MAKANAN FORTIFIKASI UNTUK ANAK
fx. wikan indrarto
Senin, 29 Mei 2023 diterbitkan Resolusi Majelis Kesehatan Dunia (WHA) ke-76 untuk mempercepat upaya fortifikasi mikronutrien pangan. Ini adalah upaya pencegahan defisiensi mikronutrien melalui fortifikasi pangan yang aman dan efektif. Apa yang perlu dicermati?
.
catatan : ringkasan tulisan ini telah dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta pada hari Minggu, 2 Juli 2023, halaman 8 kolom HUSADA
.
Defisiensi mikronutrien adalah kekurangan nutrisi yang diperlukan dalam jumlah kecil tetapi penting, mencakup vitamin dan mineral, terutama folat, besi, vitamin A, dan seng. Defisiensi mikronutrien mempengaruhi 50% dari semua anak usia prasekolah dan 67% dari semua wanita usia reproduksi di seluruh dunia, yang dapat menimbulkan konsekuensi serius, termasuk spina bifida pada bayi baru lahir dan kelanan bawaan tabung saraf lainnya. Kekurangan yang dapat dicegah ini juga dikaitkan dengan risiko kebutaan yang lebih tinggi, sistem kekebalan yang rapuh, berkurangnya kemampuan berolahraga dan kapasitas fisik pada anak. Ibu dengan mikronutrien rendah dapat melahirkan bayi prematur atau berat badan lahir rendah. Kekurangan yodium mengganggu perkembangan otak pada anak, melemahkan kemampuan belajar dan akhirnya produktivitas mereka juga turun.
.
baca juga : https://dokterwikan.com/2018/08/08/2018-nutrisi-bayi-pengungsi/
.
Fortifikasi pangan skala besar adalah salah satu solusinya. Dengan menambahkan vitamin dan mineral esensial ke makanan pokok dan bumbu, seperti tepung terigu dan jagung, beras, minyak goreng, dan garam sesuai dengan pola dan defisiensi konsumsi nasional, negara dapat memperbaiki dan selanjutnya mencegah defisiensi mikronutrien yang dimaksud. Fortifikasi adalah intervensi berbasis bukti yang berkontribusi pada pencegahan, pengurangan, dan pengendalian defisiensi mikronutrien. Ini dapat digunakan untuk memperbaiki defisiensi mikronutrien yang ditunjukkan pada populasi umum (fortifikasi massal atau skala besar) atau pada kelompok populasi tertentu (fortifikasi target) seperti anak-anak, wanita hamil dan warga penerima manfaat program perlindungan sosial.
.
WHO merekomendasikan fortifikasi makanan skala besar sebagai intervensi berbasis bukti yang kuat dan hemat biaya untuk melawan konsekuensi kekurangan vitamin dan mineral, termasuk gangguan kekurangan yodium, anemia dan kekurangan zat besi, dan cacat tabung saraf, dapat dikendalikan.
.
Resolusi tersebut diajukan oleh Australia, Brasil, Kanada, Chili, Kolombia, Ekuador, Uni Eropa dan 27 negara anggotanya, Israel, Malaysia, dan Paraguay. Indonesia belum ikut terlibat aktif dalam penerbitan resolusi tersebut, meskipun resolusi tersebut mendapat dukungan luas dari masyarakat sipil, dengan lebih dari 50 organisasi menyerukan WHO untuk mempercepat upaya fortifikasi mikronutrien makanan melalui surat yang ditandatangani bersama. Defisiensi mikronutrien adalah krisis yang mempengaruhi semua komunitas secara global, berpenghasilan rendah atau berpenghasilan tinggi. Program fortifikasi makanan memiliki potensi besar untuk memerangi defisiensi yang dapat dicegah ini dan melindungi kesehatan masyarakat. Resolusi tersebut diadopsi dari laporan United Nations Decade of Action on Nutrition (2016-2025). Dekade Nutrisi bertujuan untuk mempercepat implementasi komitmen semua negara untuk mencapai target nutrisi global dan penyakit tidak menular (PTM) terkait diet pada tahun 2025, dan berkontribusi pada realisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030.
.
Fortifikasi adalah proses penambahan kandungan satu atau lebih mikronutrien (yaitu, vitamin dan mineral) dalam makanan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas gizi dengan risiko minimal terhadap kesehatan. Selain meningkatkan kandungan gizi bahan makanan pokok, penambahan mikronutrien dapat membantu mengembalikan kandungan mikronutrien yang hilang selama proses pengolahan makanan. Fortifikasi adalah intervensi berbasis bukti yang berkontribusi pada pencegahan, pengurangan, dan pengendalian defisiensi mikronutrien. Ini dapat digunakan untuk memperbaiki defisiensi mikronutrien yang ditunjukkan pada populasi umum (fortifikasi massal atau skala besar) atau pada kelompok populasi tertentu (fortifikasi target) seperti bayi, anak, atau ibu hamil, dan komunitas penerima manfaat program perlindungan sosial.
.
Rekomendasi di semua wilayah meliputi iodisasi garam dan fortifikasi tepung jagung, tepung terigu dan beras dengan vitamin dan mineral. Untuk anak usia 6 bulan sampai 12 tahun meliputi bubuk mikronutrien yang mengandung zat besi dalam fortifikasi bahan makanan. Fortifikasi pangan secara hukum mewajibkan produsen makanan untuk menambahkan produk olahan makanan dengan mikronutrien tertentu, dengan jaminan yang meningkat dari waktu ke waktu, bahwa proses fortifkasi mengandung jumlah mikronutrien yang telah ditentukan sebelumnya. Fortifikasi sukarela terjadi ketika produsen makanan secara bebas memilih untuk menambahkan pada bahan makanan tertentu, untuk meningkatkan nilai gizi pada produk mereka. Secara global, peraturan wajib paling sering diterapkan pada fortifikasi makanan dengan zat gizi mikro seperti yodium, zat besi, vitamin A, dan asam folat. Dari jumlah tersebut, iodisasi garam adalah yang paling banyak diterapkan secara global.
.
Setiap bayi dan anak berhak atas gizi yang baik menurut “Konvensi Hak Anak”. Kurang gizi dikaitkan dengan 45% kematian anak. Secara global pada tahun 2020, 149 juta anak di bawah usia 5 tahun diperkirakan mengalami stunting (terlalu pendek untuk usia), 45 juta diperkirakan kurus (terlalu kurus untuk tinggi badan), dan 38,9 juta kelebihan berat badan atau obesitas. Kurang gizi diperkirakan berhubungan dengan 2,7 juta kematian anak setiap tahunnya atau 45% dari seluruh kematian anak. Pemberian makan bayi dan anak sangat penting untuk meningkatkan kelangsungan hidup, menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Periode 2 tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting, karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendorong perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan.
.
Fortifikasi makanan bayi dan anak dengan folat, besi, vitamin A, dan seng, perlu kita dukung sepenuhnya, agar semua anak Indonesia dapat tumbuh dengan baik.
Apakah kita sudah bijak?
Sekian
Yogyakarta, 15 Juni 2023
*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161, e-mail : fxwikan_indrarto@yahoo.com