Categories
Istanbul

2019 Tantangan Kesehatan Global (1)

Hasil gambar untuk tantangan kesehatan global

TANTANGAN KESEHATAN GLOBAL (1)

fx. wikan indrarto*)

Dunia kesehatan menghadapi banyak tantangan pada tahun 2019. Untuk mengatasi tantangan ini, telah disusun rencana strategis 5 tahun ke depan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Rencana ini berfokus pada target 3 miliar populasi global, yaitu memastikan 1 miliar orang mendapat manfaat dari cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC), 1 miliar orang terlindungi dari keadaan darurat kesehatan, dan 1 miliar orang menikmati kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Gambar terkait

Berikut adalah ini 10 masalah kesehatan utama pada 2019. Pertama, polusi udara dan perubahan iklim, kedua, meningkatnya penyakit tidak menular, terutama kegemukan atau obesitas, ketiga, ancaman pandemi influenza global, keempat, system layanan kesehatan yang masih rapuh, dan kelima, resistensi obat antimikroba. Selanjutnya, keenam adalah virus Ebola dan patogen ganas lainnya, ketujuh, lemahnya layanan kesehatan primer, kedelapan, keraguan akan vaksin, kesembilan, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan kesepuluh HIV.

Hasil gambar untuk tantangan kesehatan global

Masalah pertama adalah polusi udara dan perubahan iklim, sebab sekitar sembilan dari sepuluh orang menghirup udara yang tercemar setiap hari. Polutan mikroskopis di udara dapat menembus sistem pernafasan dan peredaran darah, merusak paru-paru, jantung, dan otak, menyebabkan kematian dini 7 juta orang setiap tahun dari penyakit seperti kanker, stroke, jantung, dan penyakit paru-paru. Sekitar 90% dari kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan volume emisi yang tinggi dari industri, transportasi, pertanian, serta kompor dan bahan bakar kotor di rumah.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/02/2018-melawan-polusi-udara/

Hasil gambar untuk polusi udara adalah

Penyebab utama pencemaran udara adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi (BBM), juga merupakan kontributor utama perubahan iklim, yang berdampak pada kesehatan manusia dengan berbagai cara. Antara tahun 2030 dan 2050, perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan 250.000 kematian tambahan per tahun, melalui jalur kekurangan gizi, malaria, diare, dan stres akibat panas. Indonesia saat ini dalam kondisi darurat energi karena terus menurunnya produksi minyak mentah dan terus naiknya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) masyarakat. Akibatnya kebutuhan impor BBM terus meningkat. Besarnya devisa untuk impor BBM terus bertambah sejalan dengan jatuhnya nilai rupiah. Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 66 Tahun 2018 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Penggunaan B20 atau ‘biofuel’ untuk bahan bakar mesin diesel kendaraan besar dan kapal laut di Indonesia, diharapkan dapat mengurangi dampak pencemaran udara dan perubahan iklim.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/30/2018-polusi-terhadap-anak/

Hasil gambar untuk polusi udara adalah

Pada Oktober 2018, WHO mengadakan ‘Global Conference on Air Pollution and Health’ yang pertama di Jenewa. Negara anggota dan organisasi membuat lebih dari 70 komitmen untuk meningkatkan kualitas udara. Tahun ini, KTT Iklim PBB pada bulan September 2019 akan merumuskan aksi perbaikan iklim di seluruh dunia. Bahkan jika semua komitmen yang dibuat oleh semua negara dalam Perjanjian Paris tercapai, dunia masih berada pada jalur untuk pemanasan global lebih dari 3 °C pada abad ini.

Hasil gambar untuk obesitas

Tantangan ke 2 adalah semakin banyaknya penyakit tidak menular, terutama kegemukan atau obesitas. Penyakit tidak menular lainnya, seperti diabetes, kanker dan penyakit jantung, secara kolektif bertanggung jawab atas lebih dari 70% atas semua kematian di seluruh dunia, atau mengenai sekitar 41 juta orang setahun. Ini termasuk 15 juta orang yang meninggal dini, yaitu saat usia antara 30 sampai 69 tahun.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/12/26/2018-diet-sehat/

Hasil gambar untuk obesitas

Lebih dari 85% kematian dini ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Munculnya penyakit tidak menular ini didorong oleh lima faktor risiko utama, yaitu merokok, aktivitas fisik rendah, pengguna alkohol, diet yang tidak sehat, dan polusi udara. Faktor risiko tersebut juga memperburuk masalah kesehatan mental pada usia dini, karena setengah dari semua penyakit mental dimulai pada remaja usia 14. Namun demikian, sebagian besar kasus tidak terdeteksi dan tidak diobati, sehingga bunuh diri terkait penyakit mental, bahkan menjadi penyebab kematian nomor dua pada remaja usia 15-19 tahun.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/01/24/isi-piring-sehat/

Hasil gambar untuk obesitas

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa di Indonesia meningkat menjadi 21,8 persen. Prevalensi ini meningkat dari hasil Riskesdas 2013 yang menyebut bahwa angka obesitas di Indonesia hanya mencapai 14,8 persen. Obesitas sendiri mengacu pada kondisi di mana Indeks Massa Tubuh diatas 27. Begitu juga dengan prevalensi berat badan berlebih dengan Indeks Massa Tubuh antara 25 hingga 27, juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018. Angka obesitas pada dewasa diatas 18 tahun menurut hasil Riskesdas 2018 paling tinggi di Sulawesi Utara, yakni sebanyak 30,2 persen. Di posisi tertinggi selanjutnya berada di DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Papua Barat.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/15/2018-hari-pangan-sedunia/

Kita semua harus mendukung pemerintah dalam memenuhi target global mengurangi kurangnya aktivitas fisik sebesar 15% pada tahun 2030. Salah satu caranya adalah melalui tindakan seperti menerapkan kebijakan AKTIF, untuk membuat lebih banyak orang menjadi bergerak aktif, paling tidak berjalan kakai, setiap hari.

Hasil gambar untuk influenza

Tantangan ke 3 adalah pandemi influenza global. Satu-satunya hal yang tidak kita ketahui adalah kapan pandemi tersebut akan terjadi dan seberapa parah. Pertahanan global ternyata hanya seefektif tautan terlemah dalam sistem kesiapsiagaan darurat kesehatan di negara mana pun. Oleh sebab itu, kita harus terus-menerus memantau peredaran virus influenza untuk mendeteksi potensi pandemi, yang didukung oleh 153 institusi dari 114 negara, yang telah terlibat dalam pengawasan dan respons global. Direkomendasikan untuk vaksinasi flu dalam melindungi setiap orang dari serangan flu musiman. Untuk menghadang strain virus flu baru yang berpotensi pandemi, telah dibentuk kemitraan unik dalam memastikan akses yang efektif dan adil untuk diagnostik, vaksin, dan antivirus (perawatan), terutama di negara berkembang.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/10/22/2018-menghadang-influenza/

Hasil gambar untuk fktp

Tantangan ke 4 adalah pengaturan layanan kesehatan yang rapuh dan rentan, khususnya dalam keadaan darurat. Lebih dari 1,6 miliar orang, yaitu sekitar 22% dari populasi global, tinggal di wilayah yang mengalami krisis kesehatan berlarut-larut. Hal tersebut disebabkan oleh kekeringan, kelaparan, konflik bersenjata, dan perpindahan penduduk, yang disertai sistem kesehatan yang lemah akan membuat mereka tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang dasar sekalipun.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2018/11/17/2018-sehat-yang-satu/

Hasil gambar untuk fktp

Pengaturan layanan kesehatan yang rapuh terjadi di hampir semua wilayah di dunia dan di wilayah tersebut, setengah dari target utama dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama pada layanan kesehatan ibu dan anak, tetap tidak terpenuhi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2015-2019 telah ditetapkan 4 target utama kesehatan yang harus dicapai pada 2019. Keempat target tersebut, yakni meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan, dan meningkatkan perlindungan finansial, ketersediaan, penyebaran, mutu obat serta sumber daya kesehatan. Sistem kesehatan nasional Indonesia sucah cukup siap dalam mendeteksi dan menanggapi wabah penyakit, serta mampu memberikan layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk layanan imunisasi untuk bayi dan anak.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

(Bersambung)

https://dokterwikan.wordpress.com/2018/09/06/2018-ancaman-kesehatan-global-2/

Yogyakarta, 25 Januari 2019

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

2 replies on “2019 Tantangan Kesehatan Global (1)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *