Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan Pendukung ASI resisten obat sekolah UHC

2022 Hari Makanan Sehat Dunia

Top] 25 World Food Safety Day 2022: Quotes, Slogans, Images, Pictures,  Photo, Poster, Wallpaper

Tulisan ini juga dimuat di link :

https://news.detik.com/kolom/d-6114206/beban-penyakit-bawaan-makanan

HARI  MAKANAN  SEHAT  SEDUNIA  2022

fx. wikan indrarto*)

Hari Keamanan Pangan Sedunia (World Food Safety Day) pada Selasa, 7 Juni 2022 adalah gerakan memobilisasi tindakan untuk mencegah, mendeteksi dan mengelola risiko penyakit yang ditularkan melalui makanan dan meningkatkan derajat kesehatan manusia. Tema peringatan adalah makanan yang lebih aman, kesehatan yang lebih baik (safer food, better health). Apa yang harus dilakukan?

.

Makanan yang aman adalah salah satu penjamin paling penting untuk kesehatan yang baik. Makanan yang tidak aman adalah penyebab banyak penyakit (foodborne illnesses), gangguan pertumbuhan dan perkembangan, defisiensi mikronutrien, penyakit tidak menular atau menular dan penyakit mental. Secara global, satu dari sepuluh orang terkena penyakit bawaan makanan setiap tahunnya. Diperkirakan 600 juta (hampir 1 dari 10 orang di dunia) jatuh sakit setelah makan makanan yang terkontaminasi dan 420.000 meninggal setiap tahun, mengakibatkan hilangnya 33 juta tahun hidup sehat (DALYs). Bahkan dana sebesar US$ 110 miliar hilang setiap tahun dalam produktivitas dan biaya pengobatan akibat makanan yang tidak aman, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada anak balita menyebabkan 40% dari beban penyakit bawaan makanan, dengan 125.000 kematian setiap tahun.

.

Penyakit bawaan makanan biasanya bersifat menular atau beracun dan disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau zat kimia yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi. Bakteri Salmonella, Campylobacter dan enterohaemorrhagic Escherichia coli adalah beberapa patogen bawaan makanan yang paling umum yang mempengaruhi jutaan orang setiap tahun, kadang-kadang dengan derajat klinis yang parah dan fatal. Gejala klinisnya dapat berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut dan diare. Bakteri tersebut sering berada pada telur, daging unggas dan produk lain yang berasal dari hewan, susu mentah, daging unggas mentah atau setengah matang, dan air minum, susu yang tidak dipasteurisasi, daging yang kurang matang, serta buah dan sayuran segar yang terkontaminasi.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/10/13/2020-makanan-sehat-saat-covid-19/

Infeksi bakteri Listeria dapat menyebabkan keguguran pada ibu hamil atau kematian bayi baru lahir. Listeria ditemukan dalam produk susu yang tidak dipasteurisasi dan berbagai makanan siap saji dan dapat tumbuh pada suhu dingin. Bakteri Vibrio cholerae dapat menginfeksi orang melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Gejala klinisnya adalah sakit perut, muntah dan diare berair yang banyak, yang dengan cepat menyebabkan dehidrasi parah dan bahkan kematian. Beras, sayuran, bubur millet dan berbagai jenis makanan laut telah terkait dengan wabah kolera.

.

Beberapa virus dapat ditularkan melalui konsumsi makanan. Norovirus dan Virus Hepatitis A dapat ditularkan melalui makanan dan dapat menyebabkan penyakit hati dan menyebar biasanya melalui makanan laut mentah atau setengah matang, atau produk mentah yang terkontaminasi. Beberapa parasit, seperti trematoda, cacing pita seperti Echinococcus spp, atau Taenia spp, Ascaris, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica atau Giardia, memasuki tubuh melalui makanan atau kontak langsung dengan hewan air atau tanah dan produk tanaman segar.

.

World Food Safety Day 2022 | CareOurEarth

Beban penyakit bawaan makanan (foodborne illnesses) terhadap kesehatan masyarakat dan ekonomi sering kali diremehkan karena pelaporan yang kurang. Selain itu, juga adanya kesulitan untuk membuktikan hubungan sebab akibat antara kontaminasi makanan dan penyakit atau kematian yang diakibatkannya. Laporan WHO tahun 2015 tentang perkiraan beban global penyakit bawaan makanan menyajikan perkiraan pertama beban penyakit yang disebabkan oleh 31 agen bawaan makanan (bakteri, virus, parasit, racun, dan bahan kimia) di tingkat global. Ternyata lebih dari 600 juta kasus penyakit bawaan makanan dan 420.000 kematian dapat terjadi dalam setahun. Beban penyakit bawaan makanan menimpa secara tidak proporsional pada kelompok dalam situasi rentan dan terutama pada anak balita, dengan beban tertinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

.

Laporan Bank Dunia 2019 tentang beban ekonomi penyakit bawaan makanan menunjukkan bahwa, total kerugian produktivitas yang terkait dengan penyakit bawaan makanan di negara berpenghasilan rendah dan menengah, diperkirakan mencapai US$ 95,2 miliar per tahun. Selain itu, biaya tahunan untuk mengobati penyakit bawaan makanan diperkirakan mencapai US$ 15 miliar.

.

Pasokan makanan yang aman mendukung kesehatan ekonomi nasional, berkontribusi pada ketahanan pangan dan gizi, dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Pada hal, urbanisasi dan perubahan kebiasaan konsumen telah meningkatkan jumlah orang yang membeli dan makan makanan yang disiapkan di tempat umum. Selain itu, globalisasi telah memicu meningkatnya permintaan konsumen akan variasi makanan yang lebih luas, mengakibatkan rantai makanan global yang semakin kompleks dan panjang. Perubahan iklim juga diprediksi berdampak pada keamanan pangan.

.

Setiap pemerintah harus menjadikan keamanan pangan sebagai prioritas kesehatan masyarakat, dengan menyusun kebijakan dan menerapkan sistem keamanan pangan yang efektif. Momentum Hari Keamanan Pangan Sedunia (World Food Safety Day) pada Selasa, 7 Juni 2022 mengingatkan kita akan peran penting negara dalam menjamin ketersediaan makanan yang aman dan sehat.

Sekian

Yogyakarta, 6 Juni 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
Istanbul

2020 Makanan Sehat Saat COVID-19

Ketahui Prinsip Penyajian Makanan Sehat Untuk Anak Berikut Ini | Enervon

MAKANAN  SEHAT  SAAT  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Saat ini tidak ada bukti bahwa orang dapat tertular COVID-19 dari makanan, termasuk buah dan sayuran segar. Keduanya adalah bagian dari diet sehat dan konsumsinya harus terus didorong. Bagaimana sebaiknya?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/10/06/2020-ancaman-covid-19/

.

Sistem kekebalan tubuh membutuhkan dukungan dari banyak nutrisi. Setiap orang direkomendasikan untuk mengkonsumsi berbagai makanan dalam diet yang sehat dan seimbang, termasuk makanan bijian, polongan, sayuran, buah, kacang dan protein hewani. Tidak ada satu jenis makanan tunggal yang akan mampu mencegah dari tertular COVID-19.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/08/23/2020-resesi-rumah-sakit/

.

Sebelum makan buah dan sayur, wajib cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kemudian cuci bersih buah dan sayur dengan air bersih, terutama jika akan dimakan mentah (raw food diet). Saat ini tidak ada bukti bahwa orang dapat tertular COVID-19 dari makanan yang dimasak, termasuk produk hewani. Virus yang menyebabkan COVID-19 dapat dimatikan pada suhu panas, mirip dengan virus dan bakteri lain yang ditemukan dalam makanan. Makanan seperti daging, unggas, dan telur harus selalu dimasak sampai suhu paling tidak 70 °C. Sebelum memasak, produk hewani mentah harus ditangani dengan hati-hati, untuk menghindari kontaminasi silang dengan makanan yang dimasak.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/09/23/2020-dokter-dan-rs-era-normal-baru/

.

COVID-19 membutuhkan hewan hidup atau inang manusia, untuk berkembang biak dan bertahan hidup, serta tidak dapat berkembang biak di permukaan kemasan makanan. Bahan kemasan makanan tidak perlu didisinfeksi, tetapi tangan harus dicuci dengan benar setelah menerima paket makanan dan sebelum makan. Secara umum pergi berbelanja ke toko grosir dan pasar makanan lainnya adalah aman, dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan berikut ini. Bersihkan tangan dengan cairan pembersih sebelum memasuki toko. Tutupi mulut saat batuk atau bersin dengan siku atau jaringan yang tertekuk. Pertahankan jarak setidaknya 1 meter dari orang lain. Setelah pulang, cuci tangan dengan bersih di rumah, dan juga diulang setelah menangani dan menyimpan produk makanan yang dibeli. Sampai saat ini tidak ada kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, yang ditularkan melalui makanan atau kemasan makanan.

.

Cara Tepat Menyusun Makanan di Tengah Pandemi Covid-19
.

Lakukan desinfeksi di rumah tangga secara teratur, yang akan secara efektif menghilangkan virus dari permukaan barang-barang di rumah. Untuk membersihkan dan mendisinfeksi barang rumah tangga yang dicurigai atau dikonfirmasi COVID-19, disinfektan virucidal permukaan, seperti 0,05% natrium hipoklorit (NaClO) dan produk yang berbahan dasar etanol (setidaknya 70%), harus digunakan.

.

Suplemen mikronutrien (vitamin dan mineral) saja tidak dapat mencegah COVID-19 pada orang sehat, atau menyembuhkannya pada mereka yang menderita penyakit COVID-19. Saat ini tidak ada panduan tentang suplementasi mikronutrien untuk pencegahan COVID-19 pada individu sehat atau untuk pengobatan COVID-19. Mikronutrien sangat penting untuk sistem kekebalan agar berfungsi dengan baik, dan memainkan peran penting dalam meningkatkan derajad kesehatan dan kesejahteraan. Jika memungkinkan, asupan zat gizi mikro atau mikronutrien harus berasal dari makanan yang bergizi seimbang dan beragam, termasuk dari buah, sayuran, dan protein hewani.

.

Vitamin D dapat dibuat di kulit manusia dengan paparan sinar matahari. Selain itu, dapat juga diperoleh melalui makanan dari sumber alami (misalnya ikan berlemak seperti salmon, tuna dan mackerel, minyak hati ikan, hati sapi, keju dan kuning telur), atau dari makanan yang diperkaya atau suplemen yang mengandung vitamin D. Dalam situasi di mana status vitamin D individu sudah marjinal atau di mana makanan kaya vitamin D (termasuk makanan yang diperkaya vitamin D) tidak dikonsumsi, dan paparan sinar matahari terbatas, suplemen vitamin D dalam dosis asupan nutrisi yang direkomendasikan (200-600 IU, tergantung usia), dapat dipertimbangkan.

.

Saat ini tidak ada teh herbal atau suplemen herbal lainnya yang dapat membantu mencegah atau menyembuhkan COVID-19. Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan teh herbal atau suplemen herbal untuk mencegah atau menyembuhkan COVID-19. Demikian juga probiotik tidak terbukti mampu membantu mencegah COVID-19. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang umumnya ditambahkan ke makanan atau digunakan sebagai suplemen makanan, untuk memberikan manfaat kesehatan. Namun demikian, saat ini tidak ada bukti yang mendukung penggunaan probiotik untuk membantu mencegah atau menyembuhkan COVID-19.

.

Demikian juga minuman dan makanan yang mengandung jahe, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa mampu membantu mencegah COVID-19. Namun demikian, jahe adalah makanan yang mungkin memiliki sifat antimikroba dan anti-inflamasi. Tidak ada bukti bahwa makan bawang putih dapat melindungi orang dari COVID-19. Namun demikian, bawang putih adalah makanan yang mungkin memiliki beberapa sifat antimikroba. Selain itu, tidak ada bukti bahwa menambahkan merica (hot peppers) dan cabai (pepper) ke dalam makanan dapat mencegah atau menyembuhkan COVID-19.

.

Pandemi COVID-19 megajarkan kita tentang perlunya dukungan nutrisi lengkap, dalam salah satu langkah pengendalian pandemi COVID-19. 

Apakah kita sudah bijak?

Yogyakarta, 2 Oktober 2020

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161