Categories
anak antibiotika COVID-19 dokter Healthy Life sekolah

2023 Polusi dan Pneumonia

Udara 3 Kota di Indonesia Tidak Sehat dan Berbahaya

POLUSI  DAN  PNEUMONIA

fx. wikan indrarto*)

Ringkasan naskah ini telah dimuat di Harian Nasional Media Indonesia Kamis, 31 Agustus 2023.

https://m.mediaindonesia.com/opini/609327/polusi-dan-pneumonia

Dalam dua pekan terakhir Agustus 2023, Jakarta adalah peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data IQAir. Pada musim kemarau seperti ini juga bertiup angin timur yang kering serta membawa debu dan partikel berbahaya yang lebih banyak. Apa yang mencemaskan?

.

Polusi udara akan meningkatkan risiko anak mengalami pneumonia atau radang paru-paru. Ini adalah satu-satunya penyebab kematian oleh penyakit infeksi terbesar pada pasien dewasa dan anak, termasuk saat pandemi COVID-19 yang lalu. Tidak ada infeksi lain yang menyebabkan beban kematian setinggi ini, sehingga pneumonia bahkan disebut sebagai pembunuh terlupakan selama COP 26, Konferensi Perubahan Iklim PBB yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo di Glasgow, Skotlandia. Konferensi tersebut adalah momen penting untuk menyatukan komunitas kesehatan global, memperbaiki kualitas udara dan iklim, untuk mengatasi pneumonia sebagai pembunuh menular terbesar di planet ini.

.

Polusi udara adalah faktor risiko utama kematian akibat pneumonia di semua kelompok umur. Hampir sepertiga dari semua kematian akibat pneumonia disebabkan oleh udara yang tercemar, menewaskan sekitar 749.200 pada tahun 2019. Polusi udara rumah tangga berkontribusi pada 423.000 kematian ini, sementara polusi udara luar ruangan berkontribusi pada 326.000 kematian lainnya.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/11/12/2021-hari-pneumonia-sedunia/

.

Bayi atau yang paling muda dan lansia atau yang sangat tua adalah kelompok usia yang paling berisiko. Bayi dan anak lebih rentan terhadap polusi udara rumah tangga, terutama yang tinggal di rumah yang secara teratur menggunakan bahan bakar dan teknologi yang berpolusi, untuk memasak, memanaskan dan penerangan. Sementara polusi udara luar ruangan, terutama dari polutan yang dikeluarkan oleh industri dan asap knalpot mobil, secara tidak proporsional mempengaruhi kesehatan organ pernapasan di antara orang dewasa yang lebih tua.

.

Sembilan puluh persen kematian terkait polusi udara terkonsentrasi di 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di banyak negara Afrika, polusi udara menyumbang lebih dari 50 persen dari semua kematian akibat pneumonia. Dan sementara kematian pneumonia akibat polusi udara dalam rumah tangga menurun di Afrika, pada saatyang bersamaan secara tragis justru meningkat sebagai akibat dari polusi udara luar ruangan. Hal serupa ini juga berlaku untuk Asia, termasuk Indonesia.

.

Pneumonia tidak hanya berdampak pada individu anak, tetapi juga saudara kandung yang mungkin tidak lagi dapat bersekolah, karena orang tua mereka merawat anak yang sakit, atau sumber keuangan yang sudah semakin langka, harus dialihkan dari biaya sekolah menjadi untuk membayar biaya pengobatan. Itulah mengapa sangat penting untuk mempromosikan serangkaian praktik kesehatan untuk menghindari pneumonia sejak awal kehidupan anak, yaitu dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, nutrisi yang cukup, dan suplementasi vitamin A.

.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan merupakan komponen kunci untuk memperkuat sistem kekebalan bayi. Bayi yang disusui secara eksklusif memiliki risiko infeksi dan penyakit parah, termasuk pnemonia, yang lebih rendah daripada mereka yang kekurangan sumber antibodi penting ini dari ibu. ASI eksklusif dapat menyebabkan penurunan 23% kejadian pneumonia. Bayi antara usia 0-5 bulan yang tidak disusui sama sekali menghadapi risiko kematian akibat pneumonia yang sangat besar, bahkan mencapai 15 kali lebih mungkin meninggal, karena pneumonia daripada bayi yang disusui secara eksklusif.

.

Waspada Pneumonia pada Anak, Akibat Polusi Udara

Nutrisi yang cukup membantu memastikan sistem kekebalan berfungsi dengan baik untuk melindungi anak dari pneumonia, serta penyakit lainnya. Anak yang kekurangan gizi menghadapi risiko penyakit yang lebih tinggi, durasi penyakit yang lebih lama, dan kemungkinan kematian akibat penyakit yang lebih besar. Tanpa akses ke makronutrien yang cukup seperti protein, lemak, dan karbohidrat, dan mikronutrien seperti seng dan vitamin A, anak lebih rentan terhadap pneumonia, dan anak yang bergizi baik memiliki risiko lebih rendah untuk meninggal karena pneumonia.

Selain itu, penggunaan masker sangat penting pada saat ada polusi udara. Namun demikian, WHO dan UNICEF menyarankan anak balita (berusia 5 tahun ke bawah) tidak diwajibkan memakai masker. Hal ini didasarkan pada keselamatan, minat, dan kemampuan anak untuk menggunakan masker secara tepat dengan bantuan minimal. Selain itu, WHO dan UNICEF menyarankan bahwa keputusan untuk mewajibkan penggunaan masker untuk anak yang berusia 6-11 tahun, harus didasarkan pada beberapa faktor terkait, misalnya kemampuan anak untuk menggunakan masker secara aman dan tepat, akses mendapatkan masker, serta tersedianya fasilitas pencucian dan penggantian masker di tempat-tempat tertentu, seperti sekolah dan layanan penitipan anak.

Penggunaan masker untuk anak dari segala usia dengan gangguan perkembangan, difabel atau kondisi kesehatan tertentu lainnya, tidak boleh diwajibkan. Namun demikian, sebaiknya dinilai berdasarkan kasus per kasus oleh orang tua, wali, guru dan atau tenaga medis. Bagaimanapun juga, anak dengan gangguan kognitif dengan kesulitan menoleransi masker, seharusnya tidak diwajibkan memakai masker. Anak tidak boleh memakai masker saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, seperti berlari, melompat, atau bermain di taman bermain, sehingga tidak mengganggu pernapasan mereka.

Vaksin adalah tindakan pencegahan pneumonia paling penting bagi anak, agar juga membantu keluarga terhindar dari biaya pengobatan dan beban keuangan lainnya akibat sakit. Pneumonia memiliki banyak patogen penyebab, tetapi sebagian besar yang paling mematikan sudah dapat dicegah dengan vaksin terhadap patogen ganas Streptococcus pneumoniae (vaksin pneumokokus), Haemophilus influenzae tipe b (vaksin Hib), pertusis (vaksin DPT), dan campak (MR). Semua vasin tersebut sudah tersedia di Indonesia, dan direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bahkan masuk dalam program imunisasi dasar nasional.

Obat antibiotik amoksisilin saat ini merupakan satu-satunya pengobatan lini pertama yang direkomendasikan untuk pneumonia. Obat ini dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan dapat mencegah sebagian besar kematian akibat pneumonia, dengan biaya hanya sekitar USD $ 0,21-0,42 per paket pengobatan. Tablet dispersi amoksisilin adalah terjangkau dan sesuai untuk digunakan pada anak kecil. Namun waktu adalah esensi, karena pengobatan yang tertunda mungkin tidak memadai untuk mencegah dampak yang menghancurkan dari pneumonia, yaitu kematian anak. Perang melawan pneumonia harus dipertimbangkan juga untuk memerangi resistensi antimikroba. Pemberian antibiotik secara tepat untuk mengobati infeksi bakteri yang didiagnosis dengan benar, dapat membantu mengatasi pneumonia yang menjadi masalah global ini. Faktanya adalah lebih banyak anak meninggal karena kurangnya akses ke antibiotik, daripada karena resistensi antibiotik.

Polusi dan musim kemarau tidak hanya mengingatkan kita akan pentingnya memperbaiki kualitas udara dan iklim sesaui COP 26 Glasgow, tetapi juga meningkatkan penggunaan masker secara tepat dan cakupan imunisasi pneumokokus, Hib, DPT, dan MR dalam melawan pneumonia sebagai pembunuh terlupakan.

Sudahkah kita bijak mendampingi anak dari bahaya pneuomonia?

Sekian

Yogyakarta, 14 Agustus 2023

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Lektor FK UKDW, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

3 replies on “2023 Polusi dan Pneumonia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *