Categories
anak COVID-19 dokter Istanbul kanker UHC vaksinasi

2023 Hari Pendengaran

Hari Pendengaran Sedunia 2022, Guru Besar UI: Kasus Bayi Lahir Tuli 1 per  1.000 Kelahiran di Indonesia

HARI  PENDENGARAN  DUNIA 2023

fx. wikan indrarto*)

Hari Pendengaran Dunia (World Hearing Day) dirayakan pada Jumat, 3 Maret 2023 dengan tema : Peduli Telinga dan Pendengaran untuk Semua! Kita diingatkan akan pentingnya mengintegrasikan perawatan telinga dan pendengaran di fasilitas kesehatan primer, sebagai komponen penting dari cakupan kesehatan semesta atau UHC (universal health coverage). Apa yang menarik?

.

Pada tahun 2050, hampir 2,5 miliar orang diproyeksikan akan mengalami gangguan pendengaran pada tingkat tertentu dan setidaknya 700 juta akan membutuhkan rehabilitasi fungsi pendengaran. Lebih dari 1 miliar orang dewasa muda berisiko mengalami gangguan pendengaran permanen yang sebenarnya dapat dihindari, karena praktik kebiasaan mendengarkan yang tidak aman. Investasi tambahan tahunan sekitar US $ 1,40 per orang diperlukan untuk meningkatkan layanan perawatan telinga dan pendengaran secara global. Selama periode 10 tahun investasi, program ini menjanjikan pengembalian hampir US $16 untuk setiap dolar AS yang diinvestasikan.

.

juga dimuat di : https://www.kompas.id/baca/opini/2023/01/10/peduli-telinga-dan-pendengaran

.

Penyebab gangguan pendengaran adalah multi faktorial pada periode yang berbeda sepanjang rentang hidup. Pada periode prenatal, terdapat faktor genetik, yaitu gangguan pendengaran herediter dan non-herediter dan infeksi intrauterin dari ibu masuk ke janin, seperti virus rubella dan CMV (sitomegalovirus). Pada periode perinatal adalah asfiksia lahir (kekurangan oksigen pada saat lahir), hiperbilirubinemia (ikterus parah pada periode neonatal), berat badan lahir rendah (BBLR), morbiditas perinatal lainnya dan komplikasi penatalaksanaannya.

.

baca juga :https://dokterwikan.com/2022/03/07/2022-pendengaran-sehat/

.

Pada masa anak dan remaja adalah infeksi telinga kronis (otitis media supuratif kronis), pengumpulan cairan di telinga (otitis media nonsupuratif kronis), meningitis dan infeksi lainnya. Sedangkan pada usia dewasa dan lanjut berupa penyakit kronis, merokok, otosklerosis, degenerasi sensorineural terkait usia, dan gangguan pendengaran sensorineural mendadak

.

Faktor yang terdapat sepanjang rentang hidup seperti impaksi serumen (kotoran telinga yang menetap), trauma atau benturan pada telinga atau kepala, suara atau bunyi keras, obat ototoksik, bahan kimia ototoksik terkait pekerjaan, kekurangan gizi, infeksi virus dan kondisi telinga lainnya, onset tertunda atau gangguan pendengaran genetik progresif, dan dampak gangguan pendengaran yang tidak tertangani.

.

Jika tidak ditangani, gangguan pendengaran berdampak pada banyak aspek kehidupan. Di negara berkembang, banyak anak dengan gangguan pendengaran seringkali tidak dapat mengenyam pendidikan formal. Orang dewasa dengan gangguan pendengaran juga memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi. Di antara mereka yang bekerja, persentase yang lebih tinggi dari orang dengan gangguan pendengaran berada di tingkat pekerjaan dengan gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja umum. WHO memperkirakan bahwa gangguan pendengaran yang tidak tertangani menimbulkan biaya global tahunan sebesar US$ 980 miliar. Ini termasuk biaya yang dihabiskan dalam sektor layanan kesehatan (tidak termasuk biaya alat bantu dengar), biaya dukungan pendidikan, hilangnya produktivitas, dan biaya sosial. Pada hal 57% dari beban biaya ini harus ditanggung oleh negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Pencegahan gangguan pendengaran sangat penting sepanjang hidup, dari periode prenatal dan perinatal hingga usia yang lebih tua. Pada anak hampir 60% gangguan pendengaran disebabkan oleh penyebab yang dapat dihindari, yang dapat dicegah melalui penerapan langkah intervensi kesehatan masyarakat. Demikian pula, pada orang dewasa, penyebab gangguan pendengaran yang paling umum, seperti paparan suara keras dan obat ototoksik, sebenarnya dapat dicegah.

Strategi yang efektif untuk mengurangi gangguan pendengaran pada berbagai tahap kehidupan meliputi imunisasi, praktik pengasuhan anak yang baik, konseling genetik, identifikasi dan pengelolaan kondisi telinga yang umum. Selain itu, juga program konservasi fungsi pendengaran di tempat kerja untuk paparan kebisingan dan bahan kimia, strategi mendengarkan yang aman untuk mengurangi paparan suara keras di tempat rekreasi, dan penggunaan obat yang rasional untuk mencegah gangguan pendengaran ototoksik.

Identifikasi dini gangguan pendengaran dan penyakit telinga adalah kunci penatalaksanaan yang efektif. Program ini membutuhkan skrining sistematis untuk mendeteksi gangguan pendengaran dan penyakit telinga. Program ini sebaiknya dilakukan pada bayi baru lahir, bayi, anak usia pra sekolah dan usia sekolah. Selain itu, juga pada orang yang terpapar kebisingan atau bahan kimia di tempat kerja, pasien yang menerima obat ototoksik dan kemlompok usia lanjut.

Penilaian pendengaran dan pemeriksaan telinga dapat dilakukan di fasilitas kesehatan primer, rumah sakit dan layanan komunitas. Alat seperti aplikasi “hearWHO” dan solusi berbasis teknologi lainnya memungkinkan untuk uji saring penyakit telinga dan gangguan pendengaran. 

https://cdn.who.int/media/images/default-source/health-topics/deafness-and-hearing-loss/hearwho-banner-with-qr-code.tmb-1366v.png?sfvrsn=37b879bf_6

Aplikasi ‘hearWHO’ yang saat ini hanya tersedia dalam bahasa Inggris, Spanyol dan Mandarin, memiliki kompatibilitas pada perangkat iOS dan Android, serta didasarkan pada teknologi digit-in-noise yang tervalidasi. Aplikasi ini memberi masyarakat umum akses ke uji saring pendengaran untuk memeriksa status pendengaran dan memantaunya dari waktu ke waktu. Aplikasi ini mudah digunakan, dapat menampilkan hasil pemeriksaan, dan menyimpan status pendengaran dari waktu ke waktu. Aplikasi ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang sering mendengarkan musik keras melalui perangkat audio pribadi, dan dapat digunakan oleh tenaga kesehatan untuk menyaring orang di komunitas untuk gangguan pendengaran dan merujuk mereka untuk tes diagnostik di RS, jika mereka gagal dalam skrining.

Unik, Alasan Tanggal 3 Maret menjadi Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran  Nasional | Medicalogy

Momentum Hari Pendengaran Dunia (World Hearing Day) 2023 mengingatkan kita bahwa masalah telinga dan fungsi pendengaran, merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui di masyarakat. Sebenarnya lebih dari 60% dari masalah ini dapat didiagnosis dan ditangani di fasilitas kesehatan primer. Untuk itu, integrasi perawatan telinga dan fungsi pendengaran ke dalam layanan kesehatan primer dimungkinkan, melalui pelatihan tenaga kesehatan dan pembangunan infrastruktur kesehatan. Integrasi semacam itu akan bermanfaat bagi masyarakat dan membantu negara bergerak menuju tujuan UHC. 

Apakah kita sudah melakukannya?

Sekian

Yogyakarta, 28 Desember 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM.

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life kanker UHC vaksinasi

2022 Dosis Vaksin HPV

Brilio - Vaksin ini masuk program imunisasi nasional dan wajib untuk anak  perempuan usia sekolah dasar kelas 5-6 SD. #infografikbrilio | Facebook

DOSIS   VAKSIN   HPV

fx. wikan indrarto

Selasa, 20 Desember 2022 WHO memperbaharui rekomendasi jadwal vaksinasi HPV (human papillomavirus). Apa yang baru? 

.

Kanker serviks adalah jenis kanker paling umum keempat pada wanita, dan lebih dari 95% kanker serviks disebabkan oleh HPV yang ditularkan secara seksual. Sering disebut sebagai ‘silent killer’ dan hampir seluruhnya dapat dicegah, kanker serviks adalah salah satu penyakit dengan ketidaksetaraan akses, karena 90% wanita dengankanker serviks ini tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

.

Mencegah perkembangan kanker serviks dengan meningkatkan akses ke vaksin yang efektif, merupakan langkah yang sangat signifikan dalam mengurangi penyakit dan kematian yang tidak perlu. Rekomendasi baru ini didasarkan pada penurunan yang sangat memprihatinkan dalam cakupan vaksinasi HPV secara global. Antara 2019 dan 2021, cakupan vaksinasi HPV dosis pertama turun 25% menjadi 15%. Ini berarti 3,5 juta lebih banyak anak perempuan yang tidak mendapatkan vaksinasi HPV pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2019.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/09/02/2020-bebas-kanker-serviks/

.

Optimalisasi jadwal HPV diharapkan dapat meningkatkan akses ke vaksin, menawarkan banyak negara dan wilayah kesempatan untuk memperluas jumlah anak perempuan yang dapat divaksinasi HPV. Selain itu, juga mengurangi beban tindak lanjut yang seringkali rumit dan mahal, yang diperlukan untuk menyelesaikan rangkaian vaksinasi. Penting bagi banyak negara untuk memperkuat program vaksinasi HPV mereka, mempercepat implementasi, dan membalikkan penurunan cakupan.

.

WHO sekarang merekomendasikan 3 jadwal. Pertama, jadwal satu atau dua dosis untuk anak perempuan berusia 9-14 tahun. Kedua, jadwal satu atau dua dosis untuk remaja perempuan berusia 15-20 tahun dan ketiga, dua dosis dengan interval 6 bulan untuk wanita di atas 21 tahun. Selain itu, rekomendasi tersebut menggarisbawahi pentingnya vaksinasi sebagai prioritas wanita dengan gangguan kekebalan, atau mereka yang hidup dengan HIV. Juga remaja perempuan dengan immunocompromised harus menerima minimal dua dosis, bahkan jika mungkin tiga dosis. Sasaran utama vaksinasi HPV adalah anak perempuan berusia 9-14 tahun, sebelum dimulainya aktivitas seksual. Vaksinasi target sekunder adalah anak laki-laki dan perempuan yang lebih tua, jika memungkinkan dan terjangkau.

.

Siap-siap! Vaksin Kanker Serviks Gratis Segera Dimulai di 8 Provinsi
.

“Vaksin HPV sangat efektif untuk pencegahan HPV serotipe 16 & 18, yang menyebabkan 70% kanker serviks,” ujar Dr Alejandro Cravioto, Ketua SAGE. “SAGE mendesak semua negara untuk memperkenalkan vaksin HPV dan memprioritaskan pengejaran kohort multi-usia dari kohort anak perempuan yang ketinggalan dan lebih tua. Rekomendasi ini akan memungkinkan lebih banyak anak dan remaja perempuan untuk divaksinasi dan dengan demikian mencegah mereka terkena kanker serviks dan semua konsekuensinya selama hidup mereka.” Rekomendasi dosis tunggal ini berpotensi membawa kita lebih cepat ke tujuan kita untuk mencapai 90 persen remaja perempuan divaksinasi sebelum usia 15 tahun pada tahun 2030.

.

Secara global, penyerapan vaksin penyelamat hidup adalah lambat dan cakupan di banyak negara jauh lebih rendah dari target 90%. Akibatnya, pada tahun 2020 cakupan global dengan 2 dosis hanya 13%. Beberapa faktor telah memengaruhi penyerapan yang lambat dan cakupan vaksin HPV yang rendah termasuk tantangan pasokan dan distribusi vaksin, serta tantangan program dan biaya terkait pemberian dua rejimen untuk anak perempuan yang lebih tua yang biasanya bukan bagian dari program vaksinasi di sekolah. Selain itu, biaya vaksin HPV adalah relatif mahal, terutama untuk negara berpenghasilan menengah.

.

Rekomendasi untuk hanya satu dosis vaksin HPV adalah lebih murah, lebih sedikit sumber daya dan lebih mudah untuk diberikan. Selain itu, rekomendasi ini juga memfasilitasi pelaksanaan kampanye susulan untuk berbagai kelompok umur, mengurangi tantangan yang terkait dengan melacak remaja perempuan untuk pemberian dosis kedua mereka, dan memungkinkan cadangan keuangan dan sumber daya manusia dialihkan ke prioritas kesehatan lainnya.

.

Sorotan pertemuan lainnya dari pertemuan Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) 4-7 April 2022 meliputi 3 jenis vaksin lainnya. Pertama vaksin covid-19, SAGE merekomendasikan vaksin CanSino Bio (Ad5-nCOV-S) akan tersedia jika EUL WHO diberikan. Kedua vaksin Hepatitis A, SAGE merekomendasikan bahwa satu atau dua jadwal dosis vaksin hepatitis A yang tidak aktif dapat digunakan. Ketiga vaksin virus polio, SAGE mendukung untuk penghentian vaksin polio oral hidup yang dilemahkan atau Vaksin Polio Oral (OPV) dari program imunisasi rutin, guna mengantisipasi virus polio tipe liar. 

.

Secara global, diperkirakan penerapan strategi ini dapat mencegah 60 juta kasus kanker serviks dan 45 juta kematian selama 100 tahun ke depan. Di Indonesia sasaran vaksinasi HPV adalah anak perempuan kelas 5-6 SD atau usia 11-12 tahun. Saat ini program tersebut sudah diperluas di 11 kabupaten kota, setelah pada mulanya menjadi program percontohan di DKI Jakarta. Pandemi COVID-19 tidak menjadi alasan untuk menunda perluasan vaksinasi HPV yang tetap dapat dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Kemenkes RI menargetkan perluasan imunisasi HPV untuk mencegah kanker serviks hingga berskala nasional pada 2023 dapat dicapai, apalagi dengan pemberian hanya dosis tunggal sesuai rekomendasi WHO terbaru tersebut.

Sudahkah kita terlibat membantu?

Sekian

Yogyakarta, 30 Desember 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak COVID-19 Healthy Life Istanbul Jalan-jalan vaksinasi

2023 Sepak Bola dan Flu

Jadwal Lengkap Fase Grup Piala Dunia 2022 Qatar - Victory News - Halaman 4

SEPAK  BOLA  DAN  FLU

fx. wikan indrarto

Jutaan orang telah menonton Piala Dunia FIFA 2022 Qatar secara langsung di stadion atau nonton bareng di TV, sangat mungkin berisiko lebih tinggi terkena flu dan menyebarkannya. Apalagi segera disusul dengan Piala Mitsubishi Electric AFF 2022 saat Tim Nasional Indonesia masuk babak semifinal. Pastikan kita tahu cara melindungi diri sendiri dan orang lain.

.

Sebelum Piala Dunia diadakan pertama kali, influenza telah menyerang pemain sepak bola, manajer, dan penonton. Pada tahun 1918, pandemi influenza yang dikenal sebagai “Flu Spanyol” menginfeksi sekitar 500 juta orang. Saat itu masyarakat dipaksa untuk menerapkan tindakan luas, membatasi pertemuan besar, termasuk menonton olahraga seperti pertandingan sepak bola. Lebih dari seabad  kemudian, sebanyak satu miliar orang, baik penonton maupun pemain sepak bola profesional, masih terkena influenza musiman setiap tahun, dan dapat menyebabkan penyakit parah atau bahkan kematian.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/10/16/2019-sepak-bola-sehat/

.

Gejala klinis influnza adalah demam, batuk (biasanya kering), sakit kepala, nyeri otot dan persendian, sakit tenggorokan dan pilek. Batuknya dapat parah dan bertahan 2 minggu atau lebih. Kebanyakan orang pulih dalam waktu seminggu tanpa memerlukan tindakan medis. Jika salah satu pesepakbola profesional terkena flu, mungkin tidak akan diijinkan bermain, meskipun mungkin tidak akan sakit parah. Namun demikian, bagi sebagian penonton sepak bola, terkena influenza menimbulkan ancaman rawat inap atau bahkan kematian yang jauh lebih serius. Penonton yang berisiko tinggi mengalami komplikasi influenza meliputi ibu hamil pada setiap tahap kehamilan, orang lanjut usia (berusia lebih dari 65 tahun), orang dengan kondisi medis kronis, tenaga kesehatan; dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.

.

Indonesia vs Vietnam pada Semifinal Leg 1 Piala AFF 2022 - Tenggulang Baru
.

Jika kita menonton sepak bola bulan Januari 2023, baik secara langsung bersama ratusan atau ribuan orang lainnya di dalam stadion, atau nobar di TV bersama keluarga dan teman, sangat mungkin berisiko lebih tinggi terkena flu atau menularkannya ke orang lain. Hal ini karena, seperti halnya COVID-19, influenza tumbuh subur di ‘tiga C’: ruang tertutup, tempat ramai, dan kontak dekat (closed spaces, crowded places, and close contact). Influenza dapat menyebar dengan cepat di antara para penonton sepakbola ketika seorang penonton yang terinfeksi batuk atau bersin, menyebarkan tetesan virus ke udara.

.

Influenza musiman adalah infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza yang beredar di seluruh belahan dunia. Terdapat 4 jenis virus influenza musiman, yaitu tipe A, B, C dan D. Virus influenza A dan B beredar dan menyebabkan wabah penyakit musiman.

.

Virus influenza A selanjutnya diklasifikasikan menjadi subtipe sesuai dengan kombinasi hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA), protein pada permukaan virus. Saat ini yang beredar pada manusia adalah virus influenza subtipe A(H1N1) dan A(H3N2). A(H1N1) juga ditulis sebagai A(H1N1)pdm09 karena menyebabkan pandemi pada tahun 2009 dan kemudian menggantikan virus influenza A(H1N1) musiman yang telah beredar sebelum tahun 2009. Hanya virus influenza tipe A yang diketahui menyebabkan pandemi .

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/03/20/2019-lawan-influenza/

.

Virus influenza B tidak diklasifikasikan menjadi subtipe, tetapi dapat dipecah menjadi garis keturunan. Virus influenza tipe B yang beredar saat ini termasuk dalam garis keturunan B/Yamagata atau B/Victoria. Virus influenza C terdeteksi lebih jarang dan biasanya menyebabkan infeksi ringan, sehingga tidak menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat. Sedangkan virus influenza D terutama menyerang ternak dan tidak diketahui menginfeksi atau menyebabkan penyakit pada manusia.

.

Derajad penyakit berkisar dari ringan hingga berat dan bahkan kematian. Rawat inap dan kematian terjadi terutama di antara kelompok risiko tinggi. Di seluruh dunia, epidemi tahunan ini diperkirakan mengakibatkan sekitar 3 hingga 5 juta kasus penyakit parah, dan sekitar 290.000 hingga 650.000 kematian. Di negara industri kebanyakan kematian karena influenza terjadi pada orang berusia 65 tahun atau lebih. Epidemi dapat mengakibatkan tingginya tingkat ketidak hadiran para pekerja, siswa di sekolah dan hilangnya produktivitas. Efek epidemi influenza musiman di negara berkembang tidak sepenuhnya diketahui, tetapi penelitian memperkirakan bahwa 99% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun dengan infeksi saluran pernapasan bawah terkait influenza ditemukan di negara berkembang.

.

Sebagian besar kasus influenza manusia didiagnosis secara klinis. Namun, selama periode aktivitas influenza rendah dan di luar situasi epidemi, infeksi virus pernapasan lainnya, mis. rhinovirus, virus syncytial jalan napas, parainfluenza dan adenovirus juga dapat hadir sebagai Influenza-like Illness (ILI) yang membuat diferensiasi klinis influenza dari patogen lain menjadi sulit.

Pasien dengan derajat penyakit klinis parah atau progresif terkait dengan infeksi virus influenza yang dicurigai atau dikonfirmasi, yaitu sindrom klinis pneumonia, sepsis atau eksaserbasi penyakit bawaan kronis, harus diobati dengan obat antivirus sesegera mungkin. Obat inhibitor neuraminidase (yaitu oseltamivir) harus diberikan sesegera mungkin (idealnya, dalam waktu 48 jam setelah timbulnya gejala) untuk memaksimalkan manfaat terapeutik. Pemberian obat juga harus dipertimbangkan pada pasien yang datang kemudian dalam perjalanan penyakit. Pengobatan dianjurkan untuk minimal 5 hari, tetapi dapat diperpanjang sampai ada perbaikan klinis yang memuaskan.

.

Kortikosteroid tidak boleh digunakan secara rutin, kecuali diindikasikan untuk alasan lain (misalnya: asma dan kondisi spesifik lainnya); karena telah dikaitkan dengan pembersihan virus yang berkepanjangan, imunosupresi yang menyebabkan superinfeksi bakteri atau jamur. Semua virus influenza yang beredar saat ini resisten terhadap obat antivirus adamantane (seperti amantadine dan rimantadine), dan karenanya tidak direkomendasikan untuk monoterapi.

.

Cara paling efektif untuk mencegah penyakit ini adalah vaksinasi. Vaksin yang aman dan efektif tersedia dan telah digunakan selama lebih dari 60 tahun. Kekebalan dari vaksinasi berkurang dari waktu ke waktu, sehingga vaksinasi tahunan dianjurkan untuk melindungi terhadap influenza. Vaksin influenza inaktif yang disuntikkan paling sering digunakan di seluruh dunia.

.

WHO merekomendasikan vaksinasi influenza tahunan untuk ibu hamil pada setiap tahap kehamilan, anak balita, orang lanjut usia (berusia lebih dari 65 tahun), individu dengan kondisi medis kronis, dan petugas kesehatan. Rekomendasi WHO terus berkembang tentang komposisi vaksin (trivalen) yang menargetkan 3 jenis virus paling representatif yang beredar (dua subtipe virus influenza A dan satu virus influenza B) pada 2013-2014. Selanjutnya komponen ke-4 direkomendasikan menjadi vaksin kuadrivalen yang mencakup virus influenza B ke-2 selain virus dalam vaksin trivalen, dan diharapkan memberikan perlindungan yang lebih luas. Sejumlah vaksin influenza inaktif dan vaksin influenza rekombinan tersedia dalam bentuk injeksi. Vaksin influenza hidup yang dilemahkan tersedia dalam bentuk semprotan hidung.

.

Selain vaksinasi influenza dan pengobatan antivirus, manajemen kesehatan masyarakat berupa protokol kesehatan ketat, sebaiknya dilakukan. Yaitu mencuci tangan secara teratur, etika batuk dengan menutup mulut dan hidung. Selain itu, juga isolasi mandiri dini bagi mereka yang merasa tidak enak badan, demam dan memiliki gejala influenza lainnya, menghindari kontak dekat dengan orang sakit, dan menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut. Apalagi saat kita menonton sepakbola di stadion, ataupun nobar dengan banyak teman.

Sudahkah kita semua sehat?

Sekian

Yogyakarta, 4 Januari 2023

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, penggemar gol dalam sepakbola, WA: 081227280161.

Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life resisten obat UHC vaksinasi

2023 Panduan Antibiotika

antibiotik | Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

PANDUAN  ANTIBIOTIK

fx. wikan indrarto

Jumat, 9 Desember 2022 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan buku panduan pemberian antibiotik yang berjudul WHO AWaRe (Access, Watch, Reserve). Apa yang menarik?

.

Resistensi antimikroba merupakan ancaman bagi kesehatan dan pembangunan global, dan berkontribusi terhadap jutaan kematian di seluruh dunia setiap tahun. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan, justru mendorong peningkatan resistensi antimikroba dan berdampak buruk pada efektivitas obat yang sangat penting ini. Buku antibiotik AWaRe telah diterbitkan oleh WHO di bawah lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 IGO yang dapat diakses secara bebas untuk penggunaan non-komersial.

.

Tautan The WHO AWaRe (Access, Watch, Reserve) antibiotic book adalah : https://www.who.int/publications/i/item/9789240062382

baca juga : https://www.who.int/publications/i/item/9789240062382

Resistensi antimikroba (AMR) adalah ancaman bagi kesehatan dan pembangunan global dan berkontribusi terhadap jutaan kematian di seluruh dunia setiap tahun. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan, mendorong peningkatan AMR dan berdampak buruk pada efektivitas obat-obatan penting ini. Buku antibiotik WHO AWaRe (Access, Watch, Reserve) memberikan panduan singkat berbasis bukti tentang pilihan antibiotik, dosis, rute pemberian, dan durasi pengobatan untuk lebih dari 30 infeksi klinis paling umum pada anak-anak dan orang dewasa di baik perawatan kesehatan primer dan pengaturan rumah sakit. Informasi yang dimuat dalam buku ini mendukung rekomendasi antibiotik yang tercantum dalam Daftar Model Obat Esensial dan Obat Esensial Anak WHO dan klasifikasi antibiotik WHO AWaRe.

.

Sekitar 90% dari semua obat antibiotik telah diresepkan untuk pasien di fasilitas kesehatan primer. Selain itu, diperkirakan sekitar separuh dari semua penggunaan antibiotik tersebut tidak tepat dalam beberapa hal, seperti tidak ada indikasi, pemberian antibiotik spektrum luas yang tidak perlu, dosis yang keliru, durasi pengobatan yang tidak tepat, dan cara pemberian atau formulasi antibiotik yang kurang pas.

.

Kementerian Kesehatan RI on Twitter: "#TahukahKamu jika Antibiotik adalah  obat untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi.  Bukan mematikan virus atau jamur #BijakAntibiotik @gemacermat  https://t.co/69BUIfisms" / Twitter

Pada buka panduan WHO tersebut, obat antibiotika dibedakan menjadi 3 jenis. Pertama, antibiotik spektrum sempit pada umumnya berharha lebih murah, aspek keamanan yang lebih baik, profil dan potensi resistensi umumnya rendah. Obat ini sering direkomendasikan sebagai pilihan pengobatan pertama atau kedua secara empiris untuk penyakit infeksi umum. Kedua, antibiotik spektrum yang lebih luas, umumnya dengan harga yang lebih mahal, dan direkomendasikan hanya sebagai pilihan pertama untuk pasien dengan klinis yang lebih parah, atau untuk infeksi di mana patogen penyebab lebih mungkin menjadi resisten. Dan ketiga, antibiotik cadangan yang merupakan antibiotik pilihan terakhir, yang digunakan hanya untuk mengobati infeksi multidrug-resistant.

.

Sistem AWaRe pada buku tersebut dilakukan menggunakan pendekatan lampu lalu lintas. Obat antibiotika yang aman (access) digunakan berwarna hijau, perlu waspada (watch) berwarna oranye, dan cadangan (reserve) berwarna merah. Sistem ini memudahkan untuk digunakan dalam fasilitas Kesehatan terbatas, seperti klinik dan apotek atau sebagai bagian dari pusat pemantauan konsumsi antibiotik di RS. Semua negara, wilayah, dan RS didorong untuk menggunakan buku AWaRe sebagai dasar untuk mengembangkan indikator dan target kualitas mereka sendiri, dalam mengurangi tingkat peresepan antibiotik yang tidak tepat, meningkatkan keselamatan dan perawatan pasien, sekaligus mengurangi infeksi resisten dan pembengkakan biaya untuk pasien pribadi dan sistem penjaminan pembiayaan kesehatan. Target WHO setidaknya 60% dari total resep obat antibiotik pada tahun 2023 dikeluarkan sesuai panduan tersebut.

.

Sebagian besar pasien sehat dengan infeksi umum ringan sebenarnya dapat diobati tanpa menggunakan obat antibiotik, karena infeksi ini sering sembuh sendiri dan efek samping terkait obat potensial lebih besar daripada manfaat klinisnya. Risiko buruk penggunaan antibiotik saat tidak dibutuhkan harus selalu diperhatikan, seperti terjadinya efek samping, reaksi alergi, infeksi ikutan oleh bakteri Clostridioides difficile dan terjadinya bakteri resisten obat. Pasien yang diterapi hanya dengan obat simptomatis tanpa pemberian antibiotik, harus diberi informasi dengan jelas tentang tanda bahaya apa yang harus dipantau dan apa yang harus dilakukan jika hal itu terjadi.

.

Pada tahun 2006, WHO mengusulkan persentase pasien yang berkunjung ke fasilitas kesehatan primer yang menerima antibiotik harus kurang dari 30%. Namun demikian, saat ini rata-rata sekitar setengah dari pasien yang mengalami infeksi apa pun di fasilitas kesehatan primer masih menerima antibiotik, sehingga berkontribusi terhadap muncul dan penyebaran resistensi antimikroba (AMR). Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan profesional dan pasien untuk mempertimbangkan risiko penggunaan obat antibiotik, ketika tidak benar-benar diperlukan.

Mengenal Jenis Antibiotik, Ketahui Manfaat Serta Efek Sampingnya bagi  Kesehatan | merdeka.com

Pasien yang paling sering diresepkan obat antibiotik adalah untuk infeksi jalan pernapasan dan saluran kemih, merupakan contoh penyakit infeksi  yang umumnya berkembang menjadi resisten terhadap antibiotik yang digunakan. Pasien ini juga lebih mungkin menularkan sifat resisten bakteri ke orang lain. Pasien dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten antibiotik lebih mungkin mengalami pemulihan klinis yang tertunda. Selanjutnya, pengobatan antibiotik akan mengubah mikrobiota normal, yaitu semua mikroorganisme yang hidup di dalam atau di tubuh manusia, dengan potensi konsekuensi jangka panjang dan peningkatan risiko infeksi oleh Clostridioides difficile, bakteri yang dapat menyebabkan diare parah.

.

Setiap pasien dianjurkan untuk mengingatkan dokter, tentang kewajiban dokter untuk mempertimbangkan D8 (Diagnose, Decide, Drug, Dose, Delivery, Duration, Discuss and Document) sebelum meresepkan obat antibiotika kepada pasiennya. Pertama diagnosis, apa diagnosis klinis dan apakah ada bukti adanya infeksi bakteri yang signifikan. Dokter diwajibkan untuk memutuskan dengan bijak apakah obat antibiotik benar-benar dibutuhkan pasien atau apakah dokter perlu melakukan pemeriksaan biakan atau tes lain sebelum antibiotika diberikan. Kedua drug atau obat, jenis obat antibiotik apa yang paling tepat untuk diresepkan dan kategori antibiotik sesuai panduan WHO apakah ‘Access’, ‘Watch’, atau ‘Reserve’? Adanya alergi obat, interaksi dengan obat lain atau kontraindikasi pemberian obat lainnya seharusnya ditentukan sejak awal.

.

Ketiga dosis, yaitu berapa dosis yang paling tepat dan diberikan berapa kali sehari, apakah diperlukan penyesuaian dosis obat, misalnya karena ada gangguan fungsi ginjal. Juga ditentukan cara pemberiannya, apakah dengan ditelan, disuntikkan atau dioleskan. Keempat durasi atau lama pemberian obat, yang harus dihitung dengan cermat sampai dengan dosis terakhir. Kelima diskusikan dengan pasien tentang diagnosis, kemungkinan durasi gejala, obat apa pun yang mungkin menyebabkan toksisitas dan apa yang harus dilakukan jika tidak pulih. Keenam dokumen tertulis yang berisi semua keputusan yang disepakati dan rencana pengelolaan medis selanjutnya.

.

Sebagian besar penyakit infeksi umum di fasilitas kesehatan primer sebenarnya dapat ditangani tanpa menggunakan obat antibiotik. Mengurangi penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat adalah kunci untuk mengendalikan resistensi antibiotik sesuai panduan The WHO AWaRe (Access, Watch, Reserve). Seharusnya para pasien juga terlibat aktif dalam membuat keputusan dokter, untuk penggunaan obat antibiotika sesuai panduan.

Apakah kita sudah melakukannya?

Sekian

Yogyakarta, 18 Desember 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM.

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan UHC

2022 Piala Dunia yang Sehat

Prediksi Juara Piala Dunia 2022: Argentina vs Prancis, Dua Raksasa Beda  Benua

PIALA  DUNIA  YANG  SEHAT

fx. wikan indrarto*)

Pertandingan di Lusail Stadium Qatar adalah partai final Piala Dunia FIFA terbaik dalam sejarah. Pencapaian Lionel Messi (La Pulga) yang memimpin tim Argentina menjuarai Piala Dunia 2022 semakin sempurna, karena dia juga sukses meraih gelar Pemain Terbaik turnamen untuk kedua kalinya. Tidak hanya kemeriahan itu yang perlu dikenang dari Piala Dunia 2022 Qatar, tetapi juga saat WHO dan FIFA dalam Piala Dunia telah bersatu dalam mencetak gol untuk peluncuran “Health for All” (Kesehatan untuk Semua) guna membangun masa depan dunia yang lebih sehat. Apa yang menarik?

.

Selain untuk mempromosikan Hari Cakupan Kesehatan Semesta atau Universal Health Coverage Day (UHC Day), WHO dan FIFA bekerja sama dengan ikon sepak bola internasional untuk mendesak pemerintah dan masyarakat di seluruh dunia dalam membuat tindakan terukur untuk mencapai kesehatan bagi semua. UHC memastikan bahwa setiap orang, di mana pun berada akan dapat mengakses dukungan yang mereka butuhkan dan tetap sehat, tanpa terdorong ke dalam kesulitan keuangan atau jatuh miskin.

.

Pada ajang Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar, juga dikampanyekan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 3: Kesehatan dan kesejahteraan yang baik, oleh Didier Yves Drogba Tébily yang adalah seorang pemain sepak bola berasal dari Pantai Gading sebagai pemain depan (striker). Ia bermain untuk klub Chelsea di Liga Utama Inggris dan merupakan kapten serta pencetak gol terbanyak sepanjang masa dari tim nasional sepak bola Pantai Gading. Ia mencetak lebih banyak gol bagi Chelsea dibanding pemain asing lainnya dan saat ini ia berada di urutan kesembilan pencetak gol terbanyak sepanjang masa di The London Blues Chelsea.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/10/16/2019-sepak-bola-sehat/

.

“Jika saya memiliki masalah di lapangan bola, bantuan datang dengan cepat. Tapi di luar lapangan bola, hal ini tidak selalu terjadi,” kata Didier Drogba. Klinik kesehatan yang tidak lengkap, tenaga medis yang tidak cakap, dan tidak cukupnya obat atau vaksin, membuat kesehatan masyarakat di seluruh dunia berada dalam bahaya. Kesehatan yang baik membutuhkan upaya tim, jadi kita mendorong setiap pemerintah untuk berkomitmen mendukung UHC dan memberi semua orang akses yang diperlukan untuk menjadi sehat. Ketika kita bekerja sama demi kesehatan untuk semua, kita semua akan menang. “Pada Hari UHC, mari kita semua aktif dan memainkan peran kita untuk menjadikan kesehatan sebagai tujuan kita semua,” pesan Alisson Becker, penjaga gawang Brasil dan Liverpool, dan Duta Niat Baik WHO untuk Promosi Kesehatan, yang juga salah satu penjaga gawang terbaik di dunia.

.

Kampanye oleh para pemain bola terkenal tersebut didasari oleh data pencapaian tujuan kesehatan nasional di beberapa negara, yang sempat terhambat oleh karena kurangnya pendekatan terstruktur dalam merancang sistem kesahatan. Selain itu, juga dalam merumuskan paket layanan kesehatan yang komprehensif yang disesuaikan dengan konteks lokal. Untuk itu, pada Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar WHO meluncurkan 2 perangkat baru yang penting, pertama untuk membantu setiap pemerintah di manapun dalam merancang dan memberikan paket cakupan layanan medis yang tepat untuk populasinya. Kedua, untuk memudahkan setiap orang dalam memperoleh informasi yang andal dalam mendukung pola hidup untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan mereka.

.

Al Hilm, Bola Baru Piala Dunia 2022 untuk Semifinal dan Final

Perangkat pertama WHO disebut Implementasi Paket Layanan atau ‘Universal Health Coverage Service Package Delivery and Implementation’ (https://uhcc.who.int/uhcpackages/) untuk mendukung semua negara dalam merancang paket layanan kesehatan nasional yang unik. Alat daring yang inovatif dan praktis ini mencakup fungsionalitas yang akan memungkinkan perencana kesehatan nasional untuk memilih dari berbagai alternatif bentuk layanan kesehatan yang komprehensif, mencakup layanan promotif, preventif, resusitasi, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif, yang dibutuhkan orang untuk mencapai standar kesehatan dan kesejahteraan tertinggi yang dapat dicapai.

.

Alat ini juga dirancang untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan dokter, tenaga kesehatan, produk medis esensial, infrastruktur kesehatan, dan elemen lain yang diperlukan untuk terselenggaranya layanan kesehatan yang efektif. Alat ini juga menekankan pentingnya layanan kesehatan primer dan layanan gawat darurat untuk pertolongan pertama. Selain itu, alat ini menyoroti pendekatan layanan kesehatan primer sebagai dasar untuk memperkuat sistem kesehatan nasional dan melibatkan semua sektor kehidupan, dalam visi mencapai kesehatan untuk semua. Keberhasilan implementasi paket layanan kesehatan nasional ini, pada akhirnya akan memungkinkan setiap negara untuk mempercepat kemajuan menuju UHC.

.

Perangkat kedua berupa sumber daya digital untuk masyakarat yang disebut, “Kiat kesehatan dan kesejahteraan hidup.” (Your life, your health: Tips and information for health and well-being) (https://www.who.int/tools/your-life-your-health). Aplikasi digital ini dapat digunakan oleh semua orang dalam berbagai fase kehidupan dengan informasi kesehatan yang dapat dipercaya, dipahami, dan digunakan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.

.

WHO, FIFA dan Pemerintah Qatar telah bekerja sama dalam even Piala Dunia Sehat 2022. Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan turnamen sepakbola selanjunya seharusnya menjadi acara yang meriah, sehat dan aman. Piala Dunia FIFA adalah hadiah terbesar dalam dunia sepak bola, sedangkan hadiah terbesar dalam hidup adalah kesehatan dan kesejahteraan yang baik. Kesehatan bukanlah kemewahan yang khusus bagi orang kaya saja, tetapi hak asasi setiap manusia di manapun mereka tinggal, termasuk untuk para penggila bola diseluruh pelosok dunia. 

Sudahkah kita semua sehat?

Sekian

Yogyakarta, 19 Desember 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, penggemar gol dalam sepakbola, WA: 081227280161.

Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life HIV-AIDS UHC

2022 Sehat untuk kita semua

SEHAT  UNTUK  KITA  SEMUA

fx. wikan indrarto

Catatan :

Telah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta pada Minggu, 18 Desember 2022, halaman 8 di kolom HUSADA.

Setiap 12 Desember dikampanyekan sebagai Hari Cakupan Kesehatan Semesta atau UHC (Universal Health Coverage Day). Apa yang perlu diketahui?

.

UHC tercapai saat semua kegiatan kita dirancang dengan memprioritaskan aspek kesehatan bagi semua orang, maka pada kondisi tersebut kita semua dapat menikmati hasil pekerjaan yang produktif, aktvitas yang memuaskan, dan tidak membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental kita. Apabila kita perlu mengakses informasi dan layanan untuk membuat pilihan hidup yang lebih sehat, mencegah penyakit, mendapatkan layanan medis, obat-obatan, atau dukungan pemulihan kesehatan, semua ini tersedia. Selain tersedia, juga tidak berada terlalu jauh dari kita tinggal dan berbiaya tidak terlalu mahal.

.

Ketika kesehatan sebagai hak asasi manusia dijunjung tinggi oleh semua negara dan semua sektor, itu berarti kita meletakkan dasar yang kuat untuk membangun dunia yang kita semua inginkan dan layak dapatkan. Bukti menunjukkan bahwa sistem kesehatan yang didukung oleh pendekatan berbasis masyarakat, yang dikenal sebagai layanan kesehatan primer, adalah cara yang paling efektif dan hemat biaya untuk mendekatkan layanan medis dan kesejahteraan kepada warga masyarakat. Intervensi ini dapat menyelamatkan jutaan nyawa dan bahkan meningkatkan harapan hidup rata-rata.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/01/04/2020-uhc/

Kampanye UHC tahun 2022 ini berlangsung pada saat kritis, yaitu ketika semua negara di seluruh dunia sedang membangun kembali sistem kesehatan yang terdampak pandemi COVID-19, sambil terus menghadapi banyak krisis lain, seperti bencana alam dan konflik kemanusiaan. Diperlukan dukungan politik dan tindakan global untuk mencapai target UHC yang ditetapkan untuk tercapai pada tahun 2030. Secara global, kita seharusnya mampu bersama-sama membangun dunia di mana setiap orang, di mana pun, dapat memperoleh layanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus jatuh miskin karena harus membayarnya.

.

Saat Indonesia menjadi Presidensi KTT G20 di Bali bulan lalu, telah mampu merumuskan kesepakatan global untuk membentuk sistem kesehatan yang kuat dan tangguh, sebagai landasan penting untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan pencegahan pandemi jenis apapun yang efektif. Selain itu, juga responsif, adil dan menyeluruh mencakup kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, dan memitigasi risiko untuk mencapai UHC.

.

Rencana aksi global untuk mencapai UHC dengan kehidupan yang lebih sehat dan kesejahteraan untuk semua, memerlukan beberapa langkah penting. Langkah pertama adalah pembentukan layanan kesehatan primer yang efektif dan berkelanjutan untuk mencapai target SDG terkait kesehatan. Langkah penting program ini adalah menyediakan sarana dan sistem untuk layanan kesehatan primer dan kesehatan masyarakat lainnya yang mudah diakses, terjangkau, adil, terintegrasi, dan berkualitas untuk semua warga masyarakat. Syaratnya adalah fasilitas kesehatan primer tersebut dekat dengan tempat orang tinggal atau bekerja, dan mampu mengatur rujukan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi. Layanan ini juga didukung dengan koordinasi multisektoral dalam bidang kesehatan dan melibatkan lebih banyak orang dan komunitas, untuk mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri.

.

Langkah kedua adalah meningkatkan besaran pembiayaan bidang kesehatan yang berkelanjutan, agar memungkinkan banyak negara untuk mengurangi berbagai kebutuhan yang selama ini tidak terpenuhi, akan layanan kesehatan. Selain itu, juga dapat mengatasi kesulitan keuangan yang timbul karena pembayaran biaya layanan kesehatan secara langsung, dengan membangun dan secara progresif memperkuat sistem untuk memobilisasi sumber daya yang memadai untuk layanan kesehatan, dan membelanjakannya dengan lebih baik, untuk lebih banyak jenis layanan kesehatan. Untuk beberapa negara berpenghasilan rendah, di mana alokasi pendanaan pembangunan cukup terbatas, program ini juga akan menyebabkan peningkatan efektivitas dukungan pendanaan eksternal.

Langkah ketiga adalah meningkatkan keterlibatan masyarakat dan memastikan bahwa masyarakat luas menerima dukungan yang mereka butuhkan. Keterlibatan masyarakat ini memungkinkan dan memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang terlibat akan tertinggal (no one is left behind). Langkah keempat menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan derajad kesehatan dan kesejahteraan bagi semua. Selain itu, juga meningkatkan investasi dan tindakan di berbagai sektor di luar kesehatan dan memaksimalkan manfaat pencapaian target di seluruh sektor SDG.

.

Langkah kelima adalah pemrograman inovatif dalam sistem kesehatan yang rapuh, rentan, dan mudah terganggu, sekalian untuk merespons wabah penyakit, termasuk pandemi COVID-19. Memastikan bahwa layanan kesehatan dan kemanusiaan tersedia di semua tempat, termasuk pada medan yang sulit serta mampu merespons munculnya wabah penyakit secara efektif, karena memerlukan koordinasi multisektoral, perencanaan rinci dan pembiayaan jangka panjang. Langkah keenam adalah penelitian, pengembangan, inovasi dan perbaikan akses. Penelitian dan inovasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produk dan layanan kesehatan. Sementara itu, akses yang berkelanjutan dan adil memastikan ketersediaan intervensi perawatan kesehatan yang lebih baik, bagi mereka yang paling membutuhkannya.

Langkah ketuju, adalah perbaikan data dan kesehatan digital. Data yang rinci, berkualitas dan komprehensif adalah kunci untuk memahami secara benar kebutuhan bidang kesehatan, merancang program dan kebijakan, memandu keputusan investasi, serta mengukur kemajuan. Teknologi digital dapat mengubah cara pengumpulan dan penyimpanan data kesehatan, sehingga dapat digunakan serta berkontribusi pada kebijakan kesehatan yang lebih adil.

.

Momentum Hari Cakupan Kesehatan Semesta atau UHC (Universal Health Coverage Day) pada Senin, 12 Desember 2022 mengingatkan kita bahwa UHC didasarkan pada prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi, dengan memastikan bahwa populasi yang paling terpinggirkan juga dijangkau, dilindungi, dan tidak ada seorangpun yang tertinggal, karena sehat sejatinya adalah hak azasi kita semua.

Apakah kita sudah bertindak bijak?

Sekian

Yogyakarta, 9 Desember 2022

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life resisten obat sekolah vaksinasi

2022 Gagal Ginjal Akut pada Anak

GAGAL GINJAL AKUT PADA ANAK ORANG TUA JANGAN PANIK TAPI TETAP WASPADA  [Selasa Sehat] | Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

GAGAL  GINJAL  AKUT  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Kasus Gagal Ginjal Akut (GGA) banyak menyerang anak, terutama dalam kurun waktu 2 bulan terakhir ini. Rabu, 26 Oktober 2022 kasus GGA misterius pada anak telah mencapai 269 kasus, 73 anak masih menjalani perawatan di RS, 157 anak meninggal dunia, dan 39 anak telah sembuh. Apa yang perlu diketahui?

.

Saat ini orang tua diharapkan tetap waspada dan tidak panik, terutama ketika anak mengalami gejala yang mengarah pada GGA. Gejala klinis tahap awal yang umum adalah diare, muntah, demam akut selama 3 – 5 hari, batuk dan pilek. Selanjutnya gejala klinis tahap menengah yang berlangsung dua hingga enam hari, akan nampak lebih khas yaitu penurunan jumlah air seni yang semakin sedikit (oliguria). Ketika anak mulai mengalami gejala khas ini, anak sudah perlu diperiksakan ke dokter dengan tetap memastikan cairan tubuh anak terpenuhi. Pada tahap selanjutnya adalah gejala klinis menengah hingga berat dan lebih khas, yaitu perubahan warna air kemih anak yang menjadi kecoklatan atau pekat. Jika kondisi ini terjadi, atau bahkan anak tidak buang air kecil selama 6-8 jam di siang hari, segeralah membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat. Pada fase lanjut gejala  berat ini, anak sudah sangat membutuhkan perawatan medis sedini mungkin.

.

Penyebab utama kasus GGA pada anak sampai sekarang masih terus diteliti, dengan dugaan sementara adalah efek samping obat sirop yang diminum anak. Namun demikian, sejumlah pasien di Yogyakarta mengaku tak mengonsumsi obat yang telah dilarang beredar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yaitu yang memiliki kandungan zat kimia berbahaya Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE). Terdapat lima pasien yang memiliki riwayat mengonsumsi obat sirup, tetapi tidak masuk dalam daftar yang diumumkan BPOM. Delapan anak lainnya, bahkan mengonsumsi obat batuk pilek berbentuk tablet, bukan sirup.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/03/09/2020-hari-ginjal-sedunia/

BPOM sebelumnya telah merilis lima merek obat sirop dari tiga produsen berbeda yang memiliki kandungan bahan berbahaya EG, DEG, dan EGBE di atas ambang batas aman. Lima merek itu yakni Termorex Sirup pada batch yang awal diteliti dengan produk pada batch lainnya aman dari PT. Konimex, Florin DMP Sirup dari PT. Yarindo Farmatama, Unibebi Cough Syrup, Unibebi Demam Drop, dan Unibebi Demam Syrup dari Universal Pharmaceutical Industries. Menurut penelusuran BPOM, produsen obat melakukan perubahan komposisi dan penyuplai bahan baku obat. Selain perubahan tersebut tanpa izin, juga penyuplai bahan baku obat diganti pemasok bahan kimia yang bukan berstandar sertifikasi farmasi, bahkan mungkin terjadi sejak awal pandemi Covid-19. Soal dugaan adanya tindak pidana dalam kasus GGA ini, BPOM menyerahkannya kepada aparat kepolisian yang akan dinaikkan status kasus dari penyelidikan ke penyidikan, jika ditemukan barang bukti yang cukup.

.

Dugaan kuat GGA disebabkan oleh obat sirup semakin kuat, karena sejak obat sirup yang mengandung cemaran ditarik, jumlah kasus GGA yang masuk RS menurun lebih dari 95 persen. Pemerintah juga telah mendapatkan obat penawar bahan berbahaya penyebab GGA, yakni Fomepizol dari berbagai negara, yakni 30 obat dari Singapura, 16 obat dari Australia, dan 200 obat dari Jepang.

Beberapa langkah berikut perlu dilakukan orangtua untuk menjaga fungsi ginjal anak agar tetap sehat. Pertama adalah ajak anak rutin beraktivitas fisik secara teratur, karena dapat meningkatkan sirkulasi sel imunitas atau kekebalan. Tidak perlu berolahraga berat, cukup mengajak anak untuk bersepeda bersama, berenang atau sekedar bermain petak umpet di luar rumah, dan aktivitas fisik lain yang anak sukai, sehingga suasanya semakin menyenangkan. Kedua, memenuhi kebutuhan cairan tubuh anak, karena air sangat penting untuk mempertahankan fungsi ginjal. Cairan tubuh yang beredar lancar akan membantu membuang sisa metabolisme di dalam tubuh anak melalui air kemih. Pastikan anak terpenuhi kebutuhan cairannya, dengan minum berulang atau makanan berkuah seperti kaldu daging, sebagai cairan tambahan yang padat nutrisi.

.

Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak Meningkat, Kemenkes Imbau Orang  Tua Agar Waspada | Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

Ketiga, batasi asupan gula, karena konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko mengalami diabetes dan membebani fungsi ginjal anak. Oleh sebab itu, batasi anak mengkonsumsi minuman manis, seperti soda dan minuman kemasan, camilan manis, dan saus yang cenderung manis. Sebagai alternatif, dapat diberikan buah yang mengandung gula alami dan kaya nutrisi. Keempat, batasi asupan garam, karena kandungan garam tinggi dapat membuat tubuh anak menahan lebih banyak air, meningkatkan tekanan darah dan membebani ginjal. Cukup tambahkan sedikit garam pada masakan rumah dan hindari makanan atau camilan yang tinggi garam untuk anak. Kelima, pertahankan berat badan anak tetap ideal dengan mencegah penumpukan lemak, karena masukan kalori berlebih. Obesitas dan kelebihan berat badan anak akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular yang mematikan, seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.

.

Terakhir atau keenam, periksakan anak secara rutin ke dokter lengganan, terlebih jika anak sedang mengeluhkan gejala klinis di atas. Dokter tentu saja akan  memeriksa kondisi anak secara keseluruhan. Harap segera menemui dokter jika anak mengalami gejala klinis yang tidak biasa, seperti merasa lelah, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, nafsu makan buruk, kesulitan buang air kecil dan pembengkakan kaki.

.

Sebagai upaya pencegahan GGA pada anak karena dampak buruk obat, orang tua seharusnya lebih cermat dalam memberikan obat pada anak, dengan membaca aturan penggunaan obat yang tertera pada label atau sesuai petunjuk dan anjuran dokter. Selain itu, penggunaan obat sirup harus sesuai rekomendasi dokter, terkait masih adanya pembatasan edar obat sirop yang sedang diteliti oleh BPOM.

.

Sekian

Yogyakarta, 30 Oktober 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter sekolah UHC vaksinasi

2022 VAKSINASI COVID-19 UNTUK ANAK

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi - Tinjau Vaksinasi  Anak Usia 6-11 Tahun, Presiden Harap Anak Terlindungi COVID-19

VAKSINASI  COVID-19  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Pada Kamis, 11 Agustus 2022 WHO memberikan bukti baru tentang vaksinasi COVID-19 pada anak dan remaja, dengan vaksin yang tersedia saat ini dan telah masuk dalam Daftar Penggunaan Darurat (Emergency Use Listing atau EUL). Apa yang menarik?

.

Kemajuan signifikan telah terjadi dengan hampir setiap negara telah menerapkan vaksinasi COVID-19 dan lebih dari 12 miliar dosis telah diberikan secara global, sehingga cakupan setiap negara rata-rata mencapai 60% dari populasi. Penyebaran vaksin COVID-19 yang besar dan belum pernah terjadi sebelumnya ini, telah menyebabkan pengurangan besar dalam penyakit parah, rawat inap dan kematian, bahkan memungkinkan masyarakat untuk beraktivitas kembali dan mencegah sekitar 19,8 juta kematian pada tahun 2021.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2022/01/22/2022-vaksinasi-booster-covid-19/

.

Namun, kesenjangan global dalam vaksinasi terus berlanjut. Masih banyak negara belum mencapai cakupan vaksin yang tinggi dari populasi yang paling berisiko. Secara khusus, hanya 25% dari populasi orang dewasa yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis primer secara lengkap di negara berpenghasilan rendah, karena akses layanan kesehatan juga lebih terbatas. Pada hal, vaksinasi global menargetkan cakupan 100% untuk semua lansia dan tenaga kesehatan. Lebih jauh lagi, setiap negara harus berjuang menuju kekebalan kelompok yang lebih luas, minimal 70% dari total populasi nasional.

.

Beberapa negara telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin mRNA (Pfizer-BioNTech BNT162b2 dan Moderna mRNA-1273) untuk digunakan pada kelompok usia 6 bulan ke atas. Uji klinis pada anak usia 3 tahun sedang memasuki tahap akhir untuk dua vaksin dari virus yang tidak aktif (Sinovac-CoronaVac dan BBIBP-CorV) dan produk ini disetujui oleh otoritas China untuk anak usia 3-17 tahun. Meskipun vaksin COVID-19 seperti CoronaVac, Novavax dan BBIBP-CorV telah menerima EUL untuk orang dewasa, tetapi belum direkomendasikan WHO untuk diggunakan pada anak. Covaxin, vaksin inaktif adjuvant yang dikembangkan oleh Bharat, telah disetujui di India untuk anak usia 12-17 tahun, tetapi belum mendapatkan persetujuan WHO untuk digunakan pada anak usia tersebut, di luar India.

.

SARS-CoV-2 biasanya menyebabkan derajad penyakit yang kurang parah dan lebih sedikit kematian pada anak dan remaja, dibandingkan dengan orang dewasa. Selama fase pandemi COVID-19 awal, yaitu periode 30 Desember 2019 hingga 25 Oktober 2021, anak di bawah usia lima tahun hanya 2% (1.890.756 anak) dari kasus global dan kematian hanya 0,1% (1.797 kasus) dari kematian global. Anak dan remaja usia 5 hingga 14 tahun menyumbang 7% (7.058 748) dari kasus global dan 0,1% (1 328) dari kematian global. Sementara remaja dan dewasa muda (15 hingga 24 tahun) mencapai 15% (14.819.320) dari kasus global dan 0,4% (7.023) dari kematian global. Dengan demikian angka kematian untuk usia di bawah 25 tahun hanya kurang dari 0,5% dari kematian global.

.

Kasus COVID-19 pada anak melonjak secara dramatis pada tahun 2022 selama lonjakan varian Omicron, yaitu pada saat sebagian besar negara melonggarkan pembatasan sosial. Misalnya, di Amerika Serikat pada Juli 2022, terdapat 14.003.497 kasus COVID-19 pada anak dan mencapai 18,6% dari semua kasus yang dilaporkan. Secara global, pada 24 Juli 2022, anak di bawah usia 5 tahun dan remaja berusia 5-14 tahun mencapai masing-masing 2,47% dan 10,44%. Bahkan remaja dan dewasa muda berusia 15 sampai 24 tahun mencapai 13,91% dari semua kasus. Secara global anak berusia 5 tahun ke bawah menyumbang 0,11% dari semua kematian global, sementara anak berusia 5 hingga 14 tahun menyumbang 0,089%, dan remaja dan dewasa muda 0,37%.

IDI belum pastikan vaksin Sinovac aman untuk anak-anak - ANTARA News

Anak dengan gejala klinis yang lebih ringan dan bahkan tanpa gejala, sangat mungkin disebabkan karena lebih jarang anak diperiksa dokter, sehingga anak dan remaja cenderung lebih jarang dites dan kasus COVID-19 mungkin tidak dilaporkan. Anak dan remaja dapat mengalami gejala klinis yang berkepanjangan (long COVID-19), yaitu gangguan medis pasca COVID-19 atau gejala sisa akut dari infeksi SARS-CoV-2, namun, frekuensi dan karakteristik kondisi ini masih dalam penelitian luas dan sampai saat ini tampaknya lebih jarang terjadi pada anak, dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, sindrom hiperinflamasi meskipun jarang, telah dilaporkan terjadi di seluruh dunia dan mempersulit pemulihan anak dari COVID-19. Ini disebut sebagai ‘Paediatric Inflammatory Multisystem Syndrome Temporally associated with SARS-CoV-2’ (PIMS-TS) di Eropa dan ‘Multisystem Inflammatory Syndrome in children’ (MIS-C) di Amerika Utara.

.

Beberapa faktor risiko COVID-19 parah pada anak telah dilaporkan, termasuk usia yang lebih tua, obesitas, dan penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya. Penyakit yang sudah ada sebelumnya pada anak yang terkait dengan risiko COVID-19 parah yang lebih tinggi meliputi diabetes tipe 2, asma berat, penyakit bawaan pada jantung dan paru-paru, kejang demam, gangguan neurologis dan penyakit neuromuskular lainnya, Down Syndrome, dan gangguan kekebalan sedang hingga berat.

.

Dalam uji klinis fase 2 untuk kedua vaksin mRNA, kemanjuran dan imunogenisitas pada anak serupa atau lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Profil keamanan dan reaktogenisitas pada remaja serupa dengan dewasa muda. Selama uji klinis fase 3 pada anak kecil berusia 6 bulan hingga 5 tahun tidak ada tanda gangguan keamanan yang teridentifikasi, tetapi ukuran sampel terlalu kecil untuk mengidentifikasi kejadian langka.

.

Efek samping serius vaksinasi COVID-19 yang sangat jarang dilaporkan adalah miokarditis atau perikarditis pada jantung. Kasus miokarditis dan perikarditis lebih sering terjadi pada remaja laki-laki yang lebih muda (16-24 tahun) dan setelah dosis kedua vaksin, dibandingkan dengan orang dewasa dan anak. Kasus miokarditis dan perikarditis ini biasanya terjadi dalam beberapa hari setelah vaksinasi, umumnya ringan, merespons baik dengan pengobatan konservatif, dan tidak terlalu parah dengan hasil yang lebih baik daripada miokarditis klasik atau miokarditis terkait COVID-19.

.

Risiko Trombosis dengan Sindrom Trombositopenia (TTS) setelah vaksin, meskipun secara keseluruhan rendah, lebih tinggi pada orang dewasa yang lebih muda dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua, tetapi tidak ada data yang tersedia tentang risiko tersebut pada anak di bawah usia 18 tahun.

Efektivitas 2 dosis vaksin BNT162b2 yang diterima berselang >28 hari sebelum masuk rumah sakit dalam mencegah MIS-C, juga telah diteliti menggunakan desain kasus-kontrol uji-negatif di antara pasien rawat inap berusia 12-18 tahun selama dominasi varian Delta. Di antara 102 pasien kasus MIS-C dan 181 kontrol yang dirawat di rumah sakit, perkiraan efektivitas 2 dosis vaksin BNT162b2 terhadap MIS-C adalah 91%. Semua pasien MIS-C 38 anak yang membutuhkan ventilator elektrik atau dukungan alat bantu napas untuk bertahan hidup tidak divaksinasi. Penerimaan 2 dosis vaksin BNT162b2 dikaitkan dengan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap MIS-C pada remaja berusia 12-18 tahun.

Vaksinasi Jadi Harapan Lindungi Anak Usia 6-11 Tahun dari Covid-19 -  Kompas.id

Meskipun penilaian manfaat-risiko (benefit-risk assessments) jelas mendukung manfaat vaksinasi pada semua kelompok umur, termasuk anak dan remaja untuk mengurangi jumlah infeksi, rawat inap, kematian, dan COVID-19 jangka panjang, manfaat kesehatan langsung dari memvaksinasi anak dan remaja yang sehat, lebih rendah dibandingkan dengan memvaksinasi orang dewasa, karena insiden COVID-19 parah  dan kematian yang lebih rendah pada orang yang lebih muda. Oleh karena anak dan remaja cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan dibandingkan orang dewasa, kecuali jika mereka berada dalam kelompok yang berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 parah, maka vaksinasi untuk anak dan remaja tidak terlalu mendesak, dibandingkan orang yang lebih tua, mereka yang memiliki gangguan kesehatan kronis, dan tenaga kesehatan.

.

Vaksin COVID-19 yang telah menjalani uji klinis pada anak dan remaja aman dan efektif dalam mencegah penyakit COVID-19 pada anak dan remaja. Anak dengan komorbiditas dan kondisi immunocompromis yang parah harus ditawarkan vaksinasi. Meminimalkan gangguan terhadap proses pendidikan anak di sekolah dan pemeliharaan kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan anak secara keseluruhan, merupakan pertimbangan penting. Vaksinasi yang mengurangi penularan SARS-CoV-2 pada semua kelompok juga dapat mengurangi penularan dari anak dan remaja, ke orang dewasa di sekitarnya, dan dapat membantu mengurangi kebutuhan akan langkah mitigasi di sekolah. Namun demikian, selama periode dominanasi varian Omicron yang lalu, dampak vaksin terhadap penularan hanya sedikit dan berlangsung sebentar.

.

Strategi setiap negara dalam pengendalian COVID-19 seharusnya mendukung proses pendidikan anak di sekolah, aspek kehidupan sosial lainnya, dan meminimalkan penutupan sekolah, bahkan bila Negara tersebut menerapkan kebijakan tanpa memvaksinasi anak dan remaja sekalipun. UNICEF dan WHO telah mengembangkan panduan tentang cara meminimalkan penularan di sekolah dan menjaga sekolah tetap buka, tidak tergantung dari status vaksinasi anak usia sekolah. Guru, anggota keluarga, dan semua orang dewasa lainnya di sekitar anak dan remaja, idealnya harus divaksinasi untuk perlindungan langsung terhadap anak.

.

Pada Sabtu, 13 Agustus 2022 cakupan vaksinasi dosis 2 COVID-19 di Indonesia telah mencapai 170.486.755 dosis atau 72,65%. Cakupan ini meliputi vaksinasi lansia telah diberikan sebanyak 14.785.607 dosis atau mencapai 68,60%. Sedangkan cakupan vaksinasi tenaga kesehatan sebanyak 1.984.613 dosis atau mencapai 135,12%. Sebaliknya, upaya percepatan imunisasi penting mengingat ada lebih dari 1,7 juta anak di Indonesia belum mendapat imunisasi dasar lengkap pada 2019-2021. Imunisasi dasar lengkap mesti diberikan pada bayi berusia 0-11 bulan. Imunisasi itu mencakup, antara lain, DPT-HB-Hib, polio tetes, polio suntik, dan campak rubela. Setelahnya, anak usia 18-24 bulan diberi imunisasi DPT-HB-Hib dan campak rubela. Imunisasi masih perlu dilanjutkan saat anak menginjak usia SD. Anak kelas 1 SD diberi imunisasi campak rubela dan DT sementara anak kelas 2 dan 5 SD menerima imunisasi Td. Cakupan imunisasi Indonesia pada 2021 adalah yang terendah. Hanya enam provinsi yang berhasil mencapai target vaksinasi sebesar 93,6 persen, yaitu Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta, Banten, dan Bengkulu.

.

Keputusan untuk memvaksinasi COVID-19 untuk remaja dan anak harus memperhitungkan prioritas untuk sepenuhnya melindungi kelompok risiko tertinggi dengan vaksinasi primer, dan karena efektivitas vaksin menurun seiring waktu sejak vaksinasi, maka perlu juga memberikan dosis booster. Oleh karena itu, sebelum sebuah negara mempertimbangkan untuk menerapkan vaksinasi COVID-19 dosis primer pada remaja dan anak, mencapai cakupan primer dan booster yang tinggi pada kelompok prioritas, seperti orang dewasa dan tenaga kesehatan, harus dikejar terlebih dahulu. Selain itu, sangat penting bagi anak untuk terus diberikan imunisasi dasar untuk penyakit menular lainnya, yang justru lebih direkomendasikan.

Apakah kita sudah bertindak?

Sekian

Yogyakarta, 22 Agustus 2022

*) Dokter spesialis anak RS Panti Rapih dan Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA : 081227280161

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Jalan-jalan sekolah UHC

2022 Bersepeda Dalam Kota

BERSEPEDA  DI  DALAM  KOTA

fx. wikan indrarto*)

Warga kota banyak yang menyatakan minat untuk bersepeda, tetapi khawatir tentang keselamatan di jalan. Meskipun sudah ada kemajuan pesat, namun kematian karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya terus saja meningkat, dengan kematian tahunan global mencapai 1,35 juta kasus. Apa yang sebaiknya dilakukan?

.

Cedera lalu lintas di jalan raya kini menjadi pembunuh utama bagi anak dan remaja yang berusia 5-29 tahun. Secara global, dari semua kematian karena kecelakaan lalu lintas, pejalan kaki dan pengendara sepeda merupakan 26% korban. Sedangkan pengendara sepeda motor dan penumpang kendaraan merupakan 28% korban. Risiko kematian karena kecelakaan lalu lintas di jalan, sampai sekarang tetap mencapai tiga kali lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah daripada di negara berpenghasilan tinggi, dengan tingkat tertinggi di Afrika (26,6 per 100.000 penduduk) dan terendah di Eropa (9,3 per 100.000 penduduk).

.

Pada tahun 2013 Pemerintah Kota Bangalore India mulai meluncurkan inisiatif Hari Bersepda (Cycle Day). Lalu lintas jalan diblokir pada satu hari Minggu  per bulan selama setengah hari di seluruh kota, menciptakan ruang yang aman untuk berjalan kaki dan bersepeda. Kampanye komunikasi melalui media sosial dan organisasi lokal mendorong orang untuk menggunakan semua ruas jalan untuk bersepeda dan berjalan kaki ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuannya adalah untuk mendorong warga menggunakan transportasi aktif, tetapi juga diharapkan penutupan jalan terhadap kendaraan bermotor (car free day) akan mengurangi polusi  udara di daerah terdekat. Popularitas acara ini tumbuh dalam hal frekuensi dan kegiatan, dan acara menjadi rutin mingguan dan diadakan di beberapa lokasi. Sepeda gratis disediakan, acara bersepeda jarak pendek (3–5 km) diselenggarakan dan acara lainnya dapat diadakan di sepanjang ruas jalan seperti olahraga, berkesnian, dan permainan untuk anak. 

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2022/05/26/2022-mudik-aman/

.

Lebih dari setengah populasi dunia sekarang tinggal di kota, menggerakkan lebih dari 60% aktivitas ekonomi dan emisi gas rumah kaca. Karena kota memiliki kepadatan penduduk yang relatif tinggi dan padat lalu lintas, sebenarnya banyak perjalanan dapat dilakukan dengan lebih efisien menggunakan transportasi umum, berjalan kaki, dan bersepeda, dibandingkan dengan mobil pribadi. Ini juga membawa manfaat kesehatan utama melalui pengurangan polusi udara, cedera lalu lintas di jalan raya, dan lebih dari tiga juta kematian tahunan akibat tidak aktif secara fisik. Beberapa kota terbesar dan paling dinamis di dunia, seperti Milan, Paris, dan London, telah menanggapi pandemi COVID-19 dengan membuat jalan bagi pejalan kaki, dan memperluas jalur sepeda secara besar-besaran. Hal ini memungkinkan terjadinya transportasi yang jauh dengan beraktivitas fisik selama pandemi, meningkatkan kegiatan ekonomi, dan kualitas hidup warganya.

.

Saat ini lebih dari setengah populasi dunia sudah tinggal di kota, baik besar maupun kecil. Pada tahun 2050, proporsi itu diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 70%. Pertumbuhan kota yang pesat ini menghadirkan tantangan dan peluang, juga terkait krisis perubahan iklim dan pandemi COVID-19, yang telah memperburuk ketidakadilan dan kerentanan sosial dan sistem kesehatan. Saat ini, lebih dari tujuh juta orang per tahun meninggal karena paparan polusi udara di kota, sekitar 1 dari 8 dari semua kematian. Lebih dari 90% orang menghirup udara luar ruangan dengan tingkat polusi yang melebihi nilai aman kualitas udara. Dua pertiga dari paparan polusi luar ruangan ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, yang juga yang mendorong perubahan iklim. Beberapa negara yang paling awal dan paling parah terkena COVID-19, seperti Italia dan Spanyol, dan negara yang paling berhasil mengendalikan penyakit ini, seperti Korea Selatan dan Selandia Baru, telah menempatkan pembangunan hijau di samping kesehatan sebagai jantung atas strategi pemulihan paska COVID-19.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/11/20/2021-kota-sehat-paska-covid-19/

.

Kemitraan untuk Kota Sehat (The Partnership for Healthy Cities) adalah jaringan global bergengsi dari 70 kota di dunia yang berkomitmen untuk menyelamatkan nyawa warganya dengan mencegah penyakit tidak menular (PTM) dan cedera di jalan raya. Saat ini hanya kota Bandung dan Jakarta dari Indonesia yang masuk dalam jaringan kemitraan tersebut. Michael R. Bloomberg sebagai inisiator utama ‘The Partnership for Healthy Cities’ telah menegaskan bahwa para pemimpin lokal, yaitu kepala pemerintah kota di seluruh dunia perlu memberlakukan kebijakan kota yang mampu meningkatkan derajat kesehatan dan menyelamatkan nyawa warganya.

Untuk Para Pesepeda, Ketahui Tiga Aturan Yang Akan di Buat Ini - JD News

Dengan mayoritas populasi dunia sekarang tinggal di daerah perkotaan, setiap pemerintah kota perlu untuk mengubah strategi perang melawan PTM dan cedera di jalan raya, dengan memfasilitasi segenap warga kota untuk berjalan kaki dan bersepeda secara aman dan menyenangkan.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 12 Juli 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, pengguna sepeda di dalam kota.

Categories
anak COVID-19 dokter Healthy Life Pendukung ASI UHC

2022 Pekan Menyusui Dunia

20 Link Twibbon Gratis-Tema Hari/Pekan ASI Sedunia-1 hingga 7 Agustus 2021  | Buletin Islam

PEKAN  MENYUSUI  DUNIA  2022

fx. wikan indrarto*)

Pekan Menyusui Dunia (World Breastfeeding Week) 1 sampai 8 Agustus 2022 mengangkat tema : Berperan Lebih untuk Menyusui. Mendidik dan Mendukung (Step up for Breastfeeding, Educate and Support). Pada pekan tersebut akan fokus pada penguatan kapasitas semua pihak yang harus berperan melindungi, mempromosikan dan mendukung proses menyusui di berbagai lapisan masyarakat. Apa yang sebaiknya dilakukan?

.

Para pihak atau aktor yang terkait dengan proses menyusui harus membentuk rantai dukungan yang hangat (warm chain of support for breastfeeding). Aktor yang menjadi sasaran dalam hal ini termasuk pemerintah, sistem kesehatan, tempat kerja, keluarga, dan masyarakat luas, akan diberi informasi, dididik, dan diberdayakan untuk memperkuat kapasitas mereka, dalam menyediakan dan mempertahankan lingkungan yang ramah menyusui bagi ibu, di seluruh dunia pasca pandemi COVID-19.

.

Menyusui adalah kunci untuk strategi pembangunan berkelanjutan pasca-pandemi COVID-19, karena mampu meningkatkan pemenuhan gizi, memastikan ketahanan pangan dan mengurangi ketidaksetaraan antar dan di setiap wilayah dalam sebuah negara. Tema tersebut menyoroti hubungan antara menyusui dan nutrisi yang baik, ketahanan pangan dan pengurangan kesenjangan. Kampanye Rantai Hangat menempatkan pasangan ibu-bayi sebagai inti kegiatan. Program ini berusaha menghubungkan berbagai aktor di sektor kesehatan, komunitas, dan tempat kerja ibu untuk memberikan perawatan yang berkesinambungan selama 1.000 hari pertama bayi.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2022/03/21/2022-asi-dan-covid-19/

.

Mempromosikan praktik perawatan kesehatan yang mendukung keberhasilan menyusui selalu menjadi fokus kita semua, terutama di bidang peningkatan kapasitas dan cakupan menyusui secara eksklusif. Sejak 2009, WABA mempromosikan Inisiatif Ramah Bayi yang Diperluas atau ‘the Expanded Baby Friendly Initiative’ (EBFHI) yang diluncurkan oleh WHO/UNICEF dan ini kemudian menjadi dasar konseptual untuk Rantai Dukungan Hangat untuk Menyusui.

.

Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI (The International Code of Marketing of Breastmilk Substitutes) atau Kode dibuat untuk melindungi dan mempromosikan menyusui dengan memastikan penggunaan yang tepat dari susu formula sebagai pengganti ASI bila diperlukan, dan praktik pemasaran yang etis. Untuk menghidupkan kembali dan memperkuat pemantauan berkelanjutan dan penilaian berkala terhadap Kode tersebut, Jaringan untuk Pemantauan Global atau ‘the Network for Global Monitoring and Support for Implementation of the International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes and Subsequent relevant World Health Assembly Resolutions’ (NetCode) telah mengembangkan perangkat berisi protokol, panduan, dan alat yang relevan. Salah satunya adalah untuk melindungi rantai dukungan yang hangat untuk menyusui (the warm chain of support for breastfeeding).

.

Pada Jumat, 28 April 2022 WHO melaporkan tingkat yang mengejutkan dari pemasaran susu formula, yang ditujukan sebagai pengganti ASI. Laporan yang merinci praktik pemasaran eksploitatif yang digunakan oleh industri susu formula bayi senilai US$ 55 miliar, menunjukkan orang tua, terutama ibu, secara diam-diam dan terus-menerus menjadi sasaran ‘marketing online’.

Pekan Menyusui Sedunia 2021: Dukungan lebih besar untuk ibu menyusui di  Indonesia dibutuhkan di tengah pandemi COVID-19

Laporan WHO tersebut berjudul ‘cakupan dan dampak strategi pemasaran digital untuk mempromosikan pengganti ASI’ (scope and impact of digital marketing strategies for promoting breast-milk substitutes), telah menguraikan teknik pemasaran digital yang dirancang untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat keluarga baru, tentang cara memberi makan bayi mereka. Melalui perangkat aplikasi, kelompok pendukung virtual atau ‘klub bayi’, influencer media sosial berbayar, program promosi dan kompetisi, serta forum atau layanan konsultasi, perusahaan susu formula telah membeli atau mengumpulkan informasi pribadi, dan mengirimkan promosi yang bersifat personal kepada ibu hamil dan ibu baru.

.

Negara harus meningkatkan langkah yang lebih luas dalam mendukung ibu untuk menyusui secara eksklusif. Komponen aktor hangat lainnya, yaitu sistem kesehatan, tempat kerja, keluarga, dan masyarakat luas juga wajib berperan serta, dalam mendukung ibu menyusui dan mengatasi hebatnya pemasaran susu formula sebagai pengganti ASI. Susu formula adalah bagian dari produk berisiko lainnya seperti tembakau, alkohol atau barang tidak sehat yang mengutamakan omset penjualan, di atas pertimbangan kesehatan dan kesejahteraan bayi.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 17 Juli 2022

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM.