Categories
COVID-19 Healthy Life sekolah vaksinasi

2020 Sekolah saat pandemi COVID-19

Ini Syarat Sekolah Boleh Dibuka Lagi di Masa Pandemi | Indonesia.go.id

SEKOLAH  SAAT  PANDEMI  COVID-19

fx. wikan indrarto*)

Banyak negara di seluruh dunia mengambil tindakan pembatasan sosial berskala luas, termasuk penutupan sekolah, untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19. Bagaimana sebaiknya?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/10/19/2020-covid-19-dan-anak/

.

Beberapa hal dijadikan pertimbangan untuk memulai kegiatan sekolah, termasuk pembukaan, penutupan sementara dan pembukaan kembali serta langkah-langkah yang diperlukan untuk meminimalkan risiko terinfeksi COVID-19, terutama pada anak di bawah usia 18 tahun. Panduan WHO, UNICEF, dan UNESCO telah disusun dengan mempertimbangkan keadilan, implikasi sumber daya, dan kelayakan, demi kesinambungan pendidikan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan untuk anak, orang tua atau pengasuh, guru dan staf lain dan lebih luas lagi, komunitas dan masyarakat sekitar.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/10/06/2020-ancaman-covid-19/

.

Keputusan tentang penutupan penuh atau sebagian, juga pembukaan kembali sekolah harus diambil di tingkat pemerintah daerah, berdasarkan tingkat lokal penularan SARS-CoV-2 dan penilaian risiko lokal, serta seberapa besar pembukaan kembali sekolah dapat meningkatkan penularan di komunitas. Penutupan sekolah hanya perlu dipertimbangkan jika tidak ada alternatif lain. COVID-19 menyebabkan beban langsung yang sebenarnya cukup terbatas pada kesehatan anak, hanya sekitar 8,5% dari kasus yang dilaporkan secara global, dan sangat sedikit kematian terkait COVID-19 pada anak. Sebaliknya, penutupan sekolah memiliki dampak negatif yang jelas terhadap kesehatan anak, pendidikan dan perkembangan, pendapatan keluarga dan perekonomian secara keseluruhan. Pemerintah pusat dan daerah harus mempertimbangkan untuk memprioritaskan kesinambungan pendidikan, sementara juga membatasi penularan di masyarakat yang lebih luas.

.

Siswa di China Pakai Topi Social Distancing Saat Kembali Sekolah Usai  Lockdown Akibat Covid-19 - Tribunnews.com Mobile

.

Pihak berwenang dapat mempertimbangkan untuk menutup sekolah sebagai bagian dari PSBB, di wilayah yang mengalami peningkatan jumlah kasus dan cluster yang mencakup sekolah. Tergantung tren dan intensitas  penularan, otoritas lokal dapat mempertimbangkan pendekatan berbasis risiko untuk penutupan sekolah, terutama di daerah dengan tren peningkatan, rawat inap, dan kematian terkait COVID-19. Selain itu, sekolah harus benar-benar mematuhi protokol kesehatan untuk COVID-19.

.

Ketentuan tentang jaga jarak fisik di sekolah dapat diterapkan untuk siswa  di luar ruang kelas setidaknya 1 meter untuk siswa (semua kelompok umur) dan staf sekolah. Di dalam ruang kelas, tindakan sesuai usia berikut dapat dipertimbangkan berdasarkan intensitas penularan SARS-COV-2 setempat.

.

Untuk wilayah dengan transmisi komunitas, tetap pertahankan jarak setidaknya 1 meter antara semua orang. Untuk wilayah dengan transmisi cluster, pendekatan berbasis risiko harus diterapkan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter antar siswa.  Untuk wilayah dengan tidak ada kasus penularan, anak di bawah usia 12 tahun tidak harus selalu menjaga jarak secara fisik. Sebaliknya, anak berusia 12 tahun ke atas harus menjaga jarak setidaknya 1 meter satu sama lain. Saat jaga jarak minimal 1 meter, maka siswa, guru dan staf pendukung sekolah tetap harus memakai masker.

.

Batasi pencampuran kelas dan kelompok usia, untuk semua kegiatan, termasuk program ekstra atau setelah sekolah. Sekolah dengan ruang atau sumber daya terbatas dapat mempertimbangkan pengaturan kelas alternatif, untuk membatasi kontak antar siswa yang berbeda kelas. Misalnya, pengaturan jadwal mulai dan berakhirnya pelajaran pada waktu yang berbeda. Sekolah juga dapat meminimalkan waktu istirahat bersama dengan bergantian kapan dan di mana siswa boleh makan. Selain itu, pertimbangkan untuk menambah jumlah guru atau meminta bantuan tenaga guru sukarela, untuk memungkinkan lebih sedikit siswa per ruang kelas.

.

Hindarkan adanya kerumunan selama waktu sekolah atau penitipan anak, dengan pengaturan jalur masuk dan keluar areal yang jelas, dan pertimbangkan pembatasan untuk orang tua atau pengasuh yang memasuki areal sekolah. Ciptakan kesadaran pada siswa, agar tidak berkumpul dalam kelompok besar atau berdekatan saat dalam antrean, saat meninggalkan sekolah dan di waktu istirahat.

.

Hari Pertama Masuk Sekolah, Mayoritas Belajar Jarak Jauh
.

Anak berusia 5 tahun ke bawah tidak diharuskan memakai masker. Untuk anak antara 6 dan 11 tahun, pendekatan berbasis risiko harus diterapkan pada keputusan untuk menggunakan masker. Pertama, intensitas penularan di daerah tempat anak itu berada dan data terkini tentang risiko infeksi dan penularan pada kelompok usia ini. Kedua, lingkungan sosial dan budaya seperti kepercayaan, adat istiadat, perilaku atau norma sosial yang mempengaruhi masyarakat dan interaksi sosial populasi. Ketiga, kapasitas anak untuk mematuhi aturan penggunaan masker dan ketersediaan pengawasan orang dewasa. Keempat, dampak potensial pemakaian masker pada pembelajaran dan perkembangan psikososial. Kelima, pertimbangkan untuk pengaturan khusus seperti kegiatan olahraga atau untuk anak berkebutuhan khusus atau penyakit yang mendasari.

.

Anak tidak boleh ditolak aksesnya ke pendidikan karena alasan aturan pemakaian masker atau kurangnya ketersediaan masker, terkait sumber daya yang rendah atau tidak tersedia. Penggunaan masker oleh anak dan remaja di sekolah, sebaiknya hanya dianggap sebagai salah satu bagian dari strategi komprehensif untuk membatasi penyebaran COVID-19. Sekolah harus membuat sistem pengelolaan limbah, termasuk pembuangan masker bekas untuk mengurangi risiko penularan melalui masker yang terkontaminasi, yang dibuang di areal sekolah.

.

Pastikan penggunaan ventilasi alami, yaitu membuka jendela ruang kelas untuk meningkatkan pengenceran (dilution) udara dalam ruangan. Jika menggunakan pendingin udara ruangan, sistem tersebut harus diperiksa, dipelihara, dan secara teratur dibersihkan. Untuk penggunaan sistem mekanis pengaturan kelembaban udara, aturlah dengan meningkatkan total suplai aliran udara luar, seperti dengan menggunakan ‘economizer mode’ yang berpotensi setinggi 100%. Pastikan sistem aliran udara luar maksimum selama 2 jam sebelum dan sesudah waktu pembelajaran di kelas.

.

Panduan WHO, UNICEF, dan UNESCO berjudul ‘Considerations for school-related public health measures in the context of COVID-19’, telah diterbitkan pada 14 September 2020. Panduan tersebut disusun dengan mempertimbangkan aspek keadilan, penularan COVID-19, implikasi dan sumber daya, untuk menciptakan dunia yang lebih sehat, lebih aman, lebih adil, dan lebih berkelanjutan bagi pendidikan anak dan generasi mendatang, termasuk di Indonesia.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 7 November 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

2 replies on “2020 Sekolah saat pandemi COVID-19”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *