Categories
Istanbul

2020 Hari Perdamaian Sedunia

Hasil gambar untuk hari perdamaian sedunia

HARI  PERDAMAIAN  SEDUNIA  2020

fx. wikan indrarto*)

Hari Perdamaian Sedunia (World Day of Peace) adalah suatu perayaan dalam Gereja Katolik Roma yang didedikasikan untuk perdamaian, diperingati setiap tanggal 1 Januari pada Hari Raya Santa Maria, Bunda Allah. Hari Perdamaian Sedunia pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 1968. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/08/16/2018-hari-remaja-internasional/

.

Hari Perdamaian Sedunia seringkali menjadi momen bagi para Paus untuk membuat pernyataan magisterial yang relevan dengan doktrin sosial Gereja, hak asasi manusia, hak perempuan, hak untuk hidup, diplomasi internasional, perdamaian dunia, globalisasi, dan terorisme. Hak untuk hidup yang sering diserukan, juga tentang hak semua bayi baru lahir di seluruh dunia, untuk bertahan hidup. Secara global 2,5 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan pada tahun 2017. Data ini menunjukkan adanya sekitar 7.000 kematian global bayi baru lahir setiap hari, dengan sekitar 1 juta meninggal pada hari pertama dan hampir 1 juta meninggal dalam 6 hari berikutnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Risiko kematian bayi tertinggi adalah dalam 28 hari pertama kehidupan, yang disebut periode neonatal. Pada tahun 2017 lalu, 47% dari semua kematian anak balita adalah pada bayi baru lahir, naik dari 40% pada tahun 1990. Bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama kehidupan, pada umumnya menderita kondisi dan penyakit yang terkait dengan kurangnya perawatan berkualitas saat lahir, dan atau segera setelah lahir, pada hari-hari pertama kehidupan. Kelahiran prematur, komplikasi terkait intrapartum (asfiksia neonatal atau kurang mampu bernapas spontan saat lahir), infeksi dan kelainan bawaan, menyebabkan sebagian besar kematian neonatal.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

.

Dunia telah membuat kemajuan besar dalam kelangsungan hidup anak sejak 1990. Secara global, jumlah kematian neonatal menurun dari 5 juta pada 1990 menjadi 2,5 juta pada 2017. Namun, penurunan mortalitas neonatal dari 1990 hingga 2017 lebih lambat daripada kematian balita, yaitu 51% dibandingkan dengan 62% secara global. Di Afrika sub-Sahara, kematian neonatal relatif rendah (37%). Sebaliknya, di Eropa, yang memiliki tingkat kematian balita terendah, 54% dari semua kematian balita justru terjadi pada periode neonatal.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/24/2018-kematian-di-jalan-raya/

.

Mayoritas (75%) dari semua kematian neonatal terjadi selama minggu pertama kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam 24 jam pertama. Dari akhir periode neonatal dan selama 5 tahun pertama kehidupan, penyebab utama kematian adalah pneumonia, diare, kelainan bawaan, dan malaria. Malnutrisi adalah faktor penyebab utama, membuat bayi dan anak lebih rentan terhadap penyakit parah. Sebagian besar kematian bayi baru lahir terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kesehatan bayi baru lahir dan menekan kelahiran mati yang dapat dicegah, dapat dilakukan dengan meningkatkan cakupan perawatan antenatal (ANC) yang berkualitas, pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan di fasilitas kesehatan, perawatan pasca melahirkan untuk ibu dan bayi, serta perawatan bayi baru lahir yang sakit dan kecil.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/10/21/2019-kekerasan-pada-kelahiran-bayi/

.

Ibu yang menerima perawatan berkelanjutan yang dipimpin oleh bidan atau ‘Midwife-Led Continuity of Care’ (MLCC), dididik dan diatur dengan standar internasional, 16% lebih kecil kemungkinan kehilangan bayinya dan 24% lebih kecil kemungkinannya mengalami kelahiran prematur. MLCC adalah model perawatan di mana bidan dan tim memberikan perawatan kepada ibu yang sama selama kehamilan, persalinan dan periode pascanatal, bahkan meminta bantuan medis jika diperlukan. Dengan peningkatan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan, sudah hampir 80% secara global, ada peluang besar untuk menyediakan perawatan bayi baru lahir dan mengidentifikasi serta mengelola bayi baru lahir yang berisiko tinggi.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/07/29/2019-pekan-menyusui-sedunia/

.

Namun demikian, beberapa ibu dan bayi baru lahir hanya menginap di fasilitas kesehatan hanya selama 24 jam setelah kelahiran, kemudian diminta pulang ke rumah. Oleh sebab itu, terlalu banyak bayi baru lahir meninggal di rumah, karena keluar dari rumah sakit lebih awal, pada periode waktu paling kritis ketika komplikasi dapat terjadi. Selain itu, juga terjadi hambatan dan keterlambatan dalam mencari layanan medis.

.

Perawatan bayi baru lahir yang penting adalah bahwa semua bayi harus menerima perlindungan eksternal, yang dilakukan dengan mempromosikan kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi, penanganan tali pusar yang higienis dan perawatan kulit secara umum, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan pemberian ASI secara eksklusif. Selain itu, juga melakukan penilaian tanda atau masalah kesehatan yang serius, atau membutuhkan perawatan tambahan. Dalam hal ini mencakup bayi dengan berat lahir rendah, sakit, atau lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. Juga diperlukan perawatan preventif, yaitu imunisasi BCG dan Hepatitis B, suntikan vitamin K, dan profilaksis infeksi mata.

.

Keluarga diedukasi sampai mampu mengenali tanda bahaya, termasuk kesulitan menetek, aktivitas atau menangis yang berkurang, sulit bernapas, demam, kejang, atau kulit terasa dingin. Keluarga harus dinasihati untuk mencari perawatan medis segera, jika perlu. Selain itu, keluarga juga harus secepatnya mendaftarkan kelahiran untuk memeroleh akte, membawa bayi untuk datang kontrol ke fasilitas kesehatan, dan memintakan vaksinasi tepat waktu, sesuai dengan jadwal nasional.

.

Pada bayi berat lahir rendah dan bayi prematur, keluarga harus dibantu dalam menemukan rumah sakit untuk merawat bayi, meningkatkan perhatian untuk menjaga kehangatan bayi baru lahir, termasuk kontak kulit ke kulit ibu dengan bayi, kecuali ada alasan medis yang dapat dibenarkan, untuk penundaan kontak bayi dengan ibu. Selain itu, juga wajib diberikan bantuan untuk IMD, termasuk membantu ibu mengeluarkan ASI, untuk diberikan kepada bayi menggunakan cangkir atau cara lain, meningkatkan perhatian terhadap kebersihan, terutama mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, meningkatkan perhatian pada tanda bahaya dan kebutuhan untuk perawatan, dan dukungan tambahan untuk memantau pertumbuhan. Pada bayi baru lahir yang sakit, tanda bahaya harus diidentifikasi sesegera mungkin dan bayi dirujuk ke layanan kesehatan yang sesuai, untuk diagnosis dan perawatan medis lebih lanjut.

.

Bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi HIV, memerlukan dukungan untuk mendapatkan pengobatan antiretroviral (ART) preventif, baik untuk ibu maupun bayi baru lahir, untuk mencegah infeksi oportunistik. Selain itu, juga perlu dilakukan tes HIV, dengan konseling dan perawatan untuk bayi yang terpajan, juga dukungan kepada ibu untuk pemberian makan bagi bayi. Petugas kesehatan juga harus mengetahui masalah seputar pemberian makanan bayi, apalagi banyak bayi baru lahir yang terinfeksi HIV, lahir prematur dan lebih rentan terhadap infeksi.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/26/bayi-bebas-hiv-dari-ibu/

.

Momentum Hari Perdamaian Sedunia (World Day of Peace) pada hari Rabu, 1 Januari 2020 juga mengingatkan kita akan Konvensi Hak Anak yang telah diberlakukan secara global, yang menjamin setiap bayi baru lahir berhak atas standar perawatan kesehatan tertinggi. Saat ini, setiap negara di seluruh dunia wajib memastikan bahwa sumber daya medis dan keuangan, tersedia untuk menciptakan hak itu menjadi kenyataan, bagi setiap bayi baru lahir agar tidak mengalami kematian.

Bagaimana sikap kita?

Sekian

Yogyakarta, 15 Desember 2019

Tata Central Service, di pinggiran kota Chennei, Tamil Nadi, India

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Bebas Cacar

Hasil gambar untuk cacar variola

BEBAS  CACAR

fx. wikan indrarto*)

Pada Jumat, 13 Desember 2019 diperingati 40 tahun pemberantasan penyakit cacar (smallpox atau variola) secara global. Tonggak yang bersejarah ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk berinvestasi dalam kesehatan global. Apa yang perlu diketahui?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/11/08/2019-basmi-polio-liar/

Variola atau cacar adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus Variola major atau Variola minor. Penyakit ini dikenal dengan nama Latinnya, Variola atau Variola vera, yang berasal dari kata Latin varius, yang berarti “berbintik”, atau varus yang artinya “jerawat”. Variola muncul pada pembuluh darah kecil di kulit serta di mulut dan kerongkongan.

.

Di kulit, penyakit ini menyebabkan ruam, dan kemudian luka berisi cairan. V. major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan tingkat kematian 30–35%. V. minor menyebabkan penyakit yang lebih ringan (dikenal juga dengan alastrim, cottonpox, milkpox, whitepox, dan Cuban itch) yang menyebabkan kematian pada 1% penderitanya. Akibat jangka panjang infeksi V. major adalah bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 65–85% penderita.

.

Variola hampir mirip cacar air atau varisela atau chicken pox, tetapi kelainan kulit vesikelnya jauh lebih banyak, berisi tidak hanya cairan tapi juga nanah dan darah. Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi infeksi primernya selalu melalui jalan nafas. Virus terdapat di udara, berasal dari debu pakaian, tempat tidur, dari keropeng yang jatuh ditanah ataupun dari jalan nafas penderita, terhirup bersama udara pernafasan sehingga terjadi penularan. Cacar adalah penyakit yang sangat menular.

Masa inkubasi dan jelas gejala pertama dari penyakit ini sekitar 12 hari. Setelah terhirup, virus variola besar menyerang orofaringeal (mulut dan tenggorokan) atau mukosa pernapasan, berpindah ke kelenjar getah bening regional, dan mulai berkembang biak. Pada tahap awal pertumbuhan virus tampaknya berpindah dari sel ke sel, tetapi sekitar 12 hari, lisis sel yang terinfeksi banyak terjadi dan virus ditemukan dalam aliran darah dalam jumlah besar (ini disebut viremia), dan tahap kedua terjadi di limpa, sumsum tulang, dan kelenjar getah bening.

.

Gejala penyakit pada stadium invasi selama 3-4 hari adalah suhu tubuh naik tinggi, bahkan dapat mencapai 40oC, nyeri kepala, nyeri tulang, sedih dan gelisah, lemas dan muntah. Pada stadium erupsi akan terjadi suhu tubuh kembali nomal, tetapi timbul makula eritematosa dengan cepat akan berubah menjadi papula terutama dimuka dan telapak tangan dan kaki. Pada stadium supurasi dalam waktu 5 – 10 hari timbul vesikula yang cepat berubah menjadi pustule. Pada saat ini suhu tubuh akan meningkat dan lesi-lesinya akan mengalami umblikasi. Kemudian pada stadium resolusi yang berlangsung dalam 2 minggu, suhu tubuh mulai menurun, pustule mengering menjadi krusta yang akan mengelupas, meninggalkan bekas sebagai sikatriks atrofi, dan akhirnya menyembuh.

.

Pada anak kadang disertai kejang dan kesadaran yang menurun saat demam tinggi. Hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah, agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder). Obat yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus.

.

Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, dan hanya imunisasi di seluruh dunia yang mampu menghentikan penyebaran cacar. Program Pemerintah Indonesia pada tahun 1956 sampai dekade tahun 70an, adalah memberikan vaksin cacar secara nasional.

.

Sampai musnah, cacar telah merongrong kemanusiaan selama setidaknya 3.000 tahun, menewaskan 300 juta orang secara global, hanya di abad ke-20 saja. Kasus cacar endemik terakhir yang diketahui telah dilaporkan terjadi di Somalia pada tahun 1977 dan pada 9 Desember 1979 merupakan momen bersejarah, ketika cacar terakhir dipastikan telah diberantas. Lima bulan kemudian, pada Mei 1980, Majelis Kesehatan Dunia ke-33 mengeluarkan deklarasi resminya bahwa ‘dunia dan semua rakyatnya telah menang dan bebas dari cacar (freedom from smallpox). Hingga saat ini virus penyebab cacar masih disimpan di 2 negara, yaitu Amerika Serikat dan Rusia, hal ini masih menjadi perdebatan apakah virus itu tetap akan disimpan atau dimusnahkan.

.

Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, “Hari ini cacar adalah satu-satunya penyakit pada manusia yang pernah diberantas, merupakan kesaksian tentang apa yang dapat kita capai, ketika semua negara bekerja sama.”

.

Momentum peringakatan 40 tahun keberhasilan bebas cacar tahun 2019 ini, juga mengingatkan kita akan semua jasa para pahlawan kesehatan di seluruh dunia, yang telah bekerjasama untuk memerangi cacar dengan imunisasi, dan menciptakan generasi masa depan yang lebih aman.

Sudahkah kita mendukung program imunisasi?

.

Taman Digulis di tengah kota Pontianak, Kalimantan Barat

Sekian

Yogyakarta, 18 Desember 2019

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Liburan yang Sehat

Hasil gambar untuk liburan

LIBURAN   SEHAT

fx. wikan indrarto*)

Liburan akhir tahun segera tiba, sehingga rencana liburan perlu disusun rapi. Guideline Development Group (GDG) melakukan revisi atas ‘International Travel Health’ terbitan WHO. Panduan kesehatan perjalanan terbaru berbasis bukti, diterbitkan untuk para profesional medis, pelancong internasional dan negara anggota WHO. Apa yang perlu diketahui?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/06/02/2019-bebas-asma-saat-lebaran/

.

Revisi ditujukan pada tujuh bidang prioritas yang tidak dicakup oleh program lain, sesuai dengan prosedur pengembangan pedoman WHO. Pertama tentang diare, khususnya penggunaan obat antibiotik dan anti-diare. Kedua terkait penggunaan obat aspirin rumatan untuk mencegah terjadinya trombosis vena dalam, ketiga tentang penggunaan obat tidur dalam penerbangan jarak jauh dan panjang, keempat terkait obat melatonin untuk mengatasi kondisi jet lag, kelima tentang fobia terbang dan pencegahannya, keenam tentang pencegahan dan pengobatan penyakit terkait ketinggian (altitude sickness) dan ketujuh, terkait hipotermia atau kedinginan.

Pelancong disarankan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan saat kembali dari perjalanan wisata, jika mengalami demam dari negara atau wilayah endemis malaria, menderita penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, atau penyakit pernapasan kronis atau telah mengonsumsi obat antikoagulan, dan mengeluh diare, muntah, penyakit kuning, gangguan kemih, penyakit kulit atau infeksi genital. Selain itu, juga kemungkinan terpapar penyakit menular yang serius saat bepergian, dan telah menghabiskan waktu lebih dari 3 bulan di negara berkembang atau wilayah tertinggal. Pelancong harus memberikan kepada dokter,  informasi medis tentang perjalanan, termasuk tujuan dan lamanya kunjungan. Wisatawan sebaiknya juga  memberikan rincian semua perjalanan yang telah terjadi pada minggu dan bulan sebelumnya, termasuk vaksinasi dan kemoprofilaksis, yang diterima sebelum perjalanan.

.

Jet lag adalah istilah yang digunakan untuk gejala klinis yang disebabkan oleh gangguan pada “jam internal” tubuh dan perkiraan ritme 24-jam (sirkadian) yang mampu dikontrolnya. Gangguan ini terjadi ketika pelancong melintasi beberapa zona waktu, yaitu ketika terbang dari timur ke barat atau barat ke timur. Jet lag dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan gangguan fungsi usus, kelemahan umum atau malaise , rasa kantuk di siang hari, kesulitan tidur di malam hari, dan penurunan kinerja fisik ataupun mental. Efeknya sering dikombinasikan dengan kelelahan nyata yang disebabkan oleh perjalanan itu sendiri. Gejala jet lag berangsur-angsur hilang saat tubuh beradaptasi dengan zona waktu yang baru.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/06/09/2018-tradisi-mudik/

Jet lag tidak dapat dicegah tetapi ada cara untuk mengurangi efeknya. Langkah-langkah umum untuk mengurangi efek jet lag, misalnya sedapat mungkin beristirahat sebelum keberangkatan, dan gunakan setiap kesempatan untuk beristirahat selama penerbangan jarak menengah dan panjang. Bahkan tidur singkat, misalnya kurang dari 40 menit, dapat membantu. Makan makanan ringan dan batasi konsumsi alkohol. Alkohol meningkatkan keluaran urin, sehingga tidur mungkin terganggu oleh kebutuhan untuk buang air kecil. Meskipun dapat mempercepat timbulnya tidur, alkohol merusak kualitas tidur, membuatnya kurang tenang. Efek samping dari konsumsi alkohol yang berlebihan, yaitu mabuk dapat memperburuk efek jet lag dan kelelahan perjalanan. Alkohol karenanya harus dibatasi atau dikonsumsi hanya dalam jumlah sedang, sebelum dan selama penerbangan. Kafein harus dibatasi pada jumlah normal dan dihindari dalam 4-6 jam dari periode tidur yang diharapkan. Jika kopi diminum pada siang hari, minum dalam jumlah kecil setiap 2 jam, lebih dianjurkan daripada langsung dalam satu cangkir besar.

.

Setelah sampai di tempat tujuan, cobalah untuk menciptakan kondisi yang tepat ketika mempersiapkan diri untuk tidur. Selain itu, tidur diusahakan sebanyak biasanya, dalam 24 jam setelah kedatangan. Paksakan untuk tidur selama paling tidak 4 jam , pada malam hari waktu setempat, yang dikenal sebagai “jangkar tidur” yang  dianggap perlu untuk memungkinkan jam internal tubuh, beradaptasi dengan zona waktu yang baru. Jika memungkinkan, ganti waktu tidur total dengan tidur pada siang hari waktu setempat, sebagai respons terhadap perasaan mengantuk. Saat tidur siang, pelindung mata dan penyumbat telinga dapat digunakan untuk membantu mencapai tidur pulas. Berolahraga ringan di siang hari, dapat membantu meningkatkan tidur malam yang nyenyak, tetapi hindari olahraga berat dalam waktu 2 jam sebelum tidur.

.

Siklus terang dan gelap adalah salah satu faktor terpenting dalam mengatur jam internal tubuh. Paparan sinar matahari yang tepat waktu, terutama sinar matahari yang cerah, di tempat tujuan biasanya akan membantu adaptasi. Saat terbang ke barat, paparan sinar matahari di malam hari dan penghindaran di pagi hari, misalnya dengan menggunakan pelindung mata atau kacamata gelap, mungkin sangat membantu. Sebaliknya saat terbang ke arah timur, direkomendasikan untuk mengalami paparan cahaya di pagi hari dan penghindaran di malam hari.

.

Obat tidur kerja singkat (short-acting) dapat juga membantu, harus digunakan hanya sesuai dengan saran dokter dan seharusnya tidak digunakan selama dalam penerbangan, karena dapat meningkatkan imobilitas dan risiko terjadinya trombosis vena dalam. Melatonin adalah hormon neurotropik dengan gugus antioksidan indolamina, yang disintesis oleh kelenjar pineal yang terletak di dalam otak dari senyawa asam amino triptofan. Melatonin berperan dalam berbagai proses fisiologis tubuh seperti ritme biologis, regulasi tekanan darah, onkogenesis, retina, reproduksi, ovarium, sistem kekebalan dan diferensiasi osteoblas. Melatonin tersedia di beberapa negara dan biasanya dijual sebagai suplemen makanan dan karenanya tidak tunduk pada kontrol ketat seperti obat. Waktu dan dosis efektif melatonin belum sepenuhnya dievaluasi dan efek sampingnya, terutama dalam penggunaan jangka panjang, tidak diketahui. Selain itu, metode pembuatannya tidak terstandarisasi, dosis per tablet dapat sangat bervariasi, dan beberapa senyawa berbahaya mungkin saja ada. Karena alasan tersebut, saat ini obat melatonin tidak dapat direkomendasikan secara umum. Fungsi melatonin itu sendiri adalah sebagai hormon pemicu mengantuk dan menjaga agar tetap terlelap sepanjang malam. Pada orang-orang usia lanjut, khususnya, produksi melatonin berkurang secara alami sebagai efek penuaan. Beberapa efek samping yang umum dan mungkin bersifat sementara dari suplemen melatonin, yaitu sakit kepala, depresi jangka pendek, mengantuk dan lemas di siang hari, pusing, kram perut, dan perubahan perasaan (mood swing).

.

‘International Travel Health’ terbitan WHO perlu dicermati, agar perjalanan liburan akhir tahun 2019 para pelancong menjadi lebih sehat dan menyenangkan.

Bagaimana sikap kita?

Sekian

Indian Gate di New Delhi, ibukota Republik India

Yogyakarta, 16 Desember 2019

*) Penikmat liburan jarak dekat, dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
Istanbul

2019 Natal yang Bersahabat

Hasil gambar untuk tema natal 2019 kwi

NATAL  BERSAHABAT  2019

fx. wikan indrarto*)

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyampaikan pesan Natal bersama tahun 2019 dengan tema “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang” (bdk. Yohanes 15:14-15). Dengan penuh sukacita, kita merayakan pesta kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Raja Damai, yang datang untuk “merubuhkan tembok pemisah, yakni perseteruan” (Ef 2:14) yang memecah-belah umat manusia, dan kadang kala menerpa kita sebagai sesama manusia ini. Apa yang sebaiknya kita lakukan?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

.

Untuk merayakan persahabatan dan kehidupan Dr. Quesada di San Jose, ibukota Kosta Rika, Karibia melakukannya dengan membantu sesama manusia yang telah hampir meninggal. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk membuat waktu yang mereka miliki di dunia ini, meskipun tinggal sebentar, tetapi harus nyaman, tanpa rasa sakit, riang dan lembut.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Kisah inspiratif tersebut disampaikan kepada para delegasi dari Negara-negara Anggota WHO, dalam pidatonya saat menerima penghargaan Sasakawa (The Sasakawa Health Prize). Pemberian penghargaan ini dimulai pada tahun 1984 atas inisiatif dan dengan dana yang disediakan oleh Ryoichi Sasakawa, Ketua Yayasan Industri Pembuatan Kapal Jepang dan ‘President of the Sasakawa Memorial Health Foundation’. Penghargaan Sasakawa terdiri dari patung dan dana sebesar US $ 100.000, untuk karya inovatif yang luar biasa dalam pengembangan layanan kesehatan, untuk mendorong pengembangan lebih lanjut dari layanan tersebut.

.

Setelah pendidikannya di AS, ia kembali ke negaranya sebagai dokter muda dan mendedikasikan karirnya untuk perawatan paliatif anak, untuk membantu anak yang sekarat, sehingga mereka diperlakukan dengan hormat, profesionalis dan cinta. Pada tanggal 1 Oktober 1990, Dr. Lisbeth Quesada Tristan membangun Unit Perawatan Paliatif Anak (Fundación Pro Unidad de Cuidado Paliativo) di Rumah Sakit Anak Nasional (Hospital Nacional de Niños) di San Jose, Kosta Rika. Layanan seperti ini adalah yang pertama kali ada di Kosta Rika dan bahkan di seluruh Amerika Latin, yang menyediakan perawatan paliatif untuk pasien anak di rumah dan rumah sakit.

.

Perawatan paliatif adalah layanan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, baik dewasa maupun anak, dan keluarga mereka, karena pasien menderita penyakit yang mengancam jiwa. Layanan ini akan  mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi kondisi medis awal, penilaian derajad penyakit secara lengkap dan pengelolaan rasa sakit atau nyeri. Selain itu, juga untuk masalah lain, baik fisik, psikososial atau spiritual. Masalah medis sebagai penyebabnya meliputi penyakit kanker, kegagalan fungsi organ penting, tuberkulosis yang resistan terhadap obat, penyakit kronis tahap akhir, kelahiran prematuritas atau kelemahan umum, karena usia lanjut yang ekstrem.

.

Perawatan paliatif mencakup layanan perawatan di rumah pasien, yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka. Di samping itu, juga dapat menghemat uang untuk mengurangi biaya masuk rumah sakit yang tidak perlu. Kualitas hidup pasien dan keluarga mereka, dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, baik fisik, psikososial atau spiritual, terbukti  sangat meningkat dengan perawatan paliatif ini.

.

Resolusi Majelis Kesehatan Dunia 67,19 tentang penguatan perawatan paliatif, yang diadopsi pada tahun 2014, menekankan perlunya membuat kebijakan perawatan paliatif secara nasional, khususnya untuk memastikan akses yang aman ke obat opioid untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang hebat. Selain itu, juga dilakukannya pelatihan berkesinambungan untuk semua petugas kesehatan dalam perawatan paliatif, dan integrasi perawatan paliatif ke dalam sistem layanan kesehatan yang ada.

.

Morfin tablet kerja cepat (oral immediate-release morphine) adalah obat yang penting dalam terapi paliatif. Undang-undang tentang opioid dan peraturan peresepan di semua negara, seharusnya menyeimbangkan aspek pencegahan dan penggunaan opioid ilegal, dengan memastikan aksesibilitas pasien ke obat morfin, untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tingkat sedang dan berat.

.

Pasien anak memiliki lebih sedikit akses ke perawatan paliatif. Pada hal, pasien anak berada pada risiko yang lebih tinggi daripada orang dewasa, untuk mengalami kesulitan mendapatkan obat penghilang rasa sakit yang memadai. Sekitar 98% pasien anak yang membutuhkan perawatan paliatif tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan hampir setengah dari mereka tinggal di Afrika.

.

Perawatan paliatif masih menunjukkan perbedaan mencolok secara global. Kurangnya akses ke perawatan paliatif dan obat penghilang nyeri adalah salah satu ketidaksetaraan terbesar dalam kesehatan global. Sebagian besar pasien di negara berpenghasilan tinggi memiliki akses, tetapi hanya sebagian kecil pasien di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memiliki akses serupa. Setiap tahun diperkirakan 40 juta orang membutuhkan perawatan paliatif, dengan 78% di antaranya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

.

Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak pernah surut. Justru hal ini akan terus tumbuh dengan meningkatnya penyakit kronis dan bertambahnya orang yang dapat hidup hingga usia yang lebih lanjut. Di seluruh dunia, hanya sekitar 14% orang yang membutuhkan perawatan paliatif, yang dapat menerimanya. Penghargaan Sasakawa pada 25 Mei 2018 untuk perawatan paliatif bagi pasien anak oleh Dr. Lisbeth Quesada Tristan di Kosta Rica, telah membuat hidup anak sakit berat menjadi lebih hidup lagi.

.

Himbauan PGI dan KWI dalam pesan Natal bersama tahun 2019 dengan tema “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang”, memotivasi kita agar tergerak hati seperti Dr. Lisbeth Quesada Tristan di Kosta Rica. Hendaknya kita juga bersahabat dengan semua orang yang memerlukan perawatan paliatif yang bebas nyeri, sampai mereka menutup usia.

Sudahkah kita tergerak membantu?

Katedral Santo Yosep di tengah kota Pontianak, Kalimantan Barat

Yogyakarta, 13 Desember 2019

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
dokter Healthy Life Jalan-jalan

2017 Menerawang Singkawang dan Menyibak Pontianak

Patung Naga di tengah kota Singkawang, Kalimantan Barat

TERAWANG  SINGKAWANG

fx. wikan indrarto

Perjalanan menerawang dan membayangkan nama legendaris kota Singkawang di Kalimantan Barat, dimulai dengan penerbangan dalam perut  pesawat Xpressair Boeing 737-300 XN830, pada hari Sabtu, 11 Februari 2017. Pesawat terbang tinggi dari Jogjakarta pk. 11.30 dan mendarat di Bandara Internasional Supadio di Pontianak pk. 12.50.

Mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Supadio di Pontianak

.

Kombes Pol. dr. Sugeng Krismawanto, SpOT, yang bertugas di RS Bayangkara Polda Kalbar, Pontianak menjemput kami dan menjadi tuan rumah yang luar biasa baik

Perjalanan darat dari Pontianak ke Singkawang sejauh 152 km selama sekitar 3,5 jam, dilakukan dengan mobil perkasa kabin ganda Ford Ranger 4×4 D2 atas kebaikan hati sejawat Kombes dr. Sugeng Krismawanto, SpOT, yang bertugas di RS Bayangkara Polda Kalbar, Pontianak. Selepas bandara, kami mampir sebentar di Tugu Katulistiwa atau Equator Monument yang berada di Jl. Khatulistiwa, Pontianak Utara, Kalimantan Barat. Lokasinya berada sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak, ke arah kota Mempawah.

.

Tugu katulistiwa pertama di Pontianak dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah.

Tugu yang menjadi salah satu ikon wisata Kota Pontianak ini, berawal pada tahun 1941 saat ditemukan laporan Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indië : Den 31 sten Maart 1928. Pada awalnya tugu pertama dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah. Pada tahun 1930 disempurnakan, berbentuk tonggak dengan lingkarang dan anak panah, serta tahun 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh opzicter / architech Ir. Silaban. Tugu asli tersebut dapat dilihat pada bagian dalam monumen sekarang. Pada tahun 1990, kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah besar untuk melindungi tugu asli, serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang asli. Peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 September 1991.

.

Tugu Katulistiwa di Pontianak pada tahun 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh opzicter / architech Ir. Silaban.

Setelah puas menikmati kegagahan Tugu Khatulistiwa dan membayangkan indahnya belahan bumi bulat karena garis imajiner tersebut, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Singkawang. Kami mampir minum teh Prenjak yang bercitarasa khas, lokal dan harum di rest area Sei Pinyuh, kemudian menyusuri jalur jalan cabang trans Kalimantan melewati Kota Mempawah, ibukota Kabupaten Mempawah. Selajutnya cabang jalan trans Kalimantan yang bagus tersebut, menyusuri garis pantai menuju ke Kota Singkawang. Kota yang juga disebut San Keuw Jong ini dikelilingi oleh pegunungan Pasi, Poteng, dan Sakok. Nama Singkawang berasal dari bahasa Hakka, San khew jong yang mengacu pada sebuah kota di bukit dekat laut.

.

Gerbang Kota Singkawang Kalimantan Barat, Bumi Bertuah Gayung Bersambut

Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa, bagian dari wilayah kesultanan Sambas. Desa Singkawang digunakan sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado, di tengah hutan lebat Borneo. Awal kedatangan dan alasan mengapa etnis Tionghoa bermigrasi dari daratan Tiongkok ke Kalimantan Barat dapat ditelusuri di Monterado, sebuah desa kecil di Kabupaten Bengkayang. Inilah sebuah kawasan yang pada tahun 1776 sudah sangat termasyhur dengan kekuatan kongsi pertambangan emasnya milik orang-orang Tionghoa. Sayangnya, jejak peradaban tambang kuno itu kini sudah hancur karena terus-menerus digempur pertambangan emas tradisional.

.

Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama di tengah hutan, sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya. Kemudian Singkawang berkembang sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang Tionghoa) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berasumsi dari sisi geografis, bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut. Kota Singkawang merupakan salah satu pecinan (Chinatown) di Indonesia, karena mayoritas penduduknya adalah orang Hakka (dengan persentase sekitar 42%) dan selebihnya adalah orang Melayu, Dayak, Tio Ciu, Jawa dan pendatang lainnya. Kota Singkawang memiliki wilayah datar dan sebagian besar merupakan dataran rendah antara 50 meter s/d 100 meter di atas permukaan laut.

.

Klenteng Tri Dharma Bumi Raya di Singkawang, Kalimantan Barat

Obsesi perjalanan kami sebenarnya adalah keinginan besar untuk menyaksikan kegiatan Cap Go Meh yang paling terkenal se Indonesia, pada 15 hari setelah Tahun Baru Imlek. Seperti halnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya, perayaan Imlek untuk menyambut tahun baru China merupakan tradisi termegah yang selalu dirayakan seluruh lapisan masyarakat Singkawang setiap tahun. Bagi mereka, perayaan Imlek tidak ada bedanya dengan masyarakat Indonesia lainnya ketika merayakan Idul Fitri atau Natal.

.

Puncak acara Imlek atau Cap Go Meh ini dimaksud untuk menangkal gangguan atau kesialan pada masa mendatang. Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukan Tatung di Singkawang, yang tidak ada di daerah lain. Tatung adalah media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung dipenuhi dengan mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan dan orang-orang inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan tatung dipimpin oleh pendeta yang sengaja mendatangkan roh orang yang sudah meninggal untuk merasuki Tatung. Roh-roh yang dipanggil diyakini sebagai roh-roh baik yang mampu menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat. Roh-roh yang dipanggil untuk dirasukkan ke dalam Tatung diyakini merupakan para tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti panglima perang, hakim, sastrawan, pangeran, pelacur yang sudah bertobat dan orang suci lainnya. Roh-roh yang dipanggil dapat merasuki siapa saja, tergantung apakah para pemeran Tatung memenuhi syarat dalam tahapan yang ditentukan pendeta. Para Tatung diwajibkan berpuasa selama tiga hari sebelum hari perayaan yang maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.

.

Vihara Tri Dharma Bumi Raya di Pusat Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Dalam atraksi Tatung yang sudah dirasuki roh orang meninggal bertingkah aneh, ada yang menginjak-injak sebilah mata pedang atau pisau, ada pula yang menancapkan kawat-kawat baja runcing ke pipi kanan hingga menembus pipi kiri. Anehnya para Tatung itu sedikit pun tidak tergores atau terluka. Beberapa Tatung yang lain dengan lahapnya memakan hewan atau ayam hidup-hidup lalu meminum darahnya yang masih segar dan mentah. Di Singkawang banyak orang Dayak yang juga turut serta menjadi Tatung, mereka terdorong berpartisipasi karena ritual Tatung mirip upacara adat Dayak.

Setelah puas menikmati semua atraksi, kami segera berswafoto di gerbang Vihara Tridharma Bumi Raya, pusat aktivitas Cap Go Meh 2017 di Singkawang, Kalbar, yang sangat banyak pengunjung. Selanjutnya kami menuju ke sebuah  per4an jalan di tengah kota Singkawang, yang dilengkapi dengan icon patung naga emas yang melilit tugu di tengah jalan. Disertai banyak pengunjung lainnya, kami berswafoto di tengah kepadatan arus lalu lintas. Kunjungan kuliner Sintawang yang utama adalah Bakso Sapi Bakmi Ayam 68, yang terkenal sejak 1977 di pusat kota Singkawang, Kalbar. Luar biasa enak, meski saat makan harus berhimpitan dengan para pelahap lainnya, termasuk warga Malaysia, terkait sempitnya ruangan.

Bis Eva, bis antar negara dari Malaysia, tujuan Kuching – Pontianak PP, saat bis diparkir di rest area Sei Pinyuh,

Setelah itu, kami kembali ke kota Pontianak menyusuri cabang jalur jalan trans Kalimantan yang sebelumnya kami lewati. Saat kami kembali minum kopi kental, kami sempat berswafoto dengan bis Eva, bis antar negara dari Malaysia, tujuan Kuching – Pontianak PP, saat bis diparkir di rest area Sei Pinyuh, dekat Mempawah ibukota Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Sabtu, 11 Februari 2017 malam itu kami tidur nyenyak setelah obsesi menerawang Singkawang terwujud. Kamu terkapar dalam dingin malam di pusat kota Pontianak, sebelum mengikuti Simposium Nasional Ikatan Dokter Anak Indonesia (SINAS IDAI) Kalbar 2017.

Mie Bakso Khas Singkawang yang legendaris

MENYIBAK  PONTIANAK

fx. wikan indrarto

Minggu, 12 Februari 2017 kami dibangunkan oleh sinar matahari pagi di kota Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat. Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis khatulistiwa. Selain itu, Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai itu diabadaikan dalam lambang Kota Pontianak.

Nama Pontianak yang berasal dari bahasa Melayu yang dipercaya ada kaitannya dengan kisah Sultan Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika dia menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Sultan Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan di mana meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting.

.

Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami’ (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan dipimpin oleh Willem Ardinpola. Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal.

Setelah kemerdekaan Indonesia, walikota pertama yang ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Pontianak adalah Ibu Rohana Muthalib. Ia adalah seorang wanita pertama yang menjadi walikota Pontianak. Penduduk kota Pontianak didominasi etnis Melayu dan Tionghoa. Selain itu terdapat pula etnis Jawa, Madura, Bugis, Dayak, Arab, Sunda, Banjar, Batak, Minangkabau dan lain-lain.

.

Yang menarik perhatian kami, adalah layanan angkutan darat ke luar kota dan luar negeri, yang dilayani di Terminal Batulayang, yaitu bus penumpang antar negara tujuan ke Kuching, Malaysia dan ke Brunei. Bus ini disediakan oleh berbagai penyedia layanan, termasuk DAMRI. Transportasi darat ke Malaysia menjadi mungkin melalui Jalan Lintas Kalimantan. Layanan imigrasi Indonesia-Malaysia dilaksanakan di Entikong, Kabupaten Sanggau.

Taman Digulis di pusat kota Pontianak, Kalimantan Barat

Begitu pagi itu kami siap, lansung jalan ke Monumen Digulis yang diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat H. Soedjiman pada 10 November 1987. Pada awalnya berbentuk sebelas tonggak menyerupai bambu runcing yang berwarna kuning polos. Pada tahun 1995, monumen ini dicat ulang dengan warna merah-putih. Monumen ini didirikan sebagai peringatan atas perjuangan 11 (sebelas) tokoh Sarekat Islam di Kalimantan Barat, yang dibuang ke Boven Digoel, Irian Barat karena khawatir pergerakan mereka akan memicu pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan. Tiga dari sebelas tokoh tersebut meninggal pada saat pembuangan di Boven Digoel dan lima di antaranya wafat dalam Peristiwa Mandor. Nama-nama kesebelas tokoh tersebut kini diabadikan juga sebagai nama jalan di Kota Pontianak. Kesebelas pejuang itu antara lain: Achmad Marzuki, asal Pontianak, meninggal karena sakit dan dimakamkan di makam keluarga, Achmad Su’ud bin Bilal Achmad, asal Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor, dan Gusti Djohan Idrus, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di Boven Digoel. Selain itu, juga Gusti Hamzah, asal Ketapang, wafat dalam Peristiwa Mandor, Gusti Moehammad Situt Machmud, asal gabang, wafat dalam Peristiwa Mandor, Gusti Soeloeng Lelanang, asal Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor, Jeranding Sari Sawang Amasundin alias Jeranding Abdurrahman, asal Melapi, Kapuas Hulu, meninggal karena sakit di Putussibau,  Haji Rais bin H. Abdurahman, asal Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor, dan Moehammad Hambal alias Bung Tambal, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di Boven Digoel. Juga Moehammad Sohor, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di Boven Digoel, dan Ya’ Moehammad Sabran, asal Ngabang, meninggal karena sakit.

Setelah puas berswafoto dan menikmati Monumen Digulis yang dilengkapi Taman Terbuka Hijua Digulis, persis di depan gerbang masuk Universitas Tanjung Pura (Untan), kami melanjutkan menyibak Pontianak.

Tujuan kami berikutnya adalah mengikuti misa kudus hari Minggi di Gereja Katedral St. Yusuf Pontianak. Sejarah gereja Katolik pertama sebagai pusat paroki di Pontianak, dimulai pada tahun 1908 oleh Prefek Apostolik Dutch Borneo Mgr. Pacificus Bos, OFMCap, dengan pembelian tanah untuk membangun gereja, pastoran, rumah yatim-piatu, sekolah, pemakaman, dan susteran. Kemudian gereja tersebut diberkati pada 9 Desember 1909, sekaligus berdirinya paroki secara resmi. Menjadi gereja katedral sejak 17 November 1918 seiring dengan ditahbiskannya Mgr. Jan Pacificus Bos, OFMCap menjadi Uskup Tituler Capitolias, merangkap Vikaris Apostolik Dutch Borneo, dan paroki berubah menjadi Paroki Katedral Pontianak.

Katedral Pontianak yang tinggi, megah, menjulang dan artistik

Bangunan gereja tersebut dirubuhkan pada tahun 2011 untuk dibangun gereja baru yang berkapasitas 3.000 orang. Gereja St. Yoseph yang baru, dibangun dengan perpaduan arsitektur Romawi dan Timur Tengah. Ornamen bernuansa Dayak mendominasi eksterior bangunan, dan interiornya didominasi nuansa khas Tionghoa berpadu dengan gaya klasik Eropa. Aarsitek yang merancang eksterior gereja baru, Ir. Ricky, adalah juga arsitek Masjid Raya Singkawang, yang semakin memperkuat kesan Kalbar yang multi etnis, tempat umat berbagai agama hidup berdampingan. Gubernur Kalbar Drs. Cornelis MH meresmikan Gereja Katedral St. Yoseph yang baru pada 19 Desember 2014, walaupun pembangunan belum terselesaikan sepenuhnya, khususnya bagian eksterior dan halaman, agar dapat digunakan untuk Misa Natal 2014.

Gubernur Kalbar Drs. Cornelis MH meresmikan Gereja Katedral St. Yoseph yang penuh ornamen indah pada 19 Desember 2014

Minggu, 12 Februari 2017 kami mengikuti misa kudus konselebrasi oleh 5 orang pastor dan dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus. Kami berdoa sangat khusuk di gereja yang oleh Gubernur Cornelis diklaim bahwa Gereja Katedral Pontianak yang sekarang, adalah bangunan gereja Katolik terbesar di Asia Tenggara.

Gereja Katedral Pontianak Kalimantan Barat sekarang merupakan bangunan gereja Katolik terbesar di Asia Tenggara.

Selanjutnya kami menyibak Pontianak dengan perjalanan ke replika Rumah Betang, rumah panjang adat Dayak yang berada di Jalan Jendral Sutoyo, Pontianak, tepat di sebelah Perpustakaan Daerah dan Kantor Polresta. Letaknya juga tidak jauh dari pusat kota dan hanya berjarak 100 meter dari rumah dinas Gubernur Kalimantan Barat. Rumah Betang sebenarnya merupakan pusat kegiatan dan masyarakat suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Rumah ini terbuat dari kayu ulin baik lantai, atap maupun dindingnya. Struktur rumah ini memiliki kayu penyangga di bagian bawah rumah dengan ukuran yang sangat besar, hampir sepelukan lengan orang dewasa. Rumah ini didesign memanjang maka tak jarang banyak yang menyebutnya rumah panjang.

.

Bergaya di tangga replika rumah betang, karena rumah adat yang besar sesungguhnya berada di hulu sungai Kapuas.

Tiang penyangga yang ada di bawah rumah memiliki tinggi sekitar 2 meter, sehingga bisa dilewati tanpa harus menunduk di bawahnya. Bentuk panggung dari rumah ini diadaptasi dari letak rumah betang sesungguhnya yang berada di hulu sungai. Sehingga untuk mengantisipasi keadaan jika air pasang dan menyebabkan banjir. Tak seperti rumah kebanyakkan yang tiap satu rumah diisi satu keluarga, rumah betang ini, jika pada rumah aslinya menjadi rumah tinggal untuk lebih dari satu kepala keluarga, bahkan pada jaman dulu ditempati oleh 60 kepala keluarga. Pembagian tempat tiap keluarga, dibedakan berdasarkan sekat-sekat yang menyerupai kamar di dalam rumah betang ini. Kamar yang dibatasi oleh sekat untuk replika rumah betang ini berjumlah delapan buah kamar.

Selanjutnya kami menyibak Pontianak dengan inti kegiatan, yaitu mengikuti Simposium Nasional Ikatan Dokter Indonesia (Sinas IDAI) di Hotel Golden Tulip Pontianak, Kalbar dengan tema ‘Integrated Management of Sick Children’. Acara seremonial yang dibuka dengan sambutan Gubernur Kalbar ini, menghadirkan para guru besar sebagai pembicara, termasuk Prof. Tina Tan, Prof. Sri Rejeki Syaraswati dan Prof. Hardiono Pusponegoro.

.

Pada sesi dengan topik ‘The Experience in Preventing and Controlling Antibiotic Resistance’, Prof. Tina Tan dari American Academy of Pediatrics (AAP) menjelaskan bahwa meskipun multifaktorial, tetapi penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada manusia dan hewan, adalah faktor penyebab tinggal yang terbanyak (single greatest driving factor). Pengembangan strategi yang terbaik untuk mengatasinya meliputi vaksinasi. Selanjutnya pada topik ‘General Principles of Prudent Use of Antibiotics’,  Prof. Sri Rezeki Hadinegoro dari Jakarta menekankan bahwa RS wajib menyediakan panduan penggunaan antibiotik untuk terapi empiris. Dokter wajib melakukan penilaian keberhasilan secara klinis dan laboratoris, dilanjutkan dengan ‘streamlining’ atau ‘de-escalation therapy’. Hal ini untuk mengurangi paparan antibiotik spektrum luas.

Selanjutnya pada topik ‘When Antiviral Drug Needs To Be Given’, dr. DEAH Hapsari, SpA (K) dari Semarang membahas tentang dampak obat antiviral yang juga dapat merusak sel hospes, dimana virus tsb berada. Oleh sebab itu, obat antivirus tidak direkomendasikan pada ‘self limiting disease’ dan penyakit virus tidak berat. Obat antivirus hanya direkomendasikan pada HIV/AIDS, neonatal herpes simpleks, CMV dengan kelainan SSP dan infeksi mononukleosis saja. Pada topik ‘Autisme, ADHD atau keduanya terjadi bersamaan’, Prof. Hardiono Pusponegoro dari Jakarta menekankan bahwa untuk membedakannya, dapat menggunakan AMSE (Autism Mental Status Exam) pada anak ADHD, dengan nilai lebih dari 5 juga mengalami ASD (Autism Spectrum Disorder). AMSE meliputi observasi kontak mata, minat terhadap orang lain, kemampuan menunjuk, bahasa, pragmatik bahasa, perilaku repetitif, preokupasi dan sensitivitas yang tidak wajar.

.

Pada topik ‘Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Motorik pada Anak’, Dr. dr. Setyo Handryastuti, SpA (K) dari Jakarta menjelaskan perlunya pemeriksaan lebih cermat pada bayi dengan riwayat prematuritas, asfiksia berat, dan paska infeksi SSP. Pada topik ‘Skor PELOD 2 Sebagai Penanda Disfungsi Organ pada Anak dengan Sepsis’, Dr. dr. Rismala Dewi, SpA (K) dari Jakarta mengingatkan tentang perlunya sistem skoring untuk luaran klinis sepsis, yaitu Pediatric Logostic Organ Dysfunction Score (PELOD). Hal ini karena sistem Surviving Sepsis Campaign (SSC) terlalu sensitif (96,9%), kurang spesifik (58,3%), dan mengakibatkan tingginya resistensi antibiotik. Sebaliknya, PELOD lebih sederhana, mudah dan dapat dilakukan berdasarkan data pemeriksaan pasien pada saat masuk RS saja.

Topik selanjutnya adalah ‘Tata Laksana Cairan dan Elektrolit pada Anak dengan Sakit Kritis’ oleh Dr. Rismala Dewi dari Jakarta menekankan bahwa tata laksana tersebut mempunyai dampak yang cukup besar terhadap lama, berat dan luaran klinis anak sakit kritis. Status cairan seperti hipovolemia dan dehidrasi, serta gangguan kadar glukosa dan elektrolit merupakan tantangan bagi dokter, dalam pengelolaan pasien anak sakit kritis. Pada topik ‘Pemeriksaan Diagnostik dan Tatalaksana Terkini untuk Demam Tifoid’,  oleh dr. Mulya Rahma  Karyanti, SpA (K) dari Jakarta mengingatkan pentingnya Rapid Diagnostik Test (RDT), sebagai pemeriksaan penunjang medis yang tepat dan hasilnya cepat, pada kecurigaan demam tyfoid.  Pemeriksaan tersebut harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan biakan empedu sebagai baju emas demam tifoid. Pemeriksaan Widal satu kali tidak direkomendasikan. Antibiotik kloramfenikol merupakan lini pertama dan seftriakson lini kedua untuk Demam Tifoid.

.

Sinas IDAI Kalbar 2017 hari I ditutup dengan acara ‘wellcome dinner’ di Kartika Hotel & Restaurant, yang berlokasi persis di depan Kantor Walikota Pontianak, di tepi Sungai Kapuas yang lebar, dalam dan berarus tenang. Setelah presentasi oleh Dr. dr. Rini Sekartini, SpA (K) dengan topik ‘Factors Affecting Early Childhood Growth and Development’, tarian kolabirasi etnis China, Dayak dan Melayu, kami menikmati makan malam bersama, di atas kapal dalam ‘Kapuas River Cruise’. Kapal melaju melawan arus sungai sampai melewati Jembatan Kapuas yang gagah menjulang, kemudian berbalik arah sampai Pelabuhan Pelindo dan kembali ke dermaga Kartika. Malam itu kami tidur nyenyak di kamar 301 Hotel Borneo di Jl. Merdeka 428 Pontianak, Kalbar, agar hari berikutnya masih tetap bugar untuk mengikuti Simposium Nasional Ikatan Dokter Anak Indonesia  (Sinas IDAI) 2017 hari kedua.

.

MENYIBAK  PONTIANAK (lanjutan)

fx. wikan indrarto

Senin, 13 Februari 2017 pagi yang cerah, sebelum kami mengikuti Simposium Nasional Ikatan Dokter Anak Indonesia  (Sinas IDAI), kami  sempatkan untuk mengunjungi Istana Kadriah, yang merupakan awal mula sejarah Pontianak. Istana Kadriah Pontianak dibangun pada tahun 1771, bersamaan dengan pembangunan Masjid Abdurrahman. Pendirian istana ini dilakukan setelah selesainya pembukaan daerah baru, yang dinamai Pontianak. Jika dirunut dari awal, kisahnya bermula ketika seorang penyebar agama Islam dari Jawa keturunan Arab, al-Habib Husein meninggalkan kediamannya di Semarang pada tahun 1733, menuju Kerajaan Matan, Kalimantan Barat.

Dalam perkembangannya, kemudian terjadi perselisihan antara Sultan dengan al-Habib Husein. Akhirnya, al-Habib memutuskan untuk meninggalkan Kerajaan Matan, pindah dan bermukim di Kerajaan Mempawah hingga ia meninggal dunia. Setelah al-Habib Husein meninggal dunia, posisinya digantikan oleh anaknya, Syarif Abdurrahman. Akan tetapi, Syarif Abdurrahman kemudian memutuskan pindah dari Mempawah pada tahun 1771, dengan maksud untuk menyebarkan agama Islam. Bersama rombongan yang berjumlah 14 buah perahu, Abdurrahman menyusuri Sungai Kapuas ke arah hulu. Pada 23 Oktober 1771 M, rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di daerah yang berbentuk tanjung ini, mereka naik ke darat, menebas hutan belantara untuk dijadikan daerah pemukiman baru yang kemudian dinamakan Pontianak. Di daerah baru tersebut, segera berdiri sebuah kerajaan baru Kerajaan Pontianak. Kemudian dibangun sebuah masjid dan istana untuk sultan. Masjid tersebut adalah Masjid Abdurrahman, dan istananya adalah Istana Kadriah.

Masjid Abdurrahman dan Istana Kadriah dari jaman Kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat.

Pada tahun 1952 Kesultanan Pontianak bergabung dengan NKRI dan keberadaan Istana Kadriah tak lebih dari simbol yang tidak memiliki peran apa-apa. Lokasi istana berdekatan dengan Masjid Abdurrahman, hanya beberapa puluh meter. Lokasi yang berdekatan ini menunjukkan bahwa, istana dan masjid merupakan satu kesatuan utuh dalam sistem pemerintahan di Kesultanan Pontianak. Lokasi istana ini berada di Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak, di tepi 2 arus sungai besar. Konstruksi Istana Kadriah hampir semuanya dari kayu besi atau kayu ulin, sehingga bisa bertahan lama. Bangunan istana memiliki kolong yang agak tinggi. Konstruksi ini merupakan bagian dari tradisi lokal Kalimantan. Istana ini terdiri dari empat lantai dengan anjungan yang berorientasi ke sungai. Bagian lantai utama berdenah segi empat, dikelilingi oleh serambi. Keberadaan serambi yang mengelilingi ruang lantai utama ini merupakan bagian dari ciri khas bangunan tropis. Serambi tersebut berfungsi sebagai ruang peralihan dari bagian luar ke dalam, dan juga untuk mencegah cahaya matahari ataupun hujan masuk secara langsung ke dalam ruangan. Setelah puas berswafoto di tempat yang sangay bersejar tersebut, selanjutnya kami meneruskan menyibak Pontianak.

Tujauan kami selanjutnya adalah Aloe Vera Center atau Pusat Pengembangan Lidah Buaya. Tanaman lidah buaya tak hanya bermanfaat untuk perawatan dan kesuburan rambut anda. Lidah buaya ternyata juga nikmat disantap sebagai minuman segar yang berkhasiat bagi kesehatan. Tanaman ini relatif mudah ditemui di Pontianak, Kalimantan Barat. Biasanya para petani menjual pelepah lidah buaya dengan harga seribu rupiah perkilogram.

Tidak hanya itu, seorang tabib atau dokter dari zaman Yunani kuno yang bernama Dioscordes, menyebutkan jika salah satu manfaat lidah buaya yakni memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam jenis penyakit. Misalnya radang tenggorokan, bisul, rambut rontok, wasir, dan kulit memar, pecah-pecah serta lecet. Lidah buaya ternyata dapat dijadikan minuman yang sangat nikmat. Caranya relatif mudah. Daun lidah buaya dibelah dan diambil dagingnya kemudian dipotong-potong menjadi kecil-kecil. Untuk menghilangkan lendirnya, lidah buaya dicuci lalu direbus hingga matang agar rasa getirnya hilang. Setelah itu potongan lidah buaya dicampur air gula atau sirup atau es batu. Maka jadilah minuman segar lidah buaya. Setelah melepas dahaga dengan segelas es lidah buaya, kami segera kembali ke arena Sinas IDAI 2017.

Di Hotel Golden Tulip Pontianak, tema simposium adalah ‘Integrated Management of Duck Children’. Pada topik ‘Konsep Baru Sepsis pada Anak’ oleh dr. Antonius Pudjiadi, SpA (K) dari Jakarta menjelaskan bahwa sepsis saat ini masih dianggap sebagai reaksi inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi, sejak tahun 1991 (Surviving Sepsis Campaign). Oleh karena pemikiran ini terlalu sensitif dan kurang spesifik, sehingga mengakibatkan penggunaan antibiotik berlebihan. Dengan demikian, seharusnya saat ini diperlukan tambahan bukti disfungai organ tubuh berdasarkan berbagai pemeriksaan klinis. Pada topik ‘Ensefalitis pada Anak’, dr. Iskandar Syarif, SpA (K) dari Padang menjelaskan tentang inflamasi jaringan otak karena infeksi, paska infeksi ataupun autoimun yang cukup sulit didiagnosis. Pemeriksaan PCR cairan otak adalah diagnosis emas untuk ensefalitis. Penggunaan obat imunomodulator sedang diteliti potensiny a, karena terapi baku belum memberikan luaran yang optimal.

Selanjutnya kami mendengarkan presentasi dengan topik ‘Pendekatan Diagnosis dan Tata laksana Kejang Neonatus’ oleh Dr. dr. Setyo Handryastuti, SpA (K), yang menjelaskan bahwa kejang merupakan kedaruratan medis paling sering pada neonatus. Oleh karena gambaran klinisnya samar dan berbeda dengan anak, maka wajib dipastikan tentang adanya kejang tersebut. Etiologinya didasarkan pada riwayat kehamilan dan persalinan. Obat anti kejang yang efektif diberikan secepatnya, pada kejang dengan lebih 3 kali dalam 1 jam atau berlangsung lebih dari 3 menit dan dihentikan setelah kejang terkontrol secara klinis. Setelah itu adalah presentasi denhan topik ‘Antibiotic Use in Children With Febrile Neutropenia’ oleh dr. DEAH Hapsari, SpA (K) yang menjelaskan bahwa kasus demam netropeni sering terjadi pada anak dengan keganasan hematologi yang mendapat kemoterapi. Antibitok harus digunakan setepat mungkin untuk mencegah timbulnya resistensi kuman, karena sebagian besar kejadian demam netropeni, tidak disebabkan oleh infeksi. Kami tidak lagi mengikuti berbagai presentasi berikutnya, karena kami akan melanjutkan menyibak Pontianak.

Tujuan kami selanjutnya adalah Museum Negeri Provinsi Kalimantan Barat di Jl. Jenderal A. Yani, Pontianak, yang dirintis sejak tahun 1974 oleh Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Kalimantan Barat, melalui Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Permuseuman Kalimantan Barat. Fungsionalisasinya diresmikan pada tanggal 4 Oktober 1983 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Depdikbud, dan sejak itu Museum Provinsi Kalimantan Barat dibuka untuk umum.

Museum ini menyimpan di antaranya koleksi Geografi dan Geologika berupa peta dan jenis batu-batuan; koleksi biologika, arkeologika, historika, numismatika, dan keramologika berupa tempayan, piring, mangkuk, sendok, dll. yang berasal dari China, Vietnam, Jepang, Eropa, dan keramik lokal Singkawang. Selain menampilkan koleksi yang ada di Ruangan Pameran Tetap I, Museum Provinsi Kalimantan Barat juga menampilkan koleksi replika dan miniatur yang berada di plaza Jangkar kapal dagang asing. Setelah terkagum membayangkan kehebatan bahari nenek moyang, kami melanjutkan proses menyibak Pontianak dengan menyeberangi Sungai Kapuas, sungai terpanjang di seluruh Indonesia dan membelah kota Pontianak.

Rumah makan di pinggir Sungai Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat

Kami menyeberangi Jembatan Kapuas I yang terletak di pusat Kota Pontianak dengan panjang 420 meter dan lebar 6 meter. Jembatan Kapuas I yang melengkung gagah seperti busur panah ini, merupakan penghubung pusat Kota Pontianak dengan beberapa kabupaten lainnya di Kalbar. Jembatan ini dibangun pada tahun 1980 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1982. Jembatan yang dibangun dengan dana Rp 6,06 miliar ini pada awalnya difungsikan sebagai jalan tol yang berarti setiap pengguna jembatan ini dipungut tarif tol. Namun karena jembatan ini dianggap sudah menjadi jalur utama dan tidak ada jalur alternatifnya, pungutan tarif tol dihapus pada pertengahan 1990-an dan jembatan ini bebas dilalui pengendara. Akibat terus meningkatnya volume kendaraan yang melintasi jembatan Kapuas I, maka pemerintah mewujudkan pembangunan jembatan Kapuas II yang berada di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Sempat terjadi peristiwa yang menggemparkan warga Kota Pontianak pada tanggal 30 Agustus 2013, yakni fender tiang utama jembatan Kapuas I ditabrak tongkang pengangkut bauksit, sehingga mengakibatkan bergesarnya sambungan jembatan di bagian tengah sekitar 10 cm. Akibat kejadian itu arus kendaraan terpaksa diblokir dan dialihkan ke jembatan Kapuas II di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan hingga proses pemeriksaan dan perbaikan jembatan selesai.

Menemui dr. Titik Nurwahyuni, SpS, MMR yang pernah menjabat sebagai Direktur RS St. Antonius di Pontianak dan kakak kelas yang baik saat kuliah di FK UGM bersama Kombes Pol. dr. Sugeng Krismawanto, SpOT,

Setelah merasakan sensasi penyeberangan Sungai Kapuas yang membanggakan, kami segera menemui dr. Titik Nurwahyuni, SpS, MMR yang pernah menjabat sebagai Direktur RS St. Antonius di Pontianak dan kakak kelas yang baik saat kuliah di FK UGM. Setelah bernostalgia sebentar, kami segera menumpang Jeep 4×4 Cherokee 4.0 l yang garang menghentak aspal, menuju Bandara Internasional Supadio Pontianak, untuk kembali ke Yogyakarta. Penerbangan dalam perut pesawat Boeing 737-300 xpressair XN 833 yang terbang setinggi 33.000 kaki dari Pontianak, mengantar kami kembali ke Yogyakarta.

RSU Santo Antonius Pontianak Kalimantan Barat yang megah menjulang

Terimakasih kepada handai topan dan semua pihak, terlebih kepada Kombes dr. Sugeng Krismawanto, SpOT yang bertugas di RS Bhayangkara Polda Kalbar, atas semua dukungan, bantuan dan dukungannya. Sampai bertemu dalam petualangan berikutnya.

Sekian

Yogyakarta, 14 Februari 2017

Salam hangat.

Fx. Wikan Indrarto

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta dan alumnus S3 UGM, no WA 081227280161.

Categories
Istanbul

2019 Campak Lagi

Hasil gambar untuk campak

CAMPAK  LAGI

fx. wikan indrarto*)

Jumlah kasus campak tiga bulan pertama tahun 2019 di seluruh dunia, dilaporkan meningkat tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang lalu. Data peningkatan kasus adalah “tren yang jelas”, dengan seluruh wilayah di dunia mengalami penningkatan campak dan daratan Afrika mengalami peningkatan paling signifikan, yaitu hingga 700%. Bagaimana prediksi 3 bulan pertama tahun 2020?

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/09/2019-campak-terkini/

.

Meskipun vaksin campak yang aman dan hemat biaya tersedia, tetapi pada tahun 2017 masih ada 110.000 kematian akibat campak secara global, sebagian besar pada anak balita. Pada hal vaksinasi campak telah mengakibatkan penurunan 80% kematian akibat campak pada rentang tahun 2000 sampai 2017 di seluruh dunia. Pada tahun 2017, sekitar 85% bayi di dunia telah menerima satu dosis vaksin campak sebelum ulang tahun pertama mereka, melalui layanan kesehatan rutin yang naik dari 72% pada tahun 2000. Selama 2000-2017, vaksinasi campak mencegah sekitar 21,1 juta kematian, sehingga menjadikan vaksin campak adalah salah satu yang terbaik dari barang medis yang dibeli, dalam program kesehatan masyarakat. 

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/04/29/2019-bahaya-campak/

.

Campak adalah penyakit serius yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Sebelum ada vaksin campak pada tahun 1963 dan pemberian vaksinasi yang luas, epidemi besar terjadi kira-kira setiap 2-3 tahun di seluruh dunia dan campak menyebabkan sekitar 2,6 juta kematian setiap tahun. Campak disebabkan oleh infeksi virus dalam keluarga paramyxovirus dan biasanya ditularkan melalui kontak langsung antar anak dan melalui udara. Virus menginfeksi saluran pernapasan, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Campak adalah penyakit pada manusia dan tidak ada data bahwa terjadi pada hewan.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/20/2018-ancaman-campak/

.

Sebagian besar kematian terkait campak disebabkan oleh komplikasi yang terkait dengan penyakit ini. Komplikasi serius lebih sering terjadi pada anak balita atau orang dewasa di atas usia 30 tahun. Komplikasi campak yang paling serius meliputi kebutaan, ensefalitis (infeksi otak), diare dan dehidrasi berat, infeksi telinga, atau saluran pernapasan bawah yang parah, seperti pneumonia. Campak parah lebih mungkin terjadi pada anak yang kurang gizi, terutama kekurangan vitamin A, atau yang sistem kekebalannya telah dilemahkan oleh HIV / AIDS atau penyakit lainnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/08/21/2018-serangan-campak-di-eropa/

.

Campak adalah salah satu penyakit paling menular di dunia. Penyakit ini menyebar melalui batuk dan bersin, kontak pribadi yang dekat atau kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan yang terinfeksi. Virus tetap aktif dan menular di udara atau di permukaan benda yang terinfeksi hingga 2 jam. Campak dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi dari 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit, hingga 4 hari setelah ruam kulit menjadi nyata. Wabah campak dapat menyebabkan epidemi yang menyebabkan banyak kematian, terutama pada anak balita yang kekurangan gizi. Di negara-negara di mana campak sebagian besar telah dieliminasi, kasus yang diimpor dari negara lain tetap menjadi sumber infeksi yang sulit dikendalikan.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/06/04/2018-campak-dan-gizi-buruk/

.

Tidak ada pengobatan antivirus khusus untuk virus campak. Komplikasi parah dari campak dapat dikurangi, melalui perawatan suportif yang memastikan nutrisi yang baik, asupan cairan yang cukup, dan pengelolaan dehidrasi dengan cairan rehidrasi oral yang direkomendasikan WHO. Cairan rehidrasi ini menggantikan cairan tubuh dan elemen penting lainnya, yang hilang karena diare atau muntah. Antibiotik harus diresepkan untuk mengobati infeksi bakteri pada mata, telinga, dan paru-paru atau pneumonia.

.

Pada tahun 2017, sekitar 85% anak di dunia telah menerima 1 dosis vaksin campak pada ulang tahun pertama mereka melalui layanan kesehatan rutin, yang naik dari 72% dibandingkan pada tahun 2000. Dua dosis vaksin campak direkomendasikan untuk memastikan kekebalan dan mencegah wabah, karena sekitar 15% anak yang divaksinasi gagal mengembangkan kekebalan dari dosis pertama. Pada tahun 2017, sekitar 67% anak menerima dosis kedua vaksin campak. Dari perkiraan 20,8 juta bayi yang tidak divaksinasi dengan setidaknya satu dosis vaksin campak melalui imunisasi rutin pada tahun 2017, sekitar 8,1 juta bayi berada di 3 negara, yaitu India, Nigeria dan Pakistan.

.

Berdasarkan data WHO tahun 2015, Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar di dunia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah kasus campak di Indonesia sangat banyak dan cenderung meningkat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Adapun jumlah kasus suspek campak yang dilaporkan antara 2014 sampai dengan Juli 2018 sebanyak 57.056 kasus, di mana 8.964 di antaranya positif campak. Cakupan imunisasi campak di Pulau Jawa pada 2017 mencapai 100 persen, sementara di luar Pulau Jawa 72,70 persen, bahkan 71 kabupaten dan kota di luar Jawa hanya mencapai di bawah 50 persen, dengan propinsi paling rendah adalah Provinsi Aceh. Dengan target yang dicanangkan adalah 95 persen, maka kalau imunisasi campak gagal, Indonesia harus bersiap-siap menghadapi KLB Campak. 

.

Data surveillance awal 2019 yang menunjukkan bahwa kasus campak global terus naik mencapai 300 persen, mengingatkan kita akan pentingnya imunisasi campak 2 dosis untuk semua anak Indonesia di sekitar kita.

Sudahkah kita bertindak bijak?

Sekian

Sebuah candi Hindu penuh warna di Chennai, Tamil Nadu, India Selatan

Yogyakarta, 4 Desember 2019

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161