Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life Malaria resisten obat tuberkulosis vaksinasi

2021 Waspada Resistensi Antimikroba

Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) – HISFARSI DIY

WASPADA   RESISTENSI  ANTIMIKROBA

fx. wikan indrarto*)

Ringkasan tulisan tersebut di atas dimuat di Kompas Digital Jumat, 26 November 2021 :

https://www.kompas.id/baca/opini/2021/11/26/waspada-resistensi-antimikroba

Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia diadakan pada 18-24 November setiap tahun. Tema 2021 adalah ‘Spread Awareness, Stop Resistance’ (Sebarkan Kewaspadaan, Hentikan Resistensi) untuk menyerukan kepada pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat umum, untuk terlibat dalam kewaspadaan tentang Resistensi Antimikroba (AMR). Apa yang menarik?

.

Resistensi antimikroba (AMR) adalah ancaman kesehatan dan pembangunan global. Hal ini membutuhkan tindakan multisektoral yang mendesak untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), karena AMR adalah salah satu dari 10 besar ancaman kesehatan masyarakat global yang dihadapi umat manusia. Antimikroba meliputi antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit, yaitu obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

.

Pada tahun 2019, indikator AMR baru dimasukkan dalam kerangka pemantauan SDG. Indikator ini memantau frekuensi infeksi darah atau sepsis, yang disebabkan karena dua patogen yang telah resistan terhadap obat tertentu, yaitu Staphylococcus aureus (MRSA) yang resistan terhadap methicillin dan E. coli resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga (3GC). Pada tahun 2019, terdapat 25 negara memberikan data tentang infeksi aliran darah atau sepsis akibat MRSA dan 49 negara memberikan data tentang E. coli. Dengan demikian tingkat rata-rata MRSA adalah 12,11% dan 3GC adalah 36,0%.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/09/25/2021-libas-tifus/

.

Strain Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC yang resisten terhadap antibiotik mengancam kemajuan dalam mengatasi epidemi tuberkulosis global. Pada tahun 2018, ada sekitar setengah juta kasus baru TB yang resistan terhadap rifampisin (RR-TB), obat TB paling poten saat ini dan sebagian besar menjadi TB yang resistan terhadap berbagai obat (MDR-TB), suatu bentuk tuberkulosis yang resisten terhadap dua obat anti-TB yang paling kuat. Pada hal, hanya sepertiga dari sekitar setengah juta orang MDR/RR-TB pada tahun 2018 yang terdeteksi dan dilaporkan. MDR-TB memerlukan paket pengobatan yang lebih lama, kurang efektif dan jauh lebih mahal dibandingkan dengan TB yang tidak resistan. Selain itu, hanya kurang dari 60% MDR/RR-TB yang berhasil disembuhkan. Pada tahun 2018, diperkirakan 3,4% kasus TB baru dan 18% dari kasus yang sebelumnya diobati berubah menjadi TB-MDR/RR-TB dan munculnya resistensi terhadap obat TB ‘pilihan terakhir’ baru benar-benar merupakan ancaman besar.

.

Hati-hati! Sebelum Terapi Antibiotik, Pahami Dulu Tentang Resistensi  Antibiotik

Resistensi obat antivirus semakin mencemaskan, karena telah terjadi pada sebagian besar antivirus, termasuk obat antiretroviral (ARV) untuk HIV. Semua ARV, termasuk kelas yang lebih baru, berisiko menjadi sebagian atau seluruhnya tidak aktif karena munculnya HIV yang resistan terhadap obat (HIVDR). Pedoman ARV WHO terbaru sekarang merekomendasikan obat baru, dolutegravir, sebagai pengobatan lini pertama untuk orang dewasa dan anak. Munculnya jenis parasit yang resistan terhadap obat merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap pengendalian malaria dan mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas malaria. Terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT) adalah pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk malaria P. falciparum tanpa komplikasi, dan digunakan oleh sebagian besar negara endemik malaria. Prevalensi infeksi jamur yang resistan terhadap obat meningkat dan memperburuk situasi pengobatan yang sudah sulit. Banyak infeksi jamur memiliki masalah saat diobati seperti toksisitas, terutama untuk pasien dengan infeksi lain yang mendasarinya (misalnya HIV). Candida auris yang resistan terhadap obat, salah satu infeksi jamur invasif yang paling umum, sudah tersebar luas dengan meningkatnya resistensi yang dilaporkan terhadap flukonazol, amfoterisin B dan vorikonazol serta resistensi caspofungin yang muncul. Hal ini menyebabkan lebih sulit untuk mengobati infeksi jamur, kegagalan pengobatan, tinggal di rumah sakit lebih lama dan pilihan pengobatan yang jauh lebih mahal.

.

AMR merupakan masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multisektoral yang terpadu. Pendekatan ‘One Health’ menyatukan berbagai sektor dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam kesehatan hewan, tumbuhan, dan manusia, baik yang hidup di darat dan air, juga produksi makanan, pakan hewan dan lingkungan. Diharapkan setiap negara akan mengembangkan rencana aksi nasional mereka sendiri, untuk mengatasi resistensi antibiotik sejalan dengan rencana global. Untuk mencapai tujuan ini, rencana aksi global menetapkan lima tujuan strategis: (1) meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi antibiotik; (2) memperkuat pengetahuan melalui surveilans dan penelitian; (3) mengurangi kejadian infeksi; (4) mengoptimalkan penggunaan obat antibiotik; dan (5) memastikan investasi berkelanjutan dalam melawan resistensi antibiotik.

.

Para dokter, apoteker dan petugas kesehatan lainnya dapat berperan dengan mencegah infeksi dengan memastikan tangan, instrumen medis dan lingkungan RS bersih, memberikan vaksinasi terbaru kepada pasien (up to date), ketika terjadi dugaan infeksi bakteri, melakukan kultur bakteri dan pemeriksaan penunjang medik lainnya untuk konfirmasi, hanya meresepkan dan mengeluarkan antibiotika ketika benar-benar dibutuhkan, pada dosis dan durasi pengobatan yang tepat. Para pejabat dan pembuat kebijakan kesehatan dapat bertindak dengan menyusun rencana aksi regional atau nasional yang kuat untuk mengatasi resistensi antibiotika, meningkatkan pengawasan infeksi bakteri yang telah resisten terhadap antibiotika, memperkuat langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi, juga mengatur dan mempromosikan penggunaan  obat antibiotika yang tepat dan berkualitas. Selain itu, juga membuat informasi tentang dampak resistensi antibiotika dan memberikan apresiasi atas pengembangan obat, vaksin serta alat diagnostik yang baru.

Resistensi Antibiotik, Kelak Infeksi Bakteri Pun Bisa Jadi Penyebab  Kematian Halaman 1 - Kompasiana.com
.

Para petugas sektor pertanian dapat bertindak dengan memberikan antibiotika pada hewan, hanya saat digunakan untuk mengobati penyakit menular dan di bawah pengawasan seorang dokter hewan, vaksinasi hewan untuk mengurangi kebutuhan antibiotika dan mengembangkan alternatif tindakan, selain penggunaan antibiotika pada tanaman yang terinfeksi. Selain itu, mempromosikan dan menerapkan praktek yang baik di semua tahap produksi ataupun pengolahan makanan dari sumber hewan dan tumbuhan, mengadopsi sistem yang berkelanjutan dengan meningkatkan kebersihan, biosecurity dan penanganan hewan bebas infeksi, melaksanakan standar internasional untuk penggunaan antibiotika yang bertanggung jawab, yang ditetapkan oleh OIE, FAO dan WHO. Para pelaku industri bidang kesehatan dapat membantu dengan berinvestasi untuk pengembangan antibiotika, vaksin, dan alat diagnostik baru.

.

Momentum Pekan Kewaspadaan Antibiotik Sedunia (World Antibiotic Awareness Week) pada 18–24 November 2021, mengingatkan kita semua bahwa ‘Spread Awareness, Stop Resistance’ (sebarkan Kewaspadaan, Hentikan Resistensi) tergantung pada niat dan usaha kita bersama.

Sudahkah kita menyadari?

Sekian

Yogyakarta, 16 November 2021

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *