Categories
anak COVID-19 Healthy Life resisten obat tuberkulosis

2021 Tuberkulosis pada Anak

MENGENALI TBC PADA ANAK

TB  PADA  ANAK

fx. wikan indrarto*)

Penyakit tuberkulosis (TB) pada anak di bawah usia 15 tahun merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting, karena merupakan penanda adanya proses penularan TB yang baru terjadi. Apa yang sebaiknya dilakukan?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2021/03/24/2021-hari-tuberkulosis-sedunia/

.

TB disebabkan oleh bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Bakteri TB menyebar dari orang ke orang melalui udara. Bakteri TB dikeluarkan ke udara ketika penderita TB mengalami batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi, sehingga anak di sekitarnya mungkin menghirup bakteri ini dan terinfeksi, dengan dua jenis TB pada anak, yaitu infeksi TB laten dan sakit TB.

.

Pertama, anak dengan infeksi TB laten biasanya diketahui dengan tes Mantoux pada kulit atau tes serologi darah yang menunjukkan adanya infeksi TB. Anak tersebut memiliki bakteri TB di dalam tubuhnya, tetapi bakterinya tidak aktif, sehingga anak tidak sakit dan tidak memiliki gejala klinis. Anak tersebut tidak berbahaya karena tidak dapat menyebarkan bakteri TB ke orang lain. Jika kondisi umum anak menurun, maka bakteri TB dapat menjadi aktif di dalam tubuh dan berkembang biak, sehingga akan mengalami sakit TB.

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/01/22/2019-akhiri-tb/

.

Kedua, anak sakit TB setelah terinfeksi bakteri TB, karena anak lebih mungkin mengalami sakit TB dan lebih cepat terjadi sakit daripada orang dewasa. Dibandingkan dengan anak yang sakit TB karena terinfeksi baru, penyakit TB pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi TB masa lalu yang menjadi aktif, ketika sistem kekebalan menjadi lemah, misalnya adanya infeksi HIV atau ko infeksi TB HIV dan diabetes.

.

Tanda dan gejala penyakit TB pada anak antara lain batuk, rasa sakit atau lemah, lesu, dan atau berkurangnya semangat bermain. Juga penurunan berat badan atau gagal tumbuh, demam dan atau mengalami banyak keringat pada malam hari. Gejala penyakit TB di bagian tubuh lain bergantung pada daerah yang terkena. Bayi, anak kecil, dan anak dengan gangguan sistem imun (misalnya, anak dengan HIV) berada pada risiko tertinggi untuk berkembang menjadi bentuk TB yang paling parah seperti meningitis TB atau penyakit TB yang menyebar (disseminated TB disease).

.

Mengenal Kondisi TB Paru pada Anak yang Harus Moms Antisipasi – Good  Doctor | Tips Kesehatan, Chat Dokter, Beli Obat Online

Memastikan diagnosis sakit TB pada anak dengan tes laboratorium klinik adalah tantangan yang tidak mudah. Hal ini karena 2 penyebab utama, yaitu pada anak sulit untuk mengumpulkan spesimen dahak, apalagi pada bayi. Selain itu, tes laboratorium yang digunakan untuk menemukan TB dalam dahak (sputum BTA) cenderung memberikan hasil positif pada anak. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa anak lebih mungkin mengalami sakit TB, meski jumlah bakteri lebih sedikit (paucibacillary).

.

Karena alasan ini, diagnosis penyakit TB pada anak berbeda dengan dewasa, sering dibuat tanpa konfirmasi laboratorium sputum BTA, tetapi berdasarkan kombinasi 4 faktor berikut. Pertama, tanda dan gejala klinis sakit TB. Kedua, tes kulit Mantoux atau tuberkulin atau tes darah serologi TB  (IGRA) positif. Ketiga, foto rontgen dada yang memiliki pola sakit TB berat, dan keempat, riwayat kontak dengan orang dewasa yang mengidap TB menular.

.

Pengujian laboratorium TB pada anak yang biasanya merupakan satu-satunya tanda infeksi TB adalah reaksi positif terhadap tes kulit Mantoux atau tes darah serologi TB. Tes kulit TB adalah aman pada anak, dan lebih sering diterapkan daripada tes darah serologi TB untuk anak di bawah usia 5 tahun, karena lebih praktis dan ekonomis.

.

Semua anak dengan hasil tes kulit Mantoux positif untuk infeksi TB yang disertai gejala klinis TB, atau riwayat kontak dengan pengidap dewasa penyakit TB, harus menjalani evaluasi medis. Evaluasi medis untuk penyakit TB, termasuk rontgen dada dan pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan sakit TB, dan harus dilakukan sebelum memulai pengobatan untuk infeksi TB laten. 

.

Anak di atas usia 2 tahun dengan infeksi TB laten dapat diobati dengan obat anti TB (OAT) lini pertama, yaitu isoniazid-rifapentin sekali seminggu selama 12 minggu. Pengobatan alternatif untuk infeksi TB laten pada anak adalah rifampisin harian selama 4 bulan atau isoniazid harian selama 9 bulan. Kedua jenis regimen obat tersebut sama-sama mudah dilaksanakan, namun demikian dokter sebaiknya menawarkan dan meresepkan rejimen pendek yang tentu lebih nyaman, jika memungkinkan. Semua pasien tentu lebih mungkin untuk menyelesaikan rejimen pengobatan yang lebih pendek.

.

Sakit TB pada anak diobati dengan beberapa kombinasi OAT selama 6 sampai 9 bulan. Penting untuk diperhatikan bahwa jika seorang anak berhenti minum obat sebelum selesai, anak tersebut dapat kembali sakit. Jika obat tidak diminum dengan benar, bakteri TB yang masih hidup dapat menjadi resisten terhadap obat tersebut. TB yang resisten terhadap obat lebih sulit dan lebih mahal untuk diobati, dan pengobatan berlangsung lebih lama, bahkan hingga 18 sampai 24 bulan.

.

Momentum Hari TB Sedunia Rabu, 24 Maret 2021 mengingatkan kita bahwa jam terus berdetak (The Clock is Ticking), dan kita hampir kehabisan waktu, untuk mencapai target TB global dalam SDG 2016-2030 dengan semboyan “Find. Treat. All. #EndTB.” Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat pembasmian TB dengan memastikan tidak ada anak yang tertinggal (to ensure no child is left behind).

 Sudahkah Anda terlibat membantu?

Sekian

Yogyakarta, 20 Maret 2021

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, WA: 081227280161,

Categories
anak HIV-AIDS resisten obat tuberkulosis UHC

2021 Hari Tuberkulosis Sedunia

Puncak Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2021 - YouTube

HARI  TUBERKULOSIS  SEDUNIA  2021

fx. wikan indrarto*)

Setiap tahun diperingati Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia pada tanggal 24 Maret, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit TB yang menghancurkan secara medis, sosial dan ekonomi, dan untuk meningkatkan upaya mengakhiri epidemi TB global. Apa yang menarik?

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2020/03/30/2020-pencegahan-tbc/

.

TB awalnya disebut “phthisis” di era Yunani kuno, “tabes” di jaman Romawi kuno, dan “schachepheth” dalam bahasa Ibrani kuno. Pada tahun 1700-an, TB disebut “wabah putih” (the white plague), karena wajah para pasien yang berubah pucat. Dr. Johann Schonlein menciptakan istilah “tuberkulosis” pada tahun 1834, meskipun diperkirakan bakteri Mycobacterium tuberculosis mungkin sudah ada selama 3 juta tahun sebelumnya. Pada abad 1800-an bahkan setelah Schonlein menamakannya tuberkulosis, TB juga disebut “Kapten Kematian” (Captain of all these men of death).

.

baca juga : https://dokterwikan.com/2019/01/18/2019-tantangan-tb/

.

Pada tanggal 24 Maret 1882, Dr. Robert Koch di Berlin, Jerman mengumumkan penemuan Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab TB. Pada waktu ini, TB membunuh satu dari setiap tujuh orang di Amerika Serikat dan Eropa. Penemuan Dr. Koch adalah langkah terpenting yang diambil untuk mengendalikan dan menghilangkan penyakit mematikan ini, yang awalnya disebut Koch Pulmonum (KP). Seabad kemudian, 24 Maret baru ditetapkan sebagai Hari TB Sedunia, yaitu sebuah hari yang didedikasikan untuk mengingatkan masyarakat tentang dampak TB di seluruh dunia.

.

Sampai saat ini TB tetap menjadi salah satu penyakit menular pembunuh paling mematikan di dunia. Setiap hari hampir 4.000 orang meninggal karena TB dan hampir 28.000 orang jatuh sakit, karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan ini. Sampai tahun lalu, upaya global untuk memerangi TB telah menyelamatkan sekitar 63 juta jiwa sejak tahun 2000.

.

Tema Hari TB Sedunia 2021 adalah : jam terus berdetak (The Clock is Ticking), untuk mengingatkan bahwa dunia hampir kehabisan waktu, karena komitmen memberantas TB yang dibuat oleh para pemimpin global, masih jauh dari terwujud. Hal ini sangat penting karena pandemi COVID-19 telah menempatkan kemajuan pananganan TB selama ini, pada risiko kegagalan. Selain itu, juga untuk memastikan akses yang adil ke layanan pencegahan dan perawatan TB sejalan dengan upaya global untuk mencapai Cakupan Kesehatan Semesta atau ‘Universal Health Coverage’ (UHC).

.

Sejarah Hari Tuberkulosis Sedunia yang Diperingati Setiap 24 Maret |  Limapagi

WHO menetapkan tiga indikator TB beserta targetnya yang harus dicapai oleh semua negara di dunia. Pertama, menurunkan jumlah kematian TB sebanyak 95% pada tahun 2035 dibandingkan kematian pada tahun 2015. Kedua, menurunkan insidens TB sebanyak 90% pada tahun 2035 dibandingkan tahun 2015, dan ketiga, tidak ada keluarga pasien TB yang terbebani pembiayaannya terkait pengobatan TB pada tahun 2035.

.

Target program Penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas TB Tahun 2050. Eliminasi TB adalah tercapainya jumlah kasus TB 1 per 1.000.000 penduduk. Sementara tahun 2017 jumlah kasus TB saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 25,40 per 1 juta penduduk Indonesia. WHO menetapkan standar keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Angka keberhasilan di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 87,8% (data per 21 Mei 2018). Angka kesembuhan cenderung mempunyai gap dengan angka keberhasilan pengobatan, fenomena menurunnya angka kesembuhan ini mencemaskan dan perlu mendapat perhatian besar karena akan mempengaruhi penularan penyakit TB.

.

Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TB dilakukan dengan cara membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku etika berbatuk, pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat, dan peningkatan daya tahan tubuh. Selain itu, juga penanganan penyakit penyerta TB dan penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB.

.

Penanganan COVID-19 saat ini juga dapat diterapkan dalam upaya eliminasi TB. Pelacakan yang agresif untuk menemukan penderita dapat dilakukan untuk mencari penderita TB yang belum terlaporkan. Selain itu, upaya preventif dan promotif untuk mengatasi TB bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama berbagai pemangku kepentingan, dengan melibatkan banyak sektor pendukung lainnya secara terpadu. Meski tengah disibukkan dengan penanganan COVID-19, tetapi layanan TB maupun pengobatan terhadap pasien harus tetap berlangsung.

.

Memang ada pengurangan yang signifikan kasus TB baru pada paruh pertama tahun 2020, mungkin karena banyak negara memberlakukan ‘lockdown’ untuk mengekang penyebaran wabah COVID-19. Tiga negara dengan beban tinggi yakni India, Indonesia dan Filipina, melaporkan penurunan antara 25-30% TB selama enam bulan pertama tahun 2020 dibandingkan dengan periode sama tahun 2019 lalu. Ketiga negara tersebut juga termasuk negara dengan angka kasus virus COVID-19 tertinggi di dunia.

.

Momentum Hari TB Sedunia Rabu, 24 Maret 2021 mengingatkan kita bahwa jam terus berdetak (The Clock is Ticking), dan kita hampir kehabisan waktu, untuk mencapai target TB global dalam SDG 2016-2030 dengan semboyan “Find. Treat. All. #EndTB.” Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat pembasmian TB dengan memastikan tidak ada yang tertinggal (to ensure no one is left behind).

 Sudahkah Anda terlibat membantu?

Sekian

Yogyakarta, 19 Maret 2021

*) Dokter spesialis anak di RS RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Lektor FK UKDW, WA: 081227280161,