Categories
Istanbul

2020 Kesehatan Seksual Remaja

World Sexual Health Day — North America Hosted by Stanford University

KESEHATAN  SEKSUAL  REMAJA

fx. wikan indrarto*)

Tema Hari Kesehatan Seksual Sedunia (World Sexual Health Day) pada Jumat, 4 September 2020 adalah “Kenikmatan Seksual pada era COVID-19”.  Namun demikian, banyak remaja yang telah mendahului mencoba merasakan kenikmatan seksual, tetapi justru mengalami  dampak buruknya. Apa yang mengkawatirkan?

.
baca juga : https://dokterwikan.com/2020/04/03/2020-layanan-medis-non-covid-10/

.

Sekitar 12 juta remaja perempuan berusia 15–19 tahun dan setidaknya 777.000 remaja perempuan di bawah 15 tahun, melahirkan setiap tahun di semua negara berkembang. Setidaknya 10 juta kehamilan yang tidak diinginkan terjadi setiap tahun di antara remaja perempuan berusia 15-19 tahun, juga di negara berkembang. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian remaja perempuan usia 15-19 tahun di seluruh dunia.
.

World sexual health day | Free Vector

Dari perkiraan 5,6 juta aborsi yang terjadi setiap tahun di antara remaja perempuan berusia 15-19 tahun, 3,9 juta tidak aman, berkontribusi pada kematian ibu, morbiditas dan masalah kesehatan yang berkepanjangan. Ibu remaja (usia 10-19 tahun) menghadapi risiko eklampsia, endometritis nifas, dan infeksi sistemik yang lebih tinggi daripada wanita berusia 20 hingga 24 tahun, dan bayi dari ibu remaja menghadapi risiko lebih tinggi mengalami berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan kondisi neonatal parah.

.
baca juga :https://dokterwikan.com/2020/08/14/2020-hari-remaja-internasional/

.

.


Kehamilan remaja merupakan masalah global yang terjadi di negara berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah. Namun demikian, di seluruh dunia kehamilan remaja lebih mungkin terjadi di komunitas yang terpinggirkan, yang umumnya dipengaruhi oleh kemiskinan dan kurangnya pendidikan, kesempatan kerja dan bantuan sosial, sehingga jauh dari terwujudnya kenikmatan seksual.

.

Beberapa faktor berkontribusi pada kehamilan dan kelahiran remaja. Di banyak masyarakat, anak perempuan berada di bawah tekanan untuk menikah dan melahirkan anak lebih dini. Di negara kurang berkembang, setidaknya 39% anak perempuan menikah sebelum mereka berusia 18 tahun dan 12% sebelum usia 15. Di banyak tempat anak perempuan memilih untuk hamil karena mereka memiliki prospek pendidikan dan pekerjaan yang terbatas. Seringkali, dalam masyarakat seperti itu, menjadi ibu dihargai dan pernikahan dengan seorang pria yang lebih mapak dan melahirkan anak mungkin merupakan pilihan terbaik dari pilihan terbatas yang tersedia.

.

Selain itu, remaja yang ingin menghindari kehamilan mungkin tidak dapat melakukannya karena kesulitan mengakses metode kontrasepsi. Banyak remaja menghadapi hambatan untuk mengakses kontrasepsi termasuk undang-undang dan kebijakan yang membatasi tentang penyediaan kontrasepsi berdasarkan usia atau status perkawinan, bias petugas kesehatan dan atau kurangnya kemauan untuk mengakui kebutuhan kesehatan seksual remaja, dan ketidakmampuan remaja itu sendiri untuk mengakses alat kontrasepsi karena kendala pengetahuan, transportasi, dan keuangan.

.

Penyebab tambahan dari kehamilan yang tidak diinginkan adalah kekerasan seksual, yang tersebar luas dengan lebih dari sepertiga anak perempuan di beberapa negara melaporkan bahwa hubungan seksual pertama mereka dipaksakan. Kehamilan dini di kalangan remaja memiliki konsekuensi kesehatan yang besar bagi ibu remaja dan bayinya. Komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian pada remaja perempuan berusia 15–19 tahun di seluruh dunia, dengan negara berpenghasilan rendah dan menengah menyumbang 99% kematian ibu global pada wanita usia 15–49 tahun. Melahirkan usia dini dapat meningkatkan risiko bagi bayi baru lahir maupun ibu muda. Bayi yang lahir dari ibu di bawah usia 20 tahun menghadapi risiko yang lebih tinggi mengalami berat badan lahir rendah,  prematur, dan kondisi neonatal yang parah.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/01/02/2020-menurunkan-angka-kematian-anak/

.

Pencegahan kehamilan remaja, juga mortalitas dan morbiditas terkait HIV pada remaja tidak mendapat perhatian yang cukup karena kalah prioritas. Meskipun sudah ada pedoman untuk mencegah kehamilan dini di negara berkembang, yaitu “WHO’s Guidelines for preventing early pregnancy and poor reproductive outcomes in adolescents in developing countries”, tetapi masih diperlukan alat pendukung program kesehatan remaja lainnya menuju era Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, agar remaja dipindah ke dalam pusat agenda kesehatan dan pembangunan global. WHO, UNICEF, UNFPA, dan UNWomen telah bekerjasama dalam program global untuk mempercepat keberhasilan mengakhiri pernikahan anak. Selain itu, juga kemitraan global yang berupaya memungkinkan lebih dari 120 juta perempuan mengakses kontrasepsi pada akhir tahun 2020, meskipun terjadi pandemi COVID-19.

.

Momentum ‘World Sexual Health Day’ mengingatkan kita bahwa kesehatan seksual membutuhkan pendekatan yang positif dan hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual. Dengan demikian, akan menghasilkan pengalaman seksual yang menyenangkan (sexual pleasure), aman, dan bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan, bahkan dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, khususnya pada remaja perempuan. Pada pandemi COVID-19 ini, layanan keluarga berencana, kontrasepsi, dan kesehatan repoduksi remaja adalah jenis layanan kesehatan yang cukup terganggu dan banyak yang tidak diselenggarakan lagi.

.

Sudahkah kita bijak?

Sekian

Yogyakarta, 4 September 2020

*) Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih, Lektor di FK UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA: 081227280161

By Fx Wikan Indrarto

Dokter Fx Wikan Indrarto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *