Categories
Istanbul

2007 PETUALANGAN DI SPANYOL

PETUALANGAN DI SPANYOL

fx. wikan indrarto dan b. sari prasetyati*)

Perjalanan peziarahan ke Fatima, Portugal utara, pada 10 Oktober 2007 pagi kami teruskan dengan petualangan memasuki negeri Spanyol dengan bis pariwisata melalui jalan bebas hambatan dari Coimbra, kota besar di Portugal utara ke arah Salamanca, kota di Spanyol barat laut. Meskipun di jalan tol, ada aturan bahwa kecepatan bis maksimal 100 km/jam, pengemudi dibatasi jam kerja maksimal 12 jam sehari, bekerja sendiri tidak menggunakan asisten, untuk memudahkan mencari lokasi menggunakan fasilitas alat GPS (Global Posisioning System) tanpa pulsa, yang saat itu GPS belum lumrah di Indonesia. Untuk bis buatan sebelum tahun 2006 ada pencatatannya dengan disc, dan bis buatan setelah tahun 2006 menggunakan chip komputer, untuk memantau aktivitasnya maksimal 12 jam sehari boleh jalan, dan mesin akan mati sendiri apabila melampaui batas waktu. Kami menikmati perjalanan dengan bis pariwisata seperti itu.

Tujuan petualangan kami adalah Madrid, ibukota Kerajaan Spanyol. Asal nama kota Madrid adalah Majerit yang dalam bahasa Arab berarti tempat yang banyak airnya. Madrid adalah kota di dataran tinggi yang berlimpah persediaan airnya. Sejak tahun 1139 oleh Raja Alfonso I dijadikan ibukota Spanyol, setelah membebaskannya dari bangsa Moor yang muslim dan berpenduduk 450 ribu jiwa. Perbatasan negara antara Portugal dan Spanyol saat ini hanya berupa papan nama kecil dan bekas pintu gerbang tol untuk pemeriksaan imigrasi yang sudah tidak digunakan lagi, terletak di sekitar kota Salamanca. Espanya (E) atau Spanyol, aslinya Espania sebutan yang diberikan oleh bangsa Romawi yang menguasai mereka pada abad ke 3. Spanyol adalah negara ke 3 terbesar di Uni Eropa, setelah Perancis dan Jerman.

 
Bis Spanyol
 
Batas Portugal

Bis pariwisata Spanyol, menjemput kami di Portugal melalui jalan tol internasional

Istirahat sejenak setelah
melewati perbatasan Spanyol dengan Portugal

Spanyol menjadi penghubung antara benua Afrika dan Eropa, sehingga menjadi daerah penting dan menjadi jembatan perdagangan sejak jaman dahulu. Penduduknya 41 juta jiwa, tetapi jumlah turisnya dapat mencapai 50 juta jiwa, atau melebihi jumlah penduduknya. Mereka pada umumnya mengunjungi kota Madrid, Barcelona dan Valencia. Selain kota atau tempat wisata, juga ada tempat ziarah agama Katolik seperti Loyola dan Avila. Spanyol, dan juga Portugal tetangganya, terletak di Peninsula (semenanjung) Iberia, pada daratan Eropa yang menjulur mengarah ke benua Afrika. Jenderal Fanco pada tahun 1975 bertindak sebagai diktator militer terakhir di Spanyol. Setelah Jenderal Franco mundur, Spanyol kemudian menjadi kerajaan dengan rajanya Juan Carlos I. Yang terkenal dari Spanyol adalah Real Madrid, sebuah klub sepakbola profesional yang terkaya di seluruh dunia, tarian flamengo dan atraksi matador melawan banteng. Banteng yang digunakan minimal berumur 4 tahun, jantan, sehat dan dikembangkan di peternakan, bukan banteng liar. Atraksi menarik ini hanya berlangsung pada bulan Maret sampai Oktober setiap tahunnya. Sayang, pada saat ini kami tidak ada jadwal menikmati kedua hal yang terakhir itu.

 
100_2284
 
Nadal

Bis wisata tingkat yang tanpa atap, fasilitas city tour di Madrid yang digemari para wisatawan

Poster Rafael Nadal yang sangat besar, petenis top asal Spanyol juara ATP Master

Kami memasuki kota pertama di dekat perbatasan, yaitu Salamanca, pada tengah hari. Salamanca dibaca sebagai Salamangka, adalah kota budaya sejak abad 12, berpenduduk sekitar 160.000 jiwa. Don Quijote, yang dibaca sebagai Don Kiote, adalah tokoh pahlawan Spanyol yang terkenal yang berasal dari kota yang dibelah sungai Tormes. Orang Eropa selatan, seperti Spanyol dan Portugal tidak terlalu tinggi, bila dibandingkan orang Eropa barat, tetapi berkulit putih bersih. Ada istilah ‘siesta’, kebiasaan tidur siang pada jam 2-5 siang, sehingga semua aktivitas dihentikan sementara, bahkan banyak toko-toko tutup. Kami makan siang sebelum siesta di Restaurante El Bardo Salamanca. Ada istilah dalam Bahasa Spanyol yang selalu kami ingat untuk toilet yang disebut aseos, yaitu caballeros untuk laki-laki dan senoras untuk wanita. Perjalanan dilanjutkan sampai Madrid dan kami mencapainya pada sore hari untuk menginap di Foxa 32 C/ Agustin de Foxa, 32, 28036, Madrid

 
APILL
 
Don Quizot

Tanda lalu lintas yang penuh warna,
dalam bahasa setempat yang informatif

Monumen Don Quijote, pahlawan legendaris negeri Spanyol di taman kota Madrid

Pagi berikutnya 11 Oktober 2007, kami mengunjungi Toledo, sebuah kota kuno nan artistik, 100 km selatan Madrid. Di Toledo kita dipuaskan dengan hasil karya pelukis besar Spanyol abad 18, El Greco. Bangsa Romawi yang menguasai Toledo dipaksa keluar pada tahun 213 karena ditaklukkan bangsa Moor yang muslim. Yang luar biasa sejak saat itu adalah munculnya kebersamaan dan toleransi yang tinggi antara umat muslim, kristen dan Yahudi, sehingga ada masjid, gereja dan sinagoga yang besar, megah dan saling berdekatan secara damai. Kota ini dibangun di alam perbukitan secara bertahap dari bagian bawah sampai atas. Puncaknya adalah El Alcazar atau Alkazhar yang dibangun pada masa Raja Carlos V yang adalah benteng besar di atas bukit, dan sekarang menjadi kawasan kota tua Toledo yang mempesona. Masyarakat kebanyakan yang asli Toledo adalah pande besi, ahli pembuat senjata dari logam seperti pedang, tombak, perisai sampai baju besi perlengkapan perang Ksatria Templar yang saat ini miniaturnya menjadi cinderamata khas Toledo. Kota ini dibelah oleh Sungai Tajo atau Tego, yang merupakan sungai terpanjang di Eropa karena mencapai lebih dari 1.000 km sampai ke Lisabon dan masuk ke Samudera Atlantik. Bangsa Moor atau Arab secara efektif menguasai kota ini mulai pada abad 8 selama 3 abad.

Tembok kota tua Toledo dibangun pada abad 16 di sisi utara, sedangkan di selatan dilindungi oleh aliran deras sungai Tego, sehingga membuat Toledo menjadi sebuah kota yang sangat strategis dan aman. Ada lapangan besar di tengah kota yang pada awalnya dahulu digunakan untuk tempat ekskusi para tahanan, sementara sekarang menjadi areal pedestrial yang padat wisatawan. Selain beteng Alkhazar, di kompleks kota tua Toledo juga ada sebuah katedral (gereja besar) yang megah dan terbesar kedua di seluruh daratan Spanyol setelah katedral Sevilla, berarsitektur murni Gothik yang menjulang, dibangun mulai tahun 1226 dan baru lengkap setelah 500 tahun kemudian. Yang khas adalah gambaran pengaruh setiap era pemerintahan dapat dilihat pada semua ornamen katedral. Sebagai contoh adalah Ruang Paduan suara yang bergaya barok dengan kombinasi gaya neo gothik, dibuat dari batu alabaster sesuai dengan gambaran Bait Allah pada Perjanjian Lama. Selain itu, juga bangku kayu untuk umat yang dibuat pada abad 15 dan gambar peperangan antara umat muslim dan kristen dalam Perang Salib, terutama peperangan untuk merebut kota terakhir di daratan Spanyol dari kaum muslim yaitu Granada. Ada patung Bunda Maria yang tersenyum buatan abad 13 dari bahan marmer putih, merupakan patung Bunda Maria menggendong bayi Yesus satu-satunya di dunia, dengan ekspresi tersenyum. Selain itu, ada altar dengan hiasan terbaik di seluruh daratan Spanyol yang terbuat dari kayu dan dilapis atau dilumuri emas. Setiap gambar pada dinding dan atap katedral menceritakan kehidupan Yesus dalam berbagai adegan, seperti sebuah rangkaian film, dengan ukuran gambar dan patung yang semakin ke atas dibuat semakin besar, sehingga nampak jelas meski dilihat dari tempat duduk umat. Pengaruh yang sangat kuat adalah gaya Barok dari abad 15, baik pada patung maupun relief marmer putih asli dari Italia. Ruang besar yang sangat menarik adalah ruang pamer, sebab di situ ada lukisan El Greco, pelukis terkenal Spanyol, Rafael dari Italia, sampai lukisan indah di atap yang dibuat pelukis cepat Luka Yordano dari Italia, yang melukis semua atap hanya selama 1 tahun saja, sebab dia melukis dengan ke 2 buah tangannya secara simultan. Lukisan terdindah dan satu-satunya di dunia adalah ke12 lukisan foto wajah para murid (Rasul) Yesus yang dilukis El Greco. Lukisan yang paling baik dan merupakan masterpiece adalah lukisan tentara Romawi yang melucuti pakaian Yesus saat akan disalibkan. Sayang sekali, semua keindahan tersebut tidak boleh difoto, untuk menghindari plagiatisme lukisan.

 
Toledo
 
Templar

Panoramik kota tua Toledo, dengan katedral dan benteng Alkazar di kejauhan

Ksatria Templar, pasukan Perang Salib dengan senjata dan baju baja dari Toledo

Ruang selanjutnya yang kami kunjungi adalah Ruang Harta Karun, yang dibangun persis di bawah menara lonceng katedral. Dinamakan demikian sebab di dalam ruangan tersebut ada tersimpan benda-benda dengan nilai finansial sangat tinggi yang dipersembahkan oleh orang-orang kaya, sebagai donasi. Selain itu juga tersimpan salib dan cincin milik kardinal atau paus, juga duplikat kitab suci dalam bentuk dan ukuran yang sama persis, sebab yang asli sudah berumur 700 tahun dan berasal dari Perancis. Harta yang paling mahal yang tersimpan di situ adalah menara persembahan yang terbuat dari emas dan perak buatan abad 15 dan 16, seberat 200 kg. Menara persembahan tersebut disebut juga ‘corpus christi’, sebab di bagian tengahnya ada mangkok kaca yang sering diisi oleh hosti suci, lambang tubuh Yesus. Menara tersebut masih selalu digunakan pada parade perarakan tubuh Kristus pada minggu I setiap bulan Juni. Selain itu masih ada juga mahkota ratu atau permaisuri buatan abad 15 dan 16 dengan bahan perak, emas dan mutiara, yang pada awal pembuatannya dirancang untuk ratu yang berpola terbuka, tetapi pada akhirnya rancangan tersebut diteruskan untuk Bunda Maria yang yang berpola tertutup. Kami juga tidak dijinkan untuk mengambil foto semua benda tersebut. Perjalanan kami lanjutkan ke Gereja Santo Tomas, sebab di dalamnya berada gambar yang jadi masterpiece pelukis hebat El Greco di atas kanvas besar dengan cat minyak dan lukisan tersebut tidak pernah berpindah tempat sejak semula. Gambar tersebut melukiskan tentang kejadian yang terjadi pada tahun 1323.

Terlihat adanya utusan dari sorga, yaitu Santo Stefanus yang di sebelah kiri dan Santo Agustinus yang memakai topi, keduanya sedang menguburkan sesosok jenazah. Itu adalah jenazah Walikota Orga Don Gonzalo Ruiz De Toledo yang dicintai rakyatnya dan dikatakan selalu berbuat baik. Di bagian atas digambarkan situasi surga, yaitu Yesus dengan baju putih, Bunda Maria, Santo Petrus dan Santo Yohanes Pembaptis. Sekali lagi sayang sekali, semua keindahan tersebut tidak boleh difoto, untuk menghindari plagiatisme lukisan.

Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan dengan menyusuri lorong sempit untuk mencapai sebuah sinagoga. Di dalam kota tua Toledo terdapat bekas sinagoga (tempat beribadat umat) Yahudi yang sekarang digunakan untuk museum dan tidak lagi dipakai sebagai tempat ibadah. Banyak orang akan mengira bangunan tersebut adalah masjid, sebab bentuknya sangat mirip. Gereja, sinagoga dan masjid yang ada di Toledo semua dibangun oleh tenaga kasar orang-orang Arab, sehingga bentuknya sangat mirip. Orang Islam, Kristen dan Yahudi di sana sangat toleran dalam keseharian selama lebih dari 3 abad. Pada abad 15 ada 10 sinagoga, sekarang hanya tinggal 2 buah yang dapat dikunjungi wisatawan. Gereja Santa Maria Lablanca (yang berarti putih) digunakan sebagai nama pada sinagoga mayor (terbesar di seluruh Eropa) ini. Gedung ini sangat unik, sebab namanya Kristen, bangunannya berarsitektur Islam (Arab), tetapi digunakan untuk umat Yahudi, sehingga merupakan simbol toleransi. Di situ dapat dilihat tiang-tiangnya yang berbentuk 8 sisi gaya muslim (oktagonal), bukan 6 sisi gaya Yahudi (Bintang Daud).

 
Katedral Toledo
 
Jembatan Tojo

Katedral besar di Toledo yang indah,
hanya boleh difoto bagian luarnya saja

Jembatan di atas sungai Tejo, dibuat abad 14 untuk jalan keluar dari kota Toledo

Kota Madrid berada 660 m di atas laut dan merupakan ibukota negara Eropa yang tertinggi di atas permukaan laut. Madrid dari bahasa Arab ‘Majerid’ yang berarti tempat yang banyak air, sebab sekitar 40% daerahnya merupakan penghasil air. Selain itu, Madrid juga dikenal sebagai kota ke 2 yang merupakan ibukota negara Eropa yang memiliki berbagai jenis pohon atau tumbuhan paling banyak. Warga kota utama Madrid sebanyak 3 jutaan,sedangkan sebanyak 5 jutaan warga yang lain mendiami kompleks di pinggiran kota utama. Real Madrid adalah sebuah klub sepak bola profesional yang didirikan pada tahun 1914, memiliki sebuah stadion sangat megah di tengah kota, dapat menampung sampai 90 ribu orang penonton sekaligus, dibuat dari bahan semen semua, dilengkapi dengan sistem pemanasan di bawah lapangan, agar rumputnya tetap hidup baik di sepanjang musim dingin.

Selain itu kami juga melihat sebuah gedung bertingkat 48 dengan dinding bertuliskan banyak angka-angka tahun penting, dibuat dengan arsitektur dan material khusus, oleh karena dibangun tepat di atas dan berdekatan dengan stasiun kereta bawah tanah (subway) yang memiliki goncangan sangat besar secara terus menerus. Selanjutnya kami melihat Columbus Stadium, bangunan ini digunakan untuk menghormati peristiwa penemuan benua Amerika oleh Christopher Columbus pada tanggal 12 Oktober 1492. Sejak itu selalu dilakukan berbagai carnaval dengan tujuan Taman Penemuan (Discovery Resort) pada setiap tanggal 12 Oktober, juga sekaligus untuk menghormati Bunda Maria.

 
100_2263
 
Istana Raja Spanyol

Suporter Jawa di Santiago Barneube, milik klub sepak bola Real Madrid yang megah

Istana Raja di pusat kota Madrid
dengan 2800 buah kamar

Kami juga mengunjungi Royal Palace atau Istana Raja di tengah kota Madrid, yang pada awalnya berupa benteng pasukan bangsa Moor pada tahun 711. Setelah dikuasasi oleh Raja Philip V, dibantu Sabatini, arsitek Italia, yang membangun selama rentang 26 tahun dan mencapai 2.800 kamar. Sejak tahun 1764 sampai 1971 selalu digunakan untuk tempat tinggal raja dan keluarganya dari Dynasti Bourbon, yang memerintah Kerajaan Spanyol. Keindahan istana tersebut, juga kekayaan artistik ataupun finansialnya sama sekali tidak dapat kami ambil fotonya. Penjagaan sangat ketat dan para wisatawan dilarang keras mengambil foto. Setiap kamar dalam istana yang indah itu, dipenuhi oleh benda-benda seni, baik patung, lukis, tata ruang maupun seni pencahayaan yang sangat indah sekali, tidak terlukiskan dengan kata-kata.

 
100_2294
 
Plaza Mayor

Espana a Calvo Sotelo patung batu di antara 2 gedung miring dekat Chamartin, Madrid

Gran Via dekat Plaza Mayor, tempat belanja yang sangat luas dan penuh gaya.

Kami melanjutkan perjalanan dalam kota Madrid, Spanyol dengan melihat Gran Via, Catedral de la Almudena, Plaza de Cibeles, Plaza Mayor, Estacion de Atocha, Estadio Santiago Bernabeu, Fuente de Cibeles, Iglesia Catedral de Las FAS (Fuerzas Armadas de Espana), patung Espana a Calvo Sotelo, patung di antara gedung miring Realia di dekat terminal Chamartin. Bangunan antik di Gran Via dan gedung miring Realia dapat kami foto untuk kenangan, meskipun agak kesulitan proses pengambilannya. Maklum, kedua daerah tersebut sangat padat wisatawan yang sering kali juga berfoto bersama di lokasi tersebut. Istilah dalam Bahasa Spanyol yang sampai sekarang kami ingat terus misalnya Prohibido Fumar (dilarang merokok) dan Gracias por su visita (terima kasih atas kunjungan anda). Setelah berkemas, kami pulang dengan pesawat KLM ke Jakarta melalui Amsterdam dan Kuala Lumpur seperti saat kami berangkat tempo hari. Perjalanan pulang sangat terasa membosankan, sebab petualangan kami rasanya belum cukup. Demikianlah ziarah yang dilengkapi dengan petualangan di tahun ini, telah diselesaikan dengan baik. Disampaikan banyak terima kasih, kepada para eyang yang telah menjaga anak-anak selama kami pergi. Juga para pembaca sekalian yang kami harapkan akan tergugah semangatnya untuk melakukan perjalanan dan mencatatnya secara detail, serta menuliskan ceritanya seperti kami, agar kita saling melengkapi informasi. Amin.

sekian

*) peziarah sekaligus pelancong dari tanah Jawa

perjalanan ke Portugal dan Spanyol ini berlangsung pada 8 sampai 12 Oktober 2007

Disusun di Yogyakarta, setelah kembali ke rumah

Categories
Istanbul

PENCEGAHAN KEKERASAN PADA ANAK

Hasil gambar untuk kekerasan pada anak

PENCEGAHAN KEKERASAN PADA ANAK

fx. wikan indrarto*)

Secara global, hingga 1 miliar anak berusia 2-17 tahun atau sekitar satu dari dua anak, telah mengalami kekerasan fisik atau kekerasan seksual dalam satu tahun terakhir. Kita semua diharapkan ikut bergabung dalam upaya global yang bertujuan untuk mempromosikan solusi, dan memperkuat komitmen global, untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap anak.

Hasil gambar untuk kekerasan pada anak

Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus hadir dalam ‘The Agenda 2030 for Children: End Violence Solutions Summit’, yang diselenggarakan di Stockholm Swedia, 14-15 Februari 2018 lalu. Juga hadir HM Queen Silvia Ratu Kerajaan Swedia, 30 menteri, kepala UNICEF dan the United Nations Office on Drugs and Crime, serta pejabat senior dari badan pembangunan, yayasan dan organisasi nonpemerintah.

Kekerasan adalah penyebab utama kedua terjadinya kematian pada anak laki-laki berusia 10-19 tahun, dengan tingkat pembunuhan global untuk kelompok usia tersebut sebanyak 7 per 100.000 penduduk. Selain itu, sepanjang hidup anak, lebih dari 1 dari 5 anak telah mengalami penganiayaan fisik, sementara lebih dari 1 dari 3 anak telah mengalami pelecehan emosional, dan sekitar 18% anak perempuan dan 8% anak laki-laki mengalami pelecehan seksual.

Hasil gambar untuk kekerasan pada anak

Dr Etienne Krug, Director of the WHO Department for the Management of Noncommunicable Diseases, Disability, Violence and Injury Prevention, mengatakan bahwa mengalami kekerasan di masa anak akan memiliki dampak seumur hidup terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak, keluarga dan masyarakat sekitar. Kita tidak boleh mentolerir setengah dari semua anak di dunia menderita kekerasan setiap tahun, Fakta yang menyedihkan adalah kita tahu apa yang perlu dilakukan, namun kita tidak melakukannya. Kekerasan pada anak tidak dapat dihindari, pada hal penyebabnya diketahui dan dapat dicegah. Namun demikian, hanya kemauan yang sebenarnya kita butuhkan.

Kekerasan terhadap anak dapat dicegah, menggunakan usaha yang secara sistematis dengan INSPIRE, ‘Seven strategies for ending violence against children’. WHO dan 10 lembaga internasional telah mengembangkan dan mendukung sebuah paket teknis berbasis bukti yang disebut INSPIRE, yang bertujuan untuk membantu semua negara sesuai Agenda 2030 untuk Pembangunan yang Berkelanjutan (SDGs) Target 16.2, yaitu mengakhiri kekerasan terhadap anak. Setiap huruf dari kata ‘INSPIRE’ merupakan salah satu strategi yang sebagian besar terbukti, memiliki efek pencegahan pada beberapa jenis kekerasan yang berbeda. Selain itu, juga bermanfaat pada kesehatan mental, pendidikan dan pengurangan kejahatan pada anak.

Hasil gambar untuk kekerasan pada anak

Implementation and enforcement of laws’, misalnya melarang laku disiplin dengan kekerasan dan membatasi akses terhadap alkohol dan senjata, ‘Norms and values change’, misalnya mengubah norma yang memaafkan pelecehan seksual terhadap anak perempuan atau perilaku agresif pada anak laki-laki, dan ‘Safe environments’, misalnya mengidentifikasi lingkungan untuk kekerasan dan kemudian menangani penyebab lokal melalui penanganan masalah dan intervensi lainnya. Selanjutnya ‘Parental and caregiver support’, yaitu pelatihan keuangan mikro dan kesetaraan gender, ‘Income and economic strengthening’, misalnya memberikan pelatihan kepada pasangan orang tua muda, ‘Response services provision’, misalnya memastikan anak yang terpapar kekerasan, dapat mengakses layanan medis darurat yang efektif dan mendapat dukungan psikososial yang tepat, serta ‘Education and life skills’, yaitu memastikan anak bersekolah atau memberikan pelatihan keterampilan hidup dan sosial.

 Hasil gambar untuk kekerasan pada anak

Bukti kuat menunjukkan bahwa konsekuensi kekerasan pada anak, ternyata jauh melampaui kejadian kematian dan cedera. Hal ini disebabkan karena anak yang mengalami kekerasan cenderung merokok, menyalahgunakan alkohol dan narkoba, dan terlibat dalam perilaku seksual berisiko tinggi. Selain itu, mereka juga cenderung mencoba bunuh diri dan menanggung berbagai penyakit di kemudian hari. Berbagai penyakit yang mungkin muncul, adalah kecemasan, depresi, penyakit kardiovaskular, kanker dan HIV.

 Hasil gambar untuk kekerasan pada anak

Sasaran 16.2 SDGs, yaitu menghentikan penyalahgunaan, eksploitasi, perdagangan, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak, harus kita wujudkan. Bukti dari seluruh dunia menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak dapat dicegah. Apakah kita sudah bertindak?

Hasil gambar untuk dr wikan indrarto

Sekian

Yogyakarta, 7 Februari 2018

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak, Lektor di FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161


 

Categories
Istanbul

2007 MENGENANG BUNDA MARIA DI FATIMA

MENGENANG BUNDA MARIA DI FATIMA

fx. wikan indrarto dan b. sari prasetyati*)

Penampakan Bunda Maria telah terjadi di banyak tempat di seluruh dunia, meskipun ada juga yang belum diakui kebenarannya oleh otoritas tertinggi Gereja Katolik di Vatikan. Misalnya yang dilihat Juan Diego, seorang petani Indian Aztec di Guadalupe, Meksiko (1531), Santa Katarina Laboure di Paris (1830), 3 anak di La Salette, Perancis (1846), Santa Bernadette Soubirous di Lourdes, Perancis (1858) dan Lucia, Francesco serta Jacinta di Fatima, Propinsi Leiria Portugal (1917). Terakhir yang diakui Vatikan adalah penampakan yang dilihat oleh Nyonya Maria Beirne di Knock, Irlandia (1879). Pada tahun 2007 ini, kami berbulat tekat mengunjungi Fatima, di Portugal utara, untuk mengenang penampakan Bunda Maria pada ketiga anak suci, yaitu Lucia, Francisco dan Jacinta. Kami berangkat dari Jakarta dengan pesawat KLM Boeing 747-400 superjumbo, transit sebentar di Kuala Lumpur dan Amsterdam. Perjalanan kami dilanjutkan dengan KLM Boeing 737-300 menuju Lisabon yang perlu 3 jam perjalanan. Kami menginap di Radisson SAS Hotel yang beralamat di Av. Marechal Craveiro Lopes, 390, 1749-009 Lisboa, Portugal, tepatnya di seberang stadion sepak bola milik klub Sporting Lisabon.

 
Benfica Sporting
 
100_2100

Nampang sebentar di depan stadion sepak bola milik klub Sporting Lisabon yang gagah

Patung Raja Alfonso Henriques (1110-1183) di taman kota Lisabon yang nyaman

Penduduk kota Lisabon, ibukota Portugal berjumlah sekitar 3 juta jiwa, sedangkan total penduduk Portugal ada sekitar 11 juta jiwa lebih. Portugal saat ini dapat dikatakan sebagai negara yang termiskin di Eropa barat. Masa kejayaan bangsa Portugis yang pertama terjadi pada abad 15, saat banyak tokohnya berlayar mencari dunia baru di Afrika, Asia, Amerika bahkan Australia dengan tokohnya yang termashur Magelhens dan Vasco da Gama. Masa kejayaan ke 2 terjadi pada abad 18 saat mereka berhasil menambang emas dalam jumlah besar dari seluruh daratan Brasil. Jalur perdagangan di Eropa selatan pada jaman dahulu dimulai dari Lisabon, terutama berkembang sejak jaman penjajahan Romawi. Bangsa Moor yang beragama Islam (muslim) dapat menjajah lebih dari separo wilayah Portugal sekarang pada abad 12 dan menjadikan Lisabon sebagai ibukota sejak saat itu. Pada perkembangannya, Portugal bergabung masuk ke dalam UE (Uni Eropa) pada tahun 1982 bersamaan dengan tetangganya, Spanyol. Produk utama Portugal adalah kayu cork, yang biasa dibuat untuk tutup botol anggur dan pohonnya ditanam dalam waktu 9 tahun. Produksinya secara nasional mencapai 99 juta tutup botol anggur per hari untuk keperluan diekspor ke seluruh daratan Eropa. Produk pertambangan meliputi tembaga (kedua terbesar di seluruh Eropa), besi dan marmer. Produk unggulan lainnya adalah minyak zaitun dan anggur. Pendapatan atau gaji rata-rata penduduk Portugal tahun ini adalah 650€/bulan, yang merupakan gaji kedua terkecil dibandingkan gaji penduduk di seluruh daratan Eropa. Negara yang paling tinggi gaji penduduknya, yaitu mencapai 3.200€/bln adalah Luxemburg, sedangkan yang paling rendah adalah Rumania dengan 150€/bln. Komposisi agama penduduknya yang mayoritas adalah Katolik 65%, Protestan 30%, sedangkan 5% adalah lain-lain. Lisabon, ibukota Portugal dibangun di sepanjang aliran Sungai Tejo. Sungai Tejo atau Tajo, yang panjangnya 1.200 km mulai dari Spanyol tengah, membelah kota tua Lisabon. Pada tahun 1515 dibangun sebuah beteng pertahanan di tepi sungai tersebut dan sampai sekarang masih nampak utuh bagian depannya untuk dikunjungi para wisatawan. Di sebelahnya ada monumen pesawat terbang mini bermesin tunggal yang telah berhasil menempuh 8.088 km dari Lisabon ke Rio de Janeiro, di Brasil. Pesawat yang disebut ‘Santa Cruz’ tersebut melintasi samudera Atlantik pada bulan November 1991. Monumen Penemuan (Discovery Monument), lambang penemuan dunia baru oleh para pelaut Portugis yang gagah berani, didirikan di tepi sungai Tajo untuk mengenang jasa, semangat dan keberanian para pelaut Portugis.

 
Pesawat Santa Cruz
 
100_2140

Pesawat ‘Santa Cruz’ di samping beteng tua, tepi Sungai Tejo yang membelah kota Lisabon

Monumen Penemuan, berbentuk kapal berisi para tokoh penemu dunia baru asal Portugis

Merekalah yang berhasil menemukan jalur pelayaran ke seluruh dunia pada tahun 1448, terutama Vasco da Gama, setelah mereka berhasil menemukan teknologi pembuatan layar menjadi berbentuk kotak, sehingga laju kapal dapat lebih dikendalikan. ‘Discovery Monument’ ini merupakan hadiah dari Pemerintah Afrika Selatan, sebab Vasco da Gamalah yang mendarat di Cape Town, ujung selatan Afrika Selatan pada tahun 1488, sebelum melanjutkan pelayaran sampai di Natal 1492. Kolonisasi Portugis dimulai sejak mereka berhasil mencapai India dan menguasai hampir seluruh dunia, sehingga bahkan akhirnya ditandatanganilah perjanjian dengan Spanyol, untuk membagi 2 wilayah jajahan di seluruh dunia.

Tokoh penting di balik keberhasilan penjelajahan samudera bangsa Portugis adalah Pangeran Henry. Pangeran ini sering disebut ‘Henry the navigator’, adalah pelaut ulung dan merupakan donatur utama untuk proses penjelajahan atau ‘discovery’. Pangeran ini adalah anak Raja Jose III dan panglima perang salib yang gagah berani. Patung Pangeran Henry berdiri gagah paling depan di ‘Discovery Monument’ yang berbentuk seperti geladak sebuah kapal, diikuti di belakangnya oleh Raja Alfons V, raja yang paling ambisius, lalu Vasco da Gama diurutan ketiga sebagai komandan petualangan, Bartholomeus Diaz, sebagai pencatat seluruh kegiatan petualangan dan lain-lain. Fransciscus Xaverius, meskipun sebenarnya seorang Spanyol, beridiri di urutan terakhir sebagai misionaris ordo Jesuit yang mengikuti petualangan sampai ke Jepang. Melintasi sungai Tajo ada jembatan seperti ‘Golden Gate’ (jembatan gantung terpanjang di San Fransisco) yang awalnya di tahun 1966 disebut ‘suspension bridge’, lalu diganti menjadi ‘Salasar Bridge’, untuk menghormati presiden diktator militer Jenderal Salasar. Setelah kediktatorannya tumbang, diubah namanya menjadi ‘jembatan 25 April’, untuk mengenang tanggal dimulainya revolusi Portugal menentang rezim Salasar. Jembatan ini memiliki panjang 3,2 km dengan 2 tingkatan (level), untuk mobil 4 jalur di atas dan untuk kereta api 2 jalur di bawah. Perahu dan kapal besar, termasuk kapal pesiar mewah dapat lewat di bawahnya. Ada patung ‘Yesus Memberkati’ di samping jembatan seperti petung serupa di Brazil yang dibuat tahun 1951, tetapi ukurannya lebih kecil. Selain itu, ada jembatan lain sepanjang 17 km di sebelah hulunya yang diberi nama jembatan Vasco Da Gama dan merupakan jembatan terpanjang ke 2 di dunia.

Di seberang sungai Tajo terdapat biara St. Heronimus, namanya dikenang untuk tokoh yang bekerja keras dengan dibantu Santa Paulina dalam menerjemahkan Alkitab dari Bahasa Ibrani ke dalam Bahasa Latin. Arsitektur biara tersebut gabungan gaya antara Gothik dan Mikhelen yang dibangun dalam rentang waktu 1 abad lamanya. Pendanaan pembangunannya dengan cara pajak paksa 5% atas semua kapal yang berlayar di sungai Tajo lewat depan biara tersebut. Biara tersebut pernah rusak karena gempa bumi hebat dan kebakaran, tetapi sekarang sudah diperbaiki dan digunakan juga untuk makam para raja beserta keluarganya. Setelah dijadikan museum dibagi menjadi museum angkatan laut yang sedikit tertutup dan museum arkeologi yang sangat terbuka untuk wisatawan. Lokasi biara tersebut dalam Bahasa Portugis disebut ‘Belem’ atau dalam Bahasa Indonesia ‘Bethlehem’. Perjalanan kami lanjutkan mengunjungi Plaza de Comercio, yaitu lapangan luas bekas alun-alun istana raja dengan patung marmer hijau Raja Jose I yang gagah. Kami sempat berfoto sejenak di situ, sedangkan di sebelahnya ada patung marmer putih Raja Joao I, ayah Pangeran Henry atau lebih dikenal sebagai ‘Henry the navigator’.

 
Biara St. Heronimus
 
Raja Jose I

Biara Santo Hironemus yang megah, artistik dan gagah di tepi sungai Tajo, Lisabon

Patung Raja Jose I dari marmer hijau

di Plaza de Comercio tengah kota Lisabon

Plaza de Comercio terletak dekat ‘Rose House’ dan gedung opera besar yang anggun. Jalanan di sekitar situ sangat lebar, ada banyak bis pariwisata, trem dan jalur pedestrian (pejalan kaki) yang lebar dan teduh, karena banyak pohon yang rindang dan besar atas rancangan Markis de Bomba, arsitek besar Portugis abad pertengahan.

Perlu diketahui bahwa terdapat 21 buah propinsi di seluruh wilayah Portugal. Perjalanan kami lanjutkan ke Lieria, sebuah propinsi di bagian utara Portugal, dimana Fatima terletak. Tempat tersebut adalah tujuan utama peziarahan kami. Fatima sebenarnya adalah nama salah seorang anak perempuan Nabi Muhammad SAW, sebab nama tersebut diberikan saat bangsa Moor, yang beragama Islam (muslim), menjajah daerah tersebut. Fatima adalah kota kecil yang menjadi salah satu pusat peziarahan umat Katolik dunia, sebab ada Lucia de Santos atau Lucia de Jesus dan sepupunya, yaitu Francesco Marto dan adiknya Yasinta Marto, yang mendapat penampakan Bunda Maria. Sejarah singkat ketiga anak suci tersebut adalah LUCIA DE JESUS yang lahir pada tanggal 22 Maret 1907 di Aljustrel, Fatima. Pada 17 Juni 1921 dia masuk di sekolah Vilar di Porto, kemudian menjadi suster dalam konggregasi Santa Dorothea. Kemudian beliau pergi ke Tuy dan disebut Maria Lucia dari Dolours, menerima kaul pertama pada tanggal 3 Oktober 1928 dan kaul kekal pada tanggal 3 Oktober 1934. Pada tanggal 25 Maret 1948 dipindahkan ke Coimbra untuk bergabung dengan Karmel Bunda Theresa dan berganti nama menjadi Suster Maria Lucia dari Hati Kudus. Suster Lucia meninggal dunia pada tahun 2005 yang lalu. FRANCISCO MARTO yang lahir pada tanggal 11 Juni 1908 di Aljustrel. Dia meninggal dengan tenang pada tanggal 4 April 1919 di rumahnya. Jenazahnya dipindahkan ke Basilica pada 13 Maret 1952. Yang terakhir adalah JACINTA MARTO yang lahir di Aljustrel pada tanggal 11 Maret 1910 dan meninggal pada tanggal 20 Februari 1920 di Rumah Sakit Estefania di Lisabon setelah mengalami sakit dan nyeri hebat yang lama. Jenazahnya dipindahkan dari makam keluarga ke makam Fatima pada tanggal 12 September 1935 dan terakhir dipindahkan ke Basilica pada tanggal 1 Mei 1951. Francisco dan Jacinta telah dinobatkan sebagai orang suci yang terberkati pada tanggal 13 Mei 2000 oleh Paus Yohanes Paulus II di Fatima.

 
Loco do Anjo
 
Rumah Lucia

Loca do Anjo di dekat Poco Do Arneiro tempat Gabriel menyapa ke3 anak yang mengabarkan kedatangan Bunda Maria

Rumah Lucia yang tetap dalam bentuknya semula, sekarang menjadi museum

PENAMPAKAN BUNDA MARIA

Pada tanggal 13 Mei 1917 ada 3 orang anak kecil yang menggembalakan ternak kambingnya di Cova da Iria, Fatima dekat Vila Nova de Ourem, saat ini masuk wilayah propinsi Leiria, Portugal utara. Mereka adalah Lucia de Jesus, 10 tahun, dan sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, 9 dan 7 tahun. Pada tengah hari, setelah berdoa rosario, seperti kebiasaannya, mereka mendirikan sebuah sebuah mainan berbentuk rumah kecil dari batu, yang sekarang di atasnya sudah dibangun sebuah Basilica (gereja besar). Tiba-tiba mereka melihat langit yang cerah dan mereka sangat ketakutan, sehingga lari pulang. Pada saat mereka lari pulang, berkelebatlah cahaya yang menyinari tempat itu dan mereka melihat pada puncak pohon holmoak, pohon yang biasa tumbuh di Portugal dan Spanyol yang biasanya digunakan untuk menyimpan anggur, nampak Bunda Maria yang mereka sebut sebagai ‘seorang wanita yang lebih cerah dibandingkan matahari’ dengan rosario putih pada lengannya. Wanita tersebut mengatakan kepada ketiganya, bahwa mereka harus berdoa lebih banyak dan mengundang mereka untuk datang ke Cova da Iria selama 5 bulan berturut-turut, setiap tanggal 13 pada jam yang hampir sama. Mereka bertiga melaksanakannya dan pada tanggal 13 bulan Juni, Juli, September dan Oktober 1917, Bunda Maria atau wanita tersebut menampakkan diri dan berbicara kepada mereka di Cova da Iria. Ketiga anak itu dipesan untuk terus berdoa Rosario agar terjadi perdamaian dunia, karena saat itu sedang terjadi Perang Dunia I. Pada tanggal 19 Agustus 1917, penampakan terjadi di Valinhos, 500 m dari Aljustrel, sebab pada tanggal 13 Agustus ketiga anak tersebut disekap oleh kepala desa Vila Nova de Ourem.

 
100_2190
 
100_2198

Gerbang rumah Lucia dalam berbagai bahasa, rumah itu sekarang menjadi museum

Patung Yesus dari kayu gelondongan,

di halaman Basilica Fatima

Pada penampakan terakhir, yaitu 13 Oktober 1917, yang disaksikan secara langsung oleh sekitar 17.000 orang, Bunda Maria meminta di tempat tersebut didirikan sebuah kapel (gereja kecil) untuk berdoa kepadanya. Pada penampakan tersebut Bunda Maria juga mengungkapkan dirinya, sebagai Yang dikandung Tanpa Dosa (Immaculate Heart of Mary) dan Ibu Rosario (Lady of Rosary). Setelah penampakan terakhir semua yang hadir menyaksikan mukjijat yang dijanjikan kepada ketiga anak tersebut pada bulan Juli dan September 1918, yaitu matahari nampak seperti kepingan perak roda api dan terlihat jatuh ke bumi. Setelah sekian lama, saat Lucia de Jesus sudah menjadi seorang suster dalam konggregasi Santa Dorothea, sang Bunda Maria menampakkan diri lagi di Spanyol (tanggal 10 Desember 1925 dan 15 Februari 1926 di Convent of Pontevedra dan pada malam tanggal 13 Juni 1929 di Convent of Tuy), memenuhi permintaan pada devosi 5 Sabtu pertama (untuk berdoa Rosario, merenungkan misteri rosario, mengikuti dan menerima hosti suci) dan konsekrasi untuk menghormati Hati yang Kudus. Permintaan ini disampaikan pada penampakan tanggal 13 Juli 1917 dan disebut ‘Rahasia Fatima’. Beberapa tahun kemudian Sr. Lucia mengatakan bahwa antara bulan April dan Oktober 1916 malaikat Tuhan menampakkan diri pada ketiga anak pada 3 kesempatan, yaitu 2 kali di Cabeco dan sekali di sumur dalam kebun di belakang rumah Lucia, yang memintanya untuk berdoa. Francisco meninggal pada tahun 1919 dan Yasinta meninggal tahun 1920, keduanya meninggal pada umur 11 tahun karena TBC dan pneumonia. Saksi hidup terakhir penampakan Bunda Maria adalah Sr. Lucia yang baru meninggal tahun 2005 dan menjadi suster pada biara Carmel of Theresia di Coimbra, sebuah kota besar di Portugal timur laut. Paus Yohanes Paulus II yang sangat dekat secara pribadi dengan Sr. Lucia, pada tanggal 13 Mei 1981 ditembak oleh Mehmed Ali Agca, seorang muslim dari Turki, di Vatikan. Secara aneh pelurunya ada di mahkota patung Bunda Maria di Fatima. Pesan Bunda Maria lewat Sr. Lucia adalah untuk selalu juga mendoakan orang-orang yang lemah, setelah doa rosario harian. Sejak tahun 1917 para peziarah dari berbagai belahan dunia tidak pernah berhenti mengunjungi Cova da Iria, terutama pada tanggal 13 setiap bulan.

 
100_2196
 
100_2199

Basilica Fatima yang besar, gagah dan luas dibangun pada tahun 1928

Kapel yang dibangun di tempat pohon oak menjadi tempat penampakan Bunda Maria

Perlu waktu hampir 1,5 jam perjalanan saat kami melalui jalan tol dari Lisabon ke Fatima. Pertama kami mengunjungi Poco Do Arneiro, tempat penampakan malaikat Gabriel, di belakang rumah Francisco. Di situ dibangun taman dengan patung malaikat dan ketiga anak. Kemudian kami mengunjungi rumah Lucia dan rumah Francisco, yang keduanya tetap utuh, tidak diubah bentuknya dan saat ini digunakan sebagai museum. Setelah itu kami mengunjungi sanctuary atau gereja besar (basilika) Fatima. Basilica tersebut dibangun pada tahun 1928, persis di tempat dimana ketiga anak tersebut dahulu melihat penampakan Bunda Maria secara langsung. Di dalam basilika terdapat makam ke 3 anak tersebut, juga ada kapel penampakan dengan patung Bunda Maria, persis dimana dahulu pohon halmoak tumbuh. Banyak peziarah yang melakukan ritual jalan dengan berlutut, sepanjang lapangan basilica sampai kapel penampakan, yang dipercaya untuk menebus semua dosanya. Di Cova da Iria, dimana terdapat basilica besar tersebut, dilengkapi dengan 4 patung orang kudus asal Portugal yang ada di pintu gerbang, yaitu St. Yohanes Tuhan, St. Yohanes de Britto, St. Antonius dan St. Nuna Maria. Selain itu, masih banyak patung yang lain di dalamnya, seperti St. Theresia dari Avila dan St. Ignasius dari Loyola. Pada Kapel Penampakan yang dibangun tepat dimana Bunda Maria menampakkan diri, terdapat patung Bunda Maria yang dikunjungi sekitar 4 juta peziarah setiap tahun. Basilica yang mulai dibangun tahun 1928 baru selesai tuntas pada tanggal 7 Oktober 1953. Gambaran di atas altar menceritakan penampakan dan pemberian pesan Bunda Maria kepada ketiga anak yang dilukis oleh seniman besar, Angel of Portugal. Paus yang sudah pernah melakukan kunjungan ke sana adalah Paus Pius XII, Johanes XXIII, Paulus VI dan Yohanes Paulus II. Masih ada tersisa sebuah pohon holmoak besar yang pada jaman dahulu digunakan oleh ketiga anak menunggu penampakan Bunda Maria sambil berdoa Rosario dan sampai sekarang selalu digunakan oleh para peziarah untuk berdoa rosario juga. Di tengah halaman yang sangat luas terdapat patung Hati Kudus Yesus yang didirikan pada tahun 1932. Pecahan Tembok Berlin (lambang perpecahan Jerman yang berdiri tegak dari tanggal 13 Agustus 1961 sampai 9 November 1989) diletakkan pada pintu sanctuary atau basilika atas ide Virgilio Casimiro Ferreira, seorang emigran Portugis di Jerman. Hal tersebut melambangkan campur tangan Tuhan pada tumbangnya komunisme. Pecahan tembok tersebut berberat 2.600 kg, panjang 3,6 m dan tinggi 1,2 mt dan dirancang oleh arsitek J. Carlos Loureiro pada tanggal 13 Agustus 1994. Selain itu, masih ada salib suci, monumen Paus Paulus VI, Pius XII dan monumen D. Jose Alves Correia da Silva, uskup pertama yang melakukan restorasi Leiria (1920-1957).

 
100_2097
 
Gerbang Fatima

Gerbang bandara Lisabon,

saat datang pertama kali di Portugal

Gerbang Fatima,

saat pertama kali sampai di kompleks Fatima

Setelah berdoa rosario, bermeditasi dan berfoto bersama segenap anggota rombongan, kami kemudian menginap di Hotel Tryp Coimbra, Av. Amando Gonsalves 20 Ap. 2056-3000-059 Coimbra, Portugal. Hal yang menarik dan sangat bagus adalah lampu lorong hotel, yang hanya akan menyala secara otomatis kalau pintu kamar atau lift dibuka dan akan ada orang lewat, sehingga tidak menyala sepanjang malam dan terjadi pemborosan energi sia-sia. Malam itu kami beristirahat dengan nyenyak untuk melanjutkan perjalanan, menyeberang ke daratan negeri Spanyol esok harinya.

bersambung dengan petualangan di negeri Spanyol

sekian

*) peziarah sekaligus pelancong dari tanah Jawa

Categories
Istanbul

2006 KOREA YANG TEREKAM NYATA

 

KOREA YANG TEREKAM NYATA

fx. wikan indrarto & b. sari prasetyati *)

Kami mendarat dengan selamat dari Jakarta dengan pesawat Korean Air Airbus A330-300 di Incheon International Airport, jauh di sebelah barat Seoul, pada pagi yang cerah Sabtu, 7 Oktober 2006 pk. 06.50 waktu setempat yang sama dengan WIT (Waktu Indonesia Timur). Bandara ini sungguh suatu bandara yang modern, tertata, rapi, bersih dan didominasi warna biru laut yang membuat ayem. Proses imigrasinya luar biasa banget, teliti, waspada penuh dan sedikit mencekam, maklum dalam situasi darurat militer. Setelah proses pembagian tempat duduk di bis, akhirnya kami harus menuju tempat parkir penjemput yang cukup jauh, melalui lorong bandara yang tertata, menyala dan dipenuhi space iklan dalam bahasa dan huruf Korea yang sama sekali tidak kami mengerti. Sayang sekali, penjelasan guide kami dari Jakarta maupun local guide yang bisa berbahasa Indonesia, tidak cukup kami dengar jelas, sehingga banyak masalah penting lewat begitu saja. Yang utama menurut kami adalah masalah sinyal HP. Di Korea hanya dikenal sistem CDMA, bukan GSM, dan tidak ada kartu chip, voucher isi ulang ataupun kartu perdana. Jadi, dianjurkan menggunakan kartu telephone untuk telephon international ke Indonesia, menggunakan telephone umum dengan kode international, dalam instruksi berhuruf Korea dan bertarif Rp. 7.000/menit. Kalau tidak mau repot, dapat juga menyewa HP di airport, deposit untuk pesawat HPnya dan pulsanya dibebankan pada kartu kredit. Hal ini juga tidak kami lakukan, sebab terasa ruwet dan di luar kemampuan harian kami.

 Bis  100_1387

Bis pariwisata kami, menjelajah
daratan Korea, buatan KIA Motors

Gerbang tol berbentuk
rumah adat Korea yang megah

Dari bandara Incheon, kami menggunakan sebuah bis wisata besar berisi 50 seat dan sebuah van sejenis KIA PREGIO (di Korea dinamakan KIA  BANGOO 3). Kami ditempatkan di van, beserta dokter dari Bandung, Jakarta dan Medan. Kami langsung menuju ke Gwangju, di sisi selatan semenanjung Korea. Perjalanan itu kami lakukan melalui jalan tol yang bagus, tertata dan teratur. Setelah makan pagi dengan menu Korea di pinggiran pantai barat semenanjung, kami melanjutkan perjalanan sejauh 580 km yang akan kami tempuh dalam waktu 6 jam atau lebih, selalu melalui jalan tol. Di sepanjang jalan tol, semua mobil adalah buatan Korea, dari segala ukuran, jenis, model, kemewahan dan merk seperti KIA, Hyundai, Ssyangyong dan Daewoo. Hanya ada 1 Honda CRV, sedikit sekali BMW, Audi dan Mercedez. Memang hampir tidak ada sama sekali barang impor di Korea, semua dihasilkan oleh pabrik di dalam negeri. Kami beristirahat di rest area pinggiran tol 2 kali, sekaligus makan siang. Semua rest area sangat penuh sesak, sebab hari itu bertepatan dengan liburan panjang Hari Tjung Chu (hari ke 15 bulan ke 8 setelah Imlek), seperti arus mudik lebaran di Indonesia. Makan siang menu Korea, dengan rasa hampir hambar untuk lidah kami, menu rata-rata berharga W5.000 (setara dengan Rp. 50.000). Meski sangat padat, tetapi antrian makan sangat teratur, semua pembeli lapor ke kasir, menunjuk gambar menu pada neon box di dinding (sama sekali tidak bicara, lha wong mereka hanya bisa berbahasa Korea), membayar dan menerima struknya, mengambil sendiri pesanan makannya di konter koki dengan menukar struk pembayaran, membawa ke meja, memakan sampai habis dan mengantar kembali perlengkapan makan yang kotor ke konter pencuci piring. Hanya gelas untuk minum yang harus dimasukkan sendiri ke mesin pencuci di sisi yang lain. Tidak ada pelayanan rumah makan untuk aktifitas sepadat itu, sungguh efektif SDM dan hal ini menjamin tempat makan seperti itu selalu bersih, meskipun padat pengunjung.

Perjalanan kami lanjutkan kembali melalui jalan tol yang simpang siur, teratur, saling jerat dan menakjubkan. Saking banyaknya jalan tol, susunannya sudah seperti jaringan elektronik atau saraf manusia yang ruwet. Di Korea pengemudi menggunakan sisi kanan jalan, dan di lajur paling cepat di sisi kiri jalan hanya digunakan untuk bis atau van dengan penumpang 9 orang atau lebih, mirip aturan three in one di Jakarta. Jadi, kami semua sangat lancar di jalan, meskipun arus mudik di sana sangat padat sekali, sebab kami menggunakan sebuah bis dan sebuah van dengan penumpang banyak, sementara hampir semua mobil berbentuk sedan, jeep atau MPV kecil. Hampir semua penumpang tertidur lelap, sebab selain jalan tolnya relatif datar, meski harus melalui jurang dan gunung berhutan lebat dengan adanya terowongan dan jembatan, juga karena fisik kami yang kelelahan dan belum mandi semua dalam 24 jam terakhir. Setelah kami mencapai Gwangju, salah satu dari 5 kota besar di Korea, perjalanan kami teruskan ke Naju, sebuah kota kecil 45 menit dari Gwangju.

 Jalan Salib  100_1378

Pemberhentian terakhir, jalan salib di Bukit Terberkati dan Mata Air Suci (Blessed Mother’s Mountain dan Miraculous Spring) di Naju

Kapel Keajaiban Ekaristi (Eucharistic Miracle Caple), patung kecil Bunda Maria yang menangis darah dan perubahan hosti terjadi di sini, Naju, dekat Gwangju, Korea

Naju adalah kota tujuan ziarah kami. Tahun ini genap 20 tahun terjadinya mukjijat pertama di situ, meskipun sampai saat ini hal tersebut belum secara resmi diakui oleh Tahta Suci Vatikan.  Kami mengunjungi Gunung yang Terberkati (Blessed Mother’s Mountain) yang merupakan Bukit Doa dan Jalan Salib. Sore itu kami mengikuti ritual jalan salib bersama dengan rombongan peziarah dengan menggunakan Bahasa Korea. Di sepanjang rute jalan salib itulah Ibu Julia Kim yang terberkati sering berdoa, ditemani Yesus dan Maria, mendapatkan tetesan darah Yesus, rambut coklat Yesus dan cambukan, pukulan ataupun tendangan kaki serdadu Romawi yang dulu dirasakan sendiri oleh Yesus. Mukjijat terakhir terjadi pada Hari Jumat Agung, 14 April 2006 yang lalu. Untuk lebih jelasnya, silakan mengunjungi www.najumary.or.kr versi Bahasa Indonesia. Menjelang malam, kami mengunjungi Kapel Keajaiban Ekaristi (Eucharistic Miracle Caple), dimana patung kecil Bunda Maria memberikan pesan-pesan damainya kepada Ibu Julia Kim, juga mengeluarkan air mata, air mata darah, maupun wewangian untuk jenazah Yesus. Patung tersebut hanya seukuran bayi baru lahir, tetapi sejak tahun 1985 tidak henti-hentinya menjadi jembatan rohani antara Ibu Julia Kim dengan Bunda Maria (Shrine for Criying Virgin). Setelah berdoa secara khusus, juga menyampaikan doa-doa titipan para teman dan kerabat di Indonesia, perjalanan kami lanjutkan dengan makan malam menu Korea dan menginap di Hotel Prado, pusat kota Backwoon-Dong, Nam-Gu, di Gwangju, Korea sisi selatan. Di seluruh Korea, teknologi sudah sangat lumrah dalam keseharian mereka, termasuk internet 24 jam gratis di banyak tempat, juga di kamar setiap hotel, meskipun di layar monitor komputer maupun keyboard terpampang huruf Korea, sehingga kami sedikit pusing karenanya, meski pada akhirnya tetap pulas tidur di kamar hotel itu.

Pada hari selanjutnya, setelah makan pagi di Hotel Prado Gwangju, kami ber-6 kembali melanjutkan perjalanan dengan van KIA Bangoo3 mengikuti rombongan yang menggunakan bis pariwisata besar menuju Seoul. Jadwal perjalanan dirancang  ulang oleh local guide kami, sebab hari Minggu, 8 Oktober lalu merupakan hari terakhir libur panjang di Korea. Kami mengikuti arus mudik para penduduk kota metropolitan Seoul, sehingga acara berdoa kembali di Bukit Terberkati dan Mata Air Suci (Blessed Mother’s Mountain dan Miraculous Spring) di Naju terpaksa dibatalkan. Pagi itu kami kembali menyusuri jalan tol yang ruwet, bertingkat dan terstruktur rapi dengan under pass (jalan nunduk) maupun fly over (jalan layang) yang bersusun bahkan sampai 4 tingkat. Pengemudi kami terpaksa mencari jalur alternatif menuju Seoul, sebab arus mudik sangat padat. Meskipun jalur alternatif, tetapi semuanya tetap merupakan jalan tol, bebas hambatan dan bebas berhenti sembarangan. Kami sempat berhenti di jalur darurat tol, sebab ada beberapa peserta yang tidak tahan lagi menahan kencing. Begitu kedua mobil kami berhenti di pinggiran tol, banyak teman-teman kami yang lari berhamburan mendaki bukit untuk kencing, termasuk beberapa teman wanita, maklum rest area hanya ada setiap 45 menit perjalanan. Peristiwa serupa, ternyata tidak hanya kami alami, sebab di beberapa tempat kemudian ada juga beberapa mobil yang parkir darurat untuk buang hajat.

 Rest Area  100_1401

Rest area pinggiran tol, yang padat pemudik saat liburan panjang

Papan penunjuk arah yang berhuruf Korea

Kami berhenti untuk makan siang di rest area kecil di tengah hutan. Local guide kami meminta maaf, sebab di rest area tersebut kami harus makan siang seadanya. Informasi dari GPRS (alat monitor di dashboard setiap mobil di Korea) menunjukkan bahwa rest area berikut yang lebih besar sudah sangat padat pemudik. Kami makan siang menu Korea, yaitu nasi pulen semangkok kecil, sayur sawi awetan yang pedas, ikan bakar 2 potong, dan beberapa jenis makanan yang tidak dikenal di rumah dan terasa hambar. Rerata menu Korea paket di rest area seharga W5.000. Sama seperti di rest area hari sebelumnya, kami mengambil menu di konter koki dalam nampan, mengambil air putih dari mesin minum di pojok ruang, membawa ke meja, memakan habis, meski terasa hambar. Setelah itu kami harus mengembalikan kembali gelas minum ke mesin minum yang mencuci secara otomatis di pojok ruang, mengantar nampan makanan ke konter cuci piring dan mengembalikan kursi secara rapi. Kerapian, kebersihan dan keteraturan di tempat makan umum yang luas menjadi sangat terjaga, meskipun tidak ada pelayanan. Luar biasa. 

Setelah cukup kenyang, kami berbelanja di areal parkir kendaraan. Rest area itu cukup kecil, meskipun demikian tempat parkirnya hampir 2 kali lipat lapangan sepak bola. Dapat dibayangkan luasnya tempat parkir di rest area ataupun tempat-tempat umum lainnya di Korea, sangaaat luas. Lapangan parkir yang luas tersebut tetap bersih, rapi dan semua kendaraan parkir di tempat yang telah disediakan menurut ukuran besar kecilnya kendaraan, meskipun sama sekali tanpa petugas parkir. Banyak pedagang kaki lima yang menjajakan barang dagangannya menggunakan mobil van bertenda. Barang yang dijual sangat beragam, dari perlengkapan rumah, kendaraan, radio, onderdil sampai pakaian. Kami kembali memasuki jalan tol yang semakin siang justru semakin padat. 

Menjelang sore, masih dalam keadaan mengantuk, kami memasuki kota metropolitan Seoul. Kota ini berpenduduk 13 juta orang dari sekitar 40 juta penduduk Korea. Hampir semua penduduk tinggal di apartemen dan memiliki rata-rata 2 mobil setiap keluarga. Kendaraan yang ada hampir semua buatan Korea berbentuk sedan. Sepeda motor sangat jarang, dan apabila ada hanya digunakan untuk mengantar barang. Sama seperti kota metropolitan di negara maju, Seoul merupakan kota bersih, teratur, dan ramai. Kota ini dibelah oleh Sungai Han yang lebar dan dilalui oleh 14 jembatan untuk kendaraan dan 3 jembatan untuk kereta api.  Angkutan penumpang terbanyak berupa bis kota yang melalui 2 jalur busway di setiap jalan besar, taxi, kerata api dan 8 jalur subway (kereta bawah tanah) dengan 4 tingkatkan lorong. Yang mengagumkan, semua moda angkutan adalah buatan dalam negeri, dengan KIA, Hyundai dan Daewoo yang merupakan mayoritasnya. 

Sore itu hampir menjelang pukul 5 kami masuk pusat kota. Kami diturunkan di kawasan Dong Daemon, sebuah sentra bisnis yang baru saja berkembang di bekas arena olah raga. Memang masih ada Stadion Dong Daemon yang megah dan kuno, tetapi sekarang hanya dipakai untuk tempat parkir kendaraan, sebab di Seoul sudah dibangun World Cup Stadium yang megah sebagai gantinya, dan sudah digunakan untuk sebagian pertandingan kejuaraan Piala Dunia FIFA 2002 yang lalu. Setelah membeli beberapa buah cindera mata, kami lanjutkan dengan makan malam dan bersistirahat di M Hotel (memang namanya hanya huruf M) di kawasan Youido-Dong, Yeoungdeungpo-Gu, pinggiran sungai Han, Seoul. Malam itu kami beristirahat dengan pulas.

Pada hari ketiga di Korea, Senin 9 Oktober 2006, setelah makan pagi di Cafe MU, Hotel M lantai 2 di tengah kota metropolitan Seoul, kami berangkat menuju Everland.

 100_1412  100_1428

Suasana kampung Belanda dengan kincir angin di Everland Yongin Theme Park

The National Folk Museum of Korea (Museum Nasional Rakyat Korea)

Dengan 2 kendaraan yang kami gunakan hari sebelumnya, kami menuju Everland Yongin Theme Park. Everland merupakan salah satu dari 7 taman rekreasi besar yang merupakan tujuan wisata utama di seluruh dunia. Bahkan pada tahun 1996, Everland memecahkan rekor dunia, sebab dikunjungi oleh 9 juta pengunjung, mengalahkan Disneyland Tokyo. Banyak permainan yang sangat menantang tersedia di sana. Kami masing-masing disediakan jatah 5 tiket permainan yang berharga W45.000 per orang per permainan. Sebenarnya arena bermain ini lebih cocok untuk anak-anak usia SD dan SMP, seperti kebanyakan tamu yang datang bersamaan dengan kami. Walaupun demikian, kami tetap menjalaninya sebagai sebuah sekedar pengalaman, tanpa penjiwaan berarti, karena kami jadi teringat akan semua anak yang terpaksa dititipkan karena keberangkatan kami. Perjalanan, permainan, makan siang dan kepulangan kami kembali ke kota metropolitan Seoul menghabiskan waktu tiga perempat hari, melewati jalan tol yang menembus hutan lebat, terowongan panjang, melintasi jembatan di atas jurang dalam atau jalan yang lain, dan masuk areal underpass atau fly over yang simpang siur. 

Sore harinya kami mengunjungi The National Folk Museum of Korea dan Gyeongbokgung Palace, dilanjutkan ke Myeong-dong Cathedral, makan malam dan belanja di areal bisnis Myeong-dong. The National Folk Museum of Korea (Museum Nasional Rakyat Korea) dibangun pada tahun 1972 dan setelah dipugar secara megah berwujud modern sejak 17 Februari 1993. Di halaman depan (outdoor exibition) museum terdapat batu dan kayu berukir peninggalan bangsa Korea kuno sampai yang terbaru peninggalan abad 19, termasuk kereta listrik (trem) pertama) dan pompa air kuno. Di dalam museum ini terdapat koleksi benda bersejarah yang menggambarkan sejarah kuno bangsa Korea dari dinasti ke dinasti, siklus kehidupan bangsa Korea sejak lahir sampai meninggal dan dilengkapi beberapa fasilitas untuk seminar, pentas, eksposisi dan pertunjukan kebudayaan bangsa Korea. Gedung utama berbentuk pagoda Beopjusa dengan arsitektur serupa dengan Geunjeongjeon (gedung pusat pemerintahan Korea kuno) dinasti Joseon (1392-1910). Gambaran kehidupan bangsa Korea pertama adalah kerajaan Goguryeo (37 SM sampai 668 M), bersamaan dengan kerajaan Baekje (18 SM sampai 660 M) sampai yang paling besar adalah kerajaan Silla (57 SM sampai 935 M), diteruskan dengan kerajaan Balhae (698 sampai 927 M) dan dinasti Goryeo (918 sampai 1392 M).

Setelah mengambil gambar seperlunya, perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki saja menuju Gyeongbokgung Palace (istana raja) yang terletak dalam 1 kompleks besar. Pada awal abad ke 20 bangsa Korea dijajah oleh bangsa Jepang. Hampir semua sisa-sisa kebesaran bangsa Korea dihancurkan oleh tentara Jepang, sampai-sampai tidak satupun yang tersisa utuh. Istana Gyeongbokgung pada awalnya didirikan oleh dinasti Joseon pada tahun 1394 dan dipugar kembali dalam bentuk aslinya pada tahun 1972, yang dapat kita nikmati sekarang ini. Paling tidak terdapat 11 gedung yang tertata rapi, berarsitektur serupa, berupa rumah panggung dengan atap segitiga melengkung ke atas pada ujungnya dan yang terbesar dilengkapi dengan tahta raja. Pada halaman depan gedung terbesar, biasa diselenggarakan tarian tradisional Korea yang ditonton dan digemari semua pengunjung.

 Museum  istana Raja

Museum Nasional Rakyat Korea berbentuk pagoda Beopjusa dengan arsitektur serupa dengan Geunjeongjeon (gedung pusat pemerintahan Korea kuno)

Gyeongbokgung Palace (istana raja) replika istana termegah dari dinasti Joseon yang berkuasa pada tahun 1394

Setelah mengamil beberapa gambar, kami melanjutkan perjalanan dengan kendaraan ke Myeong-dong Cathedral. Katedral (gereje katolik terbesar) ini dibangun pada tahun 1784 oleh sekelompok bangsa Korea yang pertama kali memeluk agama Katholik, pada awalnya dinamakan gereja Myeong-Nae-Bang. Bentuk yang sekarang digagas oleh Pastor Coste dari Perancis dan diberkati pada 29 Mei 1898 dengan sebutan Bunda Maria Tak Bernoda (Our Lady of the Immaculate Conception). Pada tahun 1900 dilakukan pemakaman ulang para martir Korea yang dibunuh sejak tahun 1839 sampai 1866 di gereja ini. Pastor Korea asli yang pertama (Pastor Rhee Ki-jun) dan Uskup Korea asli yang pertama (Mgr. Rho Ki-Nam) ditahbiskan di gereja ini pula. Sejak tahun 1945 saat bangsa Korea merdeka dari penjajahan Jepang, nama gereja diubah dari Chong-Hyen menjadi katedral Myeong-Dong. Katedral yang terletak di pusat kota metropolitan Seoul ini berarsitektur murni Gothic, memiliki lantai berbentuk salib dengan 16 buah tiang penyangga berjajar rapi ke depan, atapnya setinggi 23 meter dan lonceng gereja setinggi 45 meter. Kaca patri berhias pada setaip jendela yang aslinya dirancang oleh Benedictine Monasteris dari Perancis, pada tahun 1982 dipugar oleh perancang Korea, Lee Nam-gyu, menjadi bentuk yang sekarang ini, yaitu menggambaran cerita Injil dan doa Rosario. Patung Bunda Maria yang Terberkati (Blessed Mother) yang dipersembahkan oleh Mgr. Rho Ki-Nam pada 27 Agustus 1960 untuk perdamaian abadi di Semenanjung Korea, diletakkan di tepi tempat parkir di depan gereja. Kami melakukan doa pribadi bersama-sama dengan para pekerja yang pulang kantor, di depan patung Bunda Maria yang Terberkati. Meskipun di pinggiran tempat parkir mobil di area bisnis yang padat, ruwet dan berdenyut 24 jam, tempat tersebut sangat damai, tenang, dan cocok sekali bagi siapa saja yang lewat untuk berhenti sejenak dan berdoa. Sehabis berdoa rosario, kami mengikuti misa kudus harian yang dimulai setiap pk. 6 sore dalam Bahasa Korea. Lagu, doa, bacaan Injil, homili dan semua liturginya disampaikan dalam Bahasa Korea yang sama sekali tidak kami mengerti. Walaupun demikian, kami percaya Gusti mboten sare (Tuhan tidak tidur) dan mendengar doa kami semua, meskipun dalam bahasa kami masing-masing, untuk seluruh ujub dan permohonan kami, termasuk perdamaian abadi di Semenanjung Korea dan doa-doa titipan para teman maupun kerabat di tanah air. Malamnya kami tidur sangat pulas di kamar hotel M.

 Katedral  100_1446

Myeong-dong Cathedral. Katedral (gereje katolik terbesar) ini dibangun pada tahun 1784 dan sementara dipugar

Patung Andrew Kim Tae-Gon (1822 – 1846), salah satu Martir Korea yang paling lembut hati di dekat Katedral Myeong-dong

Pada hari ke lima di Korea, setelah sarapan pagi sekedarnya di Cafe MU, Hotel M lantai 2, di pusat kota metropolitan Seoul, kami melanjutkan perjalanan yang sangat ditunggu-tunggu dan menegangkan, yaitu ke DMZ (De-Militerized Zone) atau Daerah Bebas Militer. Sebagaimana kita ketahui bersama, sejarah Perang Dingin masih menyisakan peninggalan memilukan, satu-satunya yang tersisa di dunia yaitu konfrontasi di semenanjung Korea yang memisahkan Korea Utara (komunis, didukung oleh China dan Rusia) dan Korea Selatan (liberalis, didukung oleh Amerika Serikat, Eropa dan Jepang). Untuk memahami sepenuh hati perasaan bangsa Korea, semua pengunjung harus membayangkan betapa kejamnya perang yang meninggalkan pilu dan luka mendalam bagi para korbannya. Sampai saat ini, Korea adalah satu-satunya negara di dunia yang dipisahkan dan dilukai oleh hal itu. DMZ, daerah bebas militer dan konflik, adalah simbol pemersatu bangsa Korea, meskipun pada kenyataannya merupakan pemisah yang disusun dan dipelihara sampai saat ini. Sejak Perang Korea yang mencabik-cabik banyak anak manusia berakhir pada tahun 1953 dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, DMZ angkuh berdiri dan memisahkan 2 negara di semenanjung Korea. Garis batas 33 LU memisahkan kedua negara, dan 2 km ke kedua arah berlawanan dari garis imajiner tersebut adalah areal DMZ.

 100_1460  100_1454

Puncak gunung Dora, ruang pengintaian ke Korea Utara di DMZ

Monumen program penyatuan Korea di pelataran parkir DMZ

Kami menyiapkan diri masing-masing dengan paspor di tangan, berpakaian rapi, tidak diperkenankan menggunakan kaos tanpa kerah, jean, celana pendek, sandal dan kostum mirip tentara sesuai aturan yang dibuat oleh pihak militer. Kami menggunakan 2 kendaraan kami dan berangkat menuju kota Paju. Paju yang berjarak 52 km dari pusat kota metropolitan Seoul merupakan kota besar paling utara dari Korea (Selatan). Di kota tersebut kami harus melaporkan diri, berganti bis, sebab kendaraan pribadi seperti van kami dilarang masuk areal DMZ, dan bergabung dengan semua teman-teman di dalam bis kami. Setelah mendapatkan surat jalan, bis kami harus melalui jembatan besar yang dipenuhi pemisah jalan dari besi dan kawat berduri, sehingga semua kendaraan harus berjalan satu persatu secara zig-zag, dipantau dengan teropong militer dan dicegat di ujung jembatan oleh militer. Salah satu tentara kemudian masuk ke dalam bis kami, mengecek secara acak paspor kami, mencocokkan dengan surat jalan dan akhirnya mengijinkan kami masuk. Di areal tersebut dilarang mengambil foto ataupun video, sebab daerah tersebut adalah daerah militer. Kami mengunjungi terowongan ke 3. Seperti kita ketahui bersama, setelah Perang Korea berakhir pada tahun 1953, tentara Korea Utara yang komunis masih tetap bernafsu untuk menghancurkan Seoul. Mereka membuat 4 buah terowongan bawah tanah sebagai bagian dari siasat infiltrasi ke selatan, meskipun rencana rahasia tersebut akhirnya diketahui dan gagal total. Terowongan ke 3 dideteksi pada 17 Oktober 1978 dan berlokasi sekitar 52 km dari Seoul. Terowongan ini adalah yang paling besar, dengan sekitar 10.000 tentara dapat melewatinya dalam 1 jam. Pada saat terowongan ini diketahui, pihak Korea Utara justru menyalahkan pihak Korea Selatan yang melakukannya untuk menyerang utara, meskipun pada akhirnya mereka mengakuinya, setelah teknologi dapat memecahkan misteri jahat ini. Kami menggunakan kereta tambang bawah tanah yang dimodifikasi, berpenumpang 45 orang, menggunakan helm pekerja tambang dan sabuk pengaman di kursi kereta dengan 3 orang penumpang setiap kursinya. Kereta membawa kami ke lorong sepanjang 300 m ke bawah tanah yang cukup terang, dingin dan bersih. Sesampainya di dasar terowongan, kami harus berjalan kaki secara mendatar menyusur terowongan ke arah utara sepanjang 250 meter. Pada ujungnya kami harus berhenti pada pintu besi yang dikuatkan dengan pagar kawat berduri dan kabel bertegangan listrik. Setelah pintu besi tersebut, daerah di sebelah utaranya adalah wilayah DMZ yang tidak boleh dikunjungi oleh wisatawan.

Setelah merasa merinding dan ngeri membayangkan apa yang dahulu terjadi, yaitu korban yang meninggal saat pembuatan terowongan tersebut, dan membayangkan korban yang akan meninggal seandainya infiltrasi tersebut berhasil, kami kembali ke atas. Setelah wisata bawah tanah, kami mesuk ke ruangan teater dan melihat film dokumenter selama 8 menit tentang kejamnya Perang Korea, DMZ, kesedihan karena pemisahan, perundingan perdamaian yang telah dilaksanakan dan harapan generasi muda Korea akan hari esok yang cerah dan damai. Terowongan ke 3 ini terletak di bawah Gunung Dora yang gersang. Perjalanan kemudian kami teruskan menuju puncak Gunung Dora yang terdapat sebuah gedung pengamatan ke utara untuk wisatawan. Kami menggunakan teropong dengan sewa W500 untuk melihat kota Gaeseong, kota Gaesung dan Gunung Geumgangsan di wilayah Korea Utara, serta aktifitas tentara mereka. Sangat mengerikan sekali apabila perang terbuka terjadi kembali, apalagi pihak utara sampai saat ini masih terus bersikap provokatif. Semoga saja perdamaian akan segera terwujud di sini. Kami tidak mengunjungi desa Panmunjeon (desa perdamaian atau The Joint Security Area) yang terkenal itu karena alasan keamanan. Meskipun desa tersebut hanya seluas 800 m2, tetapi desa tersebut merupakan simbol kerja sama antara Korea Utara dan PBB, dan ditetapkan sebagai daerah di luar kekuasaan Korea Utara maupun Korea (Selatan). Pihak PBB dan Korea Utara masing-masing memiliki 6 pos pengamatan bersama dan 35 pos keamanan sendiri di desa tersebut. Sejak terjadinya pembunuhan tentara PBB termasuk Kapten Auther G. Bonifas oleh tentara Korea Utara pada 18 Agustus 1976, sampai sekarang tentara PBB tidak dapat lagi melewati garis batas yang ditentukan. Setelah mengunjungi DMZ, kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Dorasan. Ini adalah stasiun kereta api Korea (Selatan) yang paling utara dan dirancang untuk dapat menyatu dengan jaringan kereta api di wilayah utara. Meskipun sampai saat ini jalur kereta api tersebut baru hanya digunakan untuk jalur bantuan logistik, tetapi pihak selatan sudah menyiapkan seluruh infrastrukturnya. Apabila perdamaian kelak betul dapat terlaksana, maka jalur kereta api, jalan raya, sambungan telephone, air, listrik dan segalanya dapat langsung conect, sebab saat ini pembangunan sangat gencar di selatan. Setelah makan siang di sekitar kota Paju, kami kembali ke Seoul.

Menjelang sore kami mengunjungi Jeoldusan Martyrs’ Museum, di Hapchong-dong, Mapo-gu, pinggiran Sungai Han di Seoul. Untuk lebih jelasnya dapat diakses pada www.jeoldusan.or.kr. Museum ini dibangun pada Maret 1966, bertepatan dengan 100 tahun (Kalender Cina) pembantaian Pyong-in (sebenarnya terjadi pada tahun 1866). Gedung ini dirancang oleh arsitek Lee Hee-Tae yang memadukan tradisi, keindahan dan inkulturasi bangsa Korea, sampai memenangkan medali perak untuk kejuaraan arsitektur internasional. Di dalamnya tersimpan koleksi perjalanan batin bangsa Korea kuno yang beragama Katolik, pengembangan awal, penindasan, penyiksaan sampai pembunuhan oleh para penguasa jaman itu. Sampai saat ini telah diakui oleh Takhta Suci di Vatikan akan adanya 103 orang martir Korea, termasuk Andrew Kim Tae-Gon (1822 – 1846), Thomas Choi Yang-up (1821 – 1861) Charles Hyun Seok-mun (1799 – 1846) dan Paul Jeong Hsang (1795 -1839), serta 10 orang misionaris Perancis yang tergabung dalam ‘Paris Foreign Missionary Society’. Pengakuan tersebut dilakukan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada 6 Mei 1984 di Yeouido Plaza, pinggiran kota Seoul, saat berkunjung dan memperingati 200 tahun berdirinya gereja Katolik di Korea.

 100_1462  100_1469

Patung Andrew Kim Tae-Gon (1822 – 1846), salah satu martir Korea di pelataran Jeoldusan Martyrs’ Museum

Bangsawan Korea, berwajah Jawa, alias blasteran

Setelah berdoa sebentar di kapel museum yang asri, berfoto seperlunya dengan patung Andrew Kim Tae-Gon yang berwajah tulus, kami melanjutkan perjalanan ke Ginseng Outlet Centre, melihat museum ginseng, mencicipi segala jenis makanan yang mengandung ginseng (berisi zat aktif saponin) dan membeli beberapa produknya langsung di tempat. Setelah itu kami masuk ke dalam studio fashion show untuk menyewa pakaian adat Korea dan berfoto dengan latar belakang gambar tradisi mereka. Foto kami dalam busana bangsawan Korea kuno terasa kurang berwibawa, maklum kami berdua tersenyum simpul malu-malu, dimana hal tersebut bukanlah sifat bangsawan Korea kuno. Sayang sekali, foto ulang dengan ekspresi tegas tidak dapat dilakukan lagi, lha wong nyewa kostumnya mahal banget je. Akhirnya kami memutuskan bergabung kembali dengan rombongan menuju Blue House (Gedung Biru), yang merupakan istana kepresidenan Korea saat ini, seperti Istana Negara di Jakarta. Sayang sekali, kami terlalu sore sampai di kompleks yang dijaga intel secara sangat ketat, sehingga pengambilan gambar sungguh tidak memuaskan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke area bisnis Itae-Won yang padat, murah, meriah dan penuh orang bule. Setalah makan malam di sekitar situ, kami kembali beristirahat di hotel untuk persiapan kepulangan kami esok hari.

Setelah sarapan pagi di Café MU, Hotel M, mengemasi barang-barang kami, menyelesaikan proses keluar (check out) hotel dan rapat darurat tentang tips untuk local guide, kami berkemas untuk memulai perjalanan hari terakhir di Korea. Hari Rabu, 11 Oktober 2006 pagi itu, kami mengunjungi Yoido Full Gospel Church di pinggiran Sungai Han yang bersih dan lebar. Gereja ini adalah sebuah gereja Kristen yang terbesar di seluruh daratan Korea, bahkan di seluruh dunia. Bentuk gedung utamanya mirip stadion olah raga ruang tertutup (indoor sport hall), bulat mentereng dan susunan kursinya melingkar dengan terap-terap menurun ke arah mimbar. Dominasi warna cokelat di sisi luar, dilengkapi salib Yesus yang besar dan penuh lampu benderang. Kami sempat melihatnya gemerlap di malam hari, pada saat kami akan kembali ke hotel, sebab gereja tersebut tidak jauh dari hotel M, tempat kami menginap. Setelah mengambil gambar seperlunya, kami memisahkan diri dari rombongan, sebab kami memiliki acara pribadi yang berbeda dengan mereka. Kami harus mengunjungi Seoul National University Children Hospital.

 100_1475  100_1488

Yoido Full Gospel Church. Gereja Kristen terbesar di Korea, bahkan di seluruh dunia yang berbentuk stadion olah raga ruang tertutup (indoor sport hall)

Seoul National University Children Hospital. Prof Il Soo Ha yang kami temui di kompleks rumah sakit yang megah ini.

Dengan pengaturan yang nyaris sempurna oleh local guide kami, kami dicegatkan taksi di dekat gereja tersebut. Dia menjelaskan kepada sopir taksi rencana kami, menyarankan untuk mengantar ke tujuan kami, menghubungi Prof. Il Soo Ha, direktur RS tersebut, yang akan kami temui menggunakan HP-nya yang dipinjamkan ke kami, dan menurunkan kami di tempat terdekat dengan kantor Prof. Ha, di dalam kompleks rumah sakit tersebut yang sangat luas. Malang benar nasib kami, sebab nomor HP Prof. Ha yang disalin local guide kami di HP-nya ternyata keliru, sehingga kami harus menggunakan bahasa tubuh (bahasa Jawa, Indonesia dan Inggris sekaligus dengan gerakan badan mirip Tarzan), untuk berkomunikasi selanjutnya, baik dengan sopir taksi tersebut, mapun petugas satpam rumah sakit. Untunglah dengan kebaikan mereka semua yang sama sekali tidak dapat berbahasa Inggris, kami dipertemukan dengan Prof. Ha di lorong lantai 2 rumah sakit tersebut. Setelah berdiskusi dengan sekitar 6 orang dokter anak di bawah koordinasi Prof. Ha, kami diajak keliling ke Ruang Perawatan Intensif Bayi (Neonates Intencive Care Unit) yang megah, bersih, canggih dan berteknologi maju, juga ke bangsal perawatan anak dan klinik rawat jalan untuk pasien anak. Setelah puas jalan-jalan, kami berpamitan dengan Prof. Ha yang ramah dan penuh perhatian, kemudian diantar oleh petugas administrasi yang dapat berbahasa Inggris menuju halte bus kota ke bandara. Kami harus melewati lorong-lorong perumahan warga untuk meninggalkan kompleks rumah sakit menuju jalan besar di sebelah kiri kompleks. Semua bis kota melewati jalur khusus bis (bus way) yang bercat merah hati, berada pada jalur cepat paling luar, seperti bus way di Jakarta. Di halte bis sudah terpampang petunjuk lengkap tentang rute setiap nomor bis, tetapi semuanya menggunakan huruf Korea yang sama sekali tidak kami pahami. Kami harus mencari informasi pada papan yang berlambang pesawat, yang berarti bis kota yang khusus melayani rute ke Incheon International Airport. Setiap bis kota akan berhenti pada halte bis yang sudah ditentukan, sesuai dengan aturan yang ketat. Kami menunggu cukup lama dan sempat memperhatikan bis kota dengan tujuan lain, cara pembayaran tiket bis oleh setiap penumpang, juga cara berganti bis di halte penghubung (interconection shelter bus). Setiap penumpang bis disarankan memiliki kartu penumpang khusus, seukuran kartu ATM, yang harus ditempelkan di sebuah alat pemindai elektronik di kedua pintu masuk bis, baik pintu depan maupun belakang. Setiap pemindaian yang berhasil akan ditunjukkan dengan bunyi klik dan uang yang tersimpan dalam kartu tersebut akan terpotong (terdebet) secara otomatis. Kartu yang dapat juga digunakan untuk membayar tiket kereta bawah tanah (subway) tersebut harus selalu dicek saldonya dan kalu perlu diisi ulang menggunakan sistem transfer antar rekening melalui ATM di bank. Untuk penumpang yang tidak memiliki kartu tersebut, seperti halnya kami, penumpang harus masuk melalui hanya pintu depan, memasukkan uang ke kotak terkunci dekat sopir, melaporkan tujuan perjalanan, sopir akan memencet tombol angka sesuai tarif tiket di sebuah alat dekat gagang setir, dan akan keluar print-out harga tiket serta uang kembalian (bila ada) di mesin mirip ATM di sisi pintu masuk, dan akhirnya penumpang boleh masuk dan duduk di bis. Sangat sistematis, efisien dan bebas korupsi di belantara jalan raya yang biasanya rawan penyelewengan uang perusahaan bis. Melihat kami sangat tercengang dengan teknologi tersebut, wajar saja apabila Prof. Ha telah memerintahkan staf yang mengantar kami untuk pengurusan pembayaran tiket bis tersebut. Akhirnya kami bisa duduk tenang, dipantau oleh local guide kami yang masih tetap mengkawatirkan kondisi kami, yaitu secara serial menghubungi menggunakan HP yang kami pinjam dan tinggal pencet tombol terima. Kami menikmati perjalanan di sebuah bis besar bertulisan airport limousine menuju Incheoin International Airport, jauh di luar kota Seoul yang gempita. Bis kami hanya berhenti di halte bis khusus yang bertanda gambar pesawat, di sepanjang rute dalam kota Seoul. Setelah masuk jalan tol luar kota, kami butuh 45 menit waktu untuk menyusuri jalan tol yang ruwet, bertingkat, rapi dan megah sampai ke bandara. Secara kebetulan, kami tiba di bandara berbarengan dengan rombongan kami yang telah selesai mengunjungi beberapa tempat lain yang katanya tidak terlalu menarik. Setelah pengurusan bagasi, check-in rombongan dan proses imigrasi yang sederhana, termasuk pemantauan ketat setiap penumpang yang masuk terminal keberangkatan, kami pulang kembali ke Jakarta dengan pesawat Airbus A330-300 Korean Air KE627 melalui pintu (gate) 24 Incheoin International Airport, pada hari Kamis, 12 Oktober 2006

Demikianlah cerita perjalanan kami ke Korea, semoga bermanfaat bagi kita semua.

sekian

*) peziarah dan pelancong dengan dana terbatas, tinggal di Yogyakarta

Categories
Istanbul

PERAWAT DAN BIDAN

Hasil gambar untuk perawat dan bidan
PERAWAT DAN BIDAN

fx. wikan indrarto*)

Dewan Perawat Internasional (International Council of Nurses) pada Selasa, 27 Februari 2018 mengkamanyekan ‘Keperawatan Kini’ (Nursing Now), yang bertujuan untuk memberdayakan perawat, dalam membantu mencapai cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couverage (UHC). Apa yang sebaiknya dilakukan?

Hasil gambar untuk perawat dan bidan

Perawat dan bidan menyumbang hampir 50% tenaga kesehatan global, tetapi tetap saja terjadi kekurangan tenaga kesehatan global, khususnya perawat dan bidan. Kekurangan tenaga perawat dan bidan berbasis kebutuhan, terbesar ada di Asia Tenggara dan Afrika. Agar semua negara dapat mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) no 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan (health and well-being), WHO memperkirakan bahwa dunia memerlukan 9 juta perawat dan bidan tambahan pada tahun 2030.

Hasil gambar untuk perawat dan bidan

Profil Kesehatan Indonesia 2016 menunjukkan bahwa pada tahun 2016, proporsi terbanyak dari 219.654 orang tenaga kesehatan yang memiliki STR, yaitu perawat sebanyak 41,8% dan bidan sebanyak 35,9%. Secara nasional, rasio perawat adalah 114,75 per 100.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target tahun 2019 yaitu 180. Namun demikian, ada delapan provinsi dengan rasio perawat yang sudah memenuhi target yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Aceh, Maluku, Sulawesi Utara, Bengkulu, dan Jambi. Provinsi dengan rasio perawat terendah yaitu Lampung sebesar 49,44. Selain itu, rasio bidan di Indonesia baru sebesar 63,22 per 100.000 penduduk, juga masih jauh dari target 2019 yaitu 120. Ada empat provinsi yang telah memenuhi target yaitu Aceh, Bengkulu, Maluku Utara, dan Jambi. Provinsi dengan rasio terendah yaitu Jawa Barat sebesar 37,21.

Hasil gambar untuk perawat dan bidan

Berinvestasi untuk terciptanya perawat dan bidan adalah tindakan dengan nilai terbaik. Laporan Komisi Tinggi (the UN High Level Commission on Health Employment and Economic Growth) menyimpulkan bahwa, investasi dalam bidang pendidikan dan penciptaan lapangan kerja di sektor kesehatan dan sosial, menghasilkan pengembalian tiga kali lipat, berupa derajad kesehatan individu, kesehatan masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi inklusif yang lebih baik. Secara global, 70% tenaga kesehatan dan sosial adalah perempuan, dibandingkan dengan hanya 41% di semua sektor pekerjaan. Pekerjaan perawat dan bidan mewakili sebagian besar angkatan kerja perempuan.

Perawat dan bidan memiliki banyak peran, misalnya mengelola layanan kesehatan individu pasien, bekerja sama dengan keluarga pasien dan masyarakat sekitar, sehingga mereka dapat berperan penting dalam kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit maupun infeksi. Dibandingkan dokter, mereka juga lebih menyatu dan merupakan bagian dari komunitas masyarakat lokal, sehingga dapat memberikan intervensi kesehatan yang kadang lebih efektif, untuk memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan masyarakat.

Hasil gambar untuk perawat dan bidan

Layanan perawat dan bidan sesuai dengan resolusi Majelis Kesehatan Dunia WHA 64.7 (2011) yang meminta semua negara untuk melibatkan keahlian perawat dan bidan, ke dalam pengembangan sumber daya manusia dan kebijakan kesehatan. Hal ini sesuai dengan arah strategis global (The Global strategic directions for strengthening nursing and midwifery 2016–2020), yang memberikan kerangka kerja untuk mengembangkan, menerapkan dan mengevaluasi layanan perawat dan bidan yang dapat diterima, berkualitas, dan aman.

Terdapat empat tema untuk melibatkan perawat dan bidan dalam memperbaiki derajad kesehatan global. Pertama, memastikan perawat dan bidan yang terdidik, kompeten dan termotivasi dalam sistem kesehatan yang efektif dan responsif di semua tingkat. Kedua, mengoptimalkan pengembangan kebijakan, kepemimpinan, manajemen dan tata kelola yang efektif. Ketiga, memaksimalkan kapasitas dan potensi perawat dan bidan melalui kemitraan kolaboratif profesional dan pendidikan berkelanjutan; serta keempat, pengembangan tenaga perawat dan bidan berbasis bukti yang efektif.

Dengan ini diperlukan kegiatan kolaboratif antara dokter dengan perawat dan bidan. Selain itu, juga bertujuan untuk memastikan tersedianya tenaga perawat dan bidan yang berkualitas, hemat biaya dan berdasarkan kebutuhan populasi. Juga mendukung dan memastikan bahwa perawat dan bidan termotivasi secara memadai, dan diberdayakan untuk melaksanakan tugas mereka, dengan efektivitas dan kepuasan yang lebih baik.

Hasil gambar untuk perawat dan bidan

Program perluasan layanan perawat dan bidan dipercepat kepada individu dan masyarakat di banyak negara, dengan tujuan untuk mencapai UHC dan SDGs. Penerapan pendekatan ini dimulai pada tahun 1970an secara multilateral, sehingga sejak itu terjadi perubahan yang nyata pada organisasi dan institusi kesehatan. Perawat dan bidan semakin lebih besar perannya untuk memberikan layanan kesehatan primer untuk mencapai UHC, termasuk di Indonesia.

Hasil gambar untuk perawat dan bidan

Momentum kampanye Keperawatan Sekarang (the Nursing Now campaign), yang diluncurkan pada awal tahun 2018 dan akan berlangsung selama 3 tahun, mengingatkan arti penting kolaborasi. Dokter, perawat dan bidan, wajib bekerjasama untuk mencapai UHC. Sudahkah kita bijak?

Hasil gambar untuk dr wikan indrarto

Sekian

Yogyakarta, 1 Maret 2018

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak, Lektor di FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161,