Categories
Istanbul

2019 Cegah Bunuh Diri

Hasil gambar untuk bunuh diri

CEGAH  BUNUH DIRI

fx. wikan indrarto*)

Pada Kamis, 10 Oktober 2019 diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day) yang diselenggarakan oleh Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental. Peringatan kali ini fokus pada pencegahan bunuh diri (suicide prevention) yang didukung oleh WHO, Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri, dan United for Global Mental Health. Apa yang perlu disadari?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/06/2018-hari-kesehatan-mental-sedunia/

.

Setiap 40 detik, seseorang kehilangan nyawanya karena bunuh diri, di seluruh dunia, sehingga lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Bunuh diri termasuk 10 penyebab kematian di setiap negara dan penyebab kedua kematian pada remaja dan dewasa muda, yaitu rentang usia  15-29 tahun. Sekitar 75% kasus bunuh diri terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk di Indonesia.

.

Pada prinsipnya bunuh diri dapat dicegah dan dikendalikan. Ada sejumlah langkah yang dapat diambil di populasi, sub-populasi dan tingkat individu untuk mencegah bunuh diri dan usaha bunuh diri. Tindakan pencegahan ini termasuk mengurangi akses ke sarana bunuh diri (misalnya pestisida, senjata api, obat-obatan tertentu), pelaporan di media massa dengan cara yang bertanggung jawab, kebijakan untuk mengurangi penggunaan alkohol, identifikasi awal, pengobatan dan perawatan penderita gangguan mental dan penggunaan zat adiktif, sakit kronis dan tekanan emosional akut. Untuk tingkatan lebih lanjut meliputi pelatihan petugas kesehatan dalam penilaian dan pengelolaan perilaku bunuh diri pada pasien, tindak lanjut perawatan bagi orang yang pernah mencoba bunuh diri, dan penyediaan dukungan sosial pada masyarakat.

.


Secara global, ketersediaan dan kualitas data tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri sangatlah terbatas, termasuk data di Indonesia. Hanya ada 60 negara yang memiliki kualitas data registrasi vital yang baik dan dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat bunuh diri. Data dari banyak negara lainnya, terkait sensitivitas kejadian bunuh diri dan ilegalitas perilaku bunuh diri, kemungkinan besar telah terjadi pelaporan kurang rinci dan kesalahan klasifikasi, atas masalah yang lebih besar tentang bunuh diri, dibandingkan kebanyakan penyebab kematian yang lain. Dalam ‘Mental Health Action Plan 2013-2020’, semua negara telah berkomitmen untuk mengurangi tingkat bunuh diri sampai 10%, di setiap negara  pada tahun 2020. Pada tahun 2012 tingkat bunuh diri tahunan secara global 11,4 per penduduk 100.000 (15,0 untuk laki-laki dan 8,0 untuk wanita) atau setara dengan setiap 40 detik terdapat sebuah kematian karena bunuh diri, di suatu tempat di seluruh dunia, dan untuk setiap 1 orang, diperkirakan setidaknya terdapat 20 upaya bunuh diri yang gagal.

.

.
Data menunjukkan bahwa 40-60% orang yang bunuh diri, telah berkonsultasi dengan seorang dokter, yaitu dokter umum atau dokter spesialis, tetapi bukan seorang dokter spesialis jiwa atau psikiater, pada bulan sebelum kejadian bunuh diri. Di negara di mana layanan kesehatan mental tidak dikembangkan dengan baik, proporsi orang dalam krisis bunuh diri yang berkonsultasi dengan dokter umum cenderung lebih tinggi. Untuk itu, mengidentifikasi, menilai dan mengelola pasien dengan kecenderungan bunuh diri merupakan tugas penting seorang dokter, dalam pencegahan bunuh diri. Data mengungkapkan prevalensi gangguan mental adalah 80-100% dalam semua kasus bunuh diri, sehingga diperkirakan bahwa risiko seumur hidup untuk bunuh diri pada orang dengan gangguan mental, terutama depresi terutama adalah 6-15%, pecandu alkohol 7-15%, dan skizofrenia 4-10%.

.

Bunuh diri itu sendiri bukanlah penyakit atau tentu manifestasi dari suatu penyakit, tetapi gangguan mental merupakan faktor utama yang terkait dengan bunuh diri. Oleh karena itu peningkatan deteksi, rujukan dan pengelolaan gangguan mental dalam layanan kesehatan, merupakan langkah penting dalam pencegahan bunuh diri. Dalam hal ini adalah berkolaborasi dengan psikiater dan memastikan bahwa perawatan yang memadai dan tepat, telah diberikan oleh dokter umum ataupun dokter spesialis anak untuk pasien remaja.

.


Semua jenis gangguan mental berhubungan dengan bunuh diri, termasuk gangguan bipolar afektif, episode depresi, gangguan depresi berulang dan gangguan suasana hati persisten, misalnya cyclothymia dan dysthymia. Oleh karena depresi adalah faktor risiko yang signifikan pada bunuh diri, maka depresi wajib diketahui dan dikelola dengan tepat, seperti pada lampiran di bawah. Diperkirakan bahwa 30% dari pasien pada praktek dokter umum juga menderita depresi, dan sekitar 60% pasien depresi yang mencari pengobatan, pada awalnya datang di praktek dokter umum. Ini merupakan tantangan khusus bagi dokter umum untuk bekerja dengan baik, mengenali adanya penyakit fisik dan gangguan mental yang terjadi secara bersamaan. Gejala klinis umum depresi adalah kelelahan, kesedihan, kurangnya konsentrasi, gelisah, lekas marah, gangguan tidur, dan sakit di bagian tubuh yang berpindah-pindah. Gejala tersebut harus diwaspadai dokter dan gambaran klinis spesifik yang terkait dengan peningkatan risiko bunuh diri pada pasien depresi adalah sulit tidur yang lama atau ‘persistent insomnia’, mengabaikan diri atau ‘self-neglect’, penyakit berat terutama depresi psikotik, berkayal atau ‘aired memory’, mengamuk atau ‘agitation’, dan serangan cemas atau ‘panic attacks’.

.

Momentum Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day) Kamis, 10 Oktober 2019, digunakan untuk meningkatkan usaha kita bersama, dalam mencegah bunuh diri. Gangguan mental merupakan faktor risiko utama untuk bunuh diri. Pengenalan dan pengelolaan gangguan mental pada remaja dan dewasa muda, merupakan bagian penting dalam strategi pencegahan bunuh diri.

Sudahkah kita peduli?

Sekian

Yogyakarta, 4 Oktober 2019

Kompleks Candi Angkor Wat di Siem Reap, Kerajaan Kamboja

*) Ketua Komite Medik dan dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, dan Alumnus S3 UGM

 

Lampiran :

Tabel risiko bunuh diri: identifikasi, penilaian dan rencana tindakan dokter menurut ‘PREVENTING SUICIDE, A RESOURCE FOR GENERAL PHYSICIANS. Mental and Behavioural Disorders’, Department of Mental Health, World Health Organization,

Geneva, 2000  pada http://www.who.int/mental_health/media/en/56.pdf,

RisikoGejalaPenilaianAksi
0Tidak ada distres
1Emosional tergangguTanyakan tentang pikiran untuk bunuh diriDengarkan dengan empati
2Ide tentang kematianTanyakan tentang pikiran untuk bunuh diriDengarkan dengan empati
3Muncul pikiran untuk bunuh diriMenilai maksud bunuh diri (rencana dan metode)Jelajahi kemungkinan
mengidentifikasi dukungan
4Ide bunuh diri, tetapi tidak ada gangguan mentalMenilai maksud bunuh diri (rencana dan metode)Jelajahi kemungkinan
mengidentifikasi dukungan
5Ide bunuh diri dan
gangguan mental atau stres hidup yang berat
Menilai maksud bunuh diri (rencana dan metode)
Membuat janji atau kontrak

Dirujuk ke dokter jiwa atau psikiater
6Ide bunuh diri dan gangguan kejiwaan atau stres kehidupan yang berat atau agitasi
Dan upaya sebelumnya
Tinggal dengan pasien (untuk mencegah akses ke sarana bunuh diri)
Dirawat di rumah sakit

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *