Categories
Istanbul

2019 Hari kelima di Indochina

Perjumpaan dengan para calon biksu di Istana Kerajaan Kamboja di Phnom Pehn

Petualangan ke Indochina hari kelima.

Setelah selesai menghadiri ‘The 422nd International Conference on Medical & Health Science’ (ICMHS) 2019 yang diselenggarakan di The Pearl Hotel Hanoi, Vietnam, kami melanjutkan terbang ke Siem Reap, Kamboja, untuk menikmati keindahan Candi Angkor Wat. Dengan menggunakan bis antar kota berkapasitas 41 tempat duduk ‘Giant Ibis3’, kami meninggalkan Siem Reap, untuk menuju Phnom Penh, ibukota  dan kota terbesar di Kamboja. Kota ini memiliki penduduk sekitar 1 juta jiwa, sementara seluruh penduduk Kamboja adalah 11,4 juta jiwa.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/26/2019-hari-pertama-di-indochina/

.

Phnom Penh terletak di tepi Sungai Mekong, yang merupakan sungai utama di daratan Asia dengan panjang 4.200 km yang berasal dari dataran tinggi Tibet Cina. Sungai ini melintasi Kamboja dari Utara ke Selatan dengan panjang total 486 km dan melewati Phnom Penh, sebagai persimpangan sungai untuk sumber air minum dan ekosistem kota.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/26/2019-hari-kedua-di-indochina/

.

Didirikan pada tahun 1434, kota ini terkenal karena arsitektur yang indah, sejarah dan atraksi kebudayaannya. Phnom Penh pernah dikenal sebagai “Mutiara Asia”, dan dianggap sebagai salah satu kota peninggalan kolonial Prancis yang terindah, yang pernah dibangun sebagai kota di seluruh Indocina pada tahun 1920. Saat ini masih ada sejumlah bangunan kolonial Prancis yang tersebar di sepanjang jalan-jalan utama, mekipun Phnom Penh telah berkembang menjadi pusat negara, pusat industri, perekonomian, keamanan, dan politik Kamboja. Phnom Penh, bersama dengan Siem Reap dan Sihanoukville adalah tujuan wisata domestik dan global yang signifikan untuk Kamboja.

.

Mengunjungi Universitas Ilmu Kesehatan di Phnom Pehn, Kerajaan Kamboja di waktu malam

.

Malam itu kami menginap di kamar 304 King Grand Boutique Hotel, Phnom Penh, Kamboja, dan terbayang kesedihan mendalam tentang para korban yang diabadikan di Museum Genosida Tuol Sleng, yang baru saja kami kunjungi. Museum di pusat kota Phnom Penh tersebut merupakan bekas sebuah Kamp Konsentrasi pada masa rezim Komunis Khmer Merah berkuasa di Kamboja, pada tahun 1975-1979. Kamp Konsentrasi ini dibangun oleh Pol Pot, pemimpin Khmer Merah, untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Pol Pot berusaha kembali ke perekonomian agraris dan karena itu menewaskan banyak orang yang dianggap sebagai musuh, “malas”, atau secara politik terdidik. Banyak penduduk, termasuk mereka yang kaya dan berpendidikan, dievakuasi dari kota dan dipaksa untuk melakukan kerja paksa di bidang pertanian di pedesaan sebagai ”manusia baru“.

.

Gerbang depan Museum Genosida Tuol Sleng di Phnom Pehn, tempat yang mengerikan.

.

Bangunan sekolah ‘Tuol Svay Prey High School’ diambil alih oleh pasukan Pol Pot dan diubah menjadi 21S- kamp penjara, di mana para musuh politik Pol Pot ditahan dan disiksa. Nama Tuol Sleng merupakan Bahasa Khmer yang berarti “Bukit Pohon Beracun”. Bekas sekolah tinggi yang sekarang menjadi Museum Genosida Tuol Sleng, merupakan tempat penyiksaan oleh pasukan Khmer Merah yang menyimpan alat, perangkat dan foto para korban. Perkiraan jumlah kematian akibat kebijakan Khmer Merah, termasuk penyakit dan kelaparan, berkisar 1,7-2,5 juta dari penduduk Kamboja sekitar 8 juta. Pada tahun 1979, pasukan komunis Vietnam menyerbu Republik Demokratik Kampuchea dan menggulingkan rezim Khmer Merah.

.

Gerbang belakang Museum Genosida Tuol Sleng di Phnom Pehn yang gelap dan mengerikan

.

Perang Kamboja-Vietnam adalah konflik yang terjadi antara Republik Sosialis Vietnam dan Kamboja. Perang ini dimulai dengan invasi dan pendudukan Vietnam terhadap Kamboja dan penurunan Khmer Merah dari kekuasaan. Konflik ini juga mengemukakan bagaimana perpecahan Tiongkok-Soviet telah merusak pergerakan komunis. Partai Komunis Vietnam memihak kepada Uni Soviet, sementara Partai Komunis Kamboja tetap setia dengan Republik Rakyat Tiongkok.

.

Monumen lambang kejayaan bangsa Khmer di pusat kota Phnom Pehn

Perang ini dimulai dengan kekhawatiran Republik Demokratik Kampuchea yang pada saat itu di bawah pimpinan Pol Pot, akan meluasnya pengaruh Vietnam setelah kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam. Kekhawatiran ini didasarkan atas keinginan Vietnam untuk menyatukan kawasan Indochina dalam suatu negara di bawah kekuasaan Vietnam. Dibawah kekhawatiran tersebut, pasukan Republik Demokratik Kampuchea melancarkan aksi untuk menetralisir tentara Vietnam di sekitar perbatasan Vietnam-Kamboja. Atas aksinya, Vietnam membalas dengan melancarkan invasi melawan Republik Demokratik Kampuchea yang menyebabkan keruntuhannya, yang kemudian diganti oleh negara boneka Vietnam, Republik Rakyat Kamboja. Pendudukan Vietnam berakhir setelah tekanan internasional serta reformasi politik Vietnam. Tentara Vietnam terakhir keluar Kamboja pada tahun 1992.

.

baca juga : https://dokterwikan.wordpress.com/2019/05/27/2019-hari-ketiga-di-indochina/

.

Kami juga jadi ingat tentang seorang wartawan Kamboja Dith Pran, yang menciptakan istilah “ladang pembantaian” (The Killing Fields) setelah melarikan diri dari rezim Khmer Merah. Sebuah film yang dirilis tahun 1984 berjudul sama, yaitu ‘The Killing Fields’, menceritakan kisah Dith Pran, dimainkan oleh seorang survivor Kamboja Haing S. Ngor, dan perjalanannya untuk melarikan diri dari kematian di kamp.

.

Monumen Kemerdekaan Kamboja di tengah kota Phnom Penh saat malam hari,

Malam sebelum ke hotel, kami juga sempat mengunjungi Monumen Kemerdekaan di Phnom Penh, yang dibangun pada tahun 1958 untuk memperingati kemerdekaan Kamboja dari Prancis pada 1953. Monumen tersebut berdiri di persimpangan Norodom Boulevard dan Sihanouk Boulevard. Monumen tersebut membentuk stupa berbentuk teratai, yang gayanya tampak pada candi Khmer besar di Angkor Wat dan situs sejarah Khmer lainnya. Monumen Kemerdekaan dirancang oleh arsitek modern Kamboja yang sangat berpengaruh, yaitu Vann Molyvann.

Patung perunggu Raja Norodom Sihanouk, di pusat kota Phnom Pehn yang malam dan hujan

.

Selain itu, kami juga sempat berfoto dalam hujan, untuk melihat patung Raja Norodom Sihanouk, yang diciptakan sebagai peringatan 1 tahun meninggalnya sang raja. Peresmian patung perunggu raja Sihanouk tersebut dilangsungkan pada hari Jumat, 11 September 2013. Patung setinggi 100 kaki seharga sekitar 1,2 juta dollar AS, menggambarkan Raja Norodom Sihanouk sebagai sosok yang melekat di hati rakyatnya. Paling tidak hal itu terlihat dari tetap membanjirnya warga yang menjenguk perabuan jenazahnya di Istana Kerajaan. Saat peresmian patung itu, Perdana Menteri Hun Sen dan raja Kamboja saat ini, Norodom Sihamoni hadir. Norodom Sihanouk wafat pada 15 Oktober 2012 karena serangan jantung di Beijing, China. Sihanouk berjasa membuat Kamboja tetap dalam keadaan damai sejak merdeka dari Perancis pada 1953.

.

Hasil gambar untuk malaria di kamboja
Peta jalan program pemberantasan malaria di Kaboja

.

Kami jadi teringat bahwa Professor Nicholas White dari Oxford University di Inggris menerbitkan surat terbuka di jurnal kesehatan ‘The Lancet Infectious Diseases.’ Surat yang terbit pada hari Rabu, 25 September 2017 berisi tentang sebuah varian malaria baru, yang telah menyebar di wilayah barat Kamboja. Parasit malaria mutan terbaru itu kebal terhadap segala macam obat berbasis artemisin, obat utama melawan malaria yang dipakai oleh dokter di seluruh dunia. Malaria baru tersebut bahkan sudah menyebar dari kawasan barat Kamboja, menuju daerah timur laut Thailand, selatan Laos, hingga Selatan Vietnam (Greater Mekong).

.

Hasil gambar untuk malaria di kamboja
Pemeriksaan parasitologi malaria di Kaboja

Di beberapa wilayah Kamboja, tingkat resistensi pasien mencapai 60 persen dan sepertiga penangangan malaria di sana dinyatakan gagal. Walau mengkhawatirkan, varian malaria terbaru ini masih jauh dari Benua Afrika. Malaria baru ini akan mematikan, jika sampai menyeberang Samudra Hindia, karena setiap tahun 90 persen dari 212 juta kasus malaria seluruh dunia, terjadi di Benua Hitam Afrika. Ironisnya, kasus malaria yang disebarkan oleh nyamuk, sebetulnya mengalami penurunan beberapa tahun terakhir. Desember 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sejak tahun 2000 terdapat penuruan kasus malaria minimal 70 persen di lebih dari setengah negera yang terjangkit penyakit berbahaya ini. Secara keseluruhan, jumlah kasus malaria menurun sampai 40 persen sementara tingkat kematian turun 66 persen di benua Afrika dalam kurun waktu yang sama.

.

Mari kita bantu program stop malaria di Kamboja

.

Di Kamboja terjadi 45.991 kasus malaria pada 2017, di mana angka tersebut meningkat 95 persen dari 23.627 kasus pada tahun sebelumnya, seperti yang dijelaskan oleh Huy Rekol, direktur Pusat Nasional untuk Parasitologi, Entomologi dan Pengendalian Malaria Kamboja. Peningkatan kasus malaria tahun 2017 yang luar biasa, mungkin berhubungan dengan perubahan iklim dan jatuhnya tanggal kadaluarsa kelambu berinsektisida. Tahun 2016 cuaca telah berubah dengan musim hujan yang berkepanjangan, yang kondusif bagi pembiakan nyamuk. Faktor lainnya adalah kelambu berinsektisida, yang telah didistribusikan ke orang-orang yang tinggal di daerah rawan malaria, telah kehilangan efisiensinya setelah digunakan selama tiga tahun. Kami menjadi agak sulit tidur membayangkan semua hal yang terjadi tersebut malam itu ada di sekitar kami.

.

Gerbang depan Istana Kerajaan Kamboja atau National Royal Palace, yang sedang direnovasi di Phnom Pehn.

.

Rabu pagi, 29 Mei 2019 untunglah kami dapat bangun pagi untuk berjalan kaki sekitar 5 menit dari hotel, guna melihat Istana Kerajaan Kamboja atau National Royal Palace. Istana megah dan besar ini berfungsi sebagai kediaman resmi Raja Kamboja dan keluarga kerajaan. Nama lengkap dalam bahasa Khmer adalah Preah Barum Reachea Veang Chaktomuk Serei Mongkol. Para raja Kamboja telah menghuni istana ini sejak dibangun pada tahun 1860-an, dengan pengecualian istana sempat kosong karena keluarga kerajaan pergi mengungsi, mengasingkan diri  ke Perancis dan China, ketika negara jatuh dalam kekacauan, akibat berkuasanya rezim Khmer Merah.

.

Panorama pertemuan Sungai Tonle Sap dan Sungai Mekong yang disebut Chaktomuk di pagi hari

.

Istana ini dibangun setelah Raja Norodom memindahkan ibukota kerajaan dari Oudong ke Phnom Penh pada pertengahan abad ke-19. Istana ini dibangun secara bertahap di atas benteng kuno yang disebut Banteay Kev. Istana ini menghadap ke arah Timur dan terletak di tepi barat dari cabang pertemuan Sungai Tonle Sap dan Sungai Mekong yang disebut Chaktomuk (Sansekerta:catur mukkha yang berarti empat muka), sebuah kiasan untuk dewa Brahma yang memiliki empat muka menghadap empat penjuru.

.

Ferbang King Grand Boutique Hotel, Phnom Penh, Kamboja, yang artistik

.

Rabu siang, 29 Mei 2019 kami meninggalkan King Grand Boutique Hotel, Phnom Penh, Kamboja, untuk naik bis lagi menuju Ho Chi Min City Vietnam. Pemeriksaan imigrasi dilakukan oleh Otoritas Imigrasi Kamboja di Kota Bavet dan bis berhenti di gedung tempat pos pemeriksaan paspor Kamboja berada. Setelah dipindai sidik jari dan stempel tanggal keluar wilayah Kamboja, para penumpang naik bis lagi menuju pos pemeriksaan pintu masuk perbatasan Vietnam di Kota Moc Bai. Paspor semua penumpang dikumpulkan oleh awak bis dan kita menunggu di areal pertokoan duty free untuk makan siang. Selesai makan, para penumpang diantar k epos pemeriksaan dan harus turun dari bus dengan membawa semua tas perbekalan, untuk dipindai dalam mesin x-ray dan pemeriksaan paspor oleh petugas imigrasi Vietnam.

.

Bis yang mengantar kami meninggalkan Phnom Pehn, Kamboja dan memasuki Ho Chi Min, Vietnam

.

Memasuki territorial Vietnam, jalan dan pemandangan alam sekitarnya sangat berbda, karena lebih padat penduduk, maju dan modern. Setelah total 6 jam menempuh jarak 230,4 km melewati jalan nasional AH1/NR1, selanjutnya kami menginap di Ho Chi Min City.

Ditulis di Kamar 602 Anpha Boutique Hotel, Ho Chi Minch City Vietnam

Rabu malam, 29 Mei 2019.

-wikan

(bersambung)

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *