Categories
Istanbul

HARI TUBERKULOSIS SEDUNIA 2018

TB 2018

HARI  TUBERKULOSIS  SEDUNIA  2018

fx. wikan indrarto*)

Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia yang diadakan setiap tanggal 24 Maret, mengingatkan kita semua tentang epidemi global TB dan upaya pembasmian penyakit tersebut. Hal ini mengingatkan kita tentang tanggal 24 Maret 1882 saat Dr. Robert Koch menemukan penyebab penyakit TB, yaitu bakteri ‘Mycobacterium tuberculosis. Pada saat Dr. Koch mengumumkan penemuannya di Berlin, Jerman waktu itu TB mewabah di seluruh Eropa dan Amerika, bahkan menyebabkan kematian 1 dari setiap 7 orang penderitanya. Bagaimana permasalahan TB tahun ini?

Gejala klinis sakit TB aktif seperti batuk, demam, berkeringat di malam hari, atau penurunan berat badan yang mungkin hanya ringan, selama berbulan-bulan. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis dan telah mengakibatkan penularan bakteri ke lebih banyak orang lain. Orang dengan TB aktif dapat menginfeksi 10-15 orang lain di sekitarnya, melalui kontak dekat selama setahun.

TB Dunia

Pada tahun 2016, 87% kasus TB baru terjadi di 30 negara dengan tujuh negara menyumbang 64% kasus, yaitu India, Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan. Banyak negara masih mengandalkan metode lama yang disebut pemeriksaan dahak dengan mikroskop, untuk mendiagnosis TB. Pada hal, pemeriksaan mikroskop hanya mendeteksi separuh jumlah kasus TB dan tidak dapat mendeteksi kuman TB yang telah resisten terhadap obat.

XPERT

Penggunaan tes cepat Xpert MTB RIF® telah berkembang sejak 2010, ketika WHO pertama kali merekomendasikan penggunaannya. Tes tersebut secara bersamaan mendeteksi TB dan resistensi bakteri terhadap rifampisin, obat TB yang paling penting. Diagnosis dapat dilakukan dalam 2 jam dan tes ini sekarang direkomendasikan oleh WHO sebagai tes diagnostik awal, pada semua orang dengan tanda dan gejala TB. Lebih dari 100 negara sudah menggunakan tes tersebut pada 6,9 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2016. Pada tahun 2017, 4 tes diagnostik baru direkomendasikan WHO, yaitu tes molekuler cepat untuk mendeteksi TB di pusat kesehatan perifer dan 3 tes untuk mendeteksi resistensi terhadap obat TB lini pertama dan kedua. TB sangat sulit didiagnosis pada anak dan hanya tes Xpert MTB RIF yang umumnya tersedia untuk membantu diagnosis TB pada anak.

Obat

Obat anti-TB telah digunakan selama puluhan tahun, dan strain bakteri yang resisten terhadap 1 atau lebih obat TB telah dilaporkan di berbagai negara. Resistensi obat tersebut muncul karena obat anti-TB digunakan secara tidak tepat, resep dokter yang salah, obat yang berkualitas rendah, dan pasien menghentikan sendiri pengobatan sebelum waktunya.

Multidrug-resistant TB (MDR-TB) adalah suatu bentuk TB yang disebabkan oleh bakteri yang tidak merespons terhadap isoniazid dan rifampisin, 2 buah obat anti-TB lini pertama yang paling kuat. MDR-TB dapat diobati dan dapat disembuhkan dengan menggunakan obat lini kedua. Namun demikian, pilihan pengobatan lini kedua terbatas dan memerlukan kemoterapi yang ekstensif sampai 2 tahun pengobatan, dengan menggunakan obat yang harganya lebih mahal dan sering terjadi efek samping. Dalam beberapa kasus, resistensi obat yang lebih parah dapat terjadi. TB yang resistan obat secara ekstensif (XDR-TB) adalah bentuk yang lebih serius dari MDR-TB, yaitu bakteri yang tidak mempan lagi dengan obat anti-TB lini kedua yang paling efektif.

Obat1

Pada tahun 2016 MDR-TB merupakan masalah besar dalam bidang kesehatan masyarakat, karena dari 600.000 kasus baru, 490.000 kasus adalah MDR-TB. Beban MDR-TB sebagian besar terjadi di 3 negara, yaitu India, China dan Rusia, yang bersama-sama mencakup hampir setengah dari kasus global. Sekitar 6,2% kasus MDR-TB adalah XDR-TB pada tahun 2016 dan di seluruh dunia, hanya ada 54% pasien MDR-TB dan 30% XDR-TB yang saat ini berhasil diobati.

Pada tahun 2016, WHO menyetujui penggunaan rejimen jangka pendek untuk pasien MDR-TB yang resisten terhadap obat TB lini kedua. Regimen baru ini memakan waktu 9-12 bulan dan jauh lebih murah daripada pengobatan konvensional untuk MDR-TB, yang dapat memakan waktu hingga 2 tahun. Namun demikian, pasien dengan XDR-TB tidak dapat menggunakan rejimen ini, sehingga perlu memakai rejimen MDR-TB yang memakan waktu lebih lama, dengan penambahan 1 jenis obat TB baru, yaitu bedquiline dan delamanid. Lebih dari 35 negara di Afrika dan Asia telah mulai menggunakan rejimen MDR-TB yang lebih pendek. Pada bulan Juni 2017, 89 negara telah memperkenalkan bedaquiline dan 54 negara telah memperkenalkan delamanid, dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas rejimen pengobatan TB-MDR.

bEBAS tb

Laporan TB atau ‘Global Tuberculosis Report 2017’ menjelaskan bahwa terdapat 53 juta jiwa, telah diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB yang efektif pada rentang 2000-2016, sekitar 490.000 orang telah berkembang menjadi MDR-TB pada tahun 2016, dan 2,3 miliar US dolar per tahun adalah dana yang diperlukan untuk membiayai intervensi TB.

Momentum Hari TB Sedunia 24 Maret 2018 mengingatkan agar kita berada di jalur yang benar, untuk mencapai target TB global dalam SDG 2016-2030, denganBersatu membasmi TB’ (Unite to End TB). Sudahkah Anda terlibat membantu?

 Dr. Wikan 2

Sekian

Yogyakarta, 2 Maret 2018, tetapi lupa mengirimkan dan baru ingat tentang tulisan ini pada hari Kamis, 29 Maret 2018 (maaf, terlambat)

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *