepertiga dari kematian ini terjadi pada hari pertama dan hampir tiga perempat pada minggu pertama. “Di seluruh dunia, kelahiran bayi adalah peristiwa yang menggembirakan. Namun demikian, setiap 11 detik, kelahiran adalah tragedy bagi keluarga, ”kata Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF. “Sepasang tangan yang terampil untuk membantu ibu dan bayi baru lahir di sekitar waktu kelahiran, bersama dengan tersedianya air bersih, nutrisi yang memadai, obat-obatan dasar dan vaksin, dapat membuat perbedaan antara kehidupan dan kematian. Kita harus melakukan semua yang diperlukan untuk berinvestasi dalam UHC untuk menyelamatkan hidup yang berharga ini. ”

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/06/30/2019-capaian-uhc/

.

Perkiraan tentang kematian ibu dan bayi tersebut juga menunjukkan adanya ketidaksetaraan yang luas di seluruh dunia, dengan ibu dan bayi di sub-Sahara Afrika menghadapi risiko kematian yang jauh lebih tinggi, daripada di semua wilayah lain. Tingkat kematian ibu hampir 50 kali lebih tinggi pada ibu di sub-Sahara Afrika dan bayi mereka 10 kali lebih mungkin meninggal pada bulan pertama kehidupan mereka, dibandingkan dengan sesamanya di negara berpenghasilan tinggi. Pada tahun 2018, sekitar 1 dari 13 anak di sub-Sahara Afrika meninggal sebelum ulang tahun kelima mereka dan kejadian ini 15 kali lebih tinggi daripada risiko yang dihadapi seorang anak di Eropa, di mana hanya 1 dari 196 anak sebayanya yang meninggal.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

.

Wanita di sub-Sahara Afrika menghadapi risiko kematian seumur hidup 1 banding 37 selama kehamilan atau melahirkan. Sebagai perbandingan, risiko seumur hidup untuk seorang wanita di Eropa adalah 1 dalam 6.500. Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan merupakan lokasi sekitar 80% dari kematian ibu dan bayi global. Negara yang mengalami konflik bersenjata atau krisis kemanusiaan sering kali memiliki sistem kesehatan yang lemah, yang mempersulit ibu dan bayi mengakses perawatan penyelamat nyawa yang penting.

.

Dunia telah membuat kemajuan besar dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Sejak 1990, telah terjadi pengurangan 56% dalam kematian anak di bawah 15 tahun dari 14,2 juta kematian menjadi 6,2 juta pada 2018. Negara-negara di Asia Timur dan Tenggara telah membuat kemajuan paling besar, dengan penurunan 80% pada kematian balita. Dan dari tahun 2000 hingga 2017, rasio kematian ibu menurun sebesar 38%. Asia Selatan telah membuat peningkatan terbesar dalam kelangsungan hidup ibu dengan penurunan hampir 60% dalam rasio kematian ibu sejak tahun 2000. Belarus, Bangladesh, Kamboja, Kazakhstan, Malawi, Maroko, Mongolia, Rwanda, Timor-Leste dan Zambia adalah beberapa negara yang telah menunjukkan kemajuan besar dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Keberhasilan telah terjadi karena adanya kemauan politik untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dengan berinvestasi pada penciptaan tenaga kesehatan profesional, layanan gratis untuk ibu hamil dan bayi, serta untuk mendukung program keluarga berencana. Banyak dari negara yang telah berhasil tersebut, karena telah fokus pada perawatan kesehatan primer dan UHC.

.

Untuk bayi yang bertahan hidup di bulan pertama, penyakit menular seperti pneumonia, diare dan malaria merupakan penyebab kematian bayi terbanyak di dunia. Pada anak yang lebih besar, cedera, termasuk cedera lalu lintas di jalan raya dan tenggelam menjadi penyebab penting kematian dan cacat. Kematian ibu disebabkan oleh komplikasi kebidanan, seperti tekanan darah tinggi selama kehamilan, perdarahan hebat atau infeksi selama atau setelah melahirkan. Kondisi ini semakin diperburuk oleh penyakit atau kondisi yang sebelumnya ada dan diperburuk oleh efek kehamilan.

.

Target global untuk mengakhiri angka kematian ibu yang dapat dicegah (target SDG 3.1) adalah untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan (AKI) menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Dunia akan gagal mencapai target ini, bahkan lebih dari 1 juta jiwa ibu akan meninggal, jika laju kemajuan saat ini terus berlanjut tanpa perbaikan. Target SDG (3.2) untuk mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan anak balita, adalah dengan mengurangi angka kematian neonatal hingga setidaknya 12 per 1.000 kelahiran hidup, dan kematian balita hingga paling sedikit 25 per 1.000 kelahiran hidup. Pada 2018, 121 negara telah mencapai angka kematian balita serendah ini. Di antara 74 negara yang tersisa, 53 negara di antaranya memerlukan pendampingan untuk mempercepat kemajuan dalam mencapai target SDG pada kelangsungan hidup anak pada tahun 2030.

.

Data capaian kinerja Kemenkes RI tahun 2015-2017 menunjukkan telah terjadi penurunan jumlah kasus kematian ibu. Jika di tahun 2015 AKI (Angka Kematian Ibu) mencapai 4.999 kasus maka di tahun 2016 sedikit mengalami penurunan menjadi 4.912 kasus dan di tahun 2017 mengalami penurunan tajam menjadi sebanyak 1.712 kasus AKI. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan dari tahun ke tahun AKB (Angka Kematian Bayi) mengalami penurunan signifikan. Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991, hingga 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017.

.

Laporan UNICEF dan WHO 2019 bahwa lebih banyak ibu dan bayi yang mampu bertahan hidup hari ini daripada sebelumnya, juga telah terjadi di Indonesia. Kemajuan ini didukung oleh konsep cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couverage (UHC). Di Indonesia UHC akan dicapai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

.

Apakah kita sudah terlibat berperan?

Sekian

Yogyakarta, 25 September 2019

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *