Categories
anak dokter Healthy Life Pendukung ASI

2022 Dampak Pemasaran Susu Formula

Saat Pandemi Covid-19, Produsen Susu Formula Langgar Kode Pemasaran WHO -  wartabuana

DAMPAK  PEMASARAN  SUSU  FORMULA

fx. wikan indrarto*)

Lebih dari separuh (51%) orang tua dan ibu hamil terpapar pemasaran susu formula yang agresif. WHO dan UNICEF Selasa, 22 Februari 2022 melaporkan secara rinci praktik eksploitatif yang dilakukan oleh industri susu formula senilai $55 miliar, mengorbankan nutrisi anak, dan melanggar komitmen internasional. Laporan berjudul Bagaimana pemasaran susu formula mempengaruhi keputusan kita tentang pemberian makan bayi (How marketing of formula milk influences our decisions on infant feeding), mengacu pada survei di delapan negara. Apa yang mencemaskan?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2018/07/16/2018-susu-kental-manis/

Laporan tersebut menemukan bahwa teknik pemasaran industri susu formula mencakup menelphon pelanggan secara gencar dan invasif, membentuk jaringan tanya jawab interaktif, menyalurkan bantuan, promosi, pembagian hadiah, dan bahkan mempengaruhi pelatihan dan rekomendasi dokter dan petugas kesehatan. Promosi yang gencar didengungkan kepada orang tua dan petugas kesehatan seringkali menyesatkan, tidak berdasar secara ilmiah, dan melanggar ‘the International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes’ atau Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI, yaitu perjanjian penting yang disahkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada tahun 1981 untuk melindungi ibu dari tindakan agresif praktik pemasaran oleh industri makanan bayi.

.

“Laporan ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa pemasaran susu formula tetap tidak dapat diterima, menyesatkan dan agresif,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Peraturan tentang larangan pemasaran eksploitatif harus segera diadopsi dan ditegakkan untuk melindungi kesehatan bayi. Survei pada 8.500 orang tua dan ibu hamil, dan 300 petugas kesehatan di beberapa kota di Bangladesh, Cina, Meksiko, Maroko, Nigeria, Afrika Selatan, Inggris dan Vietnam, menunjukkan bahwa promosi pemasaran susu formula menjangkau 84% dari semua ibu di Inggris, 92% ibu di Vietnam, dan 97% ibu di Cina, yang memungkinkan akan meningkatkan kemungkinan mereka memilih susu formula.

.

Bernas.id | Para Ibu Dibuat Heboh dengan Video Bahaya Susu Formula untuk  Bayi

“Pesan yang salah dan menyesatkan tentang pemberian susu formula adalah penghalang besar untuk menyusui, yang kami tahu terbaik untuk bayi dan ibu,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell. Dunia membutuhkan kebijakan, dan undang-undang untuk memastikan bahwa ibu dilindungi dari praktik pemasaran susu formula yang tidak etis, memiliki akses ke informasi dan dukungan yang mereka butuhkan, untuk membesarkan bayi mereka secara optimal.

.

Industri susu formula mengklaim produknya dapat memecahkan masalah umum pada bayi, memposisikan dirinya sebagai teman dan penasihat tepercaya, sehingga menarik perhatian, memainkan kecemasan ibu dan meningkatkan keraguan diri. Sikap positif ibu terhadap susu formula berkorelasi dengan paparan mereka terhadap pemasaran produk. Selain itu, ketakutan dan keraguan yang sering ibu ungkapkan tentang menyusui, serupa dan mencerminkan tema pemasaran.

.

Di semua negara ibu menyatakan keinginan yang kuat untuk menyusui secara eksklusif, mulai dari 49% ibu di Maroko hingga 98% di Bangladesh. Namun laporan tersebut merinci bagaimana iklan berkelanjutan yang menyesatkan justru memperkuat mitos tentang menyusui dan ASI, dan merusak kepercayaan ibu pada kemampuan mereka untuk menyusui dengan sukses. Mitos tersebut antara lain perlunya susu formula pada hari-hari pertama setelah kelahiran, ASI yang tidak mencukupi untuk nutrisi bayi, bahan susu formula terbukti meningkatkan perkembangan atau kekebalan anak, susu formula membuat bayi kenyang lebih lama, dan bahwa kualitas ASI menurun seiring waktu.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2018/01/15/susu-dan-tifus/

Pada hal, menyusui dalam satu jam pertama kelahiran, diikuti dengan menyusui eksklusif selama enam bulan dan terus menyusui hingga dua tahun, justru merupakan garis pertahanan yang paling kuat terhadap semua bentuk kekurangan gizi anak, termasuk kurus ataupun obesitas. Menyusui juga bertindak sebagai vaksin pertama bayi, melindungi bayi dari banyak penyakit infeksi yang umum pada masa anak. Meningkatkan menyusui dapat mencegah sekitar 800.000 kematian anak balita dan 20.000 kematian ibu karena kanker payudara setiap tahun.

Namun secara global, hanya 44% bayi berusia kurang dari 6 bulan yang diberi ASI eksklusif. Tingkat pemberian ASI secara global telah meningkat sangat sedikit dalam dua dekade terakhir, sementara penjualan susu formula meningkat lebih dari dua kali lipat dalam waktu yang hampir bersamaan. Apalagi selama pandemi COVID-19, industri susu formula menabur keraguan ibu yang terduga atau terkonfirmasi COVID-19, mendistorsi ilmu pengetahuan kedokteran untuk melegitimasi klaim ilmiah yang salah dan tidak lengkap, misalnya dengan rumus kimia sedekat, setara atau lebih tinggi dari ASI. Pada hal ASI dan menyusui memiliki sifat unik yang tidak dapat direplikasi dengan susu formula buatan.

.

Yang lebih mengkhawatirkan, laporan tersebut mencatat bahwa sejumlah besar dokter dan petugas kesehatan di semua negara, telah didekati oleh industri makanan bayi untuk mempengaruhi rekomendasi mereka kepada para ibu, melalui hadiah, bonus, sampel gratis, pendanaan untuk penelitian, pertemuan ilmiah, acara profesi dan konferensi medis, bahkan juga komisi dari penjualan, yang secara langsung berdampak pada pemilihan makanan bayi. Bahkan lebih dari sepertiga ibu yang disurvei mengatakan bahwa, seorang petugas kesehatan telah merekomendasikan merek susu formula tertentu kepada mereka.

.

Untuk mengatasi tantangan ini, maka setiap pemerintah, dokter, petugas kesehatan, dan industri makanan bayi untuk berkolaborasi mengakhiri pemasaran susu formula yang eksploitatif, dan segera secara sepenuhnya menerapkan dan mematuhi persyaratan Kode. Hal ini termasuk pertama, mengesahkan, memantau dan menegakkan hukum untuk mencegah promosi susu formula, sesuai dengan Kode Internasional, termasuk melarang klaim nutrisi dan kesehatan yang dibuat berlebihan oleh industri susu formula. Kedua, berinvestasi dalam kebijakan dan program untuk mendukung menyusui, termasuk cuti ibu dan ayah yang tetap dibayar memadai sesuai dengan standar internasional, dan memastikan dukungan menyusui bagi semua ibu yang berkualitas tinggi.

.

Ketiga, meminta industri susu formula untuk secara terbuka berkomitmen sepenuhnya mematuhi Kode dan resolusi Majelis Kesehatan Dunia. Keempat, melarang petugas kesehatan menerima sponsor dari perusahaan yang memasarkan susu formula untuk bayi dalam bentuk beasiswa, penghargaan, hibah, dana pertemuan ilmiah atau sponsor acara.

.

Negara harus meningkatkan langkah yang lebih luas untuk mendukung ibu dan  keluarga, termasuk dukungan untuk menyusui, layanan kehamilan dan persalinan yang mendukung ASI, cuti hamil dan melahirkan yang sesuai, dan divestasi perusahaan yang mengeksploitasi keluarga melalui pemasaran produk susu formula yang tidak etis. Pemasaran susu formula adalah simbol dari pemasaran produk berisiko lainnya seperti tembakau, alkohol atau barang tidak sehat yang mengutamakan omset penjualan, di atas pertimbangan kesehatan dan kesejahteraan.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 13 Maret 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

7 replies on “2022 Dampak Pemasaran Susu Formula”

Maturnuwun mas dokter Wikan. Artikel bagus, kritis, dan sangat bermanfaat. Saya akan menyebarkan tulisan ini dgn share link ke grup2 jurnalis.
Salam.
M. Thoriq

Pendekatan dan edukasi tentang ASI dan mengASIhi semestinya perlu dilakukan sejak saat ibu mengandung. Edukasi tidak hanya pada si ibu, namun juga pada pasangan dan bilamana perlu juga pada calon kakek-neneknya. Sayangnya hal ini masih belum banyak dilakukan, pada praktiknya lebih kepada menunggu kesadaran si calon ibu untuk mencari informasi tentang laktasi. Agak terlambat jika edukASI dilakukan saat anak sdh lahir, apalagi jika si ibu terkena baby blues.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *