Categories
Istanbul

2023 Terkabul ke Istanbul (1)

TERKABUL KE ISTANBUL

fx. wikan indrarto & b. sari prasetyati

Pada Minggu, 4 Juni 2023 kami mengudara bersama Fly Emirates dari transit setengah hari di Dubai UEA ke Istanbul, Turki menggunakan pesawat berbadan lebar Boeing 777-300ER EK 121, yang kami tempuh pada pk. 14.20-17.55. Kami berangkat untuk mengikuti International Conference on Medical & Health Science 2023, pada Selasa dan Rabu, 6 dan 7 Juni 2023 di Uranus Istanbul Topkapi, Zeytinburnu, Turkey, kami mengunjungi Istanbul.

Bandara Internasional Istanbul Atatürk (IST) terletak sekitar 24 km di sebelah barat pusat kota. Ini adalah bandara tersibuk keempat di Eropa dengan tiga landasan pacu serta dua terminal penumpang. Bandara Istanbul Turki ini dipilih sebagai bandara terbaik sedunia tahun 2022 oleh pembaca Conde Nast Traveler, sebuah majalah perjalanan dan gaya hidup mewah yang berbasis di New York dan London. Dalam survei tahunan Readers’ Choice Awards dari majalah tersebut, Bandara Istanbul mengambil mahkota posisi pertama dari Bandara Changi Singapura, yang menempati posisi kedua.

Sejak akhir 2021, Turki telah memberlakukan bebas visa bagi wisatawan Indonesia, sehingga kami dapat langsung mengurus bagasi dan mencari taksi bandara dengan cepat. Istanbul layak menjadi gerbang Benua Eropa, karena Turki merupakan 1 negara di 2 benua. Sebagian besar wilayah Turki masuk ke daratan Benua Asia, dan hanya 2 kota saja yang masuk ke dalam wilayah Benua Eropa, salah-satunya Istanbul. Segera terasa nuansa, aroma dan gaya Eropa di Istanbul sejak dari bandara. Tersedia taksi badara Fiat Egea, Fiat Fiorino, Volkswagen Jetta, Toyota Corolla, Renault Megane atau Dacia. Sangat sedikit mobil Jepang dan Korea, tidak seperti yang kami temui di Dubai. Kami berkesempatan menjajal taksi bandara Fiat Egea menuju Sultanahmet Inn Hotel, Kucukayasofya mahallesi, Akburcak sokak, no 23, Istanbul, Turkey dan langsung tertidur pulas di kamar 205.

Kami menginap di Sultanahmet Inn Hotel, Kucukayasofya mahallesi, Akburcak sokak, no 23, Istanbul, Turkey
Suasana sekitar hotel kami penuh dengan rumah makan

Senin, 5 Juni 2023 kami terjaga di pagi buta yang dingin bersuhu 19 derajad untuk bergegas memulai petualangan kami. Dengan berjalan kaki sedikit mendaki, melewati jalanan yang tersusun dari batu sanggat rapi, mengingatkan kami akan kota abadi Roma, ibukota Italia yang jalanan kotanya kami susuri pada Rabu, 9 September 2014 yang lalu, disusun dari batu, bukan aspal. Dari hotel kami berjalan kaki sejauh 400 m menuju Sultanahmet Camii atau Masjid Sultan Ahmed atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Biru. Ini adalah sebuah masjid bersejarah peninggalan Kesultanan Utsmaniyah yang berada di distrik Fatih, Istanbul, Turki. Masjid yang menarik banyak pengunjung wisata ini, dibangun pada tahun 1609 dan selesai pada tahun 1616 atau pada masa pemerintahan Sultan Ahmed I. Masjid ini dilapisi oleh ubin berwarna biru yang dilukis menggunakan tangan dan pada malam hari masjid ini memancarkan warna biru saat lampu yang membingkai lima kubah utama masjid, enam minaret, dan delapan kubah pendukung dinyalakan. Masjid ini terletak di seberang Masjid Hagia Sophia dan keduanya masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1985 dengan nama “Area Bersejarah Istanbul”.

Masjid Sultan Ahmed atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Biru.
Hagia Sophia yang memiliki arsitektur luar biasa khas Byzantium, dipisahkan taman dengan air mancur indah dengan Masjid Sultan Ahmed

Selanjutnya kami meninggalkan Masjid Sultan Ahmed dan menyeberang melewati taman dengan air mancur indah menuju ke Hagia Sophia yang memiliki arsitektur luar biasa khas Byzantium, serta memiliki perjalanan sejarah yang panjang dari tahun 537 M, yang memiliki lebar 73 m, panjang 82 m, dan tinggi 55 m. Hagia Sophia pada awalnya adalah sebuah bangunan gereja pada abad ke-6 (532–537) yang dibangun oleh Kaisar Bizantium Yustinianus Agung. Awalnya merupakan katedral terbesar yang pernah dibangun di dunia selama hampir seribu tahun, hingga terselesaikannya pembangunan Katedral Sevilla (1507) di Spanyol.

Gereja pertama yang dibangun pada tanah tersebut dikenal sebagai “Gereja Agung” atau dalam bahasa Latin “Magna Ecclesia” dikarenakan ukurannya yang sangat besar, bila dibandingkan dengan gereja pada saat itu di kota Konstantinopel. Gereja ini diresmikan pada 15 Februari 360 pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus II oleh Uskup Arian, Eudoxius dari Antiokia, didirikan di sebelah istana kekaisaran dan gereja ini berperan sebagai gereja utama dari Kekaisaran Romawi Timur. Sebelum menjadi Masjid Hagia Sophia yang sekarang ini, bangunan indah tersebut pernah berfungsi sebagai :

a) Katedral Ortodoks Yunani, tahun 537 M.

b) Katedral Katolik Roma, tahun 1204 – 1261.

c) Masjid pada masa Kesultanan Utsmani, tahun 1453-1931.

d) Museum di masa Presiden Mustafa Kemal Ataturk, tahun 1931.

e) Masjid, tahun 2020.

Pada tahun 2007, politikus Yunani, Chris Spirou mencanangkan gerakan internasional untuk memperjuangkan Hagia Sophia atau sekarang disebut Aya Sofya kembali menjadi Gereja Ortodoks Yunani. Di sisi lain, beberapa seruan dari beberapa pejabat tinggi, khususnya Wakil Perdana Menteri Turki, Bülent Arınç, menuntut Aya Sofya untuk digunakan kembali sebagai masjid pada November 2013. Akhirnya pada tanggal 10 Juli 2020, Pengadilan Tinggi Turki membatalkan keputusan 1943 yang mengubah status Aya Sofia menjadi museum. Seiring dengan keputusan tersebut, pada tanggal yang sama Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengeluarkan dekrit yang berisi “Hagia Sophia kembali ke fungsinya semula sebagai tempat ibadah umat Islam. Ibadah pertama dilakukan mulai 24 Juli 2023. Meskipun telah beralih-fungsi sebagai masjid, Aya Sofia tetap terbuka untuk umum yang ingin berkunjung.

Beli simit, menu lokal untuk sarapan pagi di halaman Hagia Sophia
Tram jalur T 1 di Istanbul yang modern dan akan kami coba naiki

Terdapat menu kuliner Turki yang menantang rasa, yaitu Manti, Dondurma, Baklava, Kumpir, Simit, Kofte, Menemen, dan Kebab. Kami segera membeli simit, sebuah roti bakar berlapis coklat di halaman Hagia Sophia untuk sarapan dan lanjut naik tram jalur T1. Kami naik dari halte Sultanahmet, lanjut ke Gulhane, Sirkeci, Eminonu dan turun di Karakoy untuk menikmati Galata Tower atau Menara Galata (Galata Kulesi dalam Bahasa Turki). Ini adalah sebuah menara batu abad pertengahan yang terletak dibagian utara Tanduk Emas. Menara Galata yang dibangun tahun 1717 pada saat Dinasti Ottoman ini juga merupakan salah satu landmark kota Istanbul yang paling mencolok, karena tingginya kerucut silinder tertutup yang mendominasi langit dan panorama kota Istanbul Lama. Tinggi menara ini adalah 66 meter dengan diameter 16 meter yang didirikan sebagai menara pengawas pertahanan kota. Pada tahun 1794 masa pemerintahan Sultan Selim III, atap menara yang terbuat dari timah dan kayu, juga tangga rusak parah akibat kebakaran. Bertahun-tahun kemudian, pada 1965-1967, pada periode Republik Turki, bentuk atap asli dikembalikan dan interior kayu menara digantikan oleh struktur beton.

Selanjutnya kami kembali naik trem jalur T1 menuju halte Tophkane, Findikli dan turun di akhir tujuan, yaitu Kabatas. Tujuan kami adalah Istana Dolmabahçe yang megah berdidi di pinggiran pantai Bosphorus, berfungsi sebagai pusat administrasi utama Kekaisaran Ottoman dari tahun 1856 hingga 1887 dan dari tahun 1909 hingga 1922, dengan Istana Yıldız digunakan sementara, saat renovasi.

Tram T1 melintas di dekat Hagia Sophia yang ikonik
Selat Bosphorus yang memisahkan benua Asia dan Eropa dihubungkan oleh Jembatan Galata

Pembangunan Istana Dolmabahçe diperintahkan oleh Sultan Ottoman ke-31, yaitu Abdülmecid I, dan dibangun antara tahun 1843 dan 1856. Sebelumnya, Sultan dan keluarganya tinggal di Istana Topkapi, tetapi karena Topkapi dirasa kurang dalam hal gaya kontemporer, kemewahan, dan kenyamanan dibandingkan dengan istana raja-raja Eropa, maka Sultan Abdülmecid memutuskan untuk membangun sebuah istana modern baru, di dekat lokasi bekas Istana Beşiktaş Sahil yang dihancurkan. Biaya konstruksi sebesar lima juta lira atau 35 ton emas, setara dengan $1,62 miliar pada Februari 2019. Jumlah ini sekitar seperempat dari pendapatan pajak tahunan, bahkan menjadi beban besar pada keuangan negara dan berkontribusi terhadap memburuknya situasi keuangan Kekaisaran Ottoman, yang akhirnya gagal bayar pada Oktober 1875. Sejak itu, Turki disebut “pesakitan Eropa” (Sick man of Europe) karena keuangannya dikontrol ketat oleh kekuatan Eropa. “Pesakitan Eropa” adalah cap yang diberikan kepada negara Eropa yang sedang mengalami kemunduran atau kesulitan ekonomi. Istilah ini pertama kali digunakan pada pertengahan abad ke-19 untuk mendeskripsikan Kesultanan Utsmaniyah di Turki yang sangat tertinggal, bila dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya pada masa itu.

Masjid dan Istana Dolmabahçe di kejauhan itu berdiri megah di tepi selat Bosphorus yang indah
Banyak kapal melintas di selat Bosphorus yang memisahkan benua Asia dan Eropa

Istana Dolmabahçe ini adalah rumah bagi enam Sultan sejak 1856, ketika pertama kali dihuni, sampai penghapusan kekhalifahan pada tahun 1924 dan sultan terakhir yang tinggal di sini adalah Khalifah Abdülmecid Efendi. Undang-undang yang mulai berlaku pada 3 Maret 1924 mengalihkan kepemilikan istana kepada Republik Turki yang baru. Mustafa Kemal Atatürk, pendiri dan Presiden pertama Republik Turki, menggunakan istana sebagai tempat tinggal presiden selama musim panas dan menghabiskan hari-hari terakhir perawatan medisnya di istana ini, di mana ia meninggal pada 10 November 1938.

Gerbang Istana Dolmabahçe Istanbul yang indah, mahal dan membuat bangkrut Ottoman Turki
Stadion Besiktas JK atau Vodafone Park yang dirancang oleh Bünyamin Derman dari arsitek DB Turki

Kami segera menyeberang jalan besar dari Istana Dolmabahçe untuk menikmati stadion Besiktas. Tim sepak bola klub ini adalah salah satu tim terbesar di Turki yang profesional dan didirikan pada tahun 1903, bahkan merupakan klub olahraga pertama di Turki. Klub ini terakhir kali memenangkan Liga Super Turki pada musim 2008-2009, juga mencatatkan raihan gelar ganda setelah memenangi Piala Turki. Selain itu, Besiktas JK adalah tim Turki paling sukses di ajang UEFA dan memiliki rivalitas tradisional dengan Fenerbahce dan Galatasaray dalam derby Istanbul yang sarat emosi, apalagi kalau dimainkan di stadion Besiktas JK atau Vodafone Park yang memiliki kapasitas sekitar 41.188 penonton sepak bola. Pada 14 Agustus 2019, stadion ini menjadi tuan rumah Piala Super UEFA 2019 dan diikuti oleh juara bertahan dari dua kompetisi utama antarklub Eropa, yakni Liga Champions UEFA dan Liga Eropa UEFA. Pertandingan ini mempertemukan dua perwakilan dari Inggris, yakni Liverpool sebagai juara Liga Champions UEFA 2018–2019 dan Chelsea sebagai juara Liga Eropa UEFA 2018–2019. Pertandingan yang diadakan di Vodafone Park Istanbul, Turki, pada 14 Agustus 2019 dimenangkan oleh Liverpool. Pembangunan Stadion Besiktas JK atau Vodafone Park dimulai pada 2 Juni 2013, menghabiskan biaya sekitar $ 80 juta, dirancang oleh Bünyamin Derman dari arsitek DB. Stadion baru ini dirancang agar “selaras dengan pemandangan alam dan bersejarah Selat Bosphorus, jika dilihat dari laut.

Selanjutnya kami naik taksi menuju ke Lapangan Taksim atau Taksim Meydanı, yang terletak di Istanbul sisi Eropa, adalah tempat wisata dan distrik yang terkenal akan restoran, toko, dan hotelnya. Taksim dianggap sebagai jantung Istanbul modern, dan merupakan stasiun utama jaringan Istanbul Metro. Lapangan Taksim juga merupakan tempat berdirinya Monumen Republik (Cumhuriyet Anıtı) yang dibuat oleh Pietro Canonica dan diresmikan pada tahun 1928. Monumen ini mengenang lima tahun perayaan pendirian Republik Turki pada tahun 1923 setelah Perang Kemerdekaan Turki.

Suasana Lapangan Taksim dengan Tram tradisonal dan bersejarah bagi Istanbul
Pusat perbelanjaan Istiklal Caddesi di Old Istanbul yang indah dan khas Eropa tempo dulu

Setelah mengagumi kemegahan Lapangan Taksim dan heroisme pahlawan Turki pada Monumen Republik, kami segera menyusuri pusat perbelanjaan sepanjang jalan utama yang disebut Istiklal Caddesi. Hanya dengan berjalan kaki menyusuri jalanan tersebut, mata kita akan dimanjakan oleh view arsitektur bangunan klasik, tinggi menjulang, terawat baik, bersejarah, serta sangat beragam. Kemegahan Istiklal Caddesi mengingatkan kita akan sejarah penaklukan kota Konstantinopel, yang digagas oleh Mehmed II untuk mulai merevitalisasi kota tersebut, yang sejak saat itu juga disebut sebagai Istanbul. Ia mendorong kembalinya mereka yang telah melarikan diri dari kota selama pengepungan, memukimkan kembali kaum Muslim, Yahudi, dan Kristen dari bagian lain Anatolia. Sang sultan mengundang orang dari seluruh Eropa ke ibukotanya, membentuk suatu masyarakat kosmopolitan yang bertahan hingga sebagian besar periode Utsmaniyah. Mehmed II memperbaiki infrastruktur kota yang rusak, mulai membangun Grand Bazaar dan Istana Topkapı yang menjadi kediaman resmi sang sultan.

Dinasti Utsmaniyah dengan cepat mentransformasi kota tersebut dari sebuah kubu pertahanan Kristen menjadi suatu simbol budaya Islam. Dinasti Utsmaniyah mendirikan kekhalifahan pada tahun 1517 dan Istanbul menjadi ibukota kekhalifahan selama empat abad berikutnya. Masa pemerintahan Suleiman yang Luar Biasa (Suleiman the Magnificent) dari tahun 1520 sampai 1566 merupakan suatu periode yang secara khusus memiliki prestasi arsitektural dan seni yang sangat besar. Mimar Sinan sebagai kepala arsitek merancang beberapa bangunan ikonik di kota tersebut seiring dengan perkembangan seni miniatur, kaligrafi, kaca patri, dan keramik Utsmaniyah, yang semuanya dapat dinikmati di Istiklal Caddesi.

Gereja Santo Antonius dari Padua, yang merupakan sebuah basilika dan gereja terbesar dari Gereja Katolik Roma di Istanbul, Turki.
Kubah menjulang tinggi di Gereja Santo Antonius dari Padua gereja terbesar dari Gereja Katolik Roma di Istanbul, Turki.

Kami terus saja berjalan kaki menyusuri Istiklal Caddesi sampai di Gereja Santo Antonius dari Padua, yang merupakan sebuah basilika dan gereja terbesar dari Gereja Katolik Roma di Istanbul, Turki. Terletak di İstiklal Avenue No. 171 di distrik Beyoğlu. Dibandingkan dengan Katedral Roh Kudus (1846) di distrik Harbiye, St. Louis dari Prancis (1581) dan Santa Maria Draperis di Beyoğlu, Sts. Peter dan Paul (1841) di Galata, Gereja Asumsi di Kadıköy, Santo Stefanus di Yeşilköy dan Gereja Bakırköy di Bakırköy, maka Gereja Santo Antonius dari Padua adalah salah satu gereja Katolik paling penting di Istanbul.

Gereja St Antonius pertama dibangun tahun 1725 untuk melayani komunitas Italia yang tinggal di Istanbul. Awal abad ke-20, bangunan dihancurkan karena pembangunan jalur tram di sepanjang Istiklal Caddesi.  Renovasi dirancang oleh arsitek Giulio Mongeri Edoardo de Nani ini prosesi peletakan batu pertama dilakukan 1906 dan selesai dibangun tahun 1912. Gereja St Antonius berdiri di antara masjid, sinagog dan katedral Ortodoks. Gereja Katolik Roma terbesar di Istanbul ini terletak di area turistik Taksim di Istiklal Caddesi.

perjamuan di Emaus dan pembaptisan Tuhan, menghias interior Gereja Santo Antonius dari Padua, di Istanbul, Turki.
Gereja St Antonius Padua Istanbul bergaya neo-Gothic dan Tuscan-Lombard Italia, yang dipenuhi karya seni

Gereja St Antonius menjadi contoh arsitektur gaya neo-Gothic dan Tuscan-Lombard Italia, yang dipenuhi karya seni. Di halaman depan berdiri patung kayu berlapis emas St. Antonius, karya Luigi Bresciani. Sementara dua mozaik yang menggambarkan perjamuan di Emaus dan pembaptisan Tuhan, menghias interior gereja. Gereja St Antonius melayani misa kudus dalam empat bahasa di hari berbeda, yaitu Bahasa Inggris, Turki, Italia dan Polandia. Pelayanan ini untuk memfasilitasi komunitas penganut Katolik Roma dari berbagai bangsa yang bermukim di Istanbul.

Selanjutnya kami naik taksi Fiat Egea menyeberang selat Bhosporus untuk menuju ke Gereja Katedral Santo Georgius (bahasa Turki: Aya Yorgi Kilisesi) adalah gedung katedral utama Gereja Ortodoks Yunani yang masih digunakan di Istanbul, kota terbesar di Turki yang dulunya bernama Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantin sampai dengan tahun 1453. Sejak sekitar tahun 1600, gereja ini menjadi takhta Kebatrikan Oikumene Konstantinopel, kebatrikan senior Gereja Ortodoks Yunani yang dihormati sebagai pemimpin spiritual umat Kristen Ortodoks Timur sedunia. Gereja yang dibaktikan kepada Santo Georgius ini merupakan tempat penyelenggaraan sejumlah ibadat penting dan tempat Batrik Oikumene memberkati minyak suci (miron) pada hari Kamis yang suci dan agung, bilamana diperlukan. Karena itulah gereja ini juga disebut “Gereja Kebatrikan Mur Agung”. Dahulu kala, Batrik Oikumene memberkati seluruh minyak suci yang akan digunakan Gereja-Gereja Ortodoks di seluruh dunia. Kini pemberkatan minyak suci dilakukan oleh masing-masing kepala Gereja otokefalos.

Renovasi interior dalam Gereja St Antonius Padua di Istanbul yang dirancang oleh arsitek Giulio Mongeri Edoardo de Nani
Gereja Katedral Santo Georgius adalah gedung katedral utama Gereja Ortodoks Yunani berkubah biru di ketinggian bukit Istanbul, menghadap ke Selat Bosphorus

Selanjutnya kami naik taksi lagi menuju ke Hotel Uranus Topkapi, Merkezefendi, Mevlana Cd. No: 112/1, 34015 Zeytinburnu İstanbul, tempat acara seminar diadakan. Kami melakukan registrasi ulang di lokasi acara. Selanjutnya kami beristirahat di lobi hotel untuk memimpin seminar proposal (simpro) penelitian mbak Elsa Febriana Boko Putri, NIM : 41190411, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) Yogyakarta dengan judul  : “Hubungan Paritas Ibu Terhadap Berat Badan Lahir Bayi”, bersama pembimbing 2 dr. Christiane Marlene Sooai, M. Biomed dan dr. Eduardus Raditya Kusuma Putra, SpOG sebagai dosen penguji, melalui aplikasi googlemeet.

Hotel Uranus Topkapi, İstanbul lokasi acara seminar yang akan kami ikuti
Seminar proposal penelitian menggunakan aplikasi googlemeet untuk mbak Elsa Febriana Boko Putri, FK UKDW Yogaykarta

Setelah selesai memimpin simpro, kami segera melanjutkan menikmati keindahan Istanbul yang sebelumnya dikenal sebagai Konstantinopel, yang merupakan sebuah kota terbesar di Turki, berfungsi sebagai pusat ekonomi, budaya, dan sejarah negara. Kota ini dikelilingi oleh selat Bosporus, batas antara benua Eropa dan Asia, dan merupakan salah satu kota di Eropa yang terpadat, sekaligus menjadi kota terbesar ke-15 di dunia.

Kota ini awalnya didirikan sebagai pusat ibu kota Bizantium pada abad ke-7 oleh pemukim Yunani dari Megara. Lalu pada tahun 330, kaisar Bizantium–Konstantinus Agung–menjadikan kota ini sebagai ibu kota kekaisarannya, awalnya kota ini dinamai sebagai Roma Baru (Nova Roma) dan kemudian diganti menjadi Konstantinopel untuk mengenang pendiri Bizantium. Kota ini lalu berkembang menjadi tempat keberadaan mercusuar di Jalur Sutra, sekaligus sebagai salah satu kota terpenting dalam sejarah.

Kota ini berfungsi sebagai ibu kota kekaisaran selama hampir 1600 tahun, yaitu selama periode Bizantium awal (330–1204), Latin (1204–1261), Bizantium akhir (1261–1453), dan Kekaisaran Ottoman (1453–1922). Kota ini memainkan peran kunci dalam kemajuan agama Kristen selama zaman Bizantium, sebelum berpindah tangan ke Islam setelah Penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 oleh Mehmed Sang Penakluk (Mehmed the Conqueror, the Father of Conquest atau Fâtih Sultan Mehmed), terutama setelah menjadi pusat Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517. Pada tahun 1923, setelah Perang Kemerdekaan Turki, Ankara menggantikan kota ini sebagai ibu kota Republik Turki yang baru dibentuk. Kemudian pada tahun 1930, nama kota ini secara resmi diubah menjadi Istanbul, dari yang sebelumnya bernama Konstantinopel. Istanbul telah dinobatkan sebagai Ibu kota Kebudayaan Eropa, menjadikannya kota kedelapan yang paling banyak dikunjungi di dunia. Istanbul adalah rumah bagi beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO, dan menjadi tuan rumah bagi kantor pusat banyak perusahaan Turki, menyumbang lebih dari tiga puluh persen perekonomian negara, termasuk saat Recep Tayyip Erdoğan menjadi wali kota Istanbul dari tahun 1994 hingga 1998. Setelah menjabat sebagai Perdana Menteri Turki dari tahun 2003 hingga 2014, selanjutnya menjabat sebagai Presiden Turki ke-12 sejak 2014 sampai 2028 kelak.

Sultan Mehmedin Ruyasi dari Ottoman Turki bergelar Mehmed sang Penakluk Kota Konstantinopel tahun 1453
Recep Tayyip Erdoğan yang memenangi Pilpres Turki sampai 3 kali

Kami segera berjalan kaki sejauh 850 m dari Uranus Hotel menuju The Panorama 1453 Historical Museum (Museum Sejarah Panorama 1453), di Merkez Efendi Mahallesi, Topkapı Kültür Park İçi Yolu, 34015 Zeytinburnu İstanbul, yaitu museum sejarah di Istanbul yang dibuka pada 31 Januari 2009. Di dalam museum ditampilkan penaklukan kota Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium, oleh pasukan Sultan Ottoman Mehmed sang Penakluk (Mehmed the Conqueror), pada tanggal 29 Mei 1453. Museum ini terletak dekat dengan titik di mana Ottoman menerobos tembok kota. Pameran utamanya adalah lukisan “panorama” 360°, (juga dikenal sebagai Cyclorama) dari medan perang pada saat tembok dibobol, memberikan kesan kepada pengunjung bahwa mereka sedang berdiri di tengah pertempuran. Lukisan itu dibuat dan disajikan sedemikian rupa sehingga pengunjung seolah-olah berada di tengah-tengah ruang yang sangat besar, bukan sebuah lingkaran yang hanya berdiameter 38m. Efek suara menambah ilusi, ada suara tembakan senjata, teriakan tentara dan band militer yang bermain untuk mendesak pasukan musuh. Museum ini dirancang atas ide Hashim Citizen, dibuka pada tanggal 31 Januari 2009, dan menghabiskan biaya $5 juta.

Cyclorama dirancang atas ide Hashim Citizen di The Panorama 1453 Historical Museum Istanbul
Sisa tembok kota Konstantinopel yang tebal dan kuat seperti dilukiskan oleh Steven Runciman pada: A History of the Crusades

Konstantinopel ditaklukkan oleh Sultan Ottoman Mehmed sang Penakluk (Mehmed the Conqueror) Utsmani pada 29 Mei 1453. Banyak catatan yang merekam kejadian itu, walaupun beberapa ditulis sekian lama setelah peristiwa tersebut terjadi dan masing-masing menyatakan sebagai catatan yang mendekati aslinya. Baik Yunani, Italia, Slavia, Turki, dan Rusia, semuanya memiliki versi mereka masing-masing yang mungkin sulit untuk disatukan. Salah satu versi cerita tersebut adalah yang ditulis sejarawan kontemporer Inggris bernama Steven Runciman yang dikenal karena bukunya yang berjudul A History of the Crusades.

Kami segera membayangkan kehebatan pertempuran itu dengan menyaksikan bekas tembok kota yang dirusak, sebelum masuk ke stasiun Topkapi di jalur Trem T1 untuk kembali ke hotel. Kami melewati halte Pazartekke, Capa Sehremini, Findikzade, Haseki, Yusufpasa, Aksaray, Laleli, Bayazit, Cemberlitas dan turun di Sultanahmet. Selanjutnya kami kembali ke kamar hotel untuk bersitirahat.

Bersambung

Senin malam, 6 Juni 2023

Ditulis dan disebarkan di Sultanahmet Inn Hotel, Kucukayasofya mahallesi, Akburcak sokak, no 23, Istanbul, Turkey