Categories
COVID-19 Healthy Life

2020 Sepsis yang Mematikan

Sepsis | El Camino Health

SEPSIS  YANG  MEMATIKAN

fx. wikan indrarto*)

Laporan global pertama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang sepsis, yang dipublikasikan pada Selasa,  8 September 2020 menemukan bahwa sepsis adalah penyebab 1 dari 5 kematian di seluruh dunia. Sepsis membunuh 11 juta orang setiap tahun, terutama anak. Selain itu, upaya untuk mengatasi jutaan kematian dan kecacatan akibat sepsis, telah terhambat oleh kesenjangan yang serius, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Apa yang harus dilakukan?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/09/26/2020-kematian-anak-terkait-covid-19/

.

Sepsis terjadi sebagai respons tubuh terhadap infeksi. Jika sepsis tidak dikenali secara dini dan ditangani dengan segera, hal itu dapat menyebabkan syok septik, kerusakan organ (multiple organ failure), dan kematian pasien. Pasien COVID-19 parah dan penyakit menular lainnya, berisiko lebih tinggi berkembang dan meninggal akibat sepsis. Bahkan penderita sepsis pun tidak lepas dari bahaya, karena hanya separuh yang akan sembuh total, sisanya akan meninggal dalam periode waktu 1 tahun, atau dibebani oleh kecacatan jangka panjang.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/01/02/2020-menurunkan-angka-kematian-anak/

.

Sepsis secara tidak proporsional memengaruhi populasi yang rentan, terutama bayi baru lahir, wanita hamil, dan pasien dengan sumber daya yang rendah. Sekitar 85% kasus sepsis dan kematian terkait sepsis, terjadi di dalam kondisi tersebut. Hampir separuh dari 49 juta kasus sepsis setiap tahun terjadi pada anak, mengakibatkan 2,9 juta kematian, yang sebagian besar dapat dicegah melalui diagnosis dini dan manajemen klinis yang tepat. Kematian ini seringkali merupakan akibat dari penyakit diare atau pneumonia, yaitu infeksi saluran pernapasan bagian bawah.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/05/09/2019-kematian-bayi/

.

Infeksi dalam bidang kebidanan, termasuk komplikasi setelah aborsi atau infeksi setelah operasi caesar, adalah penyebab kematian pada ibu peringkat ketiga yang paling umum. Secara global, diperkirakan dari setiap 1.000 wanita yang melahirkan, 11 wanita mengalami disfungsi organ parah yang berhubungan dengan infeksi atau kematian. Selain itu, sepsis sering kali disebabkan oleh infeksi yang didapat di RS. Sekitar setengah (49%) dari pasien dengan sepsis di unit perawatan intensif RS, justru tertular infeksi saat dirawat inap di RS. Diperkirakan 27% orang pasien dengan sepsis di bangsal umum RS dan 42% orang pasien di unit perawatan intensif akan meninggal.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/01/17/2019-kematian-anak/

.

Resistensi antimikroba, khususnya terhadap obat antibiotika, merupakan tantangan utama dalam pengobatan sepsis. Hal itu mempersulit pengobatan infeksi, terutama pada infeksi yang berhubungan dengan layanan kesehatan (health-care associated infections). Kita semua haruslah khawatir tren perburukan tersebut akan semakin hebat, karena dipicu oleh penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat selama pandemi COVID-19. Bukti menunjukkan bahwa sebenarnya hanya sebagian kecil pasien COVID-19 yang membutuhkan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri. WHO telah mengeluarkan panduan untuk tidak memberikan obat antibiotik sebagai terapi ataupun profilaksis, kepada pasien dengan COVID-19 ringan atau kepada pasien dengan dugaan atau dikonfirmasi COVID-19 sedang, kecuali ada indikasi klinis untuk melakukannya.

.

Lincolnshire leads the way on sepsis | East Midlands Ambulance Service NHS  Trust

Untuk itu, penciptaan sanitasi, kualitas dan ketersediaan air bersih yang lebih baik, serta tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi, seperti kebersihan tangan yang tepat, harus terus menerus dilakukan, karena dapat mencegah sepsis dan menyelamatkan nyawa pasien. Namun demikian, hal ini harus dibarengi dengan upaya diagnosis dini, manajemen klinis yang tepat, dan akses ke obat dan vaksin yang aman dan terjangkau. Intervensi ini dapat mencegah sebanyak 84% kematian bayi baru lahir akibat sepsis.

.

Selain itu, komunitas global perlu memperhatikan beberapa hal penting berikut ini. Pertama, memperbaiki desain penelitian dan pengumpulan data, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kedua, meningkatkan advokasi global, pendanaan dan kapasitas penelitian untuk bukti epidemiologi tentang beban sepsis yang sebenarnya. Ketiga, memperbaiki sistem surveilans, mulai dari tingkat perawatan primer, termasuk penggunaan definisi standar sesuai dengan Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD-11). Keempat, mengembangkan alat diagnostik yang cepat, terjangkau dan tepat, untuk meningkatkan identifikasi sepsis, pemantauan, pencegahan dan pengobatan. Yang terakhir adalah kelima, melibatkan dan mendidik petugas kesehatan dan masyarakat dengan lebih baik, untuk tidak meremehkan risiko infeksi yang dapat berkembang menjadi sepsis, dan menghindari komplikasi klinis sepsis.

.

Panduan tatalaksana medis yang jelas dan ketat tentang penggunaan obat antibiotik saat pandemi COVID-19 ini, akan membantu berbagai negara dalam menangani COVID-19 secara efektif, dan sekaligus mencegah muncul dan berkembangnya resistensi obat antibiotika dan sepsis yang mematikan.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 11 Oktober 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *